Sunteți pe pagina 1din 10

VAKSINASI DALAM KEHAMILAN

Desi Widiyanti*

ABSTRAK
Vaksinasi adalah cara terbaik untuk memberikan kekebalan bagi manusia. Pemberian
vaksin selama kehamilan harus mempertimbangkan risiko dari vaksinasi dengan keuntungan
perlindungan pada situasi tertentu, walaupun vaksin aktif atau tidak aktif yang digunakan.
Ada tiga macam vaksinasi selama kehamilan yaitu yang direkomendasikan aman,
tidak direkomendasikan selama kehamilan dan rekomendasi khusus. Vaksin yang
direkomendasikan aman adalah vaksin tetanus toksoid, diptheri, hepatitis B, influenza,
meningococal, dan rabies. Vaksin yang tidak direkomendasikan selama kehamilan berasal
dari mikroorganisme hidup yang dilemahkan. Mikroorganisme tersebut dapat tumbuh dan
menyebabkan penyakit pada inangnya. Vaskin yang tidak direkomendasikan adalah BCG,
measless, mumps, rubella, dan varicella. Vaksin yang direkomendasikan khusus digunakan
untuk daerah-daerah endemik atau wanita hamil yang berpergian ke tempat endemik penyakit
tersebut yaitu antrax, hepatitis A, Japanese Enchepalitis, pneumococcal, polio (IPV), typhoid,
vaccinia dan yellow fever.
Vaksin Tetanus Toksoid (TT) di Indonesia dianjurkan diberikan pada saat pelayanan
karena angka kejadian tetanus neonatorum di Indonesia masih sangat tinggi. Di Indonesia
masih banyak persalinan yang ditolong oleh bukan tenaga kesehatan atau oleh dukun beranak
sehingga persalinan tidak bersih dan steril yang dapat mengakibatkan infeksi.
Kata kunci: vaksinasi, kehamilan

Alamat Korespondensi
*Desi Widiyanti
Lembaga afiliasi
: Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Jl. Indragiri No. 3 Padang Harapan Kota Bengkulu
Nomor telepon : 081368396800
Email
: widiyanti.desi@gmail.com

PENDAHULUAN
Vaksinasi adalah cara terbaik untuk
memberikan kekebalan bagi manusia.
Vaksin yang pertama kali ditemukan
adalah vaccinia. Pada perkembangannya
BCG dan hepatitis B adalah kategori yang
digunakan secara umum, tetapi di beberapa
daerah digunakan di populasi tertentu
seperti perawat, penjelajah dan lain-lain.1
Pemberian
vaksin
selama
kehamilan menjadi perhatian bagi tenaga
kesehatan dan pasien tentang risiko
penularan virus dan perkembangan fetus.
Vaksin-vaksin dengan virus hidup yang
dilemahkan pada umumnya kontraindikasi
bagi wanita hamil. Menurut Center for
Disease Control (CDC), jika vaksin
dengan virus hidup yang dilemahkan
diberikan pada wanita hamil atau jika
wanita tersebut hamil setelah 4 minggu
vaksinasi, dia harus diberikan konseling
tentang efek samping pada fetus, walaupun
tidak dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan.2
Tidak ada bukti yang menunjukkan
meningkatnya risiko dari vaksinasi pada
wanita hamil dengan inaktif virus atau
vaksin bakterial atau toksoid. Oleh karena
itu, jika pasien berisiko tinggi untuk
memiliki penyakit, jika infeksi akan
berisiko bagi ibu atau janin dan jika vaksin
tidak menyebabkan kerusakan, maka
pertimbangkan keuntungan pemberian
vaksinasi pada wanita hamil daripada
risikonya.2
Tenaga
kesehatan
harus
mempertimbangkan pemberian vaksinasi
pada wanita hamil berdasarkan pada risiko
dari
vaksinasi
dengan
keuntungan
perlindungan pada situasi tertentu,
walaupun vaksin aktif atau tidak aktif yang
digunakan. Indikasi penggunaan vaksin
selama kehamilan dirangkum dalam tabel
1.2

Tabel 1 Vaksinasi selama Kehamilan

Dipertimbang
kan aman

TT
Diptheri
Hepatitis B
Influenza
Meningococal
Rabies

Kontra
indikasi
selama
hamil atau
keamanan
tidak
dijamin
BCG
Measless
Mumps
Rubella
Varicella

Rekomendasi
khusus

Antrax
Hepatitis A
Japanese
Enchepalitis
Pneumococcal
Polio (IPV)
Typhoid
Vaccinia
Yellow Fever

PEMBAHASAN
1. Tetanus Toxoid (TT)
Vaksin tetanus efektif untuk
pencegahan tetanus sebagai enyakit yang
berbahaya. Kebanyakan kematian yang
disebabkan oleh tetanus neonatorum
adalah
pada
negara-negara
yang
persalinannya di fasilitas kesehatan dan
imunisasi TT-nya rendah, seperti India dan
Nigeria.
Tetanus Neonatorum adalah
penyakit akut dengan ciri tidak memiliki
kemampuan untuk menghisap, diikuti kaku
kuduk dan kejang otot. Penyakit ini
disebabkan oleh clostridium tetani yang
masuk melalui tali pusat. Kebanyakan
(90%) kasus dari tetanus neonatorum
berkembang selama 3-14 hari pertama dari
kelahiran terutama 6-8 hari, angka
kematian karena kasus ini sangat tinggi.
Jika tanpa pengobatan medis 100%
meninggal, dengan perawatan 10-60% dari
tetanus neonatorum meninggal tergantung
ketersediaannya fasilitas untuk perawatan
intensif. Tepatnya mencegah lebih efektif
dari pada mengobati. Hanya satu penelitian
Randomized Controlled Trial (RCT) dan
kohort study yang teridentifikasi dengan

meta analisis. Imunisasi TT pada wanita


hamil diperkirakan 94% dapat menurunkan
kematian
yang disebabkan tetanus
neonatorum (tingkat kepercayaan 95%).3
Tetanus
Toksoid
rutin
direkomendasikan bagi wanita hamil,
belum ada bukti nyata yang menyatakan
bahwa
vaksin
TT
teratogenik.
Pemberiannya pada trimester kedua dalam
kehamilan. Wanita hamil yang tidak
mendapatkan vaksin TT dalam waktu 10
tahun terakhir sebaiknya di booster.
Wanita hamil yang tidak diimunisasi atau
tidak lengkap sebaiknya melengkapi
imunisasi dasar. 2
2. Diptheri
Dipteri adalah infeksi pada hidung,
faring, laring atau infeksi pada mukus
membran yang dapat menyebabkan
neuritis, myocarditis, thrombositopenia
dan ascending paralisis. Vaksin diptheria
direkomendasikan untuk wanita hamil
karena tidak ada bukti ilmiah yang
menunjukkan bahwa vaksin diptheri
teratogenik.2
3. Influenza
Demam, malaise, myalgia dan
infeksi saluran pernapasan atas merupakan
karakteristik dari Influenza.
Virus
menyebar melalui udara dan kontak
langsung dengan yang terinfeksi. Masa
inkubasi pendek (2 hari). Gejala yang
muncul dan durasi penyakit 1 minggu.
Komplikasinya pneumonia, bronchitis,
atau sinusitis, kadang-kadang encephalitis,
myelitis, myocarditis atau pericarditis.
Penelitian di Inggris membandingkan
wanita yang terinfeksi virus influenza
selama trimester II dan III pada kehamilan
dengan kontrol yang tidak terinfeksi, hanya
11 % dari 1.659 wanita hamil yang ada
bukti serologis, tidak dapat terdeteksi
influenza A, spesifik IgM, juga tidak
ditemukan
bukti
adanya
transmisi
transplcental dari virus influenza atau
produksi autoantibodi pada komplikasi
kehamilan.
Infeksi
influenza
tidak
signifikan akibatnya bagi hasil luaran

persalinan, kesehatan bayi baru lahir atau


ibu.4
Keuntungan vaksi melindungi dari
risiko meningkatnya influenza dalam
kehamilan.
Beberapa
penelitian
menunjukkan respon antibodi pada vaksin
influenza sama pada wanita hamil dan
tidak hamil. Respon antibodi diukur pada
15 wanita hamil 4-6 minggu, kemudian
diikuti setelah vaksinasi pada trimester
kedua dan ketiga hasilnya sama dengan
titer pada
wanita tidak hamil yang
divaksinasi.5
Berdasarkan bukti meningkatnya
risiko kematian pada wanita hamil dari dua
daerah pandemik influenza. Keuntungan
vaksinasi pada wanita hamil dapat
mengurangi risiko kesakitan pada ibu dan
kematian pada musim Influenza. Hasil dari
penelitian RCT, imunisasi pada wanita
hamil dapat melindungi dari demam,
Berdasarkan data dari Texas ditemukan
bayi dibawah 6 bulan yang dilahirkan dari
wanita yang diimunisasi sedikit yang
menderita sakit pernapasan akut (tanpa
pemeriksaan laboratorium) selama musim
influenza pada tahun 2004- 2005, ketika
dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan
dari wanita yang tidak diimunisasi selama
hamil (10,9%
:
31%,
p<0,001).
Berdasarkan RCT di Bangladesh pada
wanita hamil trimester II dan III yang
mendapat vaksin influenza
efektif
melindungi
dari
penyakit
saluran
pernapasan yaitu 28%. Pada 13 wanita
hamil yang divaksin influenza, memiliki
antibodi yang tinggi melalui transfer
transplacental dari 87% sampai 99%,
tergantung dari antibodi Ig G.4
Bukti Ilmiah keamanan vaksin
influenza dalam kehamilan dari hasil
penelitian adalah : Dari USA, dianalisa 650
pasangan ibu dan anak yang terregistrasi
dengan proyek perinatal kolaborasi US
(1959-1965) yang menerima vkasin
influenza pada trimester pertama. Proyek
ini diikuti 50897 wanita hamil pada usia
kehamilan 20 minggu yang datang pada
klinik antenatal di beberapa rumah sakit di
AS. Tujuan utamanya untuk menilai

faktor-faktor dalam kehamilan yang


berhubungan dengan cerebral palsy dan
kerusakan lainnya pada sistem saraf pusat.
Tidak signifikan reactogenicity termasuk
demam, nyeri.4
Rekomendasi
dari
Advisory
Commitee on Imunization Practises
(ACIP) pemberian imunisasi rutin pada
kehamilan trimester dua dan tiga. Sejak
tahun 2004 ACIP merekomendasikan
pemberian vaksinasi Influenza secara rutin
pada semua trimester untuk kesehatan
wanita hamil selama musim influenza. Di
Australia, vaksinasi direkomendasikan
untuk kesehatan wanita yang hamil
trimester II dan III selama musim
influenza, termasuk trimester pertama
dalam kehamilan. Germanys Standing
Commision on Vaccination (STIKO) tidak
merekomendasikan
vaksin influenza
secara rutin pada ibu hamil.4
4. Hepatitis B
Virus hepatitis B merupakan virus
yang dibawa oleh darah dan sangat
infeksius. Virus ini menyebar melalui
kontak dengan cairan tubuh misalnya,
melalui hubungan seksual, tranfusi darah,
penggunaan obat-obatan intravena, dan
secara perinatal. Hepatitis B sering terjadi
pada populasi imigran dengan laju setinggi
1:100 pada beberapa daerah di kota.
Infeksi hepatitis B mungkin tidak
menunjukkan gejala. Jika timbul, gejala
dapat berupa gejala umum (keletihan, sakit
kepala, dan malaise) serta gejala
gastrointestinal (mual, muntah, diare, nyeri
pada kuadran atas dan di atas hati).6
Tanda-tanda yang timbul meliputi
pembesaran hati dan limfa serta
limfaadenopati. Infeksi akan menimbulkan
hepatitis fulminan dan kematian <1 %
pada orang dewasa yang terinfeksi.
Sebagian besar pasien (85-90%) akan pulih
total dan antibodinya akan melindungi dari
infeksi lebih lanjut. Sisanya sebesar 1015% menderita infeksi kronik dengan
sepertinganya menderita hepatitis kronik
aktif atau sirosis. Hepatitis B tidak bersifat
teratogenik. Perjalanan infeksinya tidak

dipengaruhi oleh kehamilan. Penularan ke


janin terutama pada saat
proses
6
persalinan.
Vaksin hepatitis B mengandung
antigen permukaan virus yang diproduksi
dari
teknologi
rekombinan
DNA.
Pemberiannya ada 3 dosis yaitu saat lahir
dan satu bulan dan 6 bulan dan tidak ada
efek samping. Oleh karena mengandung
partikel antigen permukaan hepatitis B
noninfeksi dan tidak menyebabkan risiko
pada janin. Kehamilan dan laktasi juga
tidak
menjadi
kontraindikasi
bagi
2
vaksinasi.
5. Meningococal
Penyebab meningitis pada anak
usia 2-18 tahun. Lebih kurang 3000 kasus
dari penyakit meningococal, 10-13% dari
kasus berakibat fatal, dengan pemberian
antibiotik pada awal penyakit. Vaksin
menigococal mengandung polisakarida
yang terdiri dari serogroup yaitu neisseria
meningitidis. Vaksinasi secara rutin
diberikan pada kelompok yang berisiko
tinggi. Penelitian menunjukkan vaksin
meningococcal aman ketika diberikan pada
wanita hamil.2
Penelitian di Gambia dengan
kontrol studi dimana vaksinasi diberikan
pada trimester terakhir dari kehamilan.
Semua wanita memiliki respon yang baik
pada imunisasi dan antibodi meningkat
selama persalinan. Imunisasi pada ibu
dapat memberikan perlindungan pada bayi
dari penyakit meningococal hanya selama
beberapa bulan pertama dari kelahiran.7
6. Rabies
Rabies adalah infeksi virus yang
ditularkan pada umumnya dari air liur
hewan. Tidak ada gejala yang khusus dari
enchepalitis yaitu ditandai kebingungan,
halusinasi dan pikiran aneh dan pendek.
Disregulasi pada sistem saraf otonom dan
saraf kranial menimbulkan keluarnya busa
dari mulut. Bentuk vaksin rabies adalah
tidak aktif dan tersedia di Amerika Serikat,
semua mempertimbangkan keamanan dan
keberhasilannya.2

Tidak
teridentifikasi
adanya
hubungan antara pemberian vaksinasi
rabies dengan keabnormalan janin.
Pertimbangan potensial risiko bagi ibu dan
janin dari rabies yang tidak diobati.
Sebagai pedoman sebaiknya dilakukan
profilaksis pada wanita hamil dan tidak
hamil.8
7. BCG
Vaksin BCG relatif tidak efektif
pada daerah tropis yang insiden
tuberkolosisnya tinggi. Vaksin BCG adalah
vaksin hidup yang berasal dari bovis
mycobacterium. Kemungkinan vaksin
BCG telah diberikan kepada ribuan wanita
hamil di negara-negara lain. Dan tidak
didapatkan efek samping yang berbahaya
pada janin sampai saat ini. Penelitian
tentang imunisasi BCG sampai saat ini
belum diteliti secara luas. Meskipun vaksin
BCG tidak menimbulkan efek berbahaya
bagi janin, penggunaanya tidak dianjurkan
selama kehamilan.2
8. MMR
Measles (Campak) disebabkan oleh
virus campak. 2 dari 1.000 kasus
menyebabkan pneumonia dan enchepalitis.
Mumps (Gondong) disebabkan infeksi dari
virus gondongan dan dapat menyebabkan
parotis, meningoenchepalitis dan orchitis.
Komplikasi neurologi seperti tuli dapat
juga terjadi karena infeksi gondongan.
Rubella
(Campak
Jerman)
disebabkan olen virus rubella. Meskipun
biasanya rubella terjadi pada orang
dewasa, namun rubella bawaan juga dapat
terjadi saat kelahiran.
Vaksin MMR berasal dari virus
hidup MMR. Vaksin MMR seharusnya
tidak diberikan kepada wanita hamil.
Wanita yang sudah diberikan vaksinasi
seharusnya tidak hamil setelah empat
minggu pemberian. Kehamilan menjadi
kontraindikasi pemberian vaksin rubella
karena karena dapat memberikan efek yang
merugikan bagi janin. Centers for Disease
Control (CDC) mencatat pemberian vaksin
rubella tipe vaksin RA 27/3 kepada wanita

dalam 3 bulan kehamilan. Dari 683 wanita


hamil
yang
mendapatkan
vaksin,
menunjukaan bukti terjadi kelainan pada
janin dan sindrom rubella bawaan. Namun
imunoglobulin spesifik rubella dapat
dideteksi dalam pembuluh darah, yang
menunjukkan kemungkinan terjadi infeksi
rubella secara klinis. Karena risiko secara
teoritis, maka tindakan pencegahan
terjadinya rubella dalam kehamilan harus
dilakukan untuk mencegah pemberian
vaksin rubella selama kehamilan, tetapi tes
kehamilan sebelum pemberian vaksin
dianggap tidak perlu.2
Jika wanita hamil divaksinasi atau ia
kemudian hamil dalam 4 minggu setelah
vaksinasi MMR, berikan konseling
mengenai kemungkinan efeknya pada janin
secara teoritis, namun pemberian vaksin
MMR pada kehamilan bukan alasan untuk
mengakhiri kehamilan.9
9. Varicella
Virus zoster varicella menyebabkan
cacar air dan jarang menyebabkan
komplikasi yang serius seperti enchepalitis
dan pneumonia. Risiko komplikasi tersebut
terjadi karena bertambahnya usia. 15%
orang yang terinfeksi virus ini dapat
menyebabakan herpes zoster di kemudian
hari.
Vaksin varicella berasal dari virus
zoster varisella yang hidup. Imunisasi
selama kehamilan dikontraindikasikan
karena efek terhadap janin belum
diketahui. Wanita yang yang sudah di
vaksinasi seharusnya tidak hamil setelah
satu bulan pemberian vaksin.10
Apabila wanita hamil divaksinasi
atau ia kemudian hamil (dalam waktu 4
minggu), berikan konseling tentang
kemungkinan efek pada janin secara
teoritis.
Vaksinasi
varicella
pada
kehamilan bukan alasan untuk mengakhiri
kehamilan. Pada wanita hamil yang rentan
dan telah terpajan, pemberian Varicella
Zoster Imunoglobulin (VZIG) harus benarbenar dipertimbangkan manfaat dan
risikonya.2

10. Antrax
Antrax disebabkan oleh spora yang
berbentuk bakterium bacillus anthracis,
menyerang manusia pada tiga bentuk:
kulit, pernapasan dan gastrointestinal.
Ketika infeksi antrax menyerang manusia
di selatan dan pusat Amerika Selatan dan
Timur Eropa, Asia, Afrika, dan Timur
Tengah. Angka kematian tinggi dan
potensial risiko gangguan pernapasan.
Vaksin antrax dikembangkan pada tahun
1965, disiapkan dari bakteri bebas yang
mengandung 3 toksin utama yang
diproduksi dari bakteri : antigen pelindung,
faktor lethal, dan faktor edema. Jadwal
vaksinasi yang direkomendasikan yaitu
diberikan sebanyak 3 kali yaitu interval 1-2
minggu dan yang ketiga dengan jarak 6
bulan.2
Vaksin antrax memberikan efek
samping kesehatan reproduksi bagi yang
mendapatkannya. Berdasarkan penelitian
retrospektif didapatkan adanya bayi yang
lahir cacat, setelah ibunya mendapatkan
imunisasi antrax. Semuanya dilahirkan
antara tahun 1998 dan 2004. 115.169 bayi
yang dilahirkan dari wanita selama periode
tersebut, 37.140 lahir dari wanita yang
pernah mendapatkan vaksin antrax dan
3.465 lahir dari wanita yang divaksinasi
pada trimester pertama kehamilan. Bayi
yang ibunya mendapatkan vaksinasi pada
trimester
pertama
pada
umumnya
melahirkan bayi cacat dibandingkan
dengan wanita yang divaksinasi diluar
trimester pertama. Informasi ini dapat
dipertimbangkan
dalam
memberikan
vaksin antrax pada wanita hamil.11
11. Hepatitis A
Hepatitis A menginfeksi 100,000
orang di AS dengan 100 orang meninggal.
Ini berasal dari kontak orang ke orang
melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Efek patologi dari hepatitis
A yaitu terbatas di hati. Hepatitis A
mereplikasi sel hati, virions dari hepatosit
yang terinfeksi ke sinusoid hepar dan
kanalikuli, dimana melewati usus dan
dikeluarkan melalui feses. Selama 2

minggu sebelumnya tampak kekuningkuningan. Konsentrasi viral dalam darah


lebih rendah dibandingkan di feses.13
Sebagian wanita di AS, kehamilan
bukanlah faktor risiko dari infeksi hepatitis
A. Dilaporkan 2 kasus yang ibunya
menderita hepatitis A selama trimester
pertama kehamilan dan bayi mereka
mengalami mekonium peritonitis. Risiko
penularan hepatitis A pada trimester ketiga
kehamilan ke bayi rendah. Bayi yang
terinfeksi tidak menunjukkan gejala.12
Keamanan pemberian vaksinasi
hepatitis A selama kehamilan belum dapat
ditentukan.
Vaksin
Hepatitis
A
dikembangkan dari kultur sel diploid dari
virus
yang
dikembangkan.
Vaksin
Hepatitis A dihasilkan dari virus yang
tidak aktif. Risiko ke janin rendah, untuk
itu risiko vaksinasi lebih rendah dari risiko
infeksi dari hepatitis A. Contohnya yang
melakukan perjalanan di daerah endemik
atau menggunakan obat-obatan melalui IV.
Akhirnya, wanita hamil dianjurkan
diberikan
immunoglobulin,
dipertimbangkan aman selama kehamilan
dan lebih dari 85% efektif untuk mencegah
infeksi akut.2
12. Japanese Enchephalitis
Japanese
Enchepalitis
banyak
terjadi di Negara Asia, dengan nya
berakibat fatal dan mengakibatkan
neuropsikiatrik. Kebanyakan manusia
terinfeksi di daerah pinggiran seperti
pertanian yang banyak nyamuk culex yang
mentransmisi virus. Transmisi banyak di
musim
panas.
Infeksi
Japanese
Enchepalitis
diperkirakan
mencapai
1/5.000 perbulan. Vaksinasi Japanese
Enchepalitis direkomendasikan hanya
untuk yang berpergian ke tempat yang
beresiko Japanese Enchepalitis. Japanese
Enchepalitis adalah virus tidak aktif yang
produksinya rata- rata 99%.2 Tidak ada
data yang spesifik tentang keamanan
pemberian vaksin selama kehamilan.
Apabila terinfeksi Japanese Enchepalitis
selama trimester pertama dan kedua, ada
hubungan dengan infeksi intrauterin dan

keguguran sehingga vaksinasi


tidak
dianjurkan selama waktu tersebut. Infeksi
yang timbul selama trimester ketiga tidak
ada masalah dengan bayinya.
Untuk
memutuskan pemberian vaksinasi selama
kehamilan harus dibandingkan apa risiko
bagi ibu dan bayi dengan akibat dari risiko
tersebut. Vaksinasi sebaiknya diberikan
sebelum konsepsi pada wanita yang akan
berpergian ke daerah yang beresiko
tinggi.13
13. Pneumococcal
Infeksi Pneumococcus disebabkan
oleh bakteri yang berakibat serius bagi
kesehatan
di
seluruh
dunia.
Ini
diperkirakan menyebabkan kematian bagi
1 juta anak- nak balita setiap tahun.
Kebanyakan
mereka
yang
terkena
pneumonia meninggal rata- rata 2 anak per
hari di Amerika Latin. Meningitis
pneumococcal dapat mencapai 10 -30 %
kematian. Dengan angka kesakitan dan
angka kematian tertinggi pada balita.14
Pneumococal dihubungkan dengan
penyakit pneumonia. Vaksinasi pada saat
hamil dan menyusui mungkin berguna
untuk mencegah infeksi pada bayi.
Dilakukan penelitian dengan membagi 3
kelompok ternyata antara ibu yang selama
hamil diberikan vaksin, setelah hamil dan
tidak mendapat vaksin tidak ada
perbedaan. Akhirnya diambil kesimpulan
bahwa pemberian vaksinasi polisakarida
selama hamil tidak menurunkan angka
kejadian pneumoccoccal.2
14. Polio
Virus polio adalah virus dgn 3
perbedaan yang menyebabkan penyakit.
Infeksinya tidak bergejala seperti paralysis
dan non paralysis penyakit. Penyakit ini
menjadi masalah bagi seluruh dunia, tetapi
telah ditemukan vaksin polio oral. ACIP
merekomendasikan vaksin inaktif polio
(IPV), termasuk OPV atau kombinasi
OPV-IPV. Walaupun tidak ada
yang
tercatat efek penggunaan OPV atau IPV
pada wanita hamil dan bayinya. Kedua
vaksin tersebut sebaiknya tidak diberikan

selama
hamil.
Walaupun
CDC
merekomendasikan pemberian IPV pada
wanita hamil yang memiliki risiko
terinfeksi polio dan yang akan melakukan
perjalanan di daerah endemik polio.2
15. Thypoid
Thypoid mengakibatkan 17 juta
orang demam tifoid dan 200 ribu
meninggal. Demam tifoid ditularkan
melalui makanan dan minuman melalui
rute kotoran dan mulut. Di beberapa daerah
endemik dimana kualitas dari suplai air
minum dan fasilitas WC tidak standar,
angka kejadian kira-kira 100 per 100.000
orang per tahun.2 Di Nepal hampir 40%
infeksi dengan kultur positif. Banyak kasus
dari demam thypoid di negara berkembang
menyerang orang yang berpergian ke
daerah yang berisiko tinggi seperti
Amerika Selatan, India dan Afrika barat,
atau berisiko sedang seperti Mexiko, Haiti,
Afrika dan Iran. Penularan Salmonella
Typhosa meningkat selama di perjalanan.15
Ada dua tipe dari vaksin thypoid
yang digunakan sekarang yaitu vaksin
yang dilemahkan melalui oral dan vaksin
polisakarida melalui suntikan. Vaksin oral
diberikan dalam 4 dosis dengan laporan
efisien rata-rata (50-95%). Tidak ada
bentuk vaksin yang dianjurkan diberikan
kepada ibu hamil, oleh karena oral berasal
dari vaksin hidup dan merupakan
kontraindikasi untuk diberikan kepada
wanita hamil. Kontraindikasi bentuk
parenteral belum ditemukan. Keuntungan
dan
risiko
imunisasi
harus
2
dipertimbangkan bagi wanita hamil.
16. Vaccinia
Cacar air adalah orthopoksivirus,
yang ditemukan pada tahun 1980. Dengan
gejala meliputi demam tinggi dan diikuri
dengan benjolan kemerah-merahan yang
akan menyerang muka dan eksteremitas.
Cacar air biasanya menyebar melalui
droplet dan kontak langsung selama 10
hari setelah cacarnya pecah. Sekarang di
dunia dibuat kebijakan imunisasi dan

perlindungan darurat untuk menangkal


cacar air.
Amerika Serikat bekerja sama dgn
CDC mengimplementasikan program
vaksinasi untuk orang yang berisiko tinggi
dan memiliki risiko komplikasi yang
rendah dari vaksinasi. Vaksinasi Vaccinia
tidak dianjurkan diberikan secara rutin dan
tanpa indikasi darurat pada wanita hamil.
Wanita hamil yang terpapar dengan virus
cacar air (kontak langsung, serumah
dengan penderita cacar air) berisiko tinggi
terkena penyakit tersebut sebaiknya di
vaksinasi. Infeksi cacar air pada wanita
hamil
dilaporkan
hasilnya
lebih
dibandingkan dari wanita yang tidak hamil.
Oleh karena itu, ibu dan janin berisiko
sebaiknya diimunisasi.2 Vaksin Vaccinia
tidak teratogenik atau menyebabkan
kelainan kongenital, virus dilaporkan
jarang menyebakan infeksi pada janin,
dengan risiko lesi pada kulit, kelahiran
prematur, lahir meninggal, kematian bayi.
Wanita sebaiknya mencegah untuk hamil
kurang lebih 4 minggu setelah vaksinasi.
Tidak dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan. 16
Seperti vaksinasi yang lainnya,
memiliki risiko dan keuntungan pada
masing- masing pasien. Pada saat ini tidak
ada diagnostik yang reliabel untuk
memeriksa infeksi intrauterin. Wanita
hamil yang tanpa sengaja diimunisasi
sebaiknya dirujuk ke perinatologis.2
17. Yellow Fever
Yellow fever
adalah demam
haemoragic sindrom yang disebarkan
melalui nyamuk yang berasal dari Amerika
dan Afrika, daerah urban dan pinggiran.
Vaksin yellow fever adalah dari virus
hidup yang dilemahkan yang tumbuh
didalam embrio telur. Tidak ada bukti
ilmiah
yang
khusus
menunjukkan
keamanan imunisasi yellow fever pada
wanita hamil. Sejak infeksi ada, walaupun
pada
umumnya
vaksinasi
tidak
direkomendasikan selama kehamilan.
Sedangkan untuk yang akan berpergian ke
tempat endemik dan tidak bisa ditunda

dipertimbangkan untuk vaksinasi yellow


fever. 17
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diberikan
adalah :
Ada tiga macam vaksinasi selama
kehamilan yaitu yang direkomendasikan
aman, tidak direkomendasikan selama
kehamilan dan rekomendasi khusus.
Vaksinasi yang tidak direkomendasikan
karena berasal dari microorganisme hidup
yang
dilemahkan.
Mikroorganisme
tersebut dapat tumbuh dan menyebabkan
penyakit pada inangnya. Oleh karena itu,
kontraindikasi untuk pemberian vaksinasi
BCG, MMR, Varicella pada ibu hamil.
Vaksinasi yang direkomendasikan
khusus biasanya digunakan untuk daerahdaerah endemik atau wanita hamil yang
berpergian ke tempat endemik penyakit
tersebut atau pekerjaan memiliki risiko
tinggi untuk terinfeksi penyakit tersebut.
Dengan pertimbangan risiko penyakit
tersebut lebih berbahaya daripada efek
samping
dari
vaksinasi
maka
direkomendasikan secara khusus.
Vaksinasi yang direkomendasikan
aman yaitu TT, Diftheri, Influenza, Rabies
dan Meningococal. Vaksinasi influenza
biasanya diberikan di negara seperti
Amerika dan Eropa yang memiliki 4
musim. Biasanya musim influenza terjadi
pada bulan oktober-desember, sehingga
pada bulan- bulan tersebut permintaan
akan vaksinasi influenza meningkat dan
terjadi pandemik. Indonesia adalah negara
tropis sehingga tidak ada musim influenza.
Saran yang dapat diberikan adalah :
Vaksin Tetanus Toksoid (TT) di
Indonesia dianjurkan diberikan pada saat
pelayanan antenatal care karena angka
kejadian tetanus neonatorum di Indonesia
sangat tinggi. Di Indonesia masih banyak
persalinan yang ditolong oleh bukan tenaga
kesehatan atau oleh dukun beranak
sehingga persalinan tidak bersih dan steril
yang dapat mengakibatkan infeksi. Tetanus
Neonatorum dapat berakibat kematian jika

tidak mendapat perawatan, dan jika


mendapat perawatan di rumah sakitpun 1060 % meninggal.
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada tim redaksi jurnal MNM yang
telah membantu termuatnya literatur
ini.
2. Kepada Ketua Program Studi Magister
Ilmu Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran berserta civitas
akademika yang telah mendorong
penulisan literatur ini.
3. Kepda pihak-pihak lain yang telah
berpartisipasi dalam proses penyusunan
literatur ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Roitt I, Brostoff J Mate D:
Immunology. Mosby 2005, 17:277285
2. Denise K, Wallis D : Vaccination in
Pregnancy.2003, E299- 309 (review)
3. Blencowe H, Lawn J Vandelaar J,
Roper M, Causen S: Teetanus toxoid
Imunization tu reduce mortality from
neonatal tetanus, International journal
of epidemiology 2010; 39, 1102-1109
4. Mak T, Mangtani P, Leese J, Watson J,
Pfeifer D : Influeza Vaccination in
pregnancy : Curent evidence and
selected national policies. Lancet infect
dis 2008;8;44-52
5. Ayiub D, Yazbak F : Influenza
vaccination during pregnancy :
Acritical Assesment on Immunization
Practices (ACIP) journal of American
Physician and Surgeon volume 11
number 2 2006; 41-47.
6. Sullivan A, Kean L, Cryer A :
Midwifes
guide
to
antenatal
investigation. EGC 2009; 150-160.
7. Dimothy J, Dempsey O, Mc Ardle T,
Ceesay S, SEcka O, Demba E, Etc.
Meningococal antibody titres in infants
of
women
immunised
with
meningococal polisaccharide vaccine
during pregnancy. Archives of disease
in childhood 1996; 74; F43- F 46.

8. Wiwanitkit V: Raies Vaccination in


pregnancy and lactation. Anatolian
Journal of obstetric and Gynecology
2009; 4;2.
9. Namae M, Ziae M, Nasel N :
Congenital rubella syndrome in infants
of women vaccinated during or just
before pregnancy with measless rubella
vaccine. Indian, medkes 127, 2008, PP
551-554.
10. Seidman D, Stevenseon D, Marvin A :
Vaksin varicella in pregnancy: BMJ
1996 volume 313; 701-702.
11. Margaret A, Ryan K, Tyler C, Carter J,
Sevick, Honner W, Etc. Birth Defect
among infants born to women who
received antrax vaccine in pregnancy;
American Journal of epidemiologi
2008; 168:434-442.
12. Hepattis A vaccine recommendation
American Academy of pediatrics
2007;120:189-199.
13. Kischer M, Lidsey N, Staples E, Hills
S : Japanese Enchepalitis vaccine.
Recommendation of the advisory
committee on immunization practices
(ACIP) 2010;59:1-27.
14. Claudia R, Lopes, Eitan N, Berezin,
Ching R, Souza Z, etc: Ineffectiveness
for infants of immunization of mothers
with
pneumococcal
capsular
polusaccharide
vaccine
during
pregnancy. The brazilian Journal of
infectious Disease 2009; 13 (2): 104106.
15. Pullicka A, Gautan S, Clutterbuck E,
Thomsons, Rasynat B, Adhikanto
N,etc: Kinetics of the natural humoral
immune response to salmonella
enterica serovar typhi in Kathmandu,
Nepal.
Clinican
and
vaccine
immunology 2009;16:1413-1419.
16. Maurer D, Harrington B, Lane M :
Smallpox vaccine contraindication,
administration and adverse reactions,
American family Physician 2003; 68:
889-896.
17. Frierson J: The yellow fever vaccine: a
history. Yale journal of biology and
medicine
2010;
83:
77-85.

S-ar putea să vă placă și