Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Desi Widiyanti*
ABSTRAK
Vaksinasi adalah cara terbaik untuk memberikan kekebalan bagi manusia. Pemberian
vaksin selama kehamilan harus mempertimbangkan risiko dari vaksinasi dengan keuntungan
perlindungan pada situasi tertentu, walaupun vaksin aktif atau tidak aktif yang digunakan.
Ada tiga macam vaksinasi selama kehamilan yaitu yang direkomendasikan aman,
tidak direkomendasikan selama kehamilan dan rekomendasi khusus. Vaksin yang
direkomendasikan aman adalah vaksin tetanus toksoid, diptheri, hepatitis B, influenza,
meningococal, dan rabies. Vaksin yang tidak direkomendasikan selama kehamilan berasal
dari mikroorganisme hidup yang dilemahkan. Mikroorganisme tersebut dapat tumbuh dan
menyebabkan penyakit pada inangnya. Vaskin yang tidak direkomendasikan adalah BCG,
measless, mumps, rubella, dan varicella. Vaksin yang direkomendasikan khusus digunakan
untuk daerah-daerah endemik atau wanita hamil yang berpergian ke tempat endemik penyakit
tersebut yaitu antrax, hepatitis A, Japanese Enchepalitis, pneumococcal, polio (IPV), typhoid,
vaccinia dan yellow fever.
Vaksin Tetanus Toksoid (TT) di Indonesia dianjurkan diberikan pada saat pelayanan
karena angka kejadian tetanus neonatorum di Indonesia masih sangat tinggi. Di Indonesia
masih banyak persalinan yang ditolong oleh bukan tenaga kesehatan atau oleh dukun beranak
sehingga persalinan tidak bersih dan steril yang dapat mengakibatkan infeksi.
Kata kunci: vaksinasi, kehamilan
Alamat Korespondensi
*Desi Widiyanti
Lembaga afiliasi
: Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Jl. Indragiri No. 3 Padang Harapan Kota Bengkulu
Nomor telepon : 081368396800
Email
: widiyanti.desi@gmail.com
PENDAHULUAN
Vaksinasi adalah cara terbaik untuk
memberikan kekebalan bagi manusia.
Vaksin yang pertama kali ditemukan
adalah vaccinia. Pada perkembangannya
BCG dan hepatitis B adalah kategori yang
digunakan secara umum, tetapi di beberapa
daerah digunakan di populasi tertentu
seperti perawat, penjelajah dan lain-lain.1
Pemberian
vaksin
selama
kehamilan menjadi perhatian bagi tenaga
kesehatan dan pasien tentang risiko
penularan virus dan perkembangan fetus.
Vaksin-vaksin dengan virus hidup yang
dilemahkan pada umumnya kontraindikasi
bagi wanita hamil. Menurut Center for
Disease Control (CDC), jika vaksin
dengan virus hidup yang dilemahkan
diberikan pada wanita hamil atau jika
wanita tersebut hamil setelah 4 minggu
vaksinasi, dia harus diberikan konseling
tentang efek samping pada fetus, walaupun
tidak dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan.2
Tidak ada bukti yang menunjukkan
meningkatnya risiko dari vaksinasi pada
wanita hamil dengan inaktif virus atau
vaksin bakterial atau toksoid. Oleh karena
itu, jika pasien berisiko tinggi untuk
memiliki penyakit, jika infeksi akan
berisiko bagi ibu atau janin dan jika vaksin
tidak menyebabkan kerusakan, maka
pertimbangkan keuntungan pemberian
vaksinasi pada wanita hamil daripada
risikonya.2
Tenaga
kesehatan
harus
mempertimbangkan pemberian vaksinasi
pada wanita hamil berdasarkan pada risiko
dari
vaksinasi
dengan
keuntungan
perlindungan pada situasi tertentu,
walaupun vaksin aktif atau tidak aktif yang
digunakan. Indikasi penggunaan vaksin
selama kehamilan dirangkum dalam tabel
1.2
Dipertimbang
kan aman
TT
Diptheri
Hepatitis B
Influenza
Meningococal
Rabies
Kontra
indikasi
selama
hamil atau
keamanan
tidak
dijamin
BCG
Measless
Mumps
Rubella
Varicella
Rekomendasi
khusus
Antrax
Hepatitis A
Japanese
Enchepalitis
Pneumococcal
Polio (IPV)
Typhoid
Vaccinia
Yellow Fever
PEMBAHASAN
1. Tetanus Toxoid (TT)
Vaksin tetanus efektif untuk
pencegahan tetanus sebagai enyakit yang
berbahaya. Kebanyakan kematian yang
disebabkan oleh tetanus neonatorum
adalah
pada
negara-negara
yang
persalinannya di fasilitas kesehatan dan
imunisasi TT-nya rendah, seperti India dan
Nigeria.
Tetanus Neonatorum adalah
penyakit akut dengan ciri tidak memiliki
kemampuan untuk menghisap, diikuti kaku
kuduk dan kejang otot. Penyakit ini
disebabkan oleh clostridium tetani yang
masuk melalui tali pusat. Kebanyakan
(90%) kasus dari tetanus neonatorum
berkembang selama 3-14 hari pertama dari
kelahiran terutama 6-8 hari, angka
kematian karena kasus ini sangat tinggi.
Jika tanpa pengobatan medis 100%
meninggal, dengan perawatan 10-60% dari
tetanus neonatorum meninggal tergantung
ketersediaannya fasilitas untuk perawatan
intensif. Tepatnya mencegah lebih efektif
dari pada mengobati. Hanya satu penelitian
Randomized Controlled Trial (RCT) dan
kohort study yang teridentifikasi dengan
Tidak
teridentifikasi
adanya
hubungan antara pemberian vaksinasi
rabies dengan keabnormalan janin.
Pertimbangan potensial risiko bagi ibu dan
janin dari rabies yang tidak diobati.
Sebagai pedoman sebaiknya dilakukan
profilaksis pada wanita hamil dan tidak
hamil.8
7. BCG
Vaksin BCG relatif tidak efektif
pada daerah tropis yang insiden
tuberkolosisnya tinggi. Vaksin BCG adalah
vaksin hidup yang berasal dari bovis
mycobacterium. Kemungkinan vaksin
BCG telah diberikan kepada ribuan wanita
hamil di negara-negara lain. Dan tidak
didapatkan efek samping yang berbahaya
pada janin sampai saat ini. Penelitian
tentang imunisasi BCG sampai saat ini
belum diteliti secara luas. Meskipun vaksin
BCG tidak menimbulkan efek berbahaya
bagi janin, penggunaanya tidak dianjurkan
selama kehamilan.2
8. MMR
Measles (Campak) disebabkan oleh
virus campak. 2 dari 1.000 kasus
menyebabkan pneumonia dan enchepalitis.
Mumps (Gondong) disebabkan infeksi dari
virus gondongan dan dapat menyebabkan
parotis, meningoenchepalitis dan orchitis.
Komplikasi neurologi seperti tuli dapat
juga terjadi karena infeksi gondongan.
Rubella
(Campak
Jerman)
disebabkan olen virus rubella. Meskipun
biasanya rubella terjadi pada orang
dewasa, namun rubella bawaan juga dapat
terjadi saat kelahiran.
Vaksin MMR berasal dari virus
hidup MMR. Vaksin MMR seharusnya
tidak diberikan kepada wanita hamil.
Wanita yang sudah diberikan vaksinasi
seharusnya tidak hamil setelah empat
minggu pemberian. Kehamilan menjadi
kontraindikasi pemberian vaksin rubella
karena karena dapat memberikan efek yang
merugikan bagi janin. Centers for Disease
Control (CDC) mencatat pemberian vaksin
rubella tipe vaksin RA 27/3 kepada wanita
10. Antrax
Antrax disebabkan oleh spora yang
berbentuk bakterium bacillus anthracis,
menyerang manusia pada tiga bentuk:
kulit, pernapasan dan gastrointestinal.
Ketika infeksi antrax menyerang manusia
di selatan dan pusat Amerika Selatan dan
Timur Eropa, Asia, Afrika, dan Timur
Tengah. Angka kematian tinggi dan
potensial risiko gangguan pernapasan.
Vaksin antrax dikembangkan pada tahun
1965, disiapkan dari bakteri bebas yang
mengandung 3 toksin utama yang
diproduksi dari bakteri : antigen pelindung,
faktor lethal, dan faktor edema. Jadwal
vaksinasi yang direkomendasikan yaitu
diberikan sebanyak 3 kali yaitu interval 1-2
minggu dan yang ketiga dengan jarak 6
bulan.2
Vaksin antrax memberikan efek
samping kesehatan reproduksi bagi yang
mendapatkannya. Berdasarkan penelitian
retrospektif didapatkan adanya bayi yang
lahir cacat, setelah ibunya mendapatkan
imunisasi antrax. Semuanya dilahirkan
antara tahun 1998 dan 2004. 115.169 bayi
yang dilahirkan dari wanita selama periode
tersebut, 37.140 lahir dari wanita yang
pernah mendapatkan vaksin antrax dan
3.465 lahir dari wanita yang divaksinasi
pada trimester pertama kehamilan. Bayi
yang ibunya mendapatkan vaksinasi pada
trimester
pertama
pada
umumnya
melahirkan bayi cacat dibandingkan
dengan wanita yang divaksinasi diluar
trimester pertama. Informasi ini dapat
dipertimbangkan
dalam
memberikan
vaksin antrax pada wanita hamil.11
11. Hepatitis A
Hepatitis A menginfeksi 100,000
orang di AS dengan 100 orang meninggal.
Ini berasal dari kontak orang ke orang
melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Efek patologi dari hepatitis
A yaitu terbatas di hati. Hepatitis A
mereplikasi sel hati, virions dari hepatosit
yang terinfeksi ke sinusoid hepar dan
kanalikuli, dimana melewati usus dan
dikeluarkan melalui feses. Selama 2
selama
hamil.
Walaupun
CDC
merekomendasikan pemberian IPV pada
wanita hamil yang memiliki risiko
terinfeksi polio dan yang akan melakukan
perjalanan di daerah endemik polio.2
15. Thypoid
Thypoid mengakibatkan 17 juta
orang demam tifoid dan 200 ribu
meninggal. Demam tifoid ditularkan
melalui makanan dan minuman melalui
rute kotoran dan mulut. Di beberapa daerah
endemik dimana kualitas dari suplai air
minum dan fasilitas WC tidak standar,
angka kejadian kira-kira 100 per 100.000
orang per tahun.2 Di Nepal hampir 40%
infeksi dengan kultur positif. Banyak kasus
dari demam thypoid di negara berkembang
menyerang orang yang berpergian ke
daerah yang berisiko tinggi seperti
Amerika Selatan, India dan Afrika barat,
atau berisiko sedang seperti Mexiko, Haiti,
Afrika dan Iran. Penularan Salmonella
Typhosa meningkat selama di perjalanan.15
Ada dua tipe dari vaksin thypoid
yang digunakan sekarang yaitu vaksin
yang dilemahkan melalui oral dan vaksin
polisakarida melalui suntikan. Vaksin oral
diberikan dalam 4 dosis dengan laporan
efisien rata-rata (50-95%). Tidak ada
bentuk vaksin yang dianjurkan diberikan
kepada ibu hamil, oleh karena oral berasal
dari vaksin hidup dan merupakan
kontraindikasi untuk diberikan kepada
wanita hamil. Kontraindikasi bentuk
parenteral belum ditemukan. Keuntungan
dan
risiko
imunisasi
harus
2
dipertimbangkan bagi wanita hamil.
16. Vaccinia
Cacar air adalah orthopoksivirus,
yang ditemukan pada tahun 1980. Dengan
gejala meliputi demam tinggi dan diikuri
dengan benjolan kemerah-merahan yang
akan menyerang muka dan eksteremitas.
Cacar air biasanya menyebar melalui
droplet dan kontak langsung selama 10
hari setelah cacarnya pecah. Sekarang di
dunia dibuat kebijakan imunisasi dan