Sunteți pe pagina 1din 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PATOLOGI SISTEMIK
NEKROPSI KARNIVORA

FARIS DIMASWANGI
125130100111044
KELOMPOK 1

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

HASIL PRAKTIKUM
Signalement
Nama

: Sam Ngicuk

Pemilik

: Pak Anonim

Jenis hewan

: kucing

Umur

: 2 tahun

Berat badan

: 2,5 kg

Warna rambut

: Putih-krem

Tanda khusus

: Terdapat warna kekuningan di dekat mata

Anamnesis
Tanpa anamnesis (hewan didapatkan dari cadaver cool storage Laboratorium Anatomi
Veteriner Universitas Brawijaya Malang)
Hasil Pemeriksaan Sistema Organ dan Diagnosis
Organ
Gigi
Hepar
Ginjal
limpa
Vesika urinaria
Jantung
Traktus gastrointestinal

Perubahan Patologis
Terdapat dental kalkuli
Terdapat bintik-bintik putih
(masa jaringan fibrosa)
medula ginjal tampak berwarna
kehitaman
Terjadi pembengkakan berisi
urine
Terdapat feses di dalam colon

Diagnosis kucing yang telah dilakukan nekropsi dinyatakan mengidap urolithiasis, karena
terjadi pembengkakan vesika urinaria akibat batu urolit. Urolithiasis yang terjadi pada hewan
tersebut juga mengakibatkan terdesaknya kolon sehingga laju peristaltik colon menjadi
terhambat dan feses tertahan di dalamnya, diketahui dari hasil nekropsi bahwa colon masih
berisi feses

Etiologi Urolithiasis
Urolithiasis dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana terdapat mineralisasi
makroskopik, urolit, didalam sistem urinari. Urolit memiliki ukuran yang bermacam-macam,
mulai dari partikel seperti pasir sampai berukuran lebih besar yang terlihat apabila dilakukan
pemeriksaan radiografi. Urolit ini merupakan suatu bentukan dari polycrystalline yang terdiri
dari satu atau lebih mineral. Urolit atau disebut juga bladder stone merupakan batu yang
terbentuk akibat supersaturasi di urin dengan mineral-mineral tertentu (Sastrowardoyo, 1997)
Kejadian terbentuknya urolit pada vesika urinaria sering menyerang hewan domestik,
terutama pada anjing dan kucing peliharaan. Urolit yang terdapat di dalam vesika urinaria
memiliki beragam bentuk dan jumlah tergantung pada infeksi, pengaruh diet/konsumsi, dan
genetik. Urolit dapat terbentuk pada bagian manapun dari traktus urinari anjing dan kucing.
Urolit dengan berbagai komposisi mineral telah ditemukan pada kucing, termasuk struvite,
kalsium oksalat, kalsium fosfat, uric acid/urate, dan cystine. Sedangkan pada anjing jenis
urolit yang dapat ditemukan meliputi struvite, kalsium oksalat, kalsium fosfat, urate, cystine,
silica, dan xanthine (Gipson, 1996)
Batu yang terdapat pada ginjal secara kronis dapat menyebabkan komplikasi pada
ginjal, akibat dari gangguan iritasi lokal dan infeksi sekunder. Iritasi lokal dapat
mengakibatkan terjadinya hiperplasia mukosa sehingga dinding pelvis menebal. Batu pada
ureter menyebabkan terjadinya hydroureter atau penimbunan cairan pada ureter dan
hydronephrosis atau penimbunan cairan pada nefron ginjal. Efek dari batu pada vesika
urinaria sama dengan yang ditemukan pada pelvis renalis yaitu menyebabkan iritasi lokal,
retensi, infeksi sekunder, dan peradangan yang dapat menyebabkan peradangan pada lapisan
mukosa serta perdarahan. Efek dari iritasi tergantung pada ukuran dan bentuk batu yang
mempunyaki permukaan licin aau kasar. Perubahan pada vesika uniria secara kronis biasanya
terjadi jika batu terdapat pada vesika urinari dalam waktu yang lama yaitu hipertrofi mukosa.
Efek batu pada uretra tergantung pada lamanya gangguan yang terjadi karena akibat iritasi
lokal. Batu dengan permukaan yang halus lebih mudah melewati uretra dibandingkan dengan
batu yang memiliki permukaan yang tajam, karena permukaan yang tajam lebih menudah
melekat pada mukosa uretra (Gipson, 1996)
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik) Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik;

Faktor intrinsik, meliputi:


1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur
3. Jenis kelamin
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada
daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5. Aktifitas; penyakit ini sering dijumpai pada hewan yang kurang bergerak atau kurang
aktivitas fisik (sedentary life).

Terdapat beberapa teori kemungkinan mengenai mekanisme pembentukan batu baik


secara tunggal atau kombinasi (Pasaribu, 2001).
1.

Teori pembentukan inti, kristaloid urin akan mengendap dan membentuk inti batu dalam
matriks organis. Biasanya kristaloid urin akan mengendap jika banyak sel yang
terkelupas, eksudat peradangan, disertai dengan nekrotik atau jaringan yang mengalami
kematian.

2.

Teori pembentukan plak, kalsium akan menutupi epitelium yang terkikis atau terkelupas.
Pembentukan plak kemudian akan tertutupi oleh massa mineral lainnya seperti kalsium
fosfat atau oksalat. Plak yang menempel tersebut kemudian dapat terlepas dan
membentuk batu

3.

Teori Penghambatan kristalisasi, urine normal mengandung zat penghambat pembentuk


kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar
salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam

4.

saluran kemih.
Teori pengendapan, batu terjadi akibat ketidakseimbangan rasio koloid urinari dengan
kristaloid.

5.

Teori infeksi menyebutkan, infeksi yang diikuti dengan peradangan hebat merupakan hal
penting dalam pembentukan batu.

6.

Teori urinari statis, terhambatnya aliran urin akan meningkatkan kecenderungan


terjadinya infeksi. Berdasarkan observasi klinik ditemukan bahwa urin statis atau
terbendungnya saluran air kemih berpengaruh terhadap pembentukan batu. Statis akan
menimbulkan kerusakan pada ginjal akibat kemungkinan peningkatan reasorbsi air,

peningkatan konsentrasi kristaloid dan peningkatan timbulnya infeksi. Statis dapat


disebabkan oleh batu, tumor di dalam saluran kemih, dan adanya hipertrofi pada sel
epitelium dinding seluran kemih. Tumor, hiperplasia dan organ viseral lainnya di rongga
abdomen dapat menekan saluran kemih dari luar sehingga dapat menyebabkan terjadinya
statis juga.
7.

Teori Reaksi urinaria, urin akan mempertahankan kandungan garamnya dalam larutan
yang mana kandungan garam tersebut akan menentukan komposisi kimia batu. Lapisan
konsentrik batu dapat bervariasi komposisinya tergantung dari reaksi urin pada saat
garam urinaria diendapkan

8.

Hiperparatiroidisme, terjadi akibat tumor pada kelenjar paratiroid menyebabkan


gangguan keseimbangan hormonal. Gangguan hormon dapat menyebabkan adanya
retensi fosfat dan kadar kalsium yang rendah. Hiperparatiroidisme juga dilaporkan dapat
menyebabkan kalsifikasi pada ginjal, melalui stimulasi peningkatan kadar intraseluler
kalsium yang kemudian mengendap di dalam mitokondria.

9.

Sistinuria, terjadinya batu cystine berhubungan dengan gangguan metabolisme protein.


Salah satu konsep yang dapat menyebabkan terjadinya batu dalam saluran urinari yaitu
mekanisme yang didasari oleh kenaikan konsentrasi kristaloid mengakibatkan ekskresi
urin yang berlebihan. Mekanisme ini disebabkan oleh penurunan volume urin, ekskresi
kristaloid, dan konsentrasi kristaloid yang tinggi pada urin. Salain itu konsentrasi
kristalois yang tinggi dalam urin dapat terjadi bila salah satu kristalois diekskresikan
dalam darah secara berlebihan, misalnya pada kasus hiperkalsiuria. Penyebab tingginya
konsentrasi kristloid dalam urin adalah berkurangnya pengeluaran urin sehingga
konsentrasi garam dalam urin menjadi tinggi. Tetapi konsentrasi kristaloid yang tinggi
saja belum cukup untuk memulai proses pembentukan batu. Keadaan ini harus disertai
faktor-faktor lain yaitu adanya bakteri dan perubahan pH air urin.

10. Teori faktor diet menyebutkan bahwa, konsentrasi anroganik dan organik kandungan
urinari tergantung pada diet. Ketidakseimbangan diet dapat secara tidak langsung
berpengaruh terhadap komposisi kimia batu akibat adanya perubahan konsentrasi zat
anorganik dan organik kandungan urin.
Gejala Klinis
Gejala klinis tersebut antara lain kesulitan urinasi (disuria), sering menjilat daerah
genital, merejan saat buang air kecil (kadang disertai suara tangisan), serta darah pada urin.
Selain itu, kucing dengan Feline Lower Urinary Tract Disease biasanya tidak nafsu makan.

Pada keadaan yang lebih serius kucing jantan yang mengalami obstruksi uretra komplit akan
menunjukkan gejala muntah, kelemahan, serta perut yang menegang dan sakit (Pinney 2009).
Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat,
asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang
komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya
batu residif
a. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan
yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:

Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan
kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya
peningkatan reasorbsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme

primer atau tumor paratiroid.


Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai

pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat
Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam
urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium
oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin

atau berasal dari metabolisme endogen.


Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan
hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi

atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.


Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi
dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium

dengan oksalat
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini
dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
pemecah urea (urea splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobacter,
Pseudomonas dan Staphylococcus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah
urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini

memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu


magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
c. Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh
penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik
(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein
mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH kurang dari 6, volume urine
kurang dari 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria).

DAFTAR PUSTAKA
Gipson, J.M. 1996. Urolitiasis. In Y. Asih (Ed). Mikrobiologi dan Patologi Modern untuk
Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Pasaribu, S. 2001. Telaah Histopatologi Urolithiasis Pada Kucing. Skripsi Program Sarjana.
Fakultas Kedokteran Hewan IPB: Bogor.
Pinney CC. 2009. Feline Lower Urinary Tract Disease. <http://maxshouse.com/> Diakses
tanggal 4 Januari 2016.
Sastrowardoyo, S. 1997. Urologi Penuntun Praktis. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.

LAMPIRAN

S-ar putea să vă placă și