Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Pertusis)
2012
WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
DEFINISI
Pertussis adalah suatu penyakit suatu infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh bakteri Bordotella pertussis. Pertussis sering juga disebut sebagai tussis
quinta, whooping cough atau batuk rejan Penyakit ini ditandai dengan demam dan
perkembangan batuk semakin berat. Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan atau
pertussis. Serangan batuk terjadi tiba-tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh
udara di dalam paru-paru terbuang keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien
pertussis telah kekurangan udara sehingga bernapas dengan cepat, suara pernapasan
berbunyi seperti pada bayi yang baru lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang
dewasa bunyi ini sering tidak terdengar.
Penyakit ini dapat menyerang segala umur. Namun kebanyakan menyerang pada
anak-anak. Infeksi dari penyakit ini akan sangat berbahaya apabila menyerang infant.
Tozzi et al (2005) menyatakan setidaknya pada tahun 1990-an, 20-40 juta kasus
pertussis terjadi di seluruh dunia dan sekitar 400.000 kematian tiap tahun. Sekitar 90 %
infant dibawah 6 bulan yang terinfeksi pertussis meninggal. Sedangkan pada orang
dewasa walaupun gejala yang dihadapi lebih ringan namun mereka dapat menularkan
penyakit tersebut pada orang lain terutama anak-anak yang yang belum mandapatkan
imunisasi .
Etiologi
Secara umum pertussis disebabkan oleh Bordotella pertussis. Namun kadang
pula disebabkan oleh Bordotella parapertussis. Dua pathogen tersebut adalah pathogen
manusia sendiri sedangkan B.bronchiseptica merupakan pathogen yang lazim pada
binatang. Walaupun pada umumnya pertussis ditularkan langsung pada manusia melalui
percikan ludah penderita, penularan dari binatang bisa saja terjadi. Hal ini ditemukan
terutama pada orang yang system imunnya sedang mengalami penurunan ataupun pada
anak-anak yang bermain-main dengan binatang dan belum menerima imunisasi.
Patofisiologi
Mulainya penyakit, biasanya muncul sebagai akibat pilek tanpa demam yang
berlanjut dengan suatu peningkatan jumlah serangan batuk yang menjadi hebat dan
paroksimal. Biasanya lebih lazim dimulai pada malam hari, tetapi kemudian lebih
banyak batuk selama siang hari dengan 20 atau lebih serangan dalam 24 jam. Anak
membuat usaha keras untuk membersihkan jalah nafas dari lendir , dan bila ini dipaksa
keluar, maka akan diikuti dengan rejan yang khas dan sering muntah.
Perkembangan penyakit pertussis dimulai ketika B. pertussis masuk saluran
napas. Bakteri ini melekat pada silia mukosa saluran pernapasan.. Organisme hanya
akan berkembang biak jika behubungan dengan epitel bersilia yang menimbulkan
eksudasi mukopurulen. Tracheal cytotoxin dan toxin lain diproduksi dan dilepaskan
oleh bakteri ini. Toxin ini merusak cilia dan Respiratory ephitalium sehingga muncul
peradangan (brook,2006). Efek lain munculnya Lesi berupa nekrosis bagian basal dan
tengah sel epitel torak disertai infiltrat neutrofil dan makrofag. Lesi biasanya terdapat
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 2
WOC
Bardotella pertusis
Saluran Napas
Menghasilkan Tracheal
cytotoxin dan toxin
Fase Kataralis
Fase Spasmodik
Fase konvalesen
Manifestasi Klinis
Masa tunas rata-rata pertussis adalah 7 hari dan berkisar antara 6-20 hari.
Pada umumnya penyakit berlangsung selama 6-8 minggu.
Gejala-gejala sistemis pada umumnya terbagi dalam 3 stadium :
1. Stadium Kataralis ( 1-2 minggu atau lebih ) Tanda / gejala :
a. Gejala infeksi saluran nafas bagian atas dengan timbulnya rinore.
b. Batuk dan panas yang ringan.
c. Anoreksia.
d. Batuk timbul mula-mula malam, siang dan menjadi semakin berat.
e. Sekret banyak dan kental.
f. Konjungtiva kemerahan.
Pada stadium ini biasanya tidak dipikirkan diagnosis pertussis karena sering
tidak dapat dibedakan dengan penyakit influenza.
2. Stadium Spasmodik ( 2-4 minggu atau lebih ) Tanda / gejala :
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 3
Penatalaksanaan
1. Antibiotik
a. Eritromisin dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.Obat ini
menghilangkan B.pertussis dan nasofaring dalam 2-6 hari (rata-rata 3-6 hari),
dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi.
Eritromisin juga menggugurkan atau menyembuhkan pneumonia.Oleh
karena itu, sangat penting dalam pengobatan pertussis khususnya pada bayi
muda.
b. Ampisilin dengan dosis 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
c. Azythromycin 10 mg/kgBB pada hari pertama diikuti dosis harian 5
mg/kgBB (maksimum 1000 mg pada hari pertama dan 500 mg pada hari 2-5),
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 4
Komplikasi
1. Alat Pernafasan
Tozzi et al (2005) menyatakan 6% kasus pertussis pada anak berkembang
dengan munculnya pneumonia. Dapat pula terjadi otitis media (sering pada
bayi), bronchitis, bronkopneumonia, atelektasis yang disebabkan sumbatan
mucus, emfisema ( dapat terjadi emfisema mediastinum, leher, kulit pada kasus
yang berat ), bronkiektasis; sedangkan tuberkulosis yang sebelumnya telah ada
dapat menjadi lebih berat.
2. Alat Pencernaan
Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emisiasi ( anak menjadi
kurus sekali ) serta gangguan nutrisi berat, prolaps rectum atau hernia yang
mungkin timbul karena tingginya tekanan intraabdominal; ulkus pada ujung
lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada waktu serangan batuk, juga
stomatitis.
3. Susunan Saraf
Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat
muntah-muntah. Kadang-kadang terdapat kongesti dan edema pada otak,
mungkin pula terjadi pendarahan otak. Tozzi et all (2005) menyatakan sekitar
tahun 1990-an, 0.9 dari 100.000 kasus pertussis disertai dengan komplikasi
encephalopathy.
4. Lain-lain
Dapat juga terjadi pendarahan lain seperti epiptaksi, hemoptitis, dan
pendarahan subkonjungtiva, cardiac arrhythmia, paroxisme, post-tussive
sianosis.
Prognosis
Bergantung ada tidaknya komplikasi terutama komplikasi paru dan saraf pada
bayi dan anak kecil (mansjoer et al, 2000:429).
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 5
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian riwayat kesehatan yang lengkap pada pasien harus dilakukan,
yang menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala batuk yang terus menerus,
dehidrasi, menurunnya nafsu makan, cyanosis. Menetapkan kapan gejala mulai
timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa yang dapat menghilangkan atau
meringankan gejala tersebut dan apa yang memperburuk gejala adalah bagian
dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit
yang timbul bersamaan.
Pada tahap pengkajian, dilakukan juga pemeriksaan fisik pada pasien.
Pemeriksaan fisik pada pasien pertusis didasarkan pada :
1. Pernafasan B1 (breath)
a.
Bentuk dada : normal
Dengan bentuk dada tidak normal seperti :
1. sternum menonjol ke depan (pigeon chest)
2. bentuk dada bulat seperti gentong (barel chest)
b. Pola napas : tidak teratur
Dengan pola napas tidak teratur seperti :
c.
d.
e.
f.
g.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 6
Kardiovaskular B2 (blood)
a.
b.
c.
d.
Persyarafan B3 (brain)
a.
b.
c.
Kebersihan : bersih
Bentuk alat kelamin : normal
Uretra : normal
Pencernaan B5 (bowel)
a.
b.
c.
d.
Perkemihan B4 (bladder)
a.
b.
c.
Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
a.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 7
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 8
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 9
CONTOH KASUS
Seorang balita berumur sekitar lima tahun mengalami batuk yang sudah lebih
dari dua minggu. Ciri batuk tersebut disertai whoop dan diakhir batuk
seringmengeluarkan secret yang kental. Setelah batuk balita tersebut sering mengalami
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 10
sesak nafas dan kelelahan yang mengakibatkan bayi tersebut mengalami gangguan
nutrisi berat. Bagaimana asuhan keperawatannya?
1.
B1=pola nafas kussmaul, suara nafas ronchi, terjadi penyempitan jalan nafas dan ada
retraksi otot bantu nafas.
B2=terdapat nyeri di dada
B3=normal
B4=kencing bersih tapi inkontinensia apalagi ketika batuk.
B5=nafsu makan menurun, porsi makan juga tidak habis
B6=normal
2.
Diagnosa Keperawatan
A.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
ditandai dengan: Frekuensi nafas tidak normal dan bunyi nafas tidak normal
-
INTERVENSI
INTERVENSI
INTERVENSI
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 11
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 12
PENUTUP
Kesimpulan
Pertussis adalah suatu penyakit suatu infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh bakteri Bordotella pertussis. Namun kadang pula disebabkan oleh
Bordotella parapertussis. Pertussis sering juga disebut sebagai tussis quinta,
whooping cough atau batuk rejan Penyakit ini ditandai dengan demam dan
perkembangan batuk semakin berat. Penyakit ini kebanyakan menyerang pada
anak-anak dan akan sangat berbahaya apabila menyerang infant. Hal ini ditemukan
terutama pada orang yang system imunnya sedang mengalami penurunan ataupun
pada anak-anak yang bermain-main dengan binatang dan belum menerima
imunisasi. Masa tunas rata-rata pertussis adalah 7 hari dan berkisar antara 620 hari. Pada umumnya penyakit berlangsung selama 6-8 minggu.
Saran
Pertussis merupakan suatu penyakit pernapasan yg menyerang semua umur
terutama pada anak-anak. Perawat diharapkan memiliki ilmu dan pengetahuan
tentang penyakit pertussis ini, sehingga perawat mampu memberikan intervensi
keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Hal ini berhubungan dengan peran
perawat sebagai seorang care provider yang mampu memberikan asuhan
keperawatan dengan baik dan benar.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 13
DAFTAR PUSTAKA
Brook, D.A., Clover.(2006). Pertussis Infection in the United States: Role for
Vaccination of Adolescents and Adults. JABFM journal,19, 603-611. Diakses 30
mei 2011, dari JABEFM database. http://www.jabfp.com/cgi/reprint/19/6/603.
Cherry, James D. (1998). Pertussis in Adults. Annals Journal,128, 64-66. Diakses 30
mei
2011,
dari
Annals
database.
http://www.annals.org/content/128/1/64.full.pdf+html.
Hadi,
Solikhul.
2010.
Askep
http://solikhulhadi98.wordpress.com/2010/09/22/askep-pertusis/
Diakses pada 5 Juni 2011 pukul 12.00
pertusis.
Mansjoer, arif. Et al.(Ed.) (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke Tiga Jilid 2.
Jakarta: Media Aesculapius.
Tozzi, A.E., Celentano, L.P., Atti, M.L.C.D, Salmaso. (2005). Diagnosis and
Management Pertussis. Canadian Medical journal, 172, 509-515. Diakses 30 mei
2011,
dari
CAMJ
database.
http://www.canadianmedicaljournal.ca/cgi/content/abstract/172/4/509.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 14