Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
EPULIS GRAVIDARUM
Disusun Oleh:
Fatimah Shellya, S.Ked
Robiokta Alfi Mona, S.Ked
Riandri Lingga Gunawan, S.Ked
04054821517118
04054821517120
04054821517127
Pembimbing:
drg. Purwandito
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Judul
EPULIS GRAVIDARUM
Oleh:
Oleh:
disetujui sebagai
04054821517118
04054821517120
04054821517127
salah
Palembang,
Oktober2015
drg. Purwandito
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
penulisdapat
menyelesaikan
laporan
kasusdengan
judul
Epulis
Ilmu
Kedokteran
Gigi
Fakultas
Kedokteran
Universitas
SriwijayaPalembang.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada drg.
Purwanditoselaku pembimbing yang telah membantu penyelesaian laporan kasus
ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda
dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.Demikianlah penulisan laporan ini,
semoga bermanfaat, amin.
Palembang,
Oktober 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
REKAM MEDIK
I. IDENTIFIKASI
Nama
Umur
: 25 tahun
: BP Talang Kelapa
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
Pendidikan
: SMA
Ruangan
: Poliklinik
MRS
:-
No. medrec
: 915727
: Tidak ada
Ada Disangkal
Penyakit Jantung
HIV/ AIDS
Penyakit Pernafasan/paru
Kelainan Pencernaan
Penyakit Ginjal
Epilepsy
e.
f.
2.
Sensorium
: Compos Mentis
3.
Berat Badan
: 46 kg
4.
Tinggi Badan
: 156 cm
5.
Vital Sign
- Nadi
- Respiratory Rate
- Temperatur
: 36,60C
- Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
2.
3.
Mukosa bukal
Mukosa palatum
Mukosa labial
Palatum
Torsus palatinus
: Tidak ada
Lidah
Dasar mulut
Ginggiva
Malposisi
: Tidak ada
Maloklusi
: Tidak ada
Plak
Kalkulus
Atrisi
: Tidak ada
Hubungan rahang
: ortognati
Missing teeth
: Tidak ada
8
d. Status Lokalis
Gigi
Lesi
Sondase
3.6
D6
4.6
D5
CE
Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Perkusi
Palpasi
Diagnosis
Gangren
radiks
Karies dentin
Tindakan
Pro ekstraksi
Pro konservasi
Odontogram
02
51
65
82
40
25
16
59
26
42
51
66
02
88
25
16
61
31
22
51
66
23
36
25
16
63
36
02
51
66
43
84
25
16
65
40
82
51
66
64
32
25
16
67
45
62
51
66
84
80
25
16
69
50
42
51
68
48
64
25
16
70
52
82
51
67
15
52
25
16
72
57
62
51
67
36
00
25
16
74
62
42
51
67
56
48
25
16
76
67
22
51
67
76
96
25
16
78
72
10
02
51
67
97
44
25
16
80
76
82
51
68
17
92
25
16
82
81
62
51
68
38
40
25
16
85
88
82
51
68
69
12
8
IV
III
II
II
III
IV
IV
III
II
II
III
IV
11
V. RENCANA TERAPI
- Epulis
: Pro Gingivektomi
- Gangren Radiks
: Pro Ekstraksi
- Karies dentin
: ProKonservasi
VI. PROGNOSIS
Gigi 3.6 Quo ad Vitam & fungsionam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gejala tumor kehamilan ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan
warna yang bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula yang
berwarna keunguan, paling sering dijumpai pada rahang atas.
Umumnya pasien tidak mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat
mudah berdarah saat pengunyahan atau penyikatan gigi. Pada umumnya lesi ini
11
berukuran diameter tidak lebih dari 2 cm, namun pada beberapa kasus dilaporkan
ukuran lesi yang jauh lebih besar sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.
Umumnya lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya
segera setelah ibu melahirkan bayinya, sehingga perawatan yang berkaitan dengan
lesi ini sebaiknya ditunda hingga setelah kelahiran kecuali bila ada rasa sakit dan
perdarahan terus terjadi sehingga mengganggu penyikatan gigi yang optimal dan
rutinitas sehari-hari.
Namun pada kasus-kasus dimana epulis tetap bertahan setelah bayi lahir,
diperlukan biopsi untuk pemeriksaan lesi secara histologis. Rekurensi yang terjadi
secara spontan dilaporkan pada 75 % kasus, setelah 1 hingga 4 bulan setelah
melahirkan.Bila massa tonjolan berukuran besar dan mengganggu pengunyahan
dan bicara, tonjolan tersebut dapat diangkat dengan bedah eksisi yang konservatif.
Namun terkadang tumor kehamilan ini dapat diangkat dengan laser karena
memberi keuntungan yaitu sedikit perdarahan.
klinis : letak antara 2 gigi, bertangkai, warna agak pucat, konsistensi kenyal
pengobatan : eksisi
terjadi pada mukosa mulut terutama pada tepi ginggiva, pipi dan lidah
Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingival dan juga
sering terjadi pada pipi dan lidah. Etiologinya berasal dari iritasi kronis. Tampak
klinis yang terlihat antara lain bertangkai, dapat pula tidak, warna agak pucat,
konsistensi kenyal, batas tegas, padat dan kokoh. Epulis ini pula tidak mudah
berdarah dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Jika epulis fibroma menjadi terlalu besar, bisa mengganggu pengunyahan
dan menjadi trauma serta ulserasi. Histologis ditandai oleh proliferasi jaringan
12
ikat collagenic dengan berbagai derajat dari sel infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi
ditutupi oleh epitel skuamosa berlapis. Pengobatan ini dengan eksisi biopsi bedah
dan memiliki tujuan untuk menyingkirkan lesi/neoplasma lainnya.
13
Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di antara dua gigi,
kaya vaskularisasi sehingga mudah berdarah dengan sentuhan dan umumnya
berwarna merah keunguan.
Ukurannya bervariasi, sebagian besar kasus biasanya berukuran kurang
dari 2 cm namun ada kasus yang ukurannya diameter melebihi 4 cm. Lesi ini
dapat tumbuh menjadi massa yang bentuknya tidak beraturan yang dapat menjadi
ulserasi dan mudah berdarah. Pada beberapa kasus giant cell epulis dapat
menginvasi tulang di bawahnya sehingga pada gambaran radiografis akan terlihat
erosi tulang. Sebagian besar terdiri atas jaringan granulasi. Konsistensi kenyal,
mudah berdarah bila tersenggol.
Terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang mengalami
proliferasi dengan rete peg (papil epitel yang masuk ke dalam stroma jaringan ikat
dibawah epitel) yang tidak beraturan. Stroma terdiri dari jaringan granulasi yang
disusun oleh jaringan ikat, pembuluh darah, sebukan sel radang akut dan kronis.
Bila ada ulserasi, biasnya sel radang yang banyak dijumpai adalah PMN sehingga
dambarannya menyerupai granuloma piogenikum.
14
Pada bayi yang baru lahir dijumpai massa tonjolan pada mulutnya,
biasanya pada tulang rahang atas bagian anterior (depan). Dari 10% kasus yang
dilaporkan, lesi yang terjadi adalah lesi multipel namun dapat juga berupa lesi
tunggal. Ukuran lesi bervariasi, dari 0.5 cm hingga 2 cm namun ada kasus di
mana ukuran epulis mencapai 9 cm. lesi ini lunak, bertangkai dan terkadang
berupa lobus-lobus dari mukosa alveolar. Bila epulis terlalu besar, dapat
mengganggu saluran pernafasan dan menyulitkan bayi saat menyusu.
Secara histologis, epulis kongenital mirip dengan granular cell tumor yang
terjadi pada orang dewasa. Perbedaannya adalah pada epulis kongenital tidak
rekuren dan tampaknya tidak berpotensi ke arah keganasan. Kelainan ini dapat
ditemui secara dini saat sang ibu memeriksakan kandungan melalui alat
sonography namun diagnosa yang pasti belum dapat ditegakkan.
Pada sebagian besar kasus, epulis cenderung mengecil dengan sendirinya
dan menghilang saat bayi mencapai usia sekitar 8 bulan. Dengan demikian lesi
yang berukuran kecil tidak membutuhkan perawatan.
Lesi yang lebih besar dapat mengganggu pernafasan dan/atau menyusui
sehingga perlu dilakukan pembedahan dengan anestesi total. Dilaporkan
keberhasilan penggunaan laser karbondioksida untuk mengoperasi lesi epulis yang
besar. Dari kasus-kasus yang ada, kejadian ini tampaknya tidak mengganggu
proses pertumbuhan gigi.
pada
kulit.
http://www.blogger.com/post-
edit.g?blogID=1694156382453134331&postID=548641069715822173http://www.blogg
er.com/postedit.g?blogID=1694156382453134331&postID=548641069715822173Epulis
sering
menggunakan
gigi
palsu.http://www.blogger.com/post-
edit.g?blogID=1694156382453134331&postID=548641069715822173Kebanyakan
kasus terjadi pada wanita. Pada kenyataannya, wanita lebih suka menggunakan
gigi palsu dalam waktu yang lebih lama, karena alasan estetik. Kemungkinan,
perubahan epitel menjadi atropi pada wanita menopause, mempengaruhi
kejadiannya pada wanita yang lebih tua. Epulis fissuratum terbanyak terjadi pada
umur 50, 60, dan 70-an, tapi dapat ditemukan pada hampir seluruh umur. Epulis
fissuratum pernah ditemukan pada anak kecil. Faktanya, lesi berhubungan dengan
penggunaan gigi palsu dan proses iritasi yang kronis memiliki insidensi lebih
tinggi pada individu yang lebih tua.
http://www.blogger.com/postedit.g?blogID=1694156382453134331&postID=548641069715822173Pemeriksaan
17
Gambar 8. Epulis Fissuratum pada anterior mandibula, pada tempat gigi palsu
biasa dipasang. Terlihat fambaran eritema. Pada permukaan lesi biasanya halus
seperti pada gambar.
Penyebab dari epulis fissuratum adalah iritasi kronis ringan pada tempat
pemasangan gigi palsu. Biasanya, berhubungan dengan resopsi dari tulang
alveolar,
supaya
gigi
palsu
dapat
bergerak
pada
mukosa
vestibuler,
18
Tahapan operasi
f. Komplikasi operasi
Perdarahan
Infeksi
Residif
g. Mortalitas
Sangat rendah
h. Perawatan Pascabedah
Infus Ringer Lactate dan Dextrose 5% dengan perbandingan 1 : 4 (sehari).
20
i. Follow-Up
Tiap minggu sampai luka operasi sembuh
21
BAB III
ANALISIS KASUS
pemeriksaan
ekstraoral
tidak
didapatkan
asimetri
wajah,
21
trimester pertama dimana mulai terjadi perubahan hormonal yaitu estrogen dan
progesteron. Hormon estrogen dan progesteron pada kehamilan menyebabkan
pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan bertambahnya aliran darah
sehingga memudahkan terjadinya suatu proses peradangan dan ginggiva menjadi
lebih merah, bengkak, dan mudah mengalami perdarahan. Selain itu iritasi lokal
yang kronis akibat plak, kalkulus, dan karies dapat menyebabkan epulis, dimana
proses peradangannya dipermudah oleh perubahan hormonal tersebut. Pasien juga
memiliki kebiasaan buruk jarang menyikat gigi pada malam hari, padahal waktu
malam selama tidur merupakan waktu kontak yang panjang untuk bakteri
menyebabkan terjadinya infeksi lokal.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis banding yang
paling mungkin adalah karsinoma ginggiva, namun dari pemeriksaan fisik juga
tidak didapatkan adanya nyeri tekan, batas yang tidak tegas, permukaan yang
tidak rata, dan juga tidak didapatkan penyebaran ke limfe regional yang biasanya
dapat terjadi pada kanker ginggiva.
Umumnya lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya pada
akhir kehamilan (bulan ke-9) dan beberapa hari setelah melahirkan, maka dari itu
dokter klinik BP Talang kelapa menyarankan agar perawatan gigi dilakukan
setelah melahirkan untuk melihat bagaimana perkembangan epulis tersebut.
Namun karena setelah bayi lahir dan hingga 2 bulan epulis tetap bertahan,
maka untuk menegakkan diagnosis lebih pasti dan untuk penatalaksanaan lebih
lanjut maka diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiografis
untuk mengetahui sejauh mana kerusakan jaringan dan struktur tulang
pendukungnya, serta pemeriksaan histopatologis untuk dapat mengetahui secara
pasti jenis epulis dan kemungkinan etiologi sehingga dapat menyingkirkan
diagnosis banding yang lain dengan lebih tepat.
Jika masa semakin membesar, mengganggu pengunyahan dan bicara,
maka tonjolan tersebut dapat diangkat dengan bedah eksisi yang konservatif.
Untuk gangrene readiks dilakukan pro ekstraksi, yaitu pencabutan pada gigi
tersebut. Untuk karies dentin dilakukan pro konservasi, yaitu penambalan gigi
yang mengalami karies.
22
DAFTAR PUSTAKA
24
Dwiretno, Tantin. 2013. Epulis fibrosa dan granuloma piogenikum pada regio
gigi dengan hambatan oklusal
http://staff.ui.ac.id/internal/130536742/publikasi/epulisfibrosa.pdf di akses
pada 5 Oktober 2015
25