Sunteți pe pagina 1din 28

Laporan Kasus

EPULIS GRAVIDARUM

Disusun Oleh:
Fatimah Shellya, S.Ked
Robiokta Alfi Mona, S.Ked
Riandri Lingga Gunawan, S.Ked

04054821517118
04054821517120
04054821517127

Pembimbing:
drg. Purwandito

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI


RSUP DR.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus
Judul

EPULIS GRAVIDARUM

Oleh:

Oleh:

Fatimah Shellya, S.Ked


Robiokta Alfi Mona, S.Ked
Riandri Lingga Gunawan, S.Ked

Telah diterima dan

disetujui sebagai

04054821517118
04054821517120
04054821517127

salah

satu syarat mengikuti ujian

Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Keedokteran Gigi Fakultas Kedokteran


Univesitas Sriwijaya periode 28September 2015 13 Oktober 2015

Palembang,

Oktober2015

drg. Purwandito

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
penulisdapat

menyelesaikan

laporan

kasusdengan

judul

Epulis

Gravidarumsebagai salah satu syarat dalam mengikutiKepaniteraanKlinikdi


Departemen

Ilmu

Kedokteran

Gigi

Fakultas

Kedokteran

Universitas

SriwijayaPalembang.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada drg.
Purwanditoselaku pembimbing yang telah membantu penyelesaian laporan kasus
ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda
dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.Demikianlah penulisan laporan ini,
semoga bermanfaat, amin.

Palembang,

Oktober 2015

Penulis

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
BAB I. LAPORAN KASUS ................................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10
2.1 Definisi Epulis ............................................................................................. 10
2.2 Faktor Predisposisi Epulis ............................................................................ 10
2.3 Klasifikasi Epulis......................................................................................... 10
2.4 Tatalaksana Epulis ........................................................................................ 19
BAB III. ANALISIS MASALAH ......................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

iv

BAB I
REKAM MEDIK

I. IDENTIFIKASI
Nama

: Ny. Rosmawati binti Samsudin

Umur

: 25 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Alamat

: BP Talang Kelapa

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Pekerjaan

:Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SMA

Ruangan

: Poliklinik

MRS

:-

No. medrec

: 915727

II. ANAMNESA(Autoanamnesa pada tanggal 5 Oktober 2015 pukul 15.00


WIB di poli gigi dan Mulut RSMH)
a. Keluhan Utama : Ada benjolan di gusi pada bagian atas depan
kanandan sering berdarah sejak 8 bulan yang lalu
b. Keluhan Tambahan

: Tidak ada

c. Riwayat Perjalanan Penyakit:


Sejak 8 bulan yang lalu, saat pasien hamil 3 bulan, pasien
mengatakan gigi bagian kanan atas terasa sakit kemudian diikuti
munculnya benjolan sebesar biji kacang di gusi pada bagian gigi
depan atas. Benjolan semakin lama semakin membesar, mudah
berdarah terutama saat sikat gigi, tidak sakit, terasa mengganjal saat
makan dan minum. Kemudian pasien berobat ke klinik BP Talang
kelapa dan dikatakan benjolan tersebut diakibatkan pengaruh
kehamilan dan sebaiknya diobati setelah persalinan, pasien hanya
diberikan obat kumur.
1 minggu smrspasien kembali berobat ke klinik BP talang
kelapa dan dikatakan tidak ada alat untuk membuang benjolan pada
gusi,kemudian pasien dirujuk ke RS Bayangkara dan kemudian pasien
dirujuk ke poli gigi dan mulut RSMH Palembang.

d. Riwayat Penyakit atau Kelainan Sistemik

Penyakit atau Kelainan Sistemik

Ada Disangkal

Alergi : debu, dingin

Penyakit Jantung

Penyakit Tekanan Darah Tinggi

Penyakit Diabetes Melitus

Penyakit Kelainan Darah (ITP)

Penyakit Hepatitis A/B/C/D/E/F/G/H

Kelainan Hati Lainnya

HIV/ AIDS

Penyakit Pernafasan/paru

Kelainan Pencernaan

Penyakit Ginjal

Penyakit / Kelainan Kelenjar ludah

Epilepsy

e.

Riwayat Perawatan Gigi dan Mulut Sebelumnya


- Riwayat cabut gigi (-)
- Riwayat tambal gigi (-)
- Riwayat trauma (-)
- Riwayat membersihkan karang gigi (-)

f.

Riwayat Kebiasaan buruk


- Jarang menyikat gigi sebelum tidur
- Kebiasaan mencongkel gigi yang berlubang dengan tangan/benda
asing (-)
-Kebiasaan merokok (-)
- Kebiasaan mengkonsumsi permen atau coklat (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Umum Pasien
1.

Keadaan Umum Pasien

: Tampak sakit ringan

2.

Sensorium

: Compos Mentis

3.

Berat Badan

: 46 kg

4.

Tinggi Badan

: 156 cm

5.

Vital Sign
- Nadi
- Respiratory Rate

: 82x/menit, isi dan tegangan cukup


: 20x/menit
7

- Temperatur

: 36,60C

- Tekanan Darah

: 110/70 mmHg

b. Pemeriksaan Ekstra Oral:


1.

Wajah, bibir dan pipi tidak ada kelainan.

2.

Pembesaran KGB: tidak ada.

3.

TMJ: Dalam batas normal, tidak ada dislokasi dan clicking

c. Pemeriksaan Intra Oral:


-

Mukosa bukal

: Dalam batas normal

Mukosa palatum

: Dalam batas normal

Mukosa labial

: Dalam batas normal

Palatum

: Tidak ada kelainan

Torsus palatinus

: Tidak ada

Torsus mandibularis : Tidak ada

Lidah

: dalam batas normal

Dasar mulut

: Tidak ada kelainan

Ginggiva

:Ada massa lunak pada regio (1.3),(1.4),(1.5)


kemerahan,spontan bleeding (-),
ukuran 2 x 1,5 x 0,5cm

Malposisi

: Tidak ada

Maloklusi

: Tidak ada

Plak

: Ada, di regio rahang kanan bawah

Kalkulus

: Ada, di regio rahang kanan bawah

Atrisi

: Tidak ada

Hubungan rahang

: ortognati

Missing teeth

: Tidak ada
8

d. Status Lokalis
Gigi

Lesi

Sondase

3.6

D6

4.6

D5

CE
Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan

Perkusi

Palpasi

Diagnosis
Gangren
radiks
Karies dentin

Tindakan

Pro ekstraksi

Pro konservasi

Odontogram
02
51
65
82
40
25
16
59
26
42
51
66
02
88
25
16
61
31
22
51
66
23
36
25
16
63
36
02
51
66
43
84
25
16
65
40
82

51
66
64
32
25
16
67
45
62
51
66
84
80
25
16
69
50
42
51
68
48
64
25
16
70
52
82
51
67
15
52
25
16
72
57
62
51
67
36
00
25
16
74
62
42
51
67
56
48
25
16
76
67
22
51
67
76
96
25
16
78
72

10

02
51
67
97
44
25
16
80
76
82
51
68
17
92
25
16
82
81
62
51
68
38
40
25
16
85
88
82
51
68
69
12
8

IV

III

II

II

III

IV

IV

III

II

II

III

IV

11

IV. TEMUAN MASALAH


-Ada massa lunak pada regio (1.3),(1.4),(1.5) kemerahan,spontan
bleeding (-), ukuran 2 x 1,5 x 0,5 cm
- Gangren Radiks 3.6
- Karies dentin pada gigi 4.6

V. RENCANA TERAPI
- Epulis

: Pro Gingivektomi

- Gangren Radiks

: Pro Ekstraksi

- Karies dentin

: ProKonservasi

- Dental Health Education

VI. PROGNOSIS
Gigi 3.6  Quo ad Vitam & fungsionam

: Dubia ad bonam

Gigi 4.6 Quo ad Vitam & fungsionam

: Dubia ad bonam

Epulis  dubia ad bonam

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Epulis


Epulis merupakan istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti
tumor pada gingiva (gusi). Definisi epulis adalah tumor jinak yang tumbuh dari
gingiva, berasal dari jaringan periodonsium atau jaringan periosteum.

2.2. Faktor Predisposisi Epulis


Faktor predisposisi epulis antara lain iritasi kronis lokal (misalnya kalkulus,
karies servikal, sisa akar gigi) dan perubahan hormonal.

Gambar 1. Gambaran predileksi epulis pada gusi dan bukalis

2.3. Klasifikasi Epulis


Epulis dapat dibedakan berdasarkan etiologi terjadinya antara lain:
1. Epulis Gravidarum
2. Epulis Congenitalis
3. Epulis Fibromatosa
4. Epulis Granulomatosa
5. Epulis Fissuratum
10

2.3.1 Epulis Gravidarum (Tumor Kehamilan)


Epulis gravidarum adalah granuloma pyogenik yang berkembang pada gusi
selama kehamilan. Tumor ini merupakan lesi proliferatif jinak pada jaringan lunak
mulut dengan angka kejadian berkisar dari 0.2 hingga 5 % dari ibu hamil. Epulis
tipe ini berkembang dengan cepat, dan ada kemungkinan berulang pada kehamilan
berikutnya.Tumor kehamilan ini biasanya muncul pada trimester pertama
kehamilan namun ada pasien yang melaporkan kejadian ini pada trimester kedua
kehamilannya.
Perkembangannya cepat seiring dengan peningkatan hormon estrogen dan
progestin pada saat kehamilan. Penyebab dari tumor kehamilan hingga saat ini
masih belum dipastikan, namun diduga kuat berhubungan erat dengan perubahan
hormonal yang terjadi pada saat wanita hamil. Faktor lain yang memberatkan
keadaan ini adalah kebersihan mulut ibu hamil yang buruk.

Gambar 2. Epulis gravidarum pada wanita hamil

Gejala tumor kehamilan ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan
warna yang bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula yang
berwarna keunguan, paling sering dijumpai pada rahang atas.
Umumnya pasien tidak mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat
mudah berdarah saat pengunyahan atau penyikatan gigi. Pada umumnya lesi ini
11

berukuran diameter tidak lebih dari 2 cm, namun pada beberapa kasus dilaporkan
ukuran lesi yang jauh lebih besar sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.
Umumnya lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya
segera setelah ibu melahirkan bayinya, sehingga perawatan yang berkaitan dengan
lesi ini sebaiknya ditunda hingga setelah kelahiran kecuali bila ada rasa sakit dan
perdarahan terus terjadi sehingga mengganggu penyikatan gigi yang optimal dan
rutinitas sehari-hari.
Namun pada kasus-kasus dimana epulis tetap bertahan setelah bayi lahir,
diperlukan biopsi untuk pemeriksaan lesi secara histologis. Rekurensi yang terjadi
secara spontan dilaporkan pada 75 % kasus, setelah 1 hingga 4 bulan setelah
melahirkan.Bila massa tonjolan berukuran besar dan mengganggu pengunyahan
dan bicara, tonjolan tersebut dapat diangkat dengan bedah eksisi yang konservatif.
Namun terkadang tumor kehamilan ini dapat diangkat dengan laser karena
memberi keuntungan yaitu sedikit perdarahan.

2.3.2 Epulis fibromatosa


Epulis jenis ini lebih sering dujumpai dibandingkan jenis lainnya dan
sering mengalami rekuren (kambuh) bila operasi pengangkatannya tidak
sempurna. Umumnya dijumpai pada orang dewasa. Terutama pada bagian
gingiva, bibir dan mukosa bagian bukal

etiologi : iritasi kronis

klinis : letak antara 2 gigi, bertangkai, warna agak pucat, konsistensi kenyal

pengobatan : eksisi

terjadi pada mukosa mulut terutama pada tepi ginggiva, pipi dan lidah
Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingival dan juga

sering terjadi pada pipi dan lidah. Etiologinya berasal dari iritasi kronis. Tampak
klinis yang terlihat antara lain bertangkai, dapat pula tidak, warna agak pucat,
konsistensi kenyal, batas tegas, padat dan kokoh. Epulis ini pula tidak mudah
berdarah dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Jika epulis fibroma menjadi terlalu besar, bisa mengganggu pengunyahan
dan menjadi trauma serta ulserasi. Histologis ditandai oleh proliferasi jaringan
12

ikat collagenic dengan berbagai derajat dari sel infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi
ditutupi oleh epitel skuamosa berlapis. Pengobatan ini dengan eksisi biopsi bedah
dan memiliki tujuan untuk menyingkirkan lesi/neoplasma lainnya.

Gambar 3. Epulis fibromatosa

Secara mikroskopis terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng


berlapis yang mengalami proliferasi dengan ditandai oleh adanya rate peg tidak
beraturan. Stroma terdiri dari jaringan ikat fibrosa padat dan kolagen yang
tersusun dalam berkas yang tidak beraturan. Juga ada sel radang kronis dalam
stroma.

Gambar 4. Mikroskopis epulis fibromatosa

13

2.3.3 Epulis Granulomatosa


Epulis granulomatosa dapat terjadi pada semua umur namun kasus ini
paling banyak didiagnosa pada pasien dalam golongan umur 40-60 tahun, dan
terutama terjadi pada wanita.

Gambar 5. Epulis granulomatosa pada daerah palatal gigi insisif atas

Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di antara dua gigi,
kaya vaskularisasi sehingga mudah berdarah dengan sentuhan dan umumnya
berwarna merah keunguan.
Ukurannya bervariasi, sebagian besar kasus biasanya berukuran kurang
dari 2 cm namun ada kasus yang ukurannya diameter melebihi 4 cm. Lesi ini
dapat tumbuh menjadi massa yang bentuknya tidak beraturan yang dapat menjadi
ulserasi dan mudah berdarah. Pada beberapa kasus giant cell epulis dapat
menginvasi tulang di bawahnya sehingga pada gambaran radiografis akan terlihat
erosi tulang. Sebagian besar terdiri atas jaringan granulasi. Konsistensi kenyal,
mudah berdarah bila tersenggol.
Terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang mengalami
proliferasi dengan rete peg (papil epitel yang masuk ke dalam stroma jaringan ikat
dibawah epitel) yang tidak beraturan. Stroma terdiri dari jaringan granulasi yang
disusun oleh jaringan ikat, pembuluh darah, sebukan sel radang akut dan kronis.
Bila ada ulserasi, biasnya sel radang yang banyak dijumpai adalah PMN sehingga
dambarannya menyerupai granuloma piogenikum.
14

Gambar 6. Mikroskopis epulis granulomatosa


Perawatan giant cell epulis melibatkan bedah eksisi dan kuretase tulang
yang terlibat. Gigi yang berdekatan dengan epulis juga perlu dicabut bila sudah
tidak dapat dipertahankan, atau dilakukan pembersihan karang gigi (scaling) dan
penghalusan akar (root planing). Dilaporkan angka rekurensi sebesar 10 %
sehingga diperlukan tindakan eksisi kembali.

2.3.4 Epulis Kongenital


Penyebab dari terjadinya epulis kongenital belum pasti namun para
ilmuwan meyakini bahwa epulis ini berasal dari sel-sel mesenkim primitif yang
asalnya dari neural crest.
Epulis tipe ini adalah kondisi kongenital yang sangat jarang ditemui, dan
terjadi pada bayi saat kelahiran. Dari penelitian didapati bahwa epulis kongenital
lebih banyak dijumpai pada bayi perempuan daripada laki-laki dengan rasio 8:1,
dan paling banyak terjadi pada maksila (rahang atas) dibandingkan mandibula
(rahang bawah).

Gambar 7. Seorang bayi perempuan dengan congenital epulis, kasus yang


pertama kali dilaporkan pada tahun 1871 dan hingga kini hanya sekitar 200
kejadian yang pernah dilaporkan.
15

Pada bayi yang baru lahir dijumpai massa tonjolan pada mulutnya,
biasanya pada tulang rahang atas bagian anterior (depan). Dari 10% kasus yang
dilaporkan, lesi yang terjadi adalah lesi multipel namun dapat juga berupa lesi
tunggal. Ukuran lesi bervariasi, dari 0.5 cm hingga 2 cm namun ada kasus di
mana ukuran epulis mencapai 9 cm. lesi ini lunak, bertangkai dan terkadang
berupa lobus-lobus dari mukosa alveolar. Bila epulis terlalu besar, dapat
mengganggu saluran pernafasan dan menyulitkan bayi saat menyusu.
Secara histologis, epulis kongenital mirip dengan granular cell tumor yang
terjadi pada orang dewasa. Perbedaannya adalah pada epulis kongenital tidak
rekuren dan tampaknya tidak berpotensi ke arah keganasan. Kelainan ini dapat
ditemui secara dini saat sang ibu memeriksakan kandungan melalui alat
sonography namun diagnosa yang pasti belum dapat ditegakkan.
Pada sebagian besar kasus, epulis cenderung mengecil dengan sendirinya
dan menghilang saat bayi mencapai usia sekitar 8 bulan. Dengan demikian lesi
yang berukuran kecil tidak membutuhkan perawatan.
Lesi yang lebih besar dapat mengganggu pernafasan dan/atau menyusui
sehingga perlu dilakukan pembedahan dengan anestesi total. Dilaporkan
keberhasilan penggunaan laser karbondioksida untuk mengoperasi lesi epulis yang
besar. Dari kasus-kasus yang ada, kejadian ini tampaknya tidak mengganggu
proses pertumbuhan gigi.

2.3.5 Epulis Fissuratum


Epulis fissuratum adalah hyperplasia mukosa akibat trauma ringan kronik
oleh pinggiran gigi palsu. Epulis fissuratum dianalogikan sebagai akantoma
fissuratum

pada

kulit.

http://www.blogger.com/post-

edit.g?blogID=1694156382453134331&postID=548641069715822173http://www.blogg
er.com/postedit.g?blogID=1694156382453134331&postID=548641069715822173Epulis

fissuratum muncul berhubungan dengan pinggiran gigi palsu. Epulis biasanya


ditemukan pada vestibuler maksila atau mandibula. Kebanyakan epulis fissuratum
terjadi pada ras kulit putih. Ini berhubungan dari dominasi ras kulit putih untuk
16

sering

menggunakan

gigi

palsu.http://www.blogger.com/post-

edit.g?blogID=1694156382453134331&postID=548641069715822173Kebanyakan

kasus terjadi pada wanita. Pada kenyataannya, wanita lebih suka menggunakan
gigi palsu dalam waktu yang lebih lama, karena alasan estetik. Kemungkinan,
perubahan epitel menjadi atropi pada wanita menopause, mempengaruhi
kejadiannya pada wanita yang lebih tua. Epulis fissuratum terbanyak terjadi pada
umur 50, 60, dan 70-an, tapi dapat ditemukan pada hampir seluruh umur. Epulis
fissuratum pernah ditemukan pada anak kecil. Faktanya, lesi berhubungan dengan
penggunaan gigi palsu dan proses iritasi yang kronis memiliki insidensi lebih
tinggi pada individu yang lebih tua.
http://www.blogger.com/postedit.g?blogID=1694156382453134331&postID=548641069715822173Pemeriksaan

pada pasien epulis fissuratum patient typically ditemukan pembengkakan pada


mukosa hiperplastik, dimana meliputi pinggiran dari gigi palsu. Lesi lebih sering
pada bagian depan dari gigi palsu. Lesi pada daerah lingual jarang ditemukan.
Lesi ini lebih sering pada bagian anterior rahang. Permukaan dari massa epulis
fissuratum : halus, biasanya berbentuk ulseran atau papiler. Ukuran dari lesi epulis
fissuratum lesion bervariasi; pada beberapa lesi kecil, tapi dapat meliputi seluruh
mukosa vestibuler yang kontak dengan gigi palsu. Walaupun sering dalam warna
mukosa, eritema juga bisa terjadi, jika terjadi inflamasi. Beberapa lesi muncul
mejadi granuloma piogenik, disebabkan proliferasi kapiler.

17

Gambar 8. Epulis Fissuratum pada anterior mandibula, pada tempat gigi palsu
biasa dipasang. Terlihat fambaran eritema. Pada permukaan lesi biasanya halus
seperti pada gambar.

Penyebab dari epulis fissuratum adalah iritasi kronis ringan pada tempat
pemasangan gigi palsu. Biasanya, berhubungan dengan resopsi dari tulang
alveolar,

supaya

gigi

palsu

dapat

bergerak

pada

mukosa

vestibuler,

mengakibatkan inflamasi hiperplasi jaringan yang berproliferasi pada tepi gigi


palsu tersebut.
Lesi ini dapat dihilangkan dengan eksisi. Selain itu, gigi tiruan yang
menjadi timbulnya lesi ini harus diperbaiki hingga dapat memiliki kecekatan yang
baik namun tidak memberi tekanan berat terhadap mukosa supaya mencegah
iritasi yang lebih berat lagi. Meski lesi ini sangat jarang dihubungkan dengan
karsinoma sel skuamosa, namun sebagai tindakan preventif sebaiknya dilakukan
pemeriksaan mikroskopis pada lesi yang telah dibuang tersebut.
Pemeriksaan gigi rutin, dapat mencegah epulis fissuratum. Pasien yang
menggunakan gigi palsu jarang sadar, bahwa mereka juga perlu memeriksakan
kesehatan mulut mereka ke dokter gigi, sehingga meningkatkan resiko terjadinya
epulis fissuratum.
Dengan penatalaksanaan segera, prognosis dari epulis fissuratum ini
adalah baik. Masalah yang mungkin terjadi adalah, massa pada daerah mukosa
vestibuler dan berhubungan dengan gigi palsu sering lolos dari diagnosis sebagai
epulis fissuratum. Sayangnya, pada kasus yang jarang, massa ini dapat menjadi
skuamos sel karsinoma atau sudah bermetastase. Karena itu, jaringan ini, setelah
diesktirpasi harus diperiksa secara histologis. Perlu disarankan kepada pasien
untuk memeriksakan gigi mereka secara rutin jika dibutuhkan dan jika ada
gangguan pada jaringan mulut.

18

Gambar 9. Massa pada mukosa vestibuler posterior ini, berhubungan dengan


penggunaan gigi palsu total. Pada pasien ini, massa sudah berubah menjadi
skuamous sel karsinoma.

2.4. Tata laksana Epulis


Ekskokleasi epulis ialah pengangkatan jaringan patologis dari ginggiva,
pencabutan gigi yang terlibat serta pengerokan sisa jaringan pada bekas akar gigi.
a. Indikasi operasi
Epulis kecuali epulis gravidarum
b. Kontra indikasi Operasi
Komorbiditas berat
c. Diagnosis Banding
Karsinoma gingiva
d. Pemeriksaan Penunjang
FNA
e. Teknik Operasi
Menjelang operasi
Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan
operasi yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan
persetujuan dan permohonan dari penderita untuk dilakukan operasi.
(Informed consent).
Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi.
Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi.
19

Antibiotika profilaksis, Cefazolin atau Clindamycin kombinasi dengan


Garamycin, dosis menyesuaikan untuk profilaksis.

Tahapan operasi

Dilakukan dalam kamar operasi, penderita dalam narkose umum dengan


intubasi nasotrakheal kontralateral dari lesi, atau kalau kesulitan bisa
orotrakeal yang diletakkan pada sudut mulut serta fiksasinya kesisi
kontralateral, sehingga lapangan operasi bisa bebas. Posisi penderita
telentang sedikit head-up(20-250), ekstensi (perubahan posisi kepala
setelah didesinfeksi).

Desinfeksi intraoral dengan Hibicet setelah dipasang tampon steril di


orofaring.
Desinfeksi lapangan operasi luar dengan Hibitane-alkohol 70% 1:1000.
Posisikan penderita tengadah dengan mengganjal bantal pundaknya.

Dengan menggunakan mouth spreader mulut dibukasehingga lapangan


operasi lebih jelas. Insisi dilakukan diluar tepi lesi pada jaringan yang
sehat dengan menggunakan couter-coagulation, lakukan rawat perdarahan,
lakukan pembersihan lebih lanjut dengan jalan mencabut gigi yang terlibat
serta lakukan kerokan pada sisa sekitar tumor.
Surat pengantar PA diberi keterangan klinis yang jelas.

f. Komplikasi operasi
Perdarahan
Infeksi
Residif

g. Mortalitas
Sangat rendah

h. Perawatan Pascabedah
Infus Ringer Lactate dan Dextrose 5% dengan perbandingan 1 : 4 (sehari).
20

Antibiotik profilaksis diteruskan 1 hari.


Setelah sadar betul bisa dicoba minum sedikit-sedikit, setelah 6 jam tidak mual
bisa diberi makan.
Pada penderita yang dipasang kasa verband tampon steril pada saat operasi
untuk
menghentikan perdarahan pada bekas akar gigi, bisa dilepas setelah 1 jam
dari operasi atau ancaman perdarahan sudah berhenti.
Kumur-kumur/Oral hygiene penderita di teruskan terutama sebelum dan
sesudah minum/makan.
Penderita boleh pulang sehari kemudian.

i. Follow-Up
Tiap minggu sampai luka operasi sembuh

21

BAB III
ANALISIS KASUS

Dari anamnesis didapatkansejak 8 bulan yang lalu, saat pasien hamil 3


bulan, pasien mengatakan gigi bagian kanan atas terasa sakit kemudian diikuti
munculnya benjolan sebesar biji kacang di gusi pada bagian gigi depan kanan
atas. Benjolan semakin lama semakin membesar, mudah berdarah terutama saat
sikat gigi, tidak sakit, terasa mengganjal saat makan dan minum. Kemudian pasien
berobat ke klinik BP Talang kelapa dan dikatakan benjolan tersebut diakibatkan
pengaruh kehamilan dan sebaiknya diobati setelah persalinan, pasien hanya
diberikan obat kumur. 1 minggu smrspasien kembali berobat ke klinik BP talang
kelapa dan dikatakan tidak ada alat untuk membuang benjolan pada gusi,
kemudian pasien dirujuk ke RS Bhayangkara dan kemudian pasien dirujuk ke poli
gigi dan mulut RSMH Palembang.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit atau kelainan sistemik, pasien juga
belum pernah melakukan perawatan gigi dan mulut sebelumnya. Pasien memiliki
riwayat kebiasaan buruk yaitu jarang menyikat gigi pada malam hari.
Pada

pemeriksaan

ekstraoral

tidak

didapatkan

asimetri

wajah,

pembengkakan, maupun trismus.Pemeriksaan intraoral didapatkan benjolan di


mukosa ginggivaanterior kanan atas sebesar dua biji kacang, hiperemis (+),
oedematous (+), ulkus (-). Palpasi didapatkan benjolan ukuran 2x1,5x0,5 cm,
konsistensi lunak, batas tegas, nyeri tekan (-), mudah berdarah (+), permukaan
rata.Pada pemeriksaan gigi geligi pasien juga didapatkan adanya gangrene radiks
pada gigi 3.6 dan karies dentin pada gigi 4.6.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut didapatkan kemungkinan
diagnosis adalah epulis gravidarum. Faktor resiko terjadinya epulis pada kasus
ini yang pertama adalah hormonal, karena pasien sedang dalam kehamilan

21

trimester pertama dimana mulai terjadi perubahan hormonal yaitu estrogen dan
progesteron. Hormon estrogen dan progesteron pada kehamilan menyebabkan
pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan bertambahnya aliran darah
sehingga memudahkan terjadinya suatu proses peradangan dan ginggiva menjadi
lebih merah, bengkak, dan mudah mengalami perdarahan. Selain itu iritasi lokal
yang kronis akibat plak, kalkulus, dan karies dapat menyebabkan epulis, dimana
proses peradangannya dipermudah oleh perubahan hormonal tersebut. Pasien juga
memiliki kebiasaan buruk jarang menyikat gigi pada malam hari, padahal waktu
malam selama tidur merupakan waktu kontak yang panjang untuk bakteri
menyebabkan terjadinya infeksi lokal.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis banding yang
paling mungkin adalah karsinoma ginggiva, namun dari pemeriksaan fisik juga
tidak didapatkan adanya nyeri tekan, batas yang tidak tegas, permukaan yang
tidak rata, dan juga tidak didapatkan penyebaran ke limfe regional yang biasanya
dapat terjadi pada kanker ginggiva.
Umumnya lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya pada
akhir kehamilan (bulan ke-9) dan beberapa hari setelah melahirkan, maka dari itu
dokter klinik BP Talang kelapa menyarankan agar perawatan gigi dilakukan
setelah melahirkan untuk melihat bagaimana perkembangan epulis tersebut.
Namun karena setelah bayi lahir dan hingga 2 bulan epulis tetap bertahan,
maka untuk menegakkan diagnosis lebih pasti dan untuk penatalaksanaan lebih
lanjut maka diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiografis
untuk mengetahui sejauh mana kerusakan jaringan dan struktur tulang
pendukungnya, serta pemeriksaan histopatologis untuk dapat mengetahui secara
pasti jenis epulis dan kemungkinan etiologi sehingga dapat menyingkirkan
diagnosis banding yang lain dengan lebih tepat.
Jika masa semakin membesar, mengganggu pengunyahan dan bicara,
maka tonjolan tersebut dapat diangkat dengan bedah eksisi yang konservatif.
Untuk gangrene readiks dilakukan pro ekstraksi, yaitu pencabutan pada gigi
tersebut. Untuk karies dentin dilakukan pro konservasi, yaitu penambalan gigi
yang mengalami karies.

22

DAFTAR PUSTAKA

Stern, Diane.2009.Epulis Fissuratum


http://emedicine.medscape.com/article/1077440-overview di akses pada 5
Oktober 2015
Stern, Diane.2009. Epulis Fissuratum Follow Up
http://emedicine.medscape.com/article/1077440-followup di akses pada 5
Oktober 2015
Anonim. 2013.Epulis http://cpddokter.com/home/index2.php?option=com content
&do_ pdf=1 &id=1699 di akses pada 5 Oktober 2015
Anonym. 2013. Gigi dan mulut, Epulis.
http://klikdokter.org/medisaz/read/2013/07/05/236/epulis. di akses pada 5
Oktober 2015
Anonym. 2009. PATOLOGI TRAKTUS DIGESTIVUS.
http://ainuamri.blogsome.com/2009/02/19/patologi-traktus-digestivus/ di
akses pada 5 Oktober 2015
Anonym.
2013. Ekskokleasi epulis.http://bedahunmuh.wordpress.com/2013/05/18/e
kskokleasi-epulis/ di akses pada 5 Oktober 2015
Nung nung. 2009. Gigi sehat.
http://gigikugigiku.blogspot.com/2009/04/epulis.html di akses pada 5
Oktober 2015
Anonym. 2009. Epulis.http://achmadfiqar.wordpress.com/2008/06/19/epulis/ di
akses pada 5 Oktober 2015
Anonym.. 2009.Epulis.http://books.google.co.id/books?id=PgTdKvlAnoC&pg=PA42&lpg=PA42&dq=epulis+fibromatosa&source=bl&ots=aN
7j0wkdKk&sig=nNhdhIpNlYT544ubzfw4WmGC0w&hl=id&ei=3wM4T
NmfIIiUrAemvdyCCQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=9&ve
d=0CDgQ6AEwCA#v=onepage&q=epulis%20fibromatosa&f=false. di
akses pada 5 Oktober 2015

24

Dwiretno, Tantin. 2013. Epulis fibrosa dan granuloma piogenikum pada regio
gigi dengan hambatan oklusal
http://staff.ui.ac.id/internal/130536742/publikasi/epulisfibrosa.pdf di akses
pada 5 Oktober 2015

25

S-ar putea să vă placă și