Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
Sistem saraf merupakan suatu sistem dalam tubuh yang vital. Sistem saraf
terdiri atas tiga bagian, yaitu susunan saraf pusat, susunan saraf tepi, dan susunan
saraf otonom. Susunan saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang.
Susunan saraf tepi terdiri atas urat saraf yang berasal dari otak dan sumsum tulang
belakang. Susunan saraf otonom terdiri dari saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
Fungsi utama sistem saraf adalah untuk mendeteksi, menganalisis, dan
mentransfer informasi. Innformasi digabungkan oleh sistem sensori dan
diintegrasikan oleh otak kemudian digunakan untuk ditransmisikan ke sistem
motorik untuk kontrol pergerakan, fungsi viseral, dan endokrin. Aksi ini
dikendalikan oleh neuron yang merupakan penghubung antara sistem sensori dan
motorik.
Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron.
Terdapat juga sel-sel glia sebanyak 10-50 kali jumlah tersebut. Neuron pada
sistem saraf pusat terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Meskipun
demikian, sebagian besar mempunyai bagian-bagian yang sama dengan neuron
motorik spinal yang khas. Sel ini mempunyai lima sampai tujuh tonjolan yang
disebut dendrite. Khususnya di korteks serebri dan serebeli, dendrite mempunyai
tonjolan-tonjolan bulat kecil yang disebut tonjolan dendrite. Dendrite menerima
informasi dari neuron lain menuju badan sel. Badan sel mengandung nukleus.
Komponen sel saraf lainnya yaitu axon yang dapat mencapai panjang hingga satu
meter yang berfungsi menyalurkan ke otot, kelenjar, dan neuron lain (Ganong
2002).
Terhambatnya aliran darah menuju sel neuron dapat mengakibatkan gangguan
neurologis. Pemahaman tentang penyebab gangguan neurologi memerlukan
pengetahuan mekanisme molekular dan biokimia. Terdapat beberapa gangguan
neurologi antara lain Parkinson, myasthenia gravis, epilepsi, Alzheimer, dementia,
hidrosefalus, cedera medula spinalis, Hernia nukleus pulposus dan stroke.
Stroke merupakan masalah kesehatan yang sudah lama sekali dikenal di
dunia kedokteran. Namun demikian, hingga kini, stroke masih menjadi masalah
kesehatan yang serius dan belum dapat diturunkan angka kejadiannya secara
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Stroke
hidup yang memadai. Pola hidup yang tidak baik tersebut dapat menyebabkan
masalah kesehatan. Faktor potensial kejadian stroke dibedakan menjadi 2 kategori
besar yakni:
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Usia
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semakin tua usia, semakin
besar pula risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses
degenerasi (penuan) yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya pada
orang lanjut usia, pembuluh darahnya lebih kaku oleh sebab adanya plak
(atherosklerosis).
Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan
dengan perempuan. Hal ini diduga terkait bahwa laki-laki cenderung
merokok. Rokok itu sendiri ternyata dapat merusak lapisan dari pembuluh
darah tubuh yang dapat mengganggu aliran darah.
Herediter
Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan riwayat
stroke pada kelurga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena stroke
dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
Ras/etnik
Dari berbagai penelitian diyemukan bahwa ras kulit putih memiliki
peluang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit
hitam.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
ataupun bertahap.
Diabetes melitus
Diabetes melitus (DM) memiliki risiko untuk mengalami stroke. Hal ini
terkait dengan pembuluh darah penderita DM yang umumnya menjadi
lebih kaku (tidak lentur). Adanya peningkatan ataupun penurunan kadar
glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kematian jaringan
otak.
Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan keadaan dimana kadar kolesterol didalam
darah berlebih (hiper = kelebihan). Kolesterol yang berlebih terutama jenis
LDL akan mengakibatkan terbentuknya plak/kerak pada pembuluh darah,
yang akan semakin banyak dan menumpuk sehingga dapat mengganggu
aliran darah.
Obesitas
Kegemukan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Hal
tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah
pada orang dengan obesitas, dimana biasanya kadar LDL (lemak jahat)
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
kadar
HDLnya
(lemak
baik/menguntungkan).
Merokok
Berdasarkan penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok
ternyata memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat
mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh
iskemik karena emboli, umumnya mengenai area perdarahan yang berbeda dari
waktu ke waktu.
Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di
dalam darah yang kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan
arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya
bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu
katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral, yang paling sering terjadi
pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan
katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium). Emboli
lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam
aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh perdarahan
intrakranial non traumatik. Pada strok hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan merusaknya.
10
11
12
kesemutan. Bila telah terserang, dokter biasanya akan mudah mendeteksi. Bila
hanya organ sebelah kiri yang lumpuh, berarti serangan stroke terjadi disebelah
kanan dan sebaliknya (Sutrisno 2007). Gejala stroke iskemik tergantung pada
lokasi dan luasnya sumbatan atau perdarahan (Gendo 2007).
Bentuk ringan stroke dikenal dengan Serangan Otak Sepintas (Transient
Ischaemic Attack/TIA). Gejala terkadang hanya berupa rasa lemah di satu sisi
wajah, atau mungkin rasa kesemutan di lengan atau tungkai. Ada pula yang
mengeluhkan gangguan dari fungsi berbicara. Gejala stroke ringan biasanya akan
kembali normal dalam waktu cepat, kurang dari satu jam. Gejala stroke yang lebih
berat umumnya akan menimbulkan gejala yang lebih khas, seperti kelumpuhan.
14
seperti
graphestesia,
stereonogsia
kontralateral,
gangguan
media akan
15
muncul
akibat
oklusi
trombus
arteri
basilaris
16
homonim,
buta
kortikal),
visiomotor
(gangguan
gerak
17
18
kaudatus
biasa
dimasukkan
sebagai
perdarahan
19
hemianopasia juga sakit pada areal sekitar telinga dan kelemahan anggota
gerak kontralateral atas serta kelemahan kaki dan wajah.
1.5 . Perdarahan serebral
Perdarahan serebral disebabkan oleh hipertensi arterial. Perdarahan
yang terjadi berasal dari cabang distal arteri serebralis posteriol inferior.
Gejala krinis muncul pada saat pasien melakukan aktifitas. Gejala awal
yang mendahului rasa pening disertai perasaan seperti saat mabuk, mati
rasa pada wajah dan selanjutnya pasien tiba-tiba tidak mampu berjalan
dan bahkan berdiri. Kekakuan pada leher dan daerah bahu, tinitus dan
cekukan terjadi pada beberapa pasien.
1.6 . Perdarahan mesensefalon
Perdarahan spontan nontraumatik pada otak tengah sangat jarang
ditemukan perdarahan biasanya berasal dari bagian bawah talamus atau
lesi yang berawak dicerbelum atau ponds. Gejala yang ditimbulkan
umumnya bertahap dan progresif. Kerap terjadi ataksia dan oftalmoplegia
juga hidrposefalus akibat blokade atau distensi pada akuaduktus. Gejala
lain yang ditimbulkan antara lain berupa kelumpuhan bilateral nervus III,
kelemahan bulbar, reflek extensor plantar, sakit kapal yang menyeluruh,
muntah, hemiparesis, diplopia, dan pinpoint pupil.
1.7 . Perdarahan pons
Perdarahan pons terjadi karena peningkatan tekanan intrakranial
yang disebabkan masuknya darah keruangan tertutup intrakranial. Gejala
klinis yang terjadi adalah sakit kepala yang hebat di daerah oksipital
sebelum terjadi koma, gejala kejang, menggigil hebat, dan terjadi
disfungsi sistem otonom. Selain itiu gajala lainnya adalah mati rasa pada
wajah dan tungkai atas, ketulian, diplopia, kelemahan kaki bilateral, dan
pola pernapasan yang abnormal, apnea.
1.8 . Perdarahan medula oblongata
Perdarahan medula oblongata yang sangat jarang sekali terjadi
bahkan lebih jarang dibandingkan pedarahan otak tengah. Gejala yang
ditimbulkan dapat berupa rasa pening, muntah, sakit kepala, diplopia, dan
paresthesia tungkai atas kanan. Umumnya terjadi somnolen dalam waktu
20
Sakit kepala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat
(kadangkala disebut sakit kepala thunderclap).
Penglihatan ganda.
pecah. Orang harus melaporkan segala sakit kepala yang tidak biasa kepada
dokter dengan segera. Pecahnya bisa terjadi karena hal yang tiba-tiba, sakit kepala
hebat yang memuncak dalam hitungan detik. Hal ini seringkali diikuti dengan
kehilangan kesadaran yang singkat. Hampir separuh orang yang terkena
meninggal sebelum sampai di rumah sakit. Beberapa orang tetap dalam koma atau
tidak sadar. Yang lainnya tersadar, merasa pusing dan mengantuk. Mereka bisa
merasa gelisah. Dalam hitungan jam atau bahkan menit, orang bisa kembali
menjadi mengantuk dan bingung. Mereka bisa menjadi tidak bereaksi dan sulit
untuk bangun.
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan cerebrospinal disekitar otak
melukai lapisan pada jaringan yang melindungi otak (meninges), menyebabkan
leher kaku sama seperti sakit kepala berkelanjutan, sering muntah, pusing, dan
rasa sakit di punggung bawah. Frekuensi naik turun pada detak jantung dan
bernafas seringkali terjadi, kadangkala disertai kejang yang semakin meningkat.
Selain itu, subarachnoid hemorrhage juga dapat menyebabkan beberapa
masalah serius lainnya :
21
pembuluh darah. Jika aterom ini sudah menutupi seluruh lumen pembuluh darah
22
maka aliran darah akan tersumbat. Akibatnya, jaringan yang ada di depan
pembuluh darah akan kekurangan oksigen dan akibat lebih lanjut dapat terjadi
kematian jaringan.
pembuluh darah akan memudahkan dinding pembuluh darah robek jika terjadi
peningkatan tekanan darah. Aneurisma dibagi menjadi dua yaitu congenital
(bawaan dari lahir) dan bukan bawaan lahir (didapat setelah lahir). Aneurisma ini
tidak memberikan gejala apapun sampai suatu saat dapat pecah sendiri jika terjadi
peningkatan aliran darah ke otak dan terjadilah stroke.
bawah selaput otak) atau intracerebral (dalam jaringan otak). Akibatnya adalah
darah dari arteri otak akan terus mengalir keluar tanpa ada yang dapat
menghentikan. Darah akan menutupi dan menekan sebagian besar jaringan otak
sehingga jaringan otak yang tertekan akan mengalami hipoksia disertai dengan
kematian jaringan otak, bahkan mungkin disertai dengan kematian biologis.
B. Faktor dari luar pembuluh darah
23
pada orang yang obesitas atau pascaoperasi besar, seperti operasi caesar dan patah
tulang (Mahendra dan Evi 2007).
2.9 Pencegahan Stroke
Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan primer dan sekunder.
Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah stroke pada mereka yang belum
pernah terkena stroke. Pencegahan sekunder ditujukan untuk mereka yang pernah
terkena stroke termasuk TIA (Wahjoepramono 2005).
Menurut Wahjoepramono (2005), pencegahan primer dapat dilakukan
dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi :
1) Penurunan berat badan : mengupayakan berat badan normal
2) Pola makan yang tidak memicu hipertensi : mengkonsumsi buah-buahan,
sayuran, dan produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak
jenuh
3) Diet rendah garam : mengurangi intake garam <100 mmol per hari (2,4 g Na
atau 6 g NaCl)
4) Aktivitas fisik : aktivitas fisik rutin seperti jalan santai minimal 30 menit per
hari
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang ditujukan pada pasien yang
sudah pernah mengalami stroke atau TIA. Target akhir dari pencegahan sekunder
adalah agar jangan sampai terjadi seranagn TIA ataupun stroke yang berulang.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Stroke Council of the American Heart Association merekomendasikan
hal pencegahan sebgai berikut :
Lemak
Alkohol
Mengurangi konsumsi
alkohol
24
Aktifitas
fisik
Obesitas
AHA: American Heart Association, HDL: high density lipoprotein, LDL: low
density lipoprotein, TC: total cholesterol, TG: trigliserida
1) Konsumsi ganggang coklat.
Salah satu makanan yang perlu untuk dikonsumsi adalah bahan-bahan
alami yang tersedia di laut seperti ganggang laut coklat (brown seaweed) /
Rambut Malaikat (mozu) atau nano. Tumbuhan laut yang memiliki nama latin
Laminaria Japonica hidup di daerah terumbu karang yang jenih dan bersih.
Ganggang
laut
coklat
(brown
seaweed)
untuk
mencegah
penyakit,
Alginate, yakni serat tak larut yang berperan mengurangi kadar lemak,
trigliserida serta kolesterol dalam darah, sehingga terkontrol.
Iodium
organik
membantu
mengoptimalkan
fungsi
tiroid
untuk
Kandungan lain yang berguna bagi pasien pasca stroke adalah fucoidan
yaitu suatu polisakarida kompleks yang membantu memperbaiki daya ingat dan
sistem motorik pasca stroke serta meregenerasi sel-sel baru untuk kesehatan
menyeluruh.
25
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan pada pasien pasca
stroke yang dilakukan Universias Manitoba, Winnipeg, Kanada. Hasilnya
menunjukkan bahwa fucoidan dalam brown seaweed mempercepat pemulihan
fungsi motorik pada minggu pertama serta memperbaiki memori.
Penelitian manfaat ganggang laut coklat lainnya:
sebanyak
26,5%
dan
trigliserida
sebanyak
36,1%
World's
Health Rating
dari
Foundation
kali setiap minggu, dapat mereduksi 27% resiko penyakit sroke daripada yang
hanya mengkonsumsi 1 kali dalam sebulan. Konsumsi 5 kali atau lebih dalam
setiap minggunya dapat mereduksi penyakit stroke hingga 52 persen. Konsumsi
tuna 13 kali per bulan dapat mengurangi risiko tubuh dari ischemic stroke, yaitu
stroke yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak.
3) Sayur dan Buah-buahan
Sebagian besar buah dan sayur memiliki nilai gizi dan mineral yang cukup
tinggi. Kandungan gizi tersebut sangat dibutuhkan untuk merevitalisasi sel-sel dan
jaringan tubuh yang telah rusak serta meningkatkan sistem metabolisme serta
sistem kekebalan didalam tubuh. Terdapat beberapa jenis buah dan sayur yang
digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit stroke diantaranya adalah:
melon, alpukat, pisang, apel, belimbing, jambu biji, dan asparagus.
Pencegahan terjadinya stroke harus dilakukan sepanjang masa. Dengan
bertambahnya usia, kemungkinan untuk terserang stroke. Oleh karena itu, harus
diusahakan untuk selalu mengurangi atau menghilangkan berbagai faktor resiko,
terutama dengan melakukan diet dan olahraga secara teratur (Wirakusumah 2001).
Selain itu, menurut Wirakusumah (2001), makanan yang dapat menolong
untuk mencegah stroke antara lain :
27
dibanding vitamin E dan vitamin C. Berikut ini adalah zat-zat yang berperan
sebagi sumber antioksidan :
Betakaroten, di dalam makanan komponen ini dapat mencegah
perubahan kolesterol menjadi unsur toksik yang mampu membentuk plak
dan akan menggumpal di dalam arteri. Betakaroten yang diubah menjadi
vitamin A, akan melawan kerusakan sel saraf ketika otak kehilangan
oksigen. Betakaroten banyak terdapat pada wortel, tomat, papaya, bit,
serta sayur dan buah yang berwarna jingga.
Vitamin E, dapat mengurangi pembentukan gumpalan darah (plak) yang
dapat menyumbat arteri. Contoh sumber pangan yang mengandung
vitamin E adalah taoge.
Vitamin C, dapat memperkuat dinding pembuluh darah dan mencegah
terjadinya hemorrhages (keluarnya darah dari pembuluh) otak. Bahan
pangan yang mengandung vitamin C antara lain jeruk, jambu biji, tomat
dan lain-lain.
Sumber kalium
Makanan sumber kalium seperti pisang, dapat menurunkan resiko
terserangnya stroke. Diduga, asupan kalium yang memadai membuat dinding
arteri lebih elastik dan normal. Selain itu, juga dapat melindungi kerusakan
pembuluh darah akibat tekanan darah yang tinggi.
Bawang Bombay dan bawang putih
Bawang Bombay dan bawang putih dapat mencegah penggumpalan darah
yang akan menyumbat aliran darah ke otak. Selain itu, juga dapat memacu
mekanisme pelarutan gumpalan darah di dalam tubuh.
Sedangkan hal-hal yang harus diwaspadai antara lain :
Sumber lemak
Penderita stroke dianjurkan untuk membatasi asupan makanan yang mengandung
lemak. Jenis lemak yang harus diwaspadai, terutama lemak jenuh yang dapat
memicu terbentuknya gumpalan-gumpalan lemak dalam pembuluh darah. Inilah
yang akan menghambat aliran darah ke otak sehingga menimbulkan stroke.
Garam
Diduga, kelebihan garam dapat memicu timbulnya mini stroke. Pengujian
yang dilakukan terhadap tikus menunjukkan bahwa pada otak tikus yang
mnengkonsumsi ransum dengan kadar garam yang tinggi, akan tampak
28
adanya kerusakan arteri dan jaringan, yang disebabkan oleh keadaan mini
stroke.
Alkohol
Penderita stroke dianjurkan untuk membatasi asupan alkohol karena
kelebihan alcohol yang tinggi dapat meningkatkan resiko terserangnya stroke.
Konsentrasi
alcohol
yang
tinggi
dapat
memicu
terjadinya
emboli
29
30
31
32
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. [Anonim]. 2006. Cegah stroke, konsumsi wortel. www.kapanlagi.com. [25
Mei 2009].
2. Danis D. Kamus Istilah Kedokteran. Jakarta: Gita Media Press.
3. Efendi YH. Bahan Kuliah Patofisiologi, Neurologi. Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
33
34