Sunteți pe pagina 1din 34

BAB 1

PENDAHULUAN

Sistem saraf merupakan suatu sistem dalam tubuh yang vital. Sistem saraf
terdiri atas tiga bagian, yaitu susunan saraf pusat, susunan saraf tepi, dan susunan
saraf otonom. Susunan saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang.
Susunan saraf tepi terdiri atas urat saraf yang berasal dari otak dan sumsum tulang
belakang. Susunan saraf otonom terdiri dari saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
Fungsi utama sistem saraf adalah untuk mendeteksi, menganalisis, dan
mentransfer informasi. Innformasi digabungkan oleh sistem sensori dan
diintegrasikan oleh otak kemudian digunakan untuk ditransmisikan ke sistem
motorik untuk kontrol pergerakan, fungsi viseral, dan endokrin. Aksi ini
dikendalikan oleh neuron yang merupakan penghubung antara sistem sensori dan
motorik.
Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron.
Terdapat juga sel-sel glia sebanyak 10-50 kali jumlah tersebut. Neuron pada
sistem saraf pusat terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Meskipun
demikian, sebagian besar mempunyai bagian-bagian yang sama dengan neuron
motorik spinal yang khas. Sel ini mempunyai lima sampai tujuh tonjolan yang
disebut dendrite. Khususnya di korteks serebri dan serebeli, dendrite mempunyai
tonjolan-tonjolan bulat kecil yang disebut tonjolan dendrite. Dendrite menerima
informasi dari neuron lain menuju badan sel. Badan sel mengandung nukleus.
Komponen sel saraf lainnya yaitu axon yang dapat mencapai panjang hingga satu
meter yang berfungsi menyalurkan ke otot, kelenjar, dan neuron lain (Ganong
2002).
Terhambatnya aliran darah menuju sel neuron dapat mengakibatkan gangguan
neurologis. Pemahaman tentang penyebab gangguan neurologi memerlukan
pengetahuan mekanisme molekular dan biokimia. Terdapat beberapa gangguan
neurologi antara lain Parkinson, myasthenia gravis, epilepsi, Alzheimer, dementia,
hidrosefalus, cedera medula spinalis, Hernia nukleus pulposus dan stroke.
Stroke merupakan masalah kesehatan yang sudah lama sekali dikenal di
dunia kedokteran. Namun demikian, hingga kini, stroke masih menjadi masalah
kesehatan yang serius dan belum dapat diturunkan angka kejadiannya secara
1

signifikan. Stoke adalah terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah


nontraumatik yang terjadi secara akut pada suatu fokal area di otak, yang
berakibat terjadinya keadaan iskemia dan gangguan fungsi neurologis fokal
maupun global, yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung menimbulkan
kematian (Wajoepramono 2005). Secara tipikal, stroke bermanisfestasi sebagai
munculnya defisit neurologis secar tiba-tiba, seperti kelemahan gerakan ataupun
kelumpuhan, defisit sensorik atau bisa juga gangguan berbahasa.
Stroke secara garis besar terbagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik
dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena aterosklerosis yang
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Sedangkan stroke hemoragik terjadi
karena pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah normal dan
darah merembes ke suatu daerah di otak dan merusaknya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Stroke

Stroke adalah terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah non


traumatik yang terjadi secara akut pada suatu fokal area di otak, yang berakibat
terjadinya keadaan iskemia dan gangguan fungsi neurologis fokal maupun global,
yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung menimmbulkan kematian.
Dalam hitungan detik dan menit, sel otak yang tidak mendapatkan aliran darah
yang adekuat lagi akan mati melalui berbagai proses patologis. Secara tipikal,
stroke bermanifestasi sebagai munculnya defisit neurologis secara tiba-tiba,
seperti kelemahan gerakan atau kelumpuhan, defisit sensorik, atau bisa juga
gangguan berbahasa (Wahjoepramono 2005).
Stroke secara medis merupakan gangguan aliran darah pada salah satu
bagian otak yang menyebabkan terjadinya defisit neurologis. Secara klinis, stroke
ditandai oleh hilangnya fungsi otak secara lokal atau global yang terjadi
mendadak dan disebabkan semata-mata oleh gangguan peredaran darah otak.
Defisit neurologis terjadi selama 24 jam atau lebih, dapat mengalami perbaikan,
menetap, memburuk atau penderita meninggal (Garnadi 2008).
2.2 Patologi umum Stroke
Otak merupakan jaringan yang memiliki tingkat metabolisme paling
tinggi. Meskipun masa yang dimiliki hanya sekitar 2% dari masa keseluruhan
tubuh, jaringan otak menggunakan hingga 20% dari total curah jantung. Curah
jantung digunakan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan glukosa dan oksigen
yang diperlukan jaringan otak untuk metabolismenya.
Gejala fokal dan tanda-tanda gangguan fungsi otak pada stroke akan
muncul sesuai dengan area dari jaringan otak yang mengalami gangguan aliran
darah. Dengan demikian, gejala yang muncul sering kali dapat memberikan
prediksi yang baik mengenai lokasi terjadinya sumbatan pada pembuluh darah.
Gejala fokal yang terlokalisir ini terutama dijumpai pada stroke yang bersifat
iskemik. Sedangkan pada stroke hemoragik, gejala fokal sering kali kurang jelas
dan kurang memberikan prediksi lokasi tertentu.
Hal ini berkaitan dengan sifat stroke hemoragik dimana umumnya segera
terjadi berbagai komplikasi perdarahan otak, seperti peningkatan tekanan intra
kranial, edema otak, kompresi jaringan otak dan pembuluh darah, dan

terdispersinya darah yang keluar ke berbagai arah sehingga memberikan gangguan


fungsi otak di daerah selain terjadinya perdarahan.
Sebagian besar kasus stroke iskemik, dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik neuroligis, akan diperoleh informasi yang cukup jelas untuk melokalisir
lokasi lesi terdapat dan disisi sebelah mana dari otak. Sebagai contoh, lesi akan
terdapat pada sisi berlawanan (kontralateral) dari hemiparesis atau hemisensorik
yang dialami pasien. Gejala afasia juga akan didapat bila lesi terletak pada sisi kiri
otak. Selain itu, dapat pula diprediksi apakah lesi terdapat pada sistem sirkulasi
serebri anterior atau posterior dari sirkulus willisi, yaitu sistem sirkulasi darah
yang terdapat di dasar otak yang menjadi sumber aliran darah otak.
Berdasrkan lokasi area otak yang dialirinya, serangan stroke pada sistem
sirkulasi posterior akan memberikan gejala disfungsi batang otak, termasuk koma,
drop attack (lumpuh tiba-tiba tanpa gangguan kesadaran), vertigo, nausea,
vomitus, kelumpuhan nervus kranialis, ataksia, dan defisit sensorimotorik yang
menyilang (defisit pada wajah salah satu sisi dan pada tubuh/ekstremitas sisi
kontralateralnya). Hemiparesis, hemisensorik, dan defisit lapangan pandang dapat
pula terjadi, namun gejala ini tidak spesifik pada stroke di sirkulasi posteriol.
Setelah fase akut stroke tertangani, maka pasien perlu segera mendapatkan
terapi rehabilitasi medik. Hal ini perlu karena bentuk, masalah, pola
penyembuhan, situasi sosial, dan respon terhadap pengobatan yang berbeda-beda
pada setiao pasien stroke maka sangat diperlukan perencanaan program
rehabilitasi yang bersifat individual. Beberapa hal yang bersifat umum dalam
penatalaksaan rehabilitasi medik pasien stroke yaitu : perawatan secara holistik,
terapi dengan gangguan terarah, lingkunagan dan waktu terapi, problema
psikososial, dan rehabilitasi pada fase akut.

2.3 Faktor Resiko Stroke


Setiap orang selalu mendambakan hidup nyaman, sehat dan bebas dari
berbagai macam tekanan. Namun, keinginan tersebut tidak diimbangi dengan pola

hidup yang memadai. Pola hidup yang tidak baik tersebut dapat menyebabkan
masalah kesehatan. Faktor potensial kejadian stroke dibedakan menjadi 2 kategori
besar yakni:
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Usia
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semakin tua usia, semakin
besar pula risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses
degenerasi (penuan) yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya pada
orang lanjut usia, pembuluh darahnya lebih kaku oleh sebab adanya plak
(atherosklerosis).
Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan
dengan perempuan. Hal ini diduga terkait bahwa laki-laki cenderung
merokok. Rokok itu sendiri ternyata dapat merusak lapisan dari pembuluh
darah tubuh yang dapat mengganggu aliran darah.
Herediter
Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan riwayat
stroke pada kelurga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena stroke
dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
Ras/etnik
Dari berbagai penelitian diyemukan bahwa ras kulit putih memiliki
peluang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit
hitam.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi

Hipertensi (darah tinggi)


Orang yang mempunyai tekanan darah yang tinggi memiliki peluang besar
untuk mengalami stroke. Bahkan hipertensi merupakan penyebab terbesar
(etiologi) dari kejadian stroke itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada kasus
hipertensi, dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh dimana diameter
pembuluh darah akan mengecil (vasokontriksi) sehingga darah yang
mengalir ke otak pun akan berkurang. Dengan pengurangan aliran darah
otak (ADO) maka otak akan akan kekurangan suplai oksigen dan juga

glukosa (hipoksia), karena suplai berkurang secara terus menerus, maka

jaringan otak lama-lama akan mengalami kematian.


Penyakit jantung
Adanya penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infak miokard
(kematian otot jantung) juga merupakan faktor terbesar terjadinya stroke.
Seperti kita ketahui, bahwa sentral dari aliran darah di tubuh terletak di
jantung. Bilamana pusat mengaturan aliran darahnya mengalami
kerusakan, maka aliran darah tubuh pun akan mengalami gangguan
termasuk aliran darah yang menuju ke otak. Karena adanya gangguan
aliran, jaringan otak pun dapat mengalami kematian secara mendadak

ataupun bertahap.
Diabetes melitus
Diabetes melitus (DM) memiliki risiko untuk mengalami stroke. Hal ini
terkait dengan pembuluh darah penderita DM yang umumnya menjadi
lebih kaku (tidak lentur). Adanya peningkatan ataupun penurunan kadar
glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kematian jaringan

otak.
Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan keadaan dimana kadar kolesterol didalam
darah berlebih (hiper = kelebihan). Kolesterol yang berlebih terutama jenis
LDL akan mengakibatkan terbentuknya plak/kerak pada pembuluh darah,
yang akan semakin banyak dan menumpuk sehingga dapat mengganggu

aliran darah.
Obesitas
Kegemukan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Hal
tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah
pada orang dengan obesitas, dimana biasanya kadar LDL (lemak jahat)
lebih

tinggi

dibandingkan

dengan

kadar

HDLnya

(lemak

baik/menguntungkan).
Merokok
Berdasarkan penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok
ternyata memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat
mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh

darah menjadi sempit dan kaku dengan demikian dapat menyebabkan


gangguan aliran darah.
2.4 Jenis-Jenis Stroke
Secara garis besar berdasarkan kelainan patologis yang terjadi, stroke
dapat diklasifikasikan sebagai stroke iskemik dan stroke hemoragik (perdarahan)
(Wahjoepramono 2005). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena
aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah.
Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah
yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.

Gambar 1 Jenis-jenis stroke


1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik disebut juga stroke sumbatan atau stroke infark
dikarenakan adanya kejadian yang menyebabkan aliran darah menurun atau
bahkan terhenti sama sekali pada area tertentu di otak, misalnya terjadinya emboli
7

atau trombosis. Penurunan aliran darah ini menyebabkan neuron berhenti


berfungsi. Aliran darah kurang dari 18 ml/100 mg/menit akan mengakibatkan
iskemia neuron yang sifatnya irreversibel (Wahjoepramono 2005). Hampir
sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini (Misbach &
Kalim 2007).
Aliran darah ke otak pada stroke iskemik terhenti karena aterosklerosis
(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau adanya bekuan darah
yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Penyumbatan dapat terjadi
di sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak. Misalnya suatu ateroma (endapan
lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis sehingga menyebabkan
berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap arteri karotis
dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak (Misbach dan
Kalim 2007).
Terjadinya hambatan dalam aliran darah pada otak akan mengakibatkan sel
saraf dan sel lainnya mengalami gangguan dalam suplai oksigen dan glukosa. Bila
gangguan suplai tersebut berlangsung hingga melewati batas toleransi sel, maka
akan terjadi kematian sel. Sedangkan bila aliran darah dapat diperbaiki segera,
kerusakan dapat diminimalisir (Wahjoepramono 2005).

Gambar 2 Stroke iskemik


Mekanisme terjadinya stroke iskemik secara garis besar dibagi menjadi
dua, yaitu akibat trombosis atau akibat emboli. Diperkirakan dua per tiga stroke
iskemik diakibatkan karena trombosis, dan sepertiganya karena emboli. Akan
tetapi untuk membedakan secara klinis, patogenesis yang terjadi pada sebuah
kasus stroke iskemik tidak mudah, bahkan sering tidak dapat dibedakan sama
sekali.

Trombosis dapat menyebabkan stroke iskemik karena trombosis dalam


pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya oklusi (gerak menutup atau
keadaan tertutup) arteri serebral yang besar, khususnya arteri karotis interna, arteri
serebri media, atau arteri basilaris. Namun, sesungguhnya dapat pula terjadi pada
arteri yang lebih kecil, yaitu misalnya arteri-arteri yang menembus area lakunar
dan dapat juga terjadi pada vena serebralis dan sinus venosus (Wahjoepramono
2005).
Stroke karena trombosis biasanya didahului oleh serangan TIA (Transient
ischemic attack). Gejala yang terjadi biasanya serupa dengan TIA yang
mendahului, karena area yang mengalami gangguan aliran darah adalah area otak
yang sama. TIA merupakan defisit neurologis yang terjadi pada waktu yang
sangat singkat yaitu berkisar antara 5-20 menit atau dapat pula hingga beberapa
jam, dan kemudian mengalami perbaikan secara komplit. Meskipun tidak
menimbulkan keluhan apapun lagi setelah serangan, terjadinya TIA jelas
merupakan hal yang perlu ditanggapi secara serius karena sekitar sepertiga
penderita TIA akan mengalami serangan stroke dalam 5 tahun. Dalam keadaan
lain, defisit neurologis yang telah terjadi selama 24 jam atau lebih dapat juga
mengalami pemulihan secara komplit atau hampir komplit dalam beberapa hari.
Keadaan ini kerap diterminologikan sebagai stroke minor atau reversible ischemic
neurological defisit (RIND).
Emboli menyebabkan stroke ketika arteri di otak teroklusi oleh adanya
trombus yang berasal dari jantung, arkus aorta, atau arteri besar lain yang terlepas
dan masuk ke dalam aliran darah di pembuluh darah otak. Emboli pada sirkulasi
posterior umumnya mengenai daerah arteri serebri media atau percabangannya
karena 85% aliran darah hemisferik berasal darinya. Emboli pada sirkulasi
posterior biasanya terjadi pada bagian apeks arteri basilaris atau pada arteri serebri
posterior.
Stroke karena emboli memberikan karakteristik dimana defisit neurologis
langsung mencapai taraf maksimal sejak awal (onset) gejala muncul. Seandainya
serangan TIA sebelum stroke terjadi karena emboli, gejala yang didapatkan
biasanya bervariasi. Hal ini dikarenakan pada TIA yang terjadi mendahului stroke

iskemik karena emboli, umumnya mengenai area perdarahan yang berbeda dari
waktu ke waktu.
Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di
dalam darah yang kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan
arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya
bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu
katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral, yang paling sering terjadi
pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan
katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium). Emboli
lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam
aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh perdarahan
intrakranial non traumatik. Pada strok hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan merusaknya.

Gambar 3 Stroke hemoragik


Hampir 70% kasus strok hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemoragik meliputi perdarahan di dalam otak (intracerebral hemorrhage)
dan perdarahan di antara bagian dalam dan luar lapisan pada jaringan yang
melindungi otak (subarachnoid hemorrhage). Gangguan lain yang meliputi
perdarahan di dalam tengkorak termasuk epidural dan hematomas subdural, yang
biasanya disebabkan oleh luka kepala. Gangguan ini menyebabkan gejala yang
berbeda dan tidak dipertimbangkan sebagai stroke. Berikut ini adalah penjelasan
lebih rinci mengenai jenis-jenis stroke hemoragik:

10

Intracerebral hemorrhage (perdarahan intraserebral)


Perdarahan intraserebral terjadi karena adanya ekstravasasi darah ke
dalam jaringan parenkim yang disebabkan ruptur arteri perforantes dalam.
Stroke jenis ini berjumlah sekitar 10% dari seluruh stroke tetapi memiliki
persentase kematian lebih tinggi dari yang disebabkan stroke lainnya. Di
antara orang yang berusia lebih tua dari 60 tahun, perdarahan intraserebral
lebih sering terjadi dibandingkan perdarahan subarakhnoid.
Perdarahan intraserebral sering terjadi di area vaskularis dalam pada
lapisan hemisfer serebral. Perdarahan yang terjadi kebanyakan pada
pembuluh darah berkaliber kecil dan terdapat lapisan dalam (deep arteries).
Perdarahan intraserebral sangat sering terjadi ketika tekanan darah tinggi
kronis (hipertensi) melemahkan arteri kecil, menyebabkannya menjadi pecah.
Korelasi hipertensi sebagai kausatif perdarahan ini dikuatkan dengan
pembesaran vertikel jantung sebelah kiri pada kebanyakan pasien. Hipertensi
yang menahun memberikan resiko terjadinya stroke hemoragik akibat
pecahnya pembuluh darah otak diakibatkan karena adanya proses degeneratif
pada dinding pembuluh darah.
Beberapa orang yang tua memiliki kadar protein yang tidak normal
disebut amyloid yang menumpuk pada arteri otak. Penumpukan ini (disebut
amyloid angiopathy) melemahkan arteri dan bisa menyebabkan perdarahan.
Umumnya penyebabnya tidak banyak, termasuk ketidaknormalan pembuluh
darah yang ada ketika lahir, luka, tumor, peradangan pada pembuluh darah
(vaskulitis), gangguan perdarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam dosis
yang terlalu tinggi. Gangguan perdarahan dan penggunaan antikoagulan
meningkatkan resiko sekarat dari perdarahan intraserebral.
Perdarahan intraserebral ini merupakan jenis stroke yang paling
berbahaya. Lebih dari separuh penderita yang memiliki perdarahan yang luas,
meninggal dalam beberapa hari. Penderita yang selamat biasanya kembali
sadar dan sebagian fungsi otaknya kembali, karena tubuh akan menyerap sisasisa darah.

11

Subarachnoid hemorrhage (perdarahan subarakhnoid)


Perdarahan subarakhnoid adalah perdarahan ke dalam ruang (ruang
subarachnoid) diantara lapisan dalam (pia mater) dan lapisan tengah
(arachnoid mater) para jaringan yang melindungan otak (meninges).
Penyebab yang paling umum adalah pecahnya tonjolan pada pembuluh
(aneurisma). Biasanya, pecah pada pembuluh menyebabkan tiba-tiba, sakit
kepala berat, seringkali diikuti kehilangan singkat pada kesadaran.
Perdarahan subarakhnoid adalah gangguan yang mengancam nyawa yang
bisa cepat menghasilkan cacat permanen yang serius. Hal ini adalah satusatunya jenis stroke yang lebih umum terjadi pada wanita.
Perdarahan subarakhnoid biasanya dihasilkan dari luka kepala. Meskipun
begitu, perdarahan mengakibatkan luka kepala yang menyebabkan gejala
yang berbeda dan tidak dipertimbangankan sebagai stroke. Perdarahan
subarakhnoid dipertimbangkan sebagai sebuah stroke hanya ketika hal itu
terjadi secara spontan, yaitu ketika perdarahan tidak diakibatkan dari
kekuatan luar, seperti kecelakaan atau jatuh.
Perdarahan spontan biasanya diakibatkan dari pecahnya secara tiba-tiba
aneurisma di dalam arteri cerebral. Aneurisma menonjol pada daerah yang
lemah pada dinding arteri. Aneurisma biasanya terjadi dimana cabang nadi.
Aneurisma kemungkinan hadir ketika lahir (congenital), atau mereka
berkembang kemudian, setelah tahunan tekanan darah tinggi melemahkan
dinding arteri. Kebanyakan perdarahan subarakhnoid diakibatkan dari
aneurisma sejak lahir.
Perdarahan subarakhnoid terkadang diakibatkan dari pecahnya jaringan
tidak normal antara arteri dengan pembuluh (arteriovenous malformation) di
otak atau sekitarnya. Arteriovenous malformation kemungkinan ada sejak
lahir, tetapi hal ini biasanya diidentifikasikan hanya jika gejala terjadi. Jarang,
penggumpalan darah terbentuk pada klep jantung yang terinfeksi,
mengadakan perjalanan (menjadi embolus) menuju arteri yang mensuplai
otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang. Arteri tersebut bisa
kemudian melemah dan pecah.

12

2.5 Gejala Umum Stroke


Pada tingkat awal, masyarakat, keluarga dan setiap orang harus
memperoleh informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa stroke adalah serangan
otak yang secara sederhana mempunyai lima tanda-tanda utama yang harus
dimengerti dan sangat dipahami. Hal ini penting agar semua orang mempunyai
kewaspadaan yang tinggi terhadap bahaya serangan stroke. Secara umum gejala
stroke antara lain adalah:

Kelemahan atau kelumpuhan dari anggota badan yang dipersarafi.


Kesulitan menelan
Kehilangan kesadaran (Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh)
Nyeri kepala
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
Penglihatan ganda.
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
Pergerakan yang tidak biasa.
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
Ketidakseimbangan dan terjatuh.
Pingsan.
Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah.

Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut:


1. Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku,
menurunnya fungsi sensorik
2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan
membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan,
refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung
terganggu, lidah lemah.
3. Cerebral cortex: afasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect,
kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam,
dinyatakan sebagai Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan
kecil atau serangan awal stroke.
Stroke iskemik dan hemoragik menampakkan gejala awal yang sama,
misalnya anggota gerak pertama-tama terasa lemah, lalu semakin parah dan
lumpuh. Penderita juga mengalami gangguan penglihatan dan kaki sering
13

kesemutan. Bila telah terserang, dokter biasanya akan mudah mendeteksi. Bila
hanya organ sebelah kiri yang lumpuh, berarti serangan stroke terjadi disebelah
kanan dan sebaliknya (Sutrisno 2007). Gejala stroke iskemik tergantung pada
lokasi dan luasnya sumbatan atau perdarahan (Gendo 2007).
Bentuk ringan stroke dikenal dengan Serangan Otak Sepintas (Transient
Ischaemic Attack/TIA). Gejala terkadang hanya berupa rasa lemah di satu sisi
wajah, atau mungkin rasa kesemutan di lengan atau tungkai. Ada pula yang
mengeluhkan gangguan dari fungsi berbicara. Gejala stroke ringan biasanya akan
kembali normal dalam waktu cepat, kurang dari satu jam. Gejala stroke yang lebih
berat umumnya akan menimbulkan gejala yang lebih khas, seperti kelumpuhan.

2.6 Gejala stroke iskemik


Gejala klinis stroke iskemik dapat terjadi pada lokasi yang berbeda
tergantung neuroanatomi dan vaskularisasi yang diserang, antara lain:
1. Arteri serebri anterior
Arteri serebri anterior merupakan arteri yang memberikan suplai
darah ke area korteks serebri parasagital, yang mencakup area korteks
motorik dan sensorik untuk anggota gerak bawah kontralateral, juga
merupakan pusat inhibitoris dari kandung kemih (pusat miksi).
Gejala yang akan timbul apabila terjadi gangguan pada aliran darah serebri
anterior adalah paralisis kontralateral dan gangguan sensorik yang mengenai
anggota gerak bawah. Selain itu, dapat pula dijumpai gangguan kendali dari
miksi karena kegagalan dalam inhibisi refleks kontraksi kandung kemih,
dengan dampak terjadi miksi yang bersifat presipitatif.
2. Arteri serebri media
Arteri serebri media merupakan arteri yang mensuplai sebagian besar
dari hemisfer serebri dan struktur subkortikal dalam, yang mencakup area
divisi kortikal superior, inferior, dan lentikolostriaka.
Gejala yang akan timbul apabila mengenai divisi kortikal superior
yaitu menimbulkan hemisensorik kontralateral dengan distribusi serupa,
tetapi tanpa disertai hemianopia homonimus. Seandainya hemisfer yang
terkena adalah sisi dominan, gejala juga akan disertai dengan afasia Brocca

14

(afasia ekspresif) yang memiliki ciri berupa gangguan ekspresi berbahasa.


Gejala pada divisi kortikal inferior jarang terserang secara tersendiri, dapat
berupa homonimus hemianopia kontralateral, gangguan fungsi sensorik
kortikal,

seperti

graphestesia,

stereonogsia

kontralateral,

gangguan

pemahaman spasial, anosognosia, gangguan identifikasi anggota gerak


kontralateral, dan apraksia. Pada lesi yang mengenai sisi dominan, maka akan
terjadi pula afasia Wernicke (afasia reseptif).
Apabila stroke terjadi akibat oklusi di daerah bifurkasio atau
trifurkasio (lokasi percabangan arteri serebri media) dimana merupakan
pangkal dari divisi superior dan inferior, maka akan terjadi stroke yang berat.
Dengan demikian, akan terjadi hemiparesis dan hemisensorik kontralateral,
yang lebih melibatkan wajah dan lengan dibanding kaki, terjadi homonimus
hemianopia, dan bila mengenai sisi dominan akan terjadi afasia global
(perseptif dan ekspresif).
Oklusi yang terjadi di pangkal arteri serebri

media akan

mengakibatkan aliran darah ke cabang lentikulostriata terhenti dan akan


terjkadi stroke yang lebih hebat. Sebagai dampaknya, selain gabungan gejala
pada oklusi di bifurkarsio atau trifurkarsio seperti yang disebutkan di atas,
juga akan didapatkan gejala paralisis kaki sisi kontralateral.
3. Arteri karotis interna
Arteri karotis interna merupakan arteri yang berpangkal pada ujung
arteri karotis komunis yang membelah dua. Arteri karotis interna bercabangcabang menjadi arteri serebri anterior dan media, juga menjadi arteri
oftalmikus yang memberikan suplai darah ke retina.
Berat ringannya gejala yang ditimbulkan akibat oklusi arteri karotis
interna ditentukan oleh aliran kolateral yang ada. Kurang lebih sekitar 15%
stroke iskemik yang disebabkan oklusi arteri karotis interna ini akan
didahului oleh gejala TIA atau gejala gangguan penglihatan monokuler yang
bersifat sementara, yang mengenai retina mata sisi ipsilateral.
Secara keseluruhan, gejala yang muncul merupakan gabungan dari
oklusi arteri serebri media dan anterior ditambah gejala akibat oklusi arteri
oftalmikus yang muncul sebagai hemiplegia dan hemisensorik kontralateral,
afasia, homonimus hemianopia, dan gangguan penglihatan ipsilateral.
4. Arteri serebri posterior

15

Arteri serebri posterior merupakan cabang dari arteri basilaris yang


memberikan aliran darah ke korteks oksipital serebri, lobus temporalis
medialis, talamus, dan bagian rostral dari mesensefalon. Emboli yang berasal
dari arteri basilaris dapat menyumbat arteri ini.
Gejala yang muncul apabila terjadi oklusi pada arteri serebri posterior
menyebabkan terjadinya homonimus hemianopia yang mengenai lapangan
pandang kontralateral. Sedangkan oklusi yang terjadi pada daerah awal arteri
serebri posterior pada mesensefalon akan memberikan gejala paralisis
pandangan vertikal, gangguan nervus kranialis okulomotorik, oftalmoplagia
internuklear, dan defiasi vertikal drai bola mata.
Apabila oklusi mengenai lobus oksipital sisi hemisfer dominan, dapat
terjadi afasia anomik (kesulitan menyebutkan nama benda), aleksia tanpa
agrafia (tidak dapat membaca tanpa kesulitan menulis), agnosia visual
(ketidakmampuan untuk mengidentfikasi objek yang ada di sisi kiri), dan
akibat adanya lesi di korpus kalosum menyebabkan terputusnya hubungan
korteks visual kanan dengan area bahasa di hemisfer kiri. Oklusi yang
mengenai kedua arteri serebri posterior (kanan dan kiri) mengakibatkan
penderita mengalami kebutaan kortikal, gangguan ingatan dan prosopagnosia
(ketidakmampuan mengenali wajah yang sebenarnya sudah dikenali).
5. Arteri basilaris
Arteri basilaris merupakan gabungan dari sepasang arteri vertebra.
Cabang dari arteri basilaris memberikan suplai darah untuk lobus oksipital,
lobus temporal media, talamus media, kapsula internal krus posterior, batang
otak dan serebelum.
Gejala yang

muncul

akibat

oklusi

trombus

arteri

basilaris

menimbulkan defisit neurologis bilateral dengan keterlibatan beberapa cabang


arteri. Trombosis basiler mempengaruhi bagian proksimal dari arteri basilaris
yang memberikan darah ke pons. Keterlibatan sisi dorsal pons mengakibatkan
gangguan pergerakan mata horizontal, adanya nigtagmus vertikal, dan
gerakan okular lainnya seperti konstriksi pupil yang reaktif, hemiplegi yang
sering disertai koma dan sindrom oklusi basiler dengan penurunan kesadaran.
Emboli dari arteri vertebralis yang menyumbat bagian distal arteri
basilaris mengakibatkan penurunan aliran darah menuju formasio retikularis

16

asendens di mesensefalon dan talamus sehingga timbul penurunan kesadaran.


Sedangkan emboli yang lebih kecil dapat menyumbat lebih rostral dan pada
kasus demikian, mesensefalon, talamus, lobus temporal, dan oksipital dapat
mengalami infark. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan visual
(hemianopia

homonim,

buta

kortikal),

visiomotor

(gangguan

gerak

konvergen, paralisis penglihatan vertikal, diplopia), dan prilaku (terutama


disorientasi) abnormal tanpa gangguan motorik.
6. Cabang vertebrobasilar Sirkumferensial
Cabang sirkumferesial dari arteri vertebralis dan basilaris adalah arteri
sereberalis inferior posterior, sereberalis inferior anterior, dan sereberalis
superior.
Gejala yang terjadi akibat oklusi arteri sereberalis inferior posterior
mengakibatkan sindrom medular lateral (Wallenbergs syndrome). Sindrom
ini dapat disertai ataksia sereberalis ipsilateral, sindrom Horner, defisif
sensoris wajah, hemihipertesi alternan, nistagmus, vertigo, mual muntah,
disfagia, disartria, dan cegukan. Oklusi arteri sereberalis inferior anterior akan
mengakibatkan infark sisi lateral dari kaudal pons dan menimbulkan sindrom
klinis seperti paresis otot wajah, kelumpuhan pandangan, ketulian, dan
tinitus. Oklusi arteri sereberalis superior akan mengakibatkan sindrom lateral
rostral pons yang menyerupai lesi dengan disertai adanya optokinetik
nistagmus atau skew deviation.
7. Cabang vertebrobasiler paramedian
Cabang arteri paramedian memberi aliran darah sisi medial batang
otak mulai dari permukaan ventral hingga dasar ventrikel IV. Struktur pada
regio ini meliputi sisi medial pedunkulus sereberi, jaras sensorik, nukleus
rubra, formasio retikularis, nukleus kranialis (N.III, N. IV, N.VI, N.XII).
Gejala yang diakibatkan oleh oklusi arteri ini tergantung dimana
oklusi terjadi. Oklusi pada mesensefalon menimbulkan paresis nervus
okulomotor (N.III) ipsilateral disertai ataksia. Paresis nervus abdusen (N.VI)
dan nervus fasialis (N.VII) ipsilateral terjadi pada lesi daerah pons, sedang
paresis nervus hipoglosus (N.XII) terjadi jika letak lesi setinggi medula
oblongata. Manifestasi klinis dapat berupa koma apabila lesi melibatkan
kedua sisi batang otak.
8. Cabang vertebrobasilar basalis

17

Percabangan ini berasal dari arteri sirkumferensial yang memasuki sisi


vertebral batang otak dan memberi aliran darah jaras motorik batang otak.
Gejala yang ditimbulkan akibat oklusi arteri basilaris yaitu hemiparesis
kontralateral, dan apabila nervus kranialis (N.III, N.VI, N.VII) terkena
terjadilah paresis nervus kranialis ipsilateral.
9. Infark lakunar
Infark lakunar sering terjadi pada nukleus dalam dari otak (putamen
37%, talamus 14%, nukleus kaudatus 10%, pons 26%, kapsula interna krus
posterior 10%). Terdapat 4 macam sindrom infark lakunar yaitu hemiparesis
murni, stroke sensorik murni, hemiparesis ataksik, dan sindroma dysarthriaclumsy hand.
2.7 Gejala Stroke Hemoragik
1. Perdarahan Intraserebral
Gejala yang diakibatkan oleh perdarahan intraserebral yaitu onset yang
hampir selalu timbul pada saat beraktivitas dan terkadang terjadi saat pasien
dalam keadaan tidur (hanya 3%). Gejala yang paling umum ditemukan adalah
sakit kepala dan muntah. Walaupun tidak spesifik dan tergantung lokasi lesi, hal
ini membedakannya dengan stroke iskemik. Sakit kepala pada saat onset
merupakan suatu gejala klinis yang penting pada pasien dengan perdarahan lobar,
diakibatkan karena adanya distensi lokal, distorsi, atau peregangan struktur
intrakranial superfisial yang sensitif terhadap rasa sakit.
Gejala lainnya yaitu kejang yang menunjukkan adanya suatu perdarahan
lobaris dibandingkan perdarahan pada bagian yang lebih dalam. Kecepatan
penurunan kesadaran pada pasien bervariasi sesuai lokasi dan luas perdarahan
yang terjadi.
Mayoritas kasus dari perdarahan intraserebral terdapat pada kompartemen
supratentorial dan sebagian lagi pada bagian hemisfer serebral, ganglia basalis,
dan talamus. Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis perdarahan yang
dapat terjadi pada stroke perdarahan dan gejala yang diakibatkannya:
1.1 . Perdarahan Putaminal
Perdarahan putaminal merupakan bentuk perdarahan intracerebral
yang paling sering terjadi. Gambaran klasik dari perdarahan putaminal

18

adalah kelemahan motorik unilateral yang diikuti abnormalitas sensorik


visual dan perilaku. Apabila lesi mengenai hemisfer sisi dominan akan
terjadi afasia global, sedangkan bila mengenai hemisfer non-dominan
akan menyebabkan gejala hemi-inattention.
1.2 . Perdarahan kaudatus
Perdarahan

kaudatus

biasa

dimasukkan

sebagai

perdarahan

putaminal yaitu sebagai perdarahan putamina basalis. Onset perdarahan


kaudatus umumnya tiba-tiba, dengan sakit kepala dan muntah yang
diikuti penurunan kesadaran. Pemeriksaan fisik menunjukan adanya
kekakuan leher dan berbagai gangguan perilaku (disorientasi dan
konfusi) dan seringkali diikuti gangguan ingatan jangka pendek.
1.3 . Perdarahan talamik
Perdarahan talamik akan menunjukan gambaran klinis yang sesuai
dengan besarnya area perdarahan dan perluasan massa perdarahan yang
terjadi. Apabila masa yang timbul sangat besar maka perluasan dapat
mencapai daerah parietal. Gejala muntah cukup banyak dijumpai namun
sakit kepala jarang. Gejala klinis termasuk hemiparesis atau hemiplegia
yang disertaai sindrom hemisensorik berupa penurunan sistem sensorik
tungkai, wajah dan punggung kontralateral. Gejala utama pada
perdarahan talamik adalah kelainan pada nervus okulomotoris yang
mengakibatkan kelumpuhan pandangan atas, paralisis konvergen, retraksi
nistagmus, deviasi asimetris.
1.4 . Perdarahan substansia alba (perdarahan lobaris)
Perdarahan yang terjadi pada daerah subkortikal substansia alba
menghasilkan lesi yang dapat muncul diseluruh lobus serebri terutama
dilobus parietal, temporal dan oksipital. Perdarahan lobaris berbeda
dengan perdarahan intraserebral pada umumnya yaitu tidak banyak
berkaitan dengan hipertk berkaitan dengan hipertensi. Gejala klinis
perdarahan lobaris agak berbeda dengan perdarahan lain. Perdarahan
lobaris jarang terjadi hipertensi arterial dan penurunan kesadaran.
Sedangkan keluhan sakit kepala dan kejang lebih sering ditemukan.
Terjadi rasa sakit kepala di daerah sekitar mata ipsilateral dan

19

hemianopasia juga sakit pada areal sekitar telinga dan kelemahan anggota
gerak kontralateral atas serta kelemahan kaki dan wajah.
1.5 . Perdarahan serebral
Perdarahan serebral disebabkan oleh hipertensi arterial. Perdarahan
yang terjadi berasal dari cabang distal arteri serebralis posteriol inferior.
Gejala krinis muncul pada saat pasien melakukan aktifitas. Gejala awal
yang mendahului rasa pening disertai perasaan seperti saat mabuk, mati
rasa pada wajah dan selanjutnya pasien tiba-tiba tidak mampu berjalan
dan bahkan berdiri. Kekakuan pada leher dan daerah bahu, tinitus dan
cekukan terjadi pada beberapa pasien.
1.6 . Perdarahan mesensefalon
Perdarahan spontan nontraumatik pada otak tengah sangat jarang
ditemukan perdarahan biasanya berasal dari bagian bawah talamus atau
lesi yang berawak dicerbelum atau ponds. Gejala yang ditimbulkan
umumnya bertahap dan progresif. Kerap terjadi ataksia dan oftalmoplegia
juga hidrposefalus akibat blokade atau distensi pada akuaduktus. Gejala
lain yang ditimbulkan antara lain berupa kelumpuhan bilateral nervus III,
kelemahan bulbar, reflek extensor plantar, sakit kapal yang menyeluruh,
muntah, hemiparesis, diplopia, dan pinpoint pupil.
1.7 . Perdarahan pons
Perdarahan pons terjadi karena peningkatan tekanan intrakranial
yang disebabkan masuknya darah keruangan tertutup intrakranial. Gejala
klinis yang terjadi adalah sakit kepala yang hebat di daerah oksipital
sebelum terjadi koma, gejala kejang, menggigil hebat, dan terjadi
disfungsi sistem otonom. Selain itiu gajala lainnya adalah mati rasa pada
wajah dan tungkai atas, ketulian, diplopia, kelemahan kaki bilateral, dan
pola pernapasan yang abnormal, apnea.
1.8 . Perdarahan medula oblongata
Perdarahan medula oblongata yang sangat jarang sekali terjadi
bahkan lebih jarang dibandingkan pedarahan otak tengah. Gejala yang
ditimbulkan dapat berupa rasa pening, muntah, sakit kepala, diplopia, dan
paresthesia tungkai atas kanan. Umumnya terjadi somnolen dalam waktu

20

singkat dan ataksik disertai kaku kuduk, hemiparesis kiri, nistagmus,


disfonia, dan disfagia.
2.Perdarahan Subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya suatu
aneurisma intrakranial. Sebelum pecah, aneurisma biasanya tidak menyebabkan
gejala-gejala sampai menekan saraf atau bocornya darah dalam jumlah sedikit,
biasanya sebelum pecahnya besar (yang menyebabkan sakit kepala). Kemudian
menghasilkan tanda bahaya, seperti berikut di bawah ini :

Sakit kepala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat
(kadangkala disebut sakit kepala thunderclap).

Nyeri muka atau mata.

Penglihatan ganda.

Kehilangan penglihatan sekelilingnya.


Tanda bahaya bisa terjadi hitungan menit sampai mingguan sebelum

pecah. Orang harus melaporkan segala sakit kepala yang tidak biasa kepada
dokter dengan segera. Pecahnya bisa terjadi karena hal yang tiba-tiba, sakit kepala
hebat yang memuncak dalam hitungan detik. Hal ini seringkali diikuti dengan
kehilangan kesadaran yang singkat. Hampir separuh orang yang terkena
meninggal sebelum sampai di rumah sakit. Beberapa orang tetap dalam koma atau
tidak sadar. Yang lainnya tersadar, merasa pusing dan mengantuk. Mereka bisa
merasa gelisah. Dalam hitungan jam atau bahkan menit, orang bisa kembali
menjadi mengantuk dan bingung. Mereka bisa menjadi tidak bereaksi dan sulit
untuk bangun.
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan cerebrospinal disekitar otak
melukai lapisan pada jaringan yang melindungi otak (meninges), menyebabkan
leher kaku sama seperti sakit kepala berkelanjutan, sering muntah, pusing, dan
rasa sakit di punggung bawah. Frekuensi naik turun pada detak jantung dan
bernafas seringkali terjadi, kadangkala disertai kejang yang semakin meningkat.
Selain itu, subarachnoid hemorrhage juga dapat menyebabkan beberapa
masalah serius lainnya :

21

1. Hidrosefalus: dalam waktu 24 jam. Darah dari subarachnoid hemorrhage


bisa menggumpal. Darah yang menggumpal bisa mencegah cairan di
sekitar otak (cairan cerebrospinal) dari kekeringan seperti normalnya.
Akibatnya, penumpukan darah di dalam otak, meningkatkan tekanan di
dalam tengkorak. Hidrosefalus bisa menyebabkan gejala-gejala seperti
sakit kepala, mengantuk, pusing, mual, dan muntah dan bisa meningkatkan
resiko pada koma dan kematian.
2. Vasospasm: sekitar 3 sampai 10 hari setelah perdarahan, arteri di dalam
otak bisa kontraksi (kejang), membatasi aliran darah menuju otak.
Kemudian, jaringan otak bisa tidak mendapatkan cukup oksigen dan bisa
mati, seperti stroke iskemik. Vasopasm bisa menyebabkan gejala yang
serupa pada stroke iskemik, seperti kelemahan atau kehilangan rasa pada
salah satu bagian tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa,
vertigo, dan koordinasi lemah.
3. Pecahan kedua: kadangkala pecahan kedua terjadi, biasanya dalam waktu
seminggu.

2.8 Penyebab stroke


Stroke banyak terjadi pada kelompok usia lanjut. Sama halnya dengan
jantung koroner, pembuluh darah otak semakin hari semakin menebal. Diperlukan
waktu puluhan tahun sebelum pipa pembuluh otak tersumbat total (Mahendra dan
Evi 2007).
Beberapa penyebab stroke dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yakni stroke yang disebabkan faktor pembuluh darah dan faktor dari luar
pembuluh darah.
A. Faktor pembuluh darah

Aterosklerosis pembuluh darah otak


Aterosklerosis adalah penumpukan aterom atau lemak pada lapisan dalam

pembuluh darah. Jika aterom ini sudah menutupi seluruh lumen pembuluh darah

22

maka aliran darah akan tersumbat. Akibatnya, jaringan yang ada di depan
pembuluh darah akan kekurangan oksigen dan akibat lebih lanjut dapat terjadi
kematian jaringan.

Malformasi arteri (pembuluh nadi) otak


Adanya aneurisma (kelemahan) pembuluh darah otak dan tipisnya dinding

pembuluh darah akan memudahkan dinding pembuluh darah robek jika terjadi
peningkatan tekanan darah. Aneurisma dibagi menjadi dua yaitu congenital
(bawaan dari lahir) dan bukan bawaan lahir (didapat setelah lahir). Aneurisma ini
tidak memberikan gejala apapun sampai suatu saat dapat pecah sendiri jika terjadi
peningkatan aliran darah ke otak dan terjadilah stroke.

Trombosis vena (penyumbatan)


Penyebab seperti thrombus, embolus, cacing, parasit, atau leukemia yang

dapat menyumbat pembuluh darah.

Pecahnya pembuluh darah otak


Pecahnya pembuluh darah otak dapat terjadi di ruang subarachnoid (di

bawah selaput otak) atau intracerebral (dalam jaringan otak). Akibatnya adalah
darah dari arteri otak akan terus mengalir keluar tanpa ada yang dapat
menghentikan. Darah akan menutupi dan menekan sebagian besar jaringan otak
sehingga jaringan otak yang tertekan akan mengalami hipoksia disertai dengan
kematian jaringan otak, bahkan mungkin disertai dengan kematian biologis.
B. Faktor dari luar pembuluh darah

Penurunan perfusi (aliran) darah ke otak


Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti hipertensi menahun

yang menyebabkan terjadinya perubahan anatomi jantung, gagal jantung kongestif


atau hiperkolesterol. Adanya perubahan tersebut menyebabkan darah menjadi
relatif lebih pekat dan alirannya menjadi lambat.
Embolus atau thrombus yang mengalir di dalam pembuluh darah
tersangkut di salah satu cabang pembuluh darah otak yang kecil sehingga
menyumbat aliran darah. Kejadian ini akan menyebabkan kematian jaringan otak.
Embolus atau thrombus dapat berasal dari pembuluh darah di tungkai yang
terlepas saat kita beraktivitas, dari paru-paru, embolus lemak terutama terkena

23

pada orang yang obesitas atau pascaoperasi besar, seperti operasi caesar dan patah
tulang (Mahendra dan Evi 2007).
2.9 Pencegahan Stroke
Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan primer dan sekunder.
Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah stroke pada mereka yang belum
pernah terkena stroke. Pencegahan sekunder ditujukan untuk mereka yang pernah
terkena stroke termasuk TIA (Wahjoepramono 2005).
Menurut Wahjoepramono (2005), pencegahan primer dapat dilakukan
dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi :
1) Penurunan berat badan : mengupayakan berat badan normal
2) Pola makan yang tidak memicu hipertensi : mengkonsumsi buah-buahan,
sayuran, dan produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak
jenuh
3) Diet rendah garam : mengurangi intake garam <100 mmol per hari (2,4 g Na
atau 6 g NaCl)
4) Aktivitas fisik : aktivitas fisik rutin seperti jalan santai minimal 30 menit per
hari
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang ditujukan pada pasien yang
sudah pernah mengalami stroke atau TIA. Target akhir dari pencegahan sekunder
adalah agar jangan sampai terjadi seranagn TIA ataupun stroke yang berulang.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Stroke Council of the American Heart Association merekomendasikan
hal pencegahan sebgai berikut :

Lemak

LDL < 100 mg/dL


HDL > 35 mg/dL
TC < 200 mg/dL
TG < 200 mg/dL

Diet AHA step II: 30 % lemak, < 7


% lemak jenuh, < 200 mg/hari
kolesterol, penurunan berat badan dan
aktifitas fisik.
Jika target tak tercapai dan LDL > 130
mg/dL berikan terapi medikamentosa
(mis: statin).
Bila LDL 100-130 mg/dL,
medikamentosa dapat
dipertimbangkan.

Alkohol

Mengurangi konsumsi
alkohol

Edukasi pasien dan keluarga untuk


kurangi / hentikan kebiasaan minum
alcohol

24

Aktifitas
fisik

3060 menit dalam 3-4


kali / menggu

Latihan fisik sedang (jalan santai,


jogging, bersepeda atau aerobik).
Program dengan supersi medis bagi
pasien dengan rsiko tinggi (penyakit
jantung)

Obesitas

120 % dari berat badan


ideal berdasarkan tinggi

Diet dan latihan fisik

AHA: American Heart Association, HDL: high density lipoprotein, LDL: low
density lipoprotein, TC: total cholesterol, TG: trigliserida
1) Konsumsi ganggang coklat.
Salah satu makanan yang perlu untuk dikonsumsi adalah bahan-bahan
alami yang tersedia di laut seperti ganggang laut coklat (brown seaweed) /
Rambut Malaikat (mozu) atau nano. Tumbuhan laut yang memiliki nama latin
Laminaria Japonica hidup di daerah terumbu karang yang jenih dan bersih.
Ganggang

laut

coklat

(brown

seaweed)

untuk

mencegah

penyakit,

memperpanjang usia dan meningkatkan kesehatan secara signifikan. Ganggang


laut coklat (brown seaweed) banyak mengandung vitamin dan mineral yang
seimbang dan bermanfaaat seperti : kalsium, magnesium, iron, copper, mangan,
zink, boron dan iodine, selain itu mengandung serat, asam amino, dan Bkompleks. Ganggang Laut Coklat (brown seaweed) juga mengandung beberapa
zat aktif, yang dapat mengurangi risiko terkena stroke akibat penyumbatan
pembuluh darah, seperti:

Alginate, yakni serat tak larut yang berperan mengurangi kadar lemak,
trigliserida serta kolesterol dalam darah, sehingga terkontrol.

laminarin sebagai zat anti penggumpalan darah yang membantu


mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke.

Iodium

organik

membantu

mengoptimalkan

fungsi

tiroid

untuk

metabolisme tubuh lebih baik

Mineral koloidal yang mudah diserap oleh tubuh.

Kandungan lain yang berguna bagi pasien pasca stroke adalah fucoidan
yaitu suatu polisakarida kompleks yang membantu memperbaiki daya ingat dan
sistem motorik pasca stroke serta meregenerasi sel-sel baru untuk kesehatan
menyeluruh.

25

Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan pada pasien pasca
stroke yang dilakukan Universias Manitoba, Winnipeg, Kanada. Hasilnya
menunjukkan bahwa fucoidan dalam brown seaweed mempercepat pemulihan
fungsi motorik pada minggu pertama serta memperbaiki memori.
Penelitian manfaat ganggang laut coklat lainnya:

Fucoidan dalam ganggang coklat mampu menghambat pembentukan


bekuan darah sehingga menurunkan resiko terserang penyakit jantung dan
stroke (Malmo University Hospital, Swedia)

Fucoidan dalam ganggang coklat mempercepat fungsi motorik pada


minggu pertama dan perbaikan memori (University of Manitoba,
Winnipeg-Canada)

Ganggang coklat mengubah aktifitas enzim di liver yg mengontrol


metabolisme asam lemak, sehingga menurunkan kadar lemak dalam darah.
Selain itu, dapat juga meningkatkan pembakaran lemak di liver
(Laboratory of Lipid Chemistry, Yokohama- Jepang)

Ganggang laut coklat (brown seaweed) membantu menurunkan kadar


kolesterol

sebanyak

26,5%

dan

trigliserida

sebanyak

36,1%

(Cardiovascular Center di RS Sakhalin, Rusia) (Utama J 2007).


2) Ikan Tuna
Ikan tuna juga merupakan sumber yang baik untuk vitamin B6 dan asam
folat.

World's

Health Rating

dari

The George Mateljan

Foundation

menggolongkan kandungan vitamin B6 tuna ke dalam kategori sangat bagus


karena mempunyai nutrient density yang tinggi, yaitu mencapai 6,7 (batas
kategori sangat bagus adalah 3,4-6,7). Vitamin B6 bersama asam folat dapat
menurunkan level homosistein. Homosistein merupakan komponen produk antara
yang diproduksi selama proses metilasi. Homostein sangat berbahaya bagi
pembuluh arteri dan sangat potensial untuk menyebabkan terjadinya penyakit
jantung.
Meskipun ikan tuna mengandung kolesterol, kadarnya cukup rendah
dibandingkan dengan pangan hewani lainnya. Kadar kolesterol pada ikan tuna 3845mg per 100gr daging. Kandungan gizi yang tinggi membuat tuna sangat efektif
untuk menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya stroke. Sebuah studi yang
pernash dilakukan selama 15 tahun menunjukkan bahwa konsumsi ikan tuna 2-4
26

kali setiap minggu, dapat mereduksi 27% resiko penyakit sroke daripada yang
hanya mengkonsumsi 1 kali dalam sebulan. Konsumsi 5 kali atau lebih dalam
setiap minggunya dapat mereduksi penyakit stroke hingga 52 persen. Konsumsi
tuna 13 kali per bulan dapat mengurangi risiko tubuh dari ischemic stroke, yaitu
stroke yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak.
3) Sayur dan Buah-buahan
Sebagian besar buah dan sayur memiliki nilai gizi dan mineral yang cukup
tinggi. Kandungan gizi tersebut sangat dibutuhkan untuk merevitalisasi sel-sel dan
jaringan tubuh yang telah rusak serta meningkatkan sistem metabolisme serta
sistem kekebalan didalam tubuh. Terdapat beberapa jenis buah dan sayur yang
digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit stroke diantaranya adalah:
melon, alpukat, pisang, apel, belimbing, jambu biji, dan asparagus.
Pencegahan terjadinya stroke harus dilakukan sepanjang masa. Dengan
bertambahnya usia, kemungkinan untuk terserang stroke. Oleh karena itu, harus
diusahakan untuk selalu mengurangi atau menghilangkan berbagai faktor resiko,
terutama dengan melakukan diet dan olahraga secara teratur (Wirakusumah 2001).
Selain itu, menurut Wirakusumah (2001), makanan yang dapat menolong
untuk mencegah stroke antara lain :

Sumber asam lemak omega-3


Komponen ini banyak terkandung di dalam ikan. Suatu penelitian yang
dilakukan di Belanda terhadap populasi yang berusia 60-90 tahun, yang selalu
mengkonsumsi ikan (sekurang-kurangnya satu kali seminggu), membuktikan
bahwa resiko terserang stroke pada 15 tahun ke depan hanya setengah kali
dibandingkan dengan populasi lain yang tidak mengkonsumsi ikan. Hal ini
membuktikan bahwa asam lemak omega-3 yang terkandung di dalam ikan
akan memperbaiki struktur membran sel. Dalam hal ini, sel akan lebih kuat
dan lentur. Selain itu, asam lemak omega-3 dapat membantu thromboxane
yang berfungsi menurunkan terbentuknya gumpalan darah.
Teh
Stroke dapat juga dilawan dengan teh, khususnya jenis teh hijau. Sebuah studi
di Jepang membuktikan dengan mengkonsumsi teh hijau sebanyak lima
cangkir sehari dapat menurunkan resiko terserang stroke. Di dalam teh hijau
terkandung antioksidan yang dapat mencegah terjadinya kerusakan sel.
Bahkan, teh hijau mengandung komponen antioksidan yang lebih kuat

27

dibanding vitamin E dan vitamin C. Berikut ini adalah zat-zat yang berperan
sebagi sumber antioksidan :
Betakaroten, di dalam makanan komponen ini dapat mencegah
perubahan kolesterol menjadi unsur toksik yang mampu membentuk plak
dan akan menggumpal di dalam arteri. Betakaroten yang diubah menjadi
vitamin A, akan melawan kerusakan sel saraf ketika otak kehilangan
oksigen. Betakaroten banyak terdapat pada wortel, tomat, papaya, bit,
serta sayur dan buah yang berwarna jingga.
Vitamin E, dapat mengurangi pembentukan gumpalan darah (plak) yang
dapat menyumbat arteri. Contoh sumber pangan yang mengandung
vitamin E adalah taoge.
Vitamin C, dapat memperkuat dinding pembuluh darah dan mencegah
terjadinya hemorrhages (keluarnya darah dari pembuluh) otak. Bahan
pangan yang mengandung vitamin C antara lain jeruk, jambu biji, tomat
dan lain-lain.
Sumber kalium
Makanan sumber kalium seperti pisang, dapat menurunkan resiko
terserangnya stroke. Diduga, asupan kalium yang memadai membuat dinding
arteri lebih elastik dan normal. Selain itu, juga dapat melindungi kerusakan
pembuluh darah akibat tekanan darah yang tinggi.
Bawang Bombay dan bawang putih
Bawang Bombay dan bawang putih dapat mencegah penggumpalan darah
yang akan menyumbat aliran darah ke otak. Selain itu, juga dapat memacu
mekanisme pelarutan gumpalan darah di dalam tubuh.
Sedangkan hal-hal yang harus diwaspadai antara lain :
Sumber lemak
Penderita stroke dianjurkan untuk membatasi asupan makanan yang mengandung
lemak. Jenis lemak yang harus diwaspadai, terutama lemak jenuh yang dapat
memicu terbentuknya gumpalan-gumpalan lemak dalam pembuluh darah. Inilah
yang akan menghambat aliran darah ke otak sehingga menimbulkan stroke.
Garam
Diduga, kelebihan garam dapat memicu timbulnya mini stroke. Pengujian
yang dilakukan terhadap tikus menunjukkan bahwa pada otak tikus yang
mnengkonsumsi ransum dengan kadar garam yang tinggi, akan tampak

28

adanya kerusakan arteri dan jaringan, yang disebabkan oleh keadaan mini

stroke.
Alkohol
Penderita stroke dianjurkan untuk membatasi asupan alkohol karena
kelebihan alcohol yang tinggi dapat meningkatkan resiko terserangnya stroke.
Konsentrasi

alcohol

yang

tinggi

dapat

memicu

terjadinya

emboli

(penggumpalan), dan ischemia (kurangnya darah dalam jaringan), yang


disebabkan oleh perubahan konsentrasi darah dan kontraksi pembuluh darah.
Kondisi inilah yang mengawali terjadinya stroke.
2.10 Upaya Pengobatan Stroke
Stroke adalah penyakit otak yang paling destruktif dengan konsekuensi
berat. Stroke tidak hanya akan menimbulkan kecacatan yang dapat membebani
seumur hidup tetapi juga ancaman kematian bagi pasien. Apabila mengalami
serangan stroke, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan
penyebabnya, bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan obat
penghancur bekuan darah. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan
dan gejala lainnya dapat dicegah atau dipulihkan jika obat stroke yang berfungsi
menghancurkan bekuan darah disuntikkan kurang dari tiga jam sejak serangan
(periode emas). Obat yang diberikan biasanya diberikan berdasarkan penyebab
stroke, dan akibat yang ditimbulkan oleh stroke tersebut, seperti obat depresi
(untuk mengatasi gangguan psikis), dan alat bantu nafas. Antikoagulan (anti
penggumpalan) tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan tidak
pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan
menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak (Utama J 2007).
2.11 Perawatan Pasca Stroke
Sekali terkena serangan stroke, tidak membuat seseorang terbebas dari
stroke. Di samping dampak menimbulkan kecacatan, masih ada kemungkinan
dapat terserang kembali di kemudian hari. Penanganan pasca stroke yang biasa
dilakukan adalah:
1) Rehabilitasi. Penderita memerlukan rehabilitasi serta terapi psikis seperti
terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, dan penyediaan alat bantu di unit

29

orthotik prostetik. Juga penanganan psikologis pasien, seperti berbagi rasa,


terapi wisata, dan sebagainya. Selain itu, juga dilakukan community based
rehabilitation (rehabilitasi bersumberdaya masyarakat) dengan melakukan
penyuluhan dan pelatihan masyarakat di lingkungan pasien agar mampu
menolong, setidaknya bersikap tepat terhadap penderita. Hal ini akan
meningkatkan pemulihan dan integrasi dengan masyarakat.
2) Penerapan gaya hidup sehat. Bahaya yang menghantui penderita stroke
adalah serangan stroke berulang yang dapat fatal atau kualitas hidup yang
lebih buruk dari serangan pertama. Bahkan ada pasien yang mengalami
serangan stroke sebanyak 6-7 kali. Hal ini disebabkan pasien tersebut tidak
mengendalikan faktor risiko stroke. Penerapan gaya hidup sehat sangat
penting bagi mereka yang sudah pernah terkena serangan stroke, agar tidak
kembali diserang stroke seperti berhenti merokok, diet rendah lemak atau
kolesterol dan tinggi serat, berolahraga teratur 3 kali seminggu (30-45 menit),
makan secukupnya, dengan memenuhi kebutuhan gizi seimbang, menjaga
berat badan jangan sampai kelebihan berat badan, berhenti minum alkohol
dan atasi stres.
3) Selain itu konsumsi bahan-bahan makanan yang dapat mengurangi resiko
timbulnya kembali serangan stroke juga sangat diperlukan.
2.12 Program Rehabilitasi Medik pada Penderita Stroke
Fase awal
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi
fungsi yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan
umum memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan
adalah proper bed positioning, latihan luas gerak sendi, stimulasi elektrikal
dan begitu penderita sadar dimulai penanganan masalah emosional.
Fase lanjutan
Tujuannya adalah unyuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi
dan aktifitas kegiatan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu
penderita secara medik telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke
trombotik atau embolik, biasanya mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah

30

stroke. Penderita dengan perdarahan subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15


hari setelah stroke. Program pada fase ini meliputi :
a. Fisioterapi
1) Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2
kebawah)
2) Diberikan terapi panas superficial (infra red) untuk melemaskan otot.
3) Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantuatau aktif tergantung dari
kekuatan otot.
4) Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.
5) Latihan fasilitasi / redukasi otot
6) Latihan mobilisasi.
b. Okupasi Terapi (aktifitas kehidupan sehari-hari/AKS)
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam AKS,
meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena
belum tentu baik. Dengan alat Bantu yang disesuaikan, AKS dengan
menggunakan satu tangan secara mandiri dapat dikerjakan. Kemandirian
dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan.
c. Terapi Bicara
Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini
dapat ditangani oleh speech therapist dengan cara:
1) Latihan pernapasan ( pre speech training ) berupa latihan napas,
menelan, meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.
2) Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan
mengucapkan kata-kata.
3) Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi
mengucapkan kata-kata.
4) Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.
d. Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam
membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering
digunakan antara lain: arm sling, hand sling, walker, wheel chair, knee
back slap, short leg brace, cock-up, ankle foot orthotic (AFO), knee ankle
foot orthotic (KAFO).
e. Psikologi

31

Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui


serial fase psikologis, yaitu: fase shok, fase penolakan, fase penyesuaian
dan fase penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut
secara cepat, sedangkan sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti
pada salah satu fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita
harus berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima
rehabilitasi.

f. Sosial Medik dan Vokasional


Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga,
keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan
hidup serta keadaan rumah penderita.

32

BAB III
KESIMPULAN

Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf manusia, yang


dapat berakibat pada kelumpuhan sistem-sistem lainnya. Secara umum patologi
stroke berlangsung secara progresif dan bertahap, mulai dari gejala stroke ringan
hingga dapat menyebabkan kematian. Secara garis besar, stroke dibagi menjadi
stroke iskemik (karena penyumbatan pembuluh darah) dan stroke hemoragik
(karena pecahnya pembuluh darah) yang memiliki gejala bervariasi sesuai daerah
yang terserang.
Stroke memiliki beberapa faktor resiko yang dapat mendukung
perkembangan stroke yang terdiri dari dua jenis faktor, yaitu faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis kelamin, herediter, dan ras) dan yang dapat
dimodifikasi (berbagai penyakit degeneratif dan gaya hidup). Pencegahan
penyakit stroke dapat dilakukan dengan meminimalisir faktor resiko yang dapat
dimodifikasi tersebut, seperti mengatur pola hidup dan mengkonsumsi makanan
yang disesuaikan dengan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. [Anonim]. 2006. Cegah stroke, konsumsi wortel. www.kapanlagi.com. [25
Mei 2009].
2. Danis D. Kamus Istilah Kedokteran. Jakarta: Gita Media Press.
3. Efendi YH. Bahan Kuliah Patofisiologi, Neurologi. Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
33

4. Ganong W. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Penerbit


Buku Kedokteran.
5. Gendo U. 2007. Integrasi Kedokteran Barat dan Kedokteran Tradisional
Cina. Jakarta: Kanisius.
6. Mahendra B, Rachmawati Evi. 2007. Atasi Stroke Dengan Tanaman Obat.
Jakarta: Penebar Swadaya.
7. Misbach J, Kalim H. 2007. Stroke Mengancam Usia Produktif.
www.medicastore. com. [25 Mei 2009].
8. Smith T, Davidson S. 2005. Dokter di Rumah Anda. Jakarta: Dian Rakyat.
9. Sutrisno A. 2007. Stroke. Jakarta: Gramedia.
10. Tembayong J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran.
11. Utama J. Pengobatan Stroke dan Perawatan Pasca Stroke. www.
medicastore.com [12 Mei 2009].
12. Wahjoepramono EJ. 2005. Stroke Tata Laksana Fase Akut. Lippo
Karawaci: Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, RS Siloam
Gleneagles.
13. Wirakusumah ES. 2001. Menu Sehat untuk Lanjut Usia. Jakarta: Puspa
Swara.

34

S-ar putea să vă placă și

  • Testimoni
    Testimoni
    Document3 pagini
    Testimoni
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Case Jiwa
    Case Jiwa
    Document46 pagini
    Case Jiwa
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Follow Up Case Saya
    Follow Up Case Saya
    Document29 pagini
    Follow Up Case Saya
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Document4 pagini
    Cover Referat
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Referat Benda Asing Di Saluran Nafas
    Referat Benda Asing Di Saluran Nafas
    Document40 pagini
    Referat Benda Asing Di Saluran Nafas
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Cover Case
    Cover Case
    Document4 pagini
    Cover Case
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Cover Case
    Cover Case
    Document4 pagini
    Cover Case
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Case Jiwa
    Case Jiwa
    Document46 pagini
    Case Jiwa
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Dapus Yang Sebenarnya
    Dapus Yang Sebenarnya
    Document1 pagină
    Dapus Yang Sebenarnya
    'Alivia Nabdakh Cloche
    Încă nu există evaluări
  • BAB I Calaring
    BAB I Calaring
    Document1 pagină
    BAB I Calaring
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Cover 1
    Cover 1
    Document3 pagini
    Cover 1
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Document1 pagină
    Kata Pengantar
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Referat THT
    Referat THT
    Document40 pagini
    Referat THT
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Bab III CA Laring
    Bab III CA Laring
    Document2 pagini
    Bab III CA Laring
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Cover 1
    Cover 1
    Document3 pagini
    Cover 1
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Rosasea Fix
    Rosasea Fix
    Document19 pagini
    Rosasea Fix
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Bab III CA Laring
    Bab III CA Laring
    Document2 pagini
    Bab III CA Laring
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document17 pagini
    Bab Ii
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • BAB I Calaring
    BAB I Calaring
    Document1 pagină
    BAB I Calaring
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Preskas Skizo
    Preskas Skizo
    Document46 pagini
    Preskas Skizo
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Perencanaan Puskesmas Plumbon Tahun 2012 Final
    Perencanaan Puskesmas Plumbon Tahun 2012 Final
    Document236 pagini
    Perencanaan Puskesmas Plumbon Tahun 2012 Final
    Ilham Anugrah
    Încă nu există evaluări
  • LAPORAN KASUS Spondilitis TB
    LAPORAN KASUS Spondilitis TB
    Document33 pagini
    LAPORAN KASUS Spondilitis TB
    Laili Khairani
    50% (2)
  • Cover Case
    Cover Case
    Document4 pagini
    Cover Case
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Daniela Selvam 04084821517006
    Daniela Selvam 04084821517006
    Document14 pagini
    Daniela Selvam 04084821517006
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Stroke Dhatch
    Stroke Dhatch
    Document27 pagini
    Stroke Dhatch
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Ruk
    Ruk
    Document4 pagini
    Ruk
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Slaid Jra
    Slaid Jra
    Document48 pagini
    Slaid Jra
    Yessy Wirani
    Încă nu există evaluări
  • Spondilitis TB
    Spondilitis TB
    Document22 pagini
    Spondilitis TB
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări
  • Case Fatimah Shellya-Riandri Lingga Gunawan-Terry Mukminah Sari
    Case Fatimah Shellya-Riandri Lingga Gunawan-Terry Mukminah Sari
    Document28 pagini
    Case Fatimah Shellya-Riandri Lingga Gunawan-Terry Mukminah Sari
    Daniela Selvam
    Încă nu există evaluări