Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
CAMPURTAPIMISAH
DIMANA HAL YANG TERCAMPUR TAPI MISAH DAN YANG MISAH
TERCAMPUR.
WELCOMEHomepage
AGAMATentang Katolik
HOBBYNuansa Indah
KESEHATANSehat Penting
UMUMArtikel Umum
Beranda
Type and Enter
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Gagal Ginjal Kronik adalah proses kehilangan fungsi ginjal secara
progresif dalam periode beberapa bulan atau beberapa tahun. Penyakit ini
merupakan masalah di bidang nefrologi dengan angka kejadian yang
cukup tinggi. Gejala-gejala memburuknya fungsi ginjal tidak spesifik, dan
mungkin juga ditemukan tidak enak badan dan penurunan nafsu makan.
GGK merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Dimana
secara bertahap terjadi penurunan fungsi ginjal dari waktu ke waktu dan
biasanya menetap pada penderita penyakit ginjal tahap akhir dan akan
TUJUAN PENULISAN
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian terhadap penyakit CKD on
HD
b.
Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan dengan CKD
ON HD
c.
Mahasiswa mampu membuat perencanaan dengan CKD ON HD
d.
Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan dengan CKD ON
HD
e.
Mahasiswa mampu membuat evaluasi dan dokumentasi terhadap
asuhan keperawatan yang telah dilakukan
C.
a.
b.
c.
d.
METODE PENULISAN
Metode Deskriptif (Study Kasus)
Study Keperawatan
Wawancara dengan Klien dan Keluarga
Dokumentasi Keperawatan
D.
RUANG LINGKUP
Asuhan Keperawatan pada Ny. N pada tanggal 6 Juni 2012 di Ruangan
Renal Unit RS PGI CIKINI
E.
SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini tersusun sebagai berikut
BAB I
: Pendahuluan
BAB II
: Tinjauan Teoritis CKD ON HD
BAB III
: Format Pengkajian Keperawatan
BAB IV
: Pembahasan
BAB V
: Penutup
a.
b.
c.
d.
e.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
DEFISINI
Gagal Ginjal Kronik merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah).Penyakit Ginjal Kronik dinyatakan juga sebagai suatu proses
patofisiologi dengan etiologi yang beragam mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal
ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
yang irreversible pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
(Brunner &
Suddarth,2002;Soeparman,1998;Sudoyo.W.Aru.et,al.2003;Doenges
Marilynn,E.1999).
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C.
ETIOLOGI
Etiologi gagal ginjal kronik menurut Brunner dan Suddarth,(2002).
Glomerulonefritis kronik
Nefropati diabetik
Nefrosklerosis hipertensi
Penyakit ginjal polikistik
Preparat toksik
Pielonefritis kronis dan nefritis interstial
Preparat lingkungan dan okupasi :timah,kadmium,merkuri,dan
kromium.
KLASIFIKASI
Klasifikasi gagal ginjal menurut Sarwono,(1996).
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
Stadium 1 : Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40 % 75
%).
Pada stadium ini kadar kreatinin serum dan kadar BUN normal dan
penderita asimptomatik.
Secara laboratorik CKD dinilai dari tes klirens kreatinin (TKK). Nilai tes
klirens kreatinin dianggap mendekati Laju Filtrasi Glomerulus (LFG).
Klasifikasi CKD di lihat dari penurunan fungsi GFR :
D.
Stadiu
m
Diskripsi
60-89 ml/menit
30-59 ml/menit
15-29 ml/menit
Gagal ginjal
< 15 ml/menit
GFR
1.
a.
b.
2.
a.
b.
-
Diagram
sebuah
E.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gangguan elektrolit
Pemakaian obat-obat nefrotoksik
F.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi gagal ginjal kronik menurut Sarwono, (1996).
1. Sistem Kardiovaskuler ; Hipertensi,Pitting edema (kaki, tangan,
sakrum),Edema periorbital,Friction rub perikardial, Pembesaran vena
leher.
2. Sistem Integumen ; Warna kulit abu-abu mengkilat, Kulit kering
(bersisik),Pruritus,Ekimosis,Kuku tipis dan rapuh,Rambut tipis dan kasar.
3. Sistem Pulmonar ; Krekels,Sputum kental dan liat,Napas dangkal,
Pernapasan kussmaul,Overload efusi pleura.
4.
Sistem Gastrointestinal ; Napas bau amonia,Ulserasi dan perdarahan
pada mulut,Anoreksia, mual dan muntah,Konstipasi dan diare,Perdarahan
dari saluran GI.
5. Sistem Neurologi ; Kelemahan dan keletihan,Konfusi,Disorientasi, Kebas,
Kejang, Kelemahan pada tungkai,Rasa panas pada telapak kaki,
Perubahan perilaku.
6. Sistem Muskuloskeletal ;Kram otot,Kekuatan otot hilang,Fraktur tulang,
Foot drop.
7. Sistem Reproduksi ;Amenore dan atrofi testikuler.
8. Sistem Hematologi ; Anemia
G.
PATOFISOLOGI
Patofisiologi gagal ginjal kronik yg disebabkan penyakit hipertensi
menurut Sudoyo. W. Aru,et,al. (2006).Dengan bagan halaman berikutnya.
Patofisiologi GGK
Hipertensi
Pe perfusi ginjal
.5
LFG
10
%
Terj
adi
gej
ala
dan
LFG .4
% 30
LFG .3
.2
% 30 Terjad
i
kadar
urea
dan
kreati
nin
serum
ko
mpl
ika
si
yan
g
seri
us Uremia
)
anemi
(a
,TD
gangg
uan
metab
olisme
fosfor
&
kalsiu
.m dll
LFG 6
%0
LFG masih
Noktu
ria,
badan
lemah
,
mual,
nafsu Belum
maka
n , meras
penur akan
keluh
una
an
BB
Gagal Ginjal
H.
a.
b.
c.
d.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urine
Volume ;Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine
tidak ada (anuria).
Warna ;Urine keruh, mungkin di sebabkan oleh pus, bakteri, lemak.
Berat jenis ;Kurang dari 1,015
Osmolaritas ;Kurang dari 350 moSm/kg menunjukkan kerusakan
tubular.
e.
f.
g.
4.
5.
I.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik meliputi penatalaksanaan
konservatif, transplantasi ginjal,dan dialisis. Dialisis dibagi menjadi dua
jenis yaitu peritoneal dialisis dan hemodialisis,namun dalam kasus ini
akan dibahas secara lebih mendalam hemodialisis.
1. Penatalaksanaan konservatif
Penatalaksanaan konservatif GGK bermanfaat bila faal ginjal masih
pada tahap insufisiensi ginjal dan gagal ginjal kronik, yaitu faal ginjal
berkisar antara 10-50 % atau nilai kreatinin serum 2 mg % - 10 mg
%. a).Cairan,b).Pembatasan
natrium,c).Obat
anti
hipertensi,d).Anemia,e).Hiperkalemia,f).Asidosis
metabolik,g).Dosis
obat,h).Preservatif
vena,
i).Persiapan
psikologis, j).Gangguan
neuromuskular, k). DM, l).Anestesi, m).Diit ; Diit rendah protein,Asam
amino esensial,Protein bertahap yaitu kalori, KH dan lemak.
2. Hemodialisa
Hemodialisis merupakan pengalihan darah pasien dari tubuhnya
melalui dialiser yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi kemudian darah
kembali lagi ke dalam tubuh pasien.Hemodialisis suatu proses yang
digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi
dialysis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau
pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease
(ESRD) yang memerlukan terapi panjang atau permanen.(Klien Gangguan
Ginjal.2008;136).
Tujuan :
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang
toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.
Prinsip dasar Hemodialisis :
1.
Difusi
Merupakan pengeluaran zat limbah dan toksin dari dalam darah dengan
cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi ke cairan
dengan konsentrasi yang lebih rendah.
2.
Osmosis
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
1.
2.
Segmen-arteri fistula digunakan untuk aliran darah arteri dan segmenvena fistula digunakan untuk memasukkan kembali (reinfus) darah yang
sudah dialysis.
3.
Tandur
Dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialysis,
sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh
arteri atau vena pasien sendiri.
Terdapat 2 (dua) tipe dasar dialyzer yaitu :
a.
Parallel plate dialyzer
Darah mengalir melalui lapisan-lapisan membran, dan cairan dialysis
dapat mengalir dalam arah yang sama, seperti darah, atau dengan arah
berlawanan.
b.
Hollow fiber atau Capillary dialyzer
Darah mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung kecil dan cairan
dialysis membasahi bagian luarnya. Aliran cairan dialysis berlawanan
dengan arah aliran darah.
Satu system dialysis terdiri dari dua sirkuit, satu untuk darah dan satu
lagi untuk cairan dialysis. Bila system ini bekerja, darah mengalir dari
penderita melalui tabung plastic (jalur arteri), melalui dialyzer hollow fiber
dan kembali ke penderita melalui jalur vena. Dialisat kemudian
dimasukkan ke dalam dialyzer, dimana cairan akan mengalir diluar
serabut berongga sebelum keluar melalui drainase. Komposisi cairan
dialysis diatur sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion darah
normal, dan sedikit dimodifkan agar dapat memperbaiki gangguan cairan
dan elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. unsur-unsur yang umum
terdiri dari Na+, K+, Ca++, Mg++, Cl, asetat dan glukosa. Urea, kreatinin,
asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam
cairan dialysis karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam cairan dialysis.
Natrium asetat yang lebih tinggi konsentrasinya dalam cairan dialysis
akan berdifusi ke dalam darah. Tujuan penambahan asetat adalah untuk
mengoreksi asidosis penderita uremia. Asetat dimetabolisme menjadi
bikarbonat. Glukosa dalam konsentrasi yang rendah (200 mg/100 ml)
ditambahkan untuk mencegah difusi glukosa yang dapat menyebabkan
kehilangan kalori. Heparin secara terus-menerus dimasukkan pada jalur
arteri melalui infuse lambat untuk mencegah pembekuan. Waktu yang
dibutuhkan seseorang untuk melakukan hemodialisa adalah tiga kali
seminggu, dengan setiap kali hemodialisa 3 sampai 5 jam.
Penkes pada pasien hemodialisa
Hal-hal penting dalam program pendidikan bagi pasien hemodialisa
mencakup :
1.
Alasan rasional dan tujuan terapi dialysis
2.
Hubungan antara obat-obat yang diresepkan dan didialisis
3.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise.
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak.
2.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat; palpasi; nyeri dada (angina).
Tanda : Hipertensi; nadi kuat, edema jaringan dan pitting; disritmia jantung;
fiction sub perikardial (respon terhadap akumulasi sisa); pucat; kulit coklat
kehijauan, kuning; kecenderungan perdarahan.
3.
Integritas Ego
Gejala : Faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tidak ada
kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
4.
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urin, oliguri atau anuria; distensi abdomen atau
konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine (kuning pekat, merah, coklat), oliguri, atau
anuria.
5.
Makanan / Cairan
Gejala : Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan (malnutrisi)
anoreksia, nyeri ulu hati, mual, muntah, rasa bau amoniak.
Tanda : Distensi abdomen (asites), pembesaran hati (hematomegali);
perubahan turgor kulit, lembab, edema, ulserasi gusi, perdarahan gusi
atau lidah, penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
berdaya.
6.
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur
Kram otot (kejang), rasa terbakar pada telapak kaki.
Kesemutan dan kelemahan, khususunya ekstremitas bawah (neuropati
perifer)
Tanda : Gangguan status mental
Tanda chuostek dan trauseau positif
ejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
7.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki.
Tanda : Perilaku berhati-hati (distraksi), gelisah.
8.
Pernapasan
Gejala : Napas pendek, noktural paroxysmal dispnea, batuk dengan atau tanpa
sputum kental.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan kusmaul (cepat dan dalam).
Batuk produktif dengan sputum merah mudah dan encer (edema paru)
9.
Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada atau berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, demam (karena sepsis atau dehidrasi) ptekie, ekimosis
10.
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido; amenorhea, infertilitas.
11.
Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, (misalnya : tak mampu bekerja
atau mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga).
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan penurunan fungsi ginjal.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat : mual, muntah, anoreksia.
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia.
4.
Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan beban
jantung yang meningkat.
C.
PERENCANAAN
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
gangguan gastrointestinal (akibat uremia); anoreksia, mual atau muntah;
pembatasan diet.
Tujuan : nutrisi adekuat
Kriteria hasil : - berat badan normal
edema (-)
mual dan muntah (-)
Intervensi
1.
Awasi konsumsi makanan/cairan dan hitung masukan kalori perhari
R/ : mengidentifikasi kekekurangan nutrisi/kekurangan terapi
2.
Anjurkan pasien mempertahankan masukan makanan harian,
termasuk perkiraan jumlah konsumsi elektrolit dan protein.
R/ : memungkinkan kesempatan untuk memenuhi keinginan individu dalam
pembatasan yang diidentifikasi.
3.
Ukur masaa otot melalui lipatan trisep
R/ : mengkaji keadekuatan penggunaan nutrisi
4.
Perhatikan adanya mual dan muntah
R/ : gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah
pemasukan.
5.
Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering. Jadwalkan sesuai
kebutuhan dialisis
R/ : porsi kecil dapat meningkatkan masukan, tipe dialisis mempengaruhi
pola makan
6.
Kolaborasi dengan petugas diet
R/ : untuk program diet individu untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien.
7.
Kolaborasi pemberian diet tinggi karbohidrat dan pembatasan
natrium/kaliun sesuai indikasi
R/ : memberuikan nutrien cukup memperbaiki dan menjaga keseimbangan
elektrolit
8.
1.
2.
3.
4.
3.
5.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Pasien
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pengkajian
Nama Mahasiswa
: Ny. N
: 64 tahun
: SMA
: Wiraswasta
: Tgl. 06 Juni 2012
: Evi Kristianti
yakit
ma
RIWAYAT KESEHATAN
: Pasien mengalami gagal ginjal sejak 4 tahun yang lalu.
: Pasien mengeluh pusing, berat badan naik dengan tidak terkontrol.
Pernah dirawat
Penyakit dahulu
Riwayat alergi
PERNAPASAN
Pola napas
Sesak napas
: Teratur
: Tidak
: Isokor
: Unikterik
: Tidak anemis
Hidung
Gangguan penciuman
PERKEMIHAN
Urine
PENCERNAAN
Berat badan
Minum
: Frekuensi
Warna
Bau
Jumah
Verbal
: 2 x/hari
: Kuning
: Khas
: + 100 cc/hari
: 50,86 kg
: 600 cc/24 jam
Penambahan : 2,1 kg
KARDIOVASKULER
Irama jantung
Nyeri dada
: Reguler
: Tidak
ENDOKRIN
Pembesaran Tyroid
Hiperglikemia
Hipoglikemia
Luka gangrene
: Tidak ada
: Ada
: Tidak ada
: Tidak ada
PERSONAL HIGIENE
: Mandiri
PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
Riwayat spiritual
: Menjalankan ibadah dan berdoa
Keadaan emosi
: Stabil
Hubungan dengan keluarga : Akrab
DAFTAR PUSTAKA
Baradero,M,et,al.Klien Gangguan Ginjal.(2008).Jakarta :EGC.
Doenges, Marilynn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk
Perencanaan
dan
Pendokumentasian
Perawatan
Pasien. Edisi 3. Terjemahan dari Nursing Care Plans, Guideline For
Planning and Documenting Patient Care. (1993). Alih bahasa. I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta : EGC.
LABELS
Agama
Budaya
Gadget
Hobby
Kesehatan
Property
Sejarah Dunia
Umum
Zodiak Harian
POPULAR POSTS
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan CKD on HD
FLOOR PLAN LAVENUE
Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Typoid
ASKEP Stroke Non Hemoragik
Pengaruh Promosi Terhadap Keputusan Pembelian
Asuhan Keperawatan Keluargga Dengan TB
NinjaR250(karbu) modifikasi
Zodiak Hari ini
FOLLOWER
Support : Creating Website | Alip.me
Copyright 2011. CAMPURTAPIMISAH - All Rights Reserved
Template Created by Piiblog.net Published by www.campurtapimisah.com
Proudly powered by Blogger