Sunteți pe pagina 1din 7

Awal februari 2010, rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia

memutuskan untuk mempertahankan kembali BI Rate pada level 6,5%.


Kebijakan

mempertahankan

BI

rate

merupakan

kebijakan

moneter

ekspansioner yang dilakukan oleh BI bertujuan untuk meningkatkan


pertumbuhan ekonomi. Tetapi kebijakan ini diharapkan tidak disertai
dengan inflasi karena BI memandang suku bunga sebesar 6,5% masih
konsisten dengan tingkat inflasi yang diharapkan yaitu sekitar 4%-5%.
Mengapa BI rate bertahan namun dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi?
Dalam menjalankan tugasnya untuk mengawasi kegiatan bank-bank
umum, bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia, harus memastikan
agar masyarakat tidak kehilangan kepercayaan kepada system bank.
Salah satu cara untuk mewujudkan hal ini adalah dengan berusaha agar
bank-bank umum selalu sanggup membayar semua cek yang dikeluarkan
nasabah-nasabahnya. Untuk mencapai tujuan ini ada dua langkah yang
dapat dilakukan oleh bank sentral, salah satunya yaitu dengan memberi
pinjaman

kepada

bank-bank

yang

menghadapi

masalah

dalam

cadangannnya, yaitu cadangannya adalah kurang dari cadangan minmum


yang ditetapkan oleh peraturan.
Di dalam memberi pinjaman, bank sentral akan menetapkan suku
bunga yang harus dibayar oleh bank- bank umum atas pinjaman yang
diterimanya. Tingkat suku bunga yang ditentukan oleh bank sentral
tersebut dinamakan suku diskonto atau suku bank (Bank Rate).
Peranan bank sentral sebagai suatu sumber pinjaman dapat
digunakan oleh bank sentral sebagai suatu alat untuk mengendalikan
jumlah penawaran uang dan tingkat kegiatan ekonomi. Dalam keadaan
dimana kegiatan ekonomi berada di bawah tingkat yang mewujudkan
kesempatan kerja yang tinggi, bank sentral dapat mempertinggi kegiatan
ekonomi dengan menurunkan suku diskonto. Dengan penurunan suku
diskonto, biaya yang harus dibayar oleh bank-bank umum untuk
meminjam dari bank sentral menjadi lebih murah. Ini akan menggalakkan

mereka untuk memberikan lebih banyak pinjaman. Sebaliknya, apabila


bank sentral ingin mengurangi kegiatan ekonomi yang sudah mencapai
tingkat yang terlalu tinggi, suku diskonto perlu dinaikkan. Kenaikan suku
diskonto ini akan mendorong bank-bank umum menaikkan suku bunga ke
atas

pinjaman-pinjaman

yang

diberikannya.

Oleh

karenanya

para

pengusaha enggan membuat pinjaman baru dan pelanggan-pelanggan


yang telah membuat pinjaman akan mengembalikan pinjaman yang
dibuat pada masa lalu. Pada akhirnya kegiatan ekonomi akan menurun.
Semakin tinggi diskon rate, semakin tinggi pula biaya peminjaman
dan semakin kecil pinjaman yang dilakukan oleh bank.

Sekitar tahun 2008, BI rate berada pada kisaran 9-10%. Karena


adanya krisis ekonomi global, BI merasa perlu untuk menurunkan BI rate
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. BI rate perlahan turun, hingga
bulan Agustus 2009, BI rate berada pada angka 6,5%, dan masih bertahan
di tingkat itu sampai saat ini. 6,5% dipandangan masih cukup untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dan belum terlalu mengkhawatirkan
untuk inflasi, karena inflasi masih berada di kisaran target.
Hal ini dilakukan oleh bank Indonesia dengan harapan bahwa bankbank umum akan menurunkan suku bunga kredit yang dianggap masih
terlalu tinggi, sehingga terjadi kesenjangan antara tingkat diskonto dan
tingkat suku bunga kredit. Selama ini masih ada kesenjangan yang cukup
jauh antara BI rate dengan suku bunga kredit perbankan. BI rate berada
pada kisaran 6-7% namun suku bunga kredit masih sekitar 12-14%.
Kebijakan mempertahankan BI rate seharusnya mendorong perbankan
untuk menurunkan suku bunga kreditnya. Karena yang berpengaruh
langsung terhadap tingkat pinjaman masyarakat adalah tingkat suku
bunga kredit perbankan. Semakin rendah suku bunga kredit semakin
banyak masyarakat yang meminjam uang di bank untuk tujuan investasi.
Penurunan suku bunga

akan menyebabkan sector rumah tangga akan

mengurangi tabungannya dan lebih memilih untuk melakukan investasi.

Dengan meningkatnya kegiatan investasi, maka akan menyebabkan


pertumbuhan ekonomi.
Seharusnya ada suatu policy tambahan yang bisa mempersempit
kesenjangan

antara

BI

rate

dan

suku

bunga

perbankan.

Karena

perekonomian akan lebih baik jika selisih antara keduanya tidak terlalu
jauh. Selisih yang tidak terlalu jauh memungkinkan BI lebih baik dalam
mempengaruhi perekonomian dengan kebijakan moneternya. BI menjadi
semakin jeli seberapa besar harus menurunkan BI rate ketika ekonomi
sedang lesu, dan menaikkan BI rate ketika inflasi.
Mengapa kebijakan untuk menetapkan BI Rate dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi (Y )?
Kebijakan ekspansioner bertujuan akhir untuk meningkatkan Y. BI
Rate (tingkat diskonto) adalah tingkat suku bunga pinjaman yang dibayar
bank kepada Bank Indonesia karena bank tersebut meminjam uang
kepada BI. BI Rate merupakan salah satu instrumen yang digunakan BI
untuk mempengaruhi penawaran uang.
Dengan penurunan BI rate menjadi 6,5%, BI mengharapkan
peningkatan penawaran uang di masyarakat. Dengan bertambahnya
penawaran uang (Ms) maka interest rate akan turun (r

).

Dengan analisis kurva maka penawaran uang akan naik dari Ms 0 menjadi
Ms1 yang akan menyebabkan interest rate turun dari r0 menjadi r1.
Selanjutnya terdapat hubungan antara pasar uang dengan pasar barang
yaitu jika interest rate turun maka akan menyebabkan investasi di pasar
barang naik. Kenaikan investasi ini terjadi karena orang akan meminjam
uang di bank yang interest rate-nya rendah kemudian pinjaman tersebut
digunakan untuk investasi sektor riil (r

).

Kita tahu bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


ekonomi adalah investasi. Dengan adanya kenaikan investasi maka
Agregate Expenditure (AE) akan naik dan dengan naiknya AE maka Y akan
naik. Secara singkat kebijakan moneter berupa kebijakan uang longgar.
Hal ini akan akan berpengaruh pada naiknya pertumbuhan ekonomi.
r

AE

kurva dibawah ini.

dan Persamaan AE=C+I+G digambarkan dalam

Analisis kurva diatas menunjukkan kenaikan investasi sebesar 25 akan


menyebabkan kenaikan Y sebesar 100. Hal ini disebabkan karena adanya
multiplier effect dari investasi.
Selain dipengaruhi oleh tingkat diskonto, suku bunga kredit juga
dipengaruhi oleh factor- factor lain, yaitu biaya pendanaan (cost of funds),
biaya operasional, dan biaya kredit (cost of credit) bank. Di luar faktorfaktor internal ini, strategi bank dalam bersaing juga menentukan suku
bunga kredit. Bank yang menyalurkan kredit secara agresif akan
menawarkan suku bunga kredit yang kompetitif (lebih rendah) agar dapat
menarik lebih banyak orang untuk berinvestasi.

Apakah kebijakan moneter ekspansioner berpengaruh pada inflasi?


Bank

Indonesia

memiliki

tujuan

untuk

mencapai

dan

memelihara

kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3


tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah
kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada
inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia

menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran


utama

kebijakan

moneter

(Inflation

Targeting

Framework)

dengan

menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran


kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan
sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan
kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang
berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk
melakukan

kebijakan

moneter

melalui

penetapan

sasaran-sasaran

moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama
menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Dengan

mempertimbangkan

pula

faktor-faktor

lain

dalam

perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate


apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila
inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah
ditetapkan. Bank sentral akan tetap menjaga tingkat suku bunga untuk
melindungi

pertumbuhan

ekonomi.

Pertumbuhan

ekonomi

memiliki

dampak adanya inflasi. Tetapi diperkirakan kebijakan menetapkan BI Rate


sebesar

6,5%

untuk

menaikkan

pertumbuhan

ekonomi

itu

tidak

menimbulkan inflasi terlalu besar, karena pada tingkat ini dipandang


masih konsisten dengan pencapaian inflasi tahun ini, namun diperkirakan
inflasi akan terjadi karena adanya kenaikan harga minyak (harga output).
Faktor- faktor yang dapat meyebabkan inflasi salah satunya adalah
adanya dorongan biaya.
Penyebab inflasi karena kenaikan harga input, dalam hal ini adalah
kenaikan harga minyak akan menyebabkan AS akan bergeser ke kiri.
Pergeseran ini akan menyebabkan inflasi dan juga penurunan Y.
Gambar Kurva inflasi karena dorongan biaya

Pergeseran penawaran akan mengakibatkan tingkat harga keseimbangan


naik (dari P0 ke P1) dan tingkat keluaran agregat menurun (dari Y0 ke Y1)

S-ar putea să vă placă și