Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
poxvirus yang besar, dan berbentuk seperti bata yang bereplikasi dalam
sitoplasma dalam sel. Terdapat beberapa kesamaan genomik dengan poxvirus
yang lainnya. Terdapat empat sub-tipe dari MCV tapi semuanya identik secara
klinis. 98% dari penyakit di Amerika Serikat disebabkan oleh MCV tipe 1.
MCV 3 dan MCV 4 jarang ditemukan. Pada pasien infeksi HIV, MCV 2
merupakan penyebab infeksi paling sering (60%). 2,8,9
berisi virion dewasa dalam jumlah yang besar. Virion ini berisi struktur seperti
kantung yang kaya akan lipid dan kolagen yang diketahui dapat menghalangi
reaksi imunologis oleh induk. Robekan terjadi pada pertengahan luka dan
keluarnya sel yang telah terinfeksi virus. MCV merangsang tumor jinak
disamping lesi cacar yang biasanya nekrosis disertai virus cacar yang lain.1
VI. GEJALA KLINIS
Masa inkubasi berkisar antara 1 minggu sampai 6 bulan dengan waktu
rata-rata 2 3 bulan. Moluskum kontagiosum sering memperlihatkan papul
kecil merah muda yang dapat membesar, biasanya membesar hingga 3 cm
(giant molluscum). Pada lesi yang paling besar terdapat keratotik sentral
sehingga pada bagian tengah lesi terdapat lekukan (delle) atau umbilikasi. Jika
dipijat akan tampak ke luar massa yang berwarna putih seperti nasi. Lesi ini
digolongkan dalam cluster atau dalam bentuk linear. Biasanya merupakan
hasil dari koebnerisasi atau perkembangan lesi pada trauma. Eritema dan
eksema dapat muncul di sekitar lesi; hal ini disebut Moluskum dermatitis.
Papul dapat menjadi eritematosa, hal ini dipercaya merupakan respon imun
dari infeksi. Pasien dengan sindrom immunodefisiensi dapat memperlihatkan
lesi yang besar dan ekstensif baik di daerah genital maupun ekstra genital.2,3,7,10
DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang
seperti histopatologi yang menunjukkan gambaran seperti HendersonPaterson body, dapatlah ditegakkan diagnosis moluskum kontagiosum.
Penegakan diagnosis moluskum kontagiosum dapat dilakukan secara
langsung. Penilaian kandungan inti menggunakan pewarnaan Giemsa dapat
dilakukan dan evaluasi histopatologi dapat dilakukan pula.2
Pada pemeriksaan histopatologi memperlihatkan epidermis yang
hipertropi dan hiperplastik. moluskum kontagiosum memiliki karakteristik
gambaran histopatologi. Pada bagian atas lapisan basal dapat ditemukan
pembesaran sel yang mengandung inklusi intrasitoplasmi (HendersonPaterson body). 2
Saat ini belum ada pilihan terapi yang tepat untuk karsinoma sel
basal. Terapi disesuaikan dengan jenis tumor, lokasi tumor, usia dan
keadaan umum dari pasien. Cryotherapy, kuretase, kauterisasi, dan
photodynamic biasanya digunakan pada lesi yang superficial. Pengobatan
dengan kuretase dan kauterisasi lebih sering digunakan pada pasien
dengan usia lanjut.4
2. Veruka vulgaris
Veruka vulgaris terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat
pada orang dewasa. Tempat predileksinya terutama pada ekstremitas
bagian ekstensor, walaupun demikian penyebarannya dapat ke bagian
tubuh yang lain termasuk mukosa mulut dan hidung.10,11
Eksisi
atau
kuretase
dan
kauterisasi
dapat
efektif
pada
konvensional,
yaitu
kuretase
dan
kriptoterapi,
X. KOMPLIKASI
Meskipun beberapa pasien menunjukkan gejala asimtomatik, pruritus
merupakan gejala yang sering muncul, terutama pada pasien dengan dermatitis
atopi. Konjungtivitis kronik dan keratitis juga dapat terjadi apabila lesi
moluskum berlokasi di kelopak mata. Infeksi bakteri sekunder dapat terjadi
akibat garukan pasien pada lesi.
XI. PROGNOSIS
Umumnya kasus moluskum kontagiosum dapat sembuh sendiri dalam
waktu 6-9 bulan, namun juga dapat sampai beberapa tahun.
DAFTAR PUSTAKA
10
10
Januari
2016].
Available
from
URL:
http://escholarship.org/uc/item/6z11d13p
2. Tom W., Friedlander SF., In: Wolff K., Goldsmith LA., Katz SI.,Gilchrest
BA., Paller AS., Leffell DJ. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine.
Poxvirus infections. 7th edition.2. New York; McGraw-Hill Medicine 2008;
1911-1913
3. Nugroho SA. Moluskum kontagiosum. Dalam: Daili SF, Makes WI, Zubier F.
Infeksi menular seksual. Edisi 4. Cetakan 2. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2011. hal. 166-8
4. Weller R, Hunter J, Savin J, Dahl M. Clinical dermatology. Forth edition.
USA: Blackwell Publishing; 2008. hal. 243-4
5. Buxton PK. ABC of dermatology. Fourth edition. London: BMJ Publishing;
2003. hal. 93-4
6. Adler A, Cowan F, French P, Mitchell H, Richens J. ABC of sexually
transmitter infection. Fifth edition. London: BMJ Publishing; 2004. hal. 59
7. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatricks color atlas and synopsis of clinical
dermatology. Sixth edition. New York; McGraw-Hill Medicine; 2009. hal.
771-5
8. Bhatia AC. Molluscum contagiosum. Medscape reference [Cited 10 Januari
2016]. Available from file: ///E:/referat/medscape/molluscum contagiosum
9. James DW., Berger TG., Elston DM., Andrews Disease of The Skin:
Clinical Dermatology. Viral diseases. 10th edition. British; Saunders Elsevier
2006; 367-420
10. Handoko RP. Penyakit virus. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6. Jakarta: FKUI; 2010. hal. 114-5
11. Siregar. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Edisi 2. Penerbit buku
kedokteran; 2013. hal. 79
11