KUALITAS

BATUBARA
DISAJIKAN OLEH: DR. CHAIRUL NAS
PADA WORKSHOP PERTAMBANGAN BATUBARA

PT. KALIMANTAN PRIMA PERSADA

DI BANJARMASIN, 18 APRIL 2012

KUALITAS BATUBARA
PEMBENTUKAN KUALITAS BATUBARA
Faktor-faktor pembentukan kualitas
batubara
Distribusi kualitas batubara

PARAMETER KUALITAS DAN

PENGGUNAAN BATUBARA
Proximate
Ultimate
Parameter lainnya

PEMBENTUKAN BATUBARA
Kondisi umum yang diperlukan:
Ada tumbuh-tumbuhan (karena batubara berasal dari
tumbuhan)
Kecepatan tumbuh lebih besar dari kecepatan degradasi
Pembusukan lebih kecil dari penumpukan tumbuhan mati
Ada pengawetan/penyimpanan sisa-sisa tumbuhan yang
mati di tempat (autochthonous) atau sudah berpindah
tempat (allochthonous) lalu ditimbun oleh sedimen
Terhindar dari intervensi sedimentasi klastik
Terhindar dari gangguan air laut
Terhindar dari proses pembusukan total
Dikontrol oleh 2 faktor:
Faktor-faktor Allogenik
Faktor-faktor Autogenik

PROSES PEMBATUBARAAN

Peatification (biochemical coalification)

Degradation and decomposition
Effects of water level
Effects sedimentation rate
Effects of pH
Effects of peat pressure (burial), compaction, expulsion
of water from peat by peat load

Coalification (physico-chemical coalification or

geochemical coalification)
Effects of temperature (heat)
Effects of time (duration of coalification process)
Effects of pressure (sometime retarding rank)

From Esterle, 2010

MEGASCOPIC OF COAL (INDONESIA)

Color commonly brown to black

Mostly bedded, made of alternating or intercalating some different
lithotype bands (vitrain, clarain, fusain, durain)
Luster of each lithotype different (varies from very bright to very dull)
Defferent fracture or breakage pattern of each lithotype
Thickness of lithotype bands (mm to cm)
Lithotype bands association in a coal seam (intensity/frequency)
Resinous bodies, exudatinite, plant remains (trees, stems, roots)
within coal beds
Discrete inorganic matter in coal seams (dirt band, clay band,
parting, pyrite)
Silicified materials common in coal seams
Rock balls in coal seams
Lithotype of Indonesia coal (commonly faintly bedded)
Most coal seams are cleated (butt and face cleats)

Microscopic of coal - Indonesia

Coal Type is determined mainly by maceral association and for some

extends also by mineral occurrence in coal

microlithotype, maceral association and mineral in coal (monomaceralic,
bimaseralic, trimaseralic, karbominerit)
Maceral composition and maceral content in coal (vitrinite, liptinite,
inertinite)
Maceral composition of Indonesia coal
rich in vitrinite
significant liptinite content
minor inertinite

Coal Rank is determined by the degree of organic metamorphism in

coal (maturity)
Rank classification of coal: lignite, sub-bituminous, bituminous, semianthracite, anthracite, meta-anthracite
Vitrinite Reflectance, Calorific Value (CV), Volatile Matter, as rank indicators
in coal
Rank in Indonesian coals:
Paleogene coals (commonly high rank)
Neogene coals (commonly low rank; some high rank coals)

ASAL MACERAL BATUBARA

diambil dari presentasi

Joan Esterle, 2010

KONTROL GEOLOGI TERHADAP

KUALITAS BATUBARA
jenis tumbuhan asal dan kondisi rawa gambut
Auto
gangguan (intervensi dan invasi) sedimentasi
klastik Auto
gangguan (invasi) air laut dan payau Auto
aliran panas pada cekungan batubara Allo
kegiatan vulkanik/gunung api (intrusi)Allo
kondisi lingkungan pengendapan Auto
sejarah penimbunan (tertimbun lama dan dalam)
Allo

KUALITAS BATUBARA
TERKAIT DENGAN

PENGGUNAANNYA

KUALITAS BATUBARA
Kualitas batubara: sifat fisik dan kimia batubara yang
berpengaruh pada penggunaannya

Kualitas batubara sangat berkaitan erat dengan:

Type: komposisi maseral
Grade: kandungan mineral matter
Rank: derajat kematangan
Sifat kimia batubara antara lain :
Proximate
Ultimate
Sifat kimia lainnya

Sifat fisik batubara antara lain:

Densitas dan HGI, dll

Sifat pembakaran: CV, AFT, CSN, Dilatasi, Fluiditas, dll

COAL

SAPROPELIC
COAL

HUMIC COAL
MOSTLY BANDED
VITRINITE AND INERTINITE
MINOR LIPTINITE

STEAMING COAL
LIGNITE UP TO
ANTHRACITE

COKING COAL
MOSTLY BITUMINOUS

MOSTLY UNBANDED
LIPTINITE RICH

CANNEL COAL

BOGHEAD COAL

BLACK
SPORINITE RICH

BROWNISH
ALGINITE RICH

OIL SHALE
BROWN
ALGINITE RICH
SHALE

COAL
MACERALS

TELO
VITRINITE

VITRINITE
GROUP

INERTINITE
GROUP

MODERATELY BRIGHT

BRIGHT

DETRO
VITRINITE

STRUCTURED

UNSTRUCTURED

GELO
VITRINITE
PRIMARY
SECONDARY

DARK

Detroinertinite

Teloinertinite

Geloinertinite

telinite

desmocollinite

gelocollinite

fusinite

inertodetrinite

telocollinite

vitrodetrinite

corpogelinite

semi-fusinite

micrinite

sclerotinite

LIPTINITE
GROUP

PRIMARY
LIPTINITES

macrinite

SECONDARY
LIPTINITES

SPORINITE
CUTINITE
SUBERINITE
ALGINITE

EXUDATINITE

LIPTODETRINITE
RESINITE

BITUMINITE
FLUORINITE

KOMPOSISI MASERAL, VIT. REFLECTANCE

DAN KUALITAS BATUBARA

PENGARUH PADA MOISTURE, NILAI KALORI

DAN VOLATILE MATTER
PENGARUH PADA HARGROVE GRINDIBILITY
INDEX (HGI)
PENGARUH PADA SIFAT PENGKOKASAN
PENGARUH PADA SIFAT PRODUK KOKAS

Bahan inorganik
dalam batubara

diambil dari presentasi

Joan Esterle, 2010

RANTAI KARBON AROMATIK DAN ALIFATIK

ASTM COAL RANK CLASSIFICATION

PARAMETER KUALITAS
BATUBARA
PROXIMATE
ULTIMATE
PARAMETER LAIN

Surface moisture
Total Moisture
Air-dried moisture

Ash
Mineral matter

As received

Air-dried

Fixed carbon

Dry

Volatile
organic matter
dmmf

Pure coal

Volatile
matter
dry ash free

Volatile
mineral matter

PROXIMATE ANALYSIS OF COAL

MOISTURE

AIR DRIED
COAL SAMPLE

Heating at 105oC

heating
at 950oC

DRY COAL

MINERAL MATTERS

calculated by difference

ASH YIELD

FIXED CARBON

CARBON

Non-Vol
Residue

VOLATILE
MATTER

HASIL PROXIMATE ANALISIS

MOISTURE (IM, %)
ASH YIELD (AC, %)
VOLATILE MATTER (VM, %)
FIXED CARBON (FC, %)
IM+AC+VM+FC = 100%
FC DIPEROLEH DARI HASIL PENGURANGAN

MOISTURE
KANDUNGAN MOISTURE DI DALAM BATUBARA DAPAT
DIJELASKAN SBB:

1. Surface Moisture: Moisture Bebas hilang bila dikeringkan

pada suhu kamar normal. Setelah kering hanya Air Dried
Moisture yang tertinggal.
2. As Received Moisture: Semua Moisture yang terdapat di
dalam batubara pada waktu batubara tsb diterima di laboratorium
(Total Moisture); di dalamnya termasuk Surface Moisture.
3. Air Dried Moisture: Moisture yang tidak terjangkau dan tidak
kering oleh udara, sehingga pengeringannya perlu dengan paksa
melalui pemanasan 105oC di dalam media tertentu.
4. Equilibrium Moisture and Moisture Holding Capacity: menguji
kapasitas batubara dapat menyimpan moisture

MOISTURE
RENTAN TERJADI KESALAHAN
DISEBABKAN HAL-HAL SBB:
1. KESALAHAN PENANGANAN CONTO DI
LAPANGAN
2. KESALAHAN PENANGANAN DAN
PREPARASI CONTO DI LAB
3. KESALAHAN ANALISIS DI LAB (PERLU
ROUND ROBIN)

ASH YIELD (AC)

Abu yang tersisa setelah proses pembakaran batubara
(Ash Yield) berasal dari bahan-bahan inorganik yang
terkandung di dalam batubara tsb.
Bahan-bahan Inorganik yang juga sering disebut Mineral
Matter (MM) terdapat di dalam batubara berupa
Inherent, Diskrit, dan Desiminated (tersebar). Secara
kronologis pembentukannya, bahan-bahan Inorganik tsb
dapat dibagi menjadi Primer dan Sekunder.
Inherent Inorganic Matter sudah berada dalam batubara
sejak tumbuh-tumbuhan pembentuk batubara, dan
keberadaannya dalam batubara terikat di dalam struktur
molekul batubara.
Sebagian besar Inorganic Matter di dalam batubara
terdapat berupa parting, lapisan-lapisan tipis berasosiasi
dengan maseral-maseral, bahan isian pada ronggarongga struktur botani, bahan isian pada rekahanrekahan.

VOLATILE MATTER (VM)

Volatile Matter (zat terbang) adalah bagian
organik batubara yang terbang ketika batubara
dipanaskan pada temperature tertentu dalam
kondisi tanpa oksigen.
Volatile Matter biasanya berasal dari gugus
hidrokarbon dengan rantai alifatik atau rantai
lurus yang mudah putus dengan pemanasan
tanpa oksigen (thermo cracking) menjadi gas
hidrokarbon yang lebih sederhana seperti gas
methana.

VOLATILE MATTER (VM)

Kadar VM dalam batubara pada umumnya
ditentukan oleh peringkat batubara.
Pada dasarnya, semakin tinggi peringkat
suatu batubara akan semakin rendah kadar
VMnya.
VM biasanya baik digunakan sebagai
parameter RANK untuk batubara peringkat
tinggi.
Ratio FC/VM dapat menentukan Fuel Ratio
dan Coking Properties dari batubara

Rank Batubara Tambang Air Laya

17,000

Anthracit
e

CVmmmf (BTU/Ton)

16,000
15,000
14,000

Bituminous

13,000
12,000
11,000
10,000

Sub Bituminous

9,000
8,000
0

10

20

30

VMdmmf (%)

40

50

60

SULFUR
SULFUR

ORGANIK

Terikat secara
organik di
dalam maseral

PIRITIK

Primer

Pada lapisan
maseral

Mengisi
struktur botani
berupa
Framboidal

SULFAT

Sekunder

Mengisi
rekahan makro
dan mikro

Gipsum
dan
FeSulfat

VARIASI KANDUNGAN
SULFUR SECARA
LATERAL DAN
VERTIKAL
PADA LAPISAN
BATUBARA
SANGATTA,
KALIMANTAN TIMUR

PETA KONTUR
KANDUNGAN
SULFUR
LAPISAN BATUBARA
SANGATTA,
KALIMANTAN TIMUR

ULTIMATE ANALYSIS
Analisis Ultimate mengukur kandungan unsur-unsur kimia yang
terdapat di dalam bahan organik batubara saja. Unsur-unsur
tersebut adalah sebagai berikut:

Carbon
Hydrogen
Nitrogen
Sulphur
Oxygen

Besarnya kandungan Carbon dan Hydrogen adalah fungsi dari

rank batubara, sementara Sulfur dan Nitrogen terikat
bersamanya sebagai pengotor di dalam bahan organik tersebut.
Hasil dari analisis Ultimate biasanya dinyatakan dalam basis dry
ash free (daf) dimana air dan bahan inorganik dikeluarkan.

SIFAT PEMBAKARAN BATUBARA

Nilai panas (Calorific Value) ;

merupakan sejumlah panas yang
dihasilkan per unit massa batubara
ketika batubara dibakar

Gross CV ; jumlah panas yang

dibebaskan dari batubara yang dibakar
dalam kondisi volume tetap
Net CV ; panas yang dibebaskan
batubara yang dibakar dalam kondisi
tekanan tetap
Net CV = gross CV 0,212H 0,024 M
Dalam MJ/kg
Net CV = gross CV 50,7 H 5,83 M
Dalam Kkal/kg
Net CV = gross CV 91,2H 10,5 M
Dalam Btu/lb
Dimana H = hidrogen dan M =
moisture

4/18/2012

Ash Fusion Temperatur (AFT)

Untuk mengetahui titik leleh abu

Initial Deformation Temperatur
(IDT) merupakan temperatur
pertama kali ujung kerucut mulai
membundar (tidak lancip)
Softening temperatur
Hemisphere temperatur
Fluid temperatur
Oksida besi, kalsium, potashium
beraksi sebagi flux

Free swelling index (CSN) merupakan

pengukuran bertambahnya volume
batubara ketika dipanaskan
Digunakan sebagai parameter
kualitas batubara kokas (coking
coal)

Roga index test : mengindikasikan sifat

caking batubara
44

NILAI KALORI (CV)

Nilai Kalori batubara tergantung pada
peringkat batubaranya. Semakin tinggi
peringkat batubara, semakin tinggi pula
Nilai Kalorinya (nyata pada batubara
peringkat rendah).

Pada batubara yang sama Nilai kalori

dapat dipengaruhi oleh moisture dan juga
Abu. Semakin tinggi moisture atau abu,
semakin kecil nilai kalorinya.

NILAI KALORI (CV)

NILAI KALORI (CV)

International

Standard : (MJ/kg)

Net CV = Gross CV 0.212(H) - 0.008(O) - 0.0245(M)

British

Standard : (MJ/kg)

Net CV = Gross CV 0.212(H) - 0.007(O) - 0.0244(M)

ASTM

Standard : (J/g)

Net CV = Gross CV 215.5J/g X (H)

ASTM

Standard : (Btu/lb)

Net CV = Gross CV 92.67Btu/lb X (H)

Semua Nilai dinyatakan dalam basis yang sama

PETA KONTUR CV (mmmf) dalam BTU/lb

Lapisan Batubara Sangatta
Kalimantan Timur

PENGUJIAN SIFAT FISIK BATUBARA

Abrasion index :

Untuk mengukur abrasivitas batubara

2 kg batubara ukuran 6,7 mm ditempatkan ke

dalam mill, diputar dengan kecepatan 1500 r/min
dengan revulosi 12000

Dihitung berdasarkan hilangnya berat dari keempat

blade

Digunakan untuk penentuan pemakaian large

pulverising mill

Particle size distribution :

Distribusi ukuran batubara tergantung dari

beberapa faktor diantaranya :
Proses penambangannya
Handling-nya
Kekerasan, dan derajat fracturing (cleat)

4/18/2012

Densitas :

Tergantung dari peringkat batubara dan kandungan

mineral matternya

Pengujian langsung dilapangan akan memberikan

harga densitas semu atau apparent density

Untuk pengujian true density batubara harus

diremukan sampai halus dan menggunakan piknometer

Densitas tidak sama dengan spesifik gravity karena SG

adalah densitas dengan menggunakan referensi air 40
C

Hardness dan grindability :

Digunakan analisis Hardgrove Grindability Index (HGI)

Menunjukan sulit- tidaknya batubara bila digerus

HGI rendah menunjukan batubara sulit untuk digerus

Sedangkan HGI tinggi menunjukan batubara mudah

untuk digerus

HGI < 50 menunjukan rendah

HGI beruhubungan dengan kandungan volatile matter

batubara

49

PARAMETER KUALITAS: POWER PLANT

Proximate, CV dan S serta:

Ultimate (C, H, N, S, dan O)
Chlorine
HGI
Abrasion Index
Ash analysis
Ash Fusion Temperatures
Trace elements

PARAMETER KUALITAS: KOKAS

Proximate, CV, S and RD serta beberapa parameter lain seperti:
Ultimate
Chlorine
Phosphorus
HGI
Ash Composition
Ash fusion temperatures
CSN
Gray-King coke type
Dilatation
Fluidity
Maceral analysis
Vitrinite reflectance

JORC Presentation Copyright

54

COAL USES IN TERMS OF COAL RANK AND TYPE

(Cook, 2008)

VITRINITE VOL (%)

100

MV

HV

80

LV1

LV2

COKING COALS

60

MV

LV1

40

20

STEAM COALS
MED RANK

0
0.2

0.4

0.6

0.8

1.2

1.4

1.6

VITRINITE REFLECTANCE (%)

1.8

Crucible Swelling Number (CSN)

The Crucible Swelling Number (CSN) is an index to
measure the swell ability of coal when heated in the
absence of air. To determine the CSN by the ASTM
method, one gram of powdered coal is heated and the
result is compared to a series of standard sections.
The CSN of the coal sample is the number according
to the standard ranging from 0 to 9++. Tests of CSN
are commonly used as an initial indication of coking
properties of coal. The value of CSN is very sensitive
to coal oxidation, thus the variation is probably
related to the freshness of the samples taken. Since
CSN is non-additive the values would be reduced if
samples are not fresh

DILATATION
Dilatation is a measure of change in the length when a coal
pencil is slowly heated in the absence of air in a confined tube
using Audibert Arnu dilatometer. The change caused by the
increase of temperature is continuously recorded. In the early
stage of heating the pencil firstly shortens and then starts to
lengthen as the temperature is slowly increased. The data
obtained from this dilatation test include: 1) the softening
temperature; 2) the temperature of maximum contraction; 3)
percentage of maximum contraction; 4) the temperature of
maximum dilatation; and 5) percentage of maximum dilatation.
The most important value from the data would be the total
maximum dilatation. The maximum dilatation can be regarded
as a more precise measure of swelling, and should be used
together with the values of CSN.

1.9

0
50

1.5

G1
100

1.3

G3
G2

KALIMANTAN
COKING COAL

1.1

G5

0.9
0.7

250

G4

250
100

G6

OPTIMUM INERT LINE

50
0

0.5

MEAN MAXIMUM REFLECTANCE OF VITRINITE (%)

1.7

TOTAL DILATATION

50

40

30

20

10

PETROGRAPHIC COMPOSITION INERTS %

FLUIDITY
Fluidity is a measure of the degree of plasticity or
ductility of coal when heated in the absence of air using
Gieseler plastometer. In the plastometer, a constant
torque is applied to a mechanical stirrer within the coal
sample. The coal will show initial softening at a particular
temperature and then is fused when the stirrer starts to
move at five dial divisions per minute (5 ddpm). As the
temperature is increased and the sample reaches its
maximum fluidity, the stirrer will rotate to a maximum
ddpm, and finally slows gradually when the coal starts
the process of resolidification. The data obtained from
this fluidity test include: 1) the temperature of initial
softening; 2) the fusion temperature; 3) the temperature
at the maximum fluidity; 4) the ddpm value at the
maximum fluidity; 5) the temperature of resolidification.

1.9

G1
1.5

100

1000

1.3

G3
G2

5000

1.1

G4
10000

0.7

0.9

Kal. coal
G5

G6

OPTIMUM INERT LINE

0.5

MEAN MAXIMUM REFLECTANCE OF VITRINITE (%)

1.7

MAX. FLUIDITY

50

40

30

20

10

PETROGRAPHIC COMPOSITION INERTS %

COKING COAL

From: Mike Friederich presentation 2008

ASH COMPOSITION OF AYUH SWALANG COALS, BUNTOK

Composition

Unit

Minimum

Maximum

Average

SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
Na2O
K2O
TiO2
MnO
SO3
P2O5

%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%

19.39
4.81
7.44
0.38
0.21
0.14
0.24
0.18
0.01
<0.01
0.01

69.84
28.65
67.39
1.71
0.75
1.56
1.21
0.81
0.05
1.44
0.27

44.87
15.18
32.80
0.95
0.40
0.69
0.66
0.60
0.03
0.40
0.11

QUALITY OF NANTOY COAL, MUARA TEWE

MAIN SEAM

BASAL SEAM

Quality Parameters
CORE
Inh. Moisture (%, adb)
Ash content (%, adb)
Vol. Matter (%, adb)
Fixed Carbon (%, adb)
Cal. Value (kcal/kg, adb)
Sulfur Content (%, adb)
P in air-dried coal (%)
CSN
Rvmax (%)
Max. Fluidity (ddpm)

1.10 1.61
1.84 5.80
34.20 35.59
58.90 61.50
7963 8449
0.46 1.03
0.003-0.008
9 9++
0.83 0.90
22936 - 31070

TEST PIT

TEST PIT

1.83 2.50
3.41 6.00
31.50 33.58
60.00 61.18
7600 8118
0.71 1.85
0.92 - 0.93

2.01 5.05
4.70 7.53
28.93 30.59
58.49 62.70
6747 8005
0.46 0.64
-

CLASSIFICATION OF COKING COAL QUALITY BY GROUP

(AFTER NIPPON STEEL CORP.)
Group

Group

Rank
(Romax)

Inert
Content

Max.
Dilation

Max.
Fluidity

Name

No.

(%)

(%)

(%)

(ddpm)

KEYSTONE

G1

> 1.50

8-30

0 to 70

5-100

PITTSTON

G2

1.0-1.4

8-30

80 to 260

1500-30000

BALMER

G3

1.2-1.5

25-45

-10 to 100

MOURA

G4

0.9-1.2

25-45

KELLERMAN

G5

0.8-1.0

BIG BEN

G6

< 0.9

CSN

Volatile
Matter

Coke Strength

(%)

JIS D15/30 - ASTM 25mm

6-9

16-19

92-93.5

50-65

7-9+

22-34

91-94

48-65+

3-1500

5-8

19-26

90.5-93.5

40-62

-10 to 100

3-2500

5-8

25-32

90-92.5

45-57

0-25

100 to 300

1500&gt30000

7-9+

32-38

75-90.5

20-48

5-20

-10 to 100

3-1000

5-7

37-40

50-80

0-30

STOCKPILE DAN KUALITAS BATUBARA

SAMPLING BATUBARA PADA STOCKPILE

KUALITAS IN-SITU VS KUALITAS DI STOCKPILE
PEMANTAUAN DAN PENCEGAHAN SWABAKAR