Sunteți pe pagina 1din 10

RUANG RAWAMERTA

LAPORAN
PENDAHULUAN
MORBILI

Tatat Permana
4/21/2010
LAPORAN PENDAHULUAN

MORBILI

I. TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann Anak
Edisi 2, th 1991. FKUI ).

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-
gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran
serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)

B. Etiologi :

Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah sealma
masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA
yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.

Cara penularan dengan droplet infeksi.

C. ↓Epidemiologi :

Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur
hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat
kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut
kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita
menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami
abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin
melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau
lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

D. Manifestasi klinis

Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemidian timbul
gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium

1. Stadium kataral (prodormal)

Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa hingga
sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih
kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis
berhadapandengan molar dibawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh
permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir
bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang
dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat
karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran
darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.

2. Stadium erupsi

Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum durum dan
palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan
menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan
primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak
jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black
Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus
digestivus.

3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang
bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula
kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa
hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi

E. Komplikasi

- Otitis media akut

- Pneumonia / bronkopneumoni

- Encefalitis

- Bronkiolitis

- Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis

F. Pencegahan

1. Imunusasi aktif

Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah
dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B.
Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan
pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara
subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.

Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10
tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan
sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak
dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu
komunitas dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi
berusia 12 bulan.
2. Imunusasi pasif

Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum stadium
penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang
dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan
campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg
BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.

G. Pengobatan

Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi.
Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi
ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan
suhu ruangan yang hangat.

Pemeriksaan Diagnostik

o Pemeriksaan Fisik
o Pemeriksaan Darah

Penetalaksanaan Teraupetik

o Pemberian vitamin A
o Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
o Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi
o Pemberian obat batuk dan sedativum

II. ASUHAN KEPERWATAN

1. Pengkajian

A. Identitas diri :

B. Riwayat Imunisasi

C. Kontak dengan orang yang terinfeksi

D. Pemeriksaan Fisik :
1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia

2) Kepala : sakit kepala

3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung


(pada stad eripsi ).

4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.

5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher,
muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).

6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum

7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.

Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

9) Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan

E. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah

1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya batuk

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat

5. Gangguan aktivitas diversional berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya


3. Perencanaan

1. Perluasan infeksi tidak terjadi

2. Anak menunjukkan tanda-tanda pola nafas efektif

3. Anak dapat mempertahankan integritas kulit

4. Anak menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi

5. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan selama
menjalani isolasi dari teman sebaya atau anggota keluarga.

4. Implementasi

1. Mencegah peluasan infeksi

o Tempatkan anak pada ruangan khusus

o Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit

o Gunakan prosedur perlindugan infeksi jika melakukan kontak dengan anak

o Mempertahankan istirahat selama periode prodromal (kataral)

o Berikan antibiotik sesuai dengan order

2. Mempertahankan pola nafas yang efektif

o Mengkaji ulang status pernafasan (irama, edalaman, suara nafas, penggunaan otot
bantu pernafasan, bernafas melalui mulut)

o Mengkaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, irama, dan frekuensi)


o Memberikan posisi tempat tidur semi fowler / fowler

o Membantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan


kemampaunnya

o Menganjurkan anak untuk banyak minum

o Memberikan oksigen sesuai dengan indikasi

o Memberikan obat-obatan yang dapat meningkatkan efektifnya jalan nafas (seperti


Bronkodilator, antikolenergik, dan anti peradangan)

3. Mempertahankan integritas kulit

o Mempertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak
menggaruk rash

o Memberikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topikal

o Memberikan antihistamin sesuai order dan memonitor efek sampingnya

o Memandikan klien dengan menggunakan sabun yang lembut untuk mencegah


infeksi

o Jika terdapat fotofobia, gunakan bola lampu yang tidak terlalu terang di kamar
klien

o Memeriksa kornea mata terhadap kemungkinan ulserasi

4. Mempertahankan kebutuhan nutrisi

o Kaji ketidakmampuan anak untuk makan

o Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan
untuk memperbaiki status gizi pada saat selera makan anak meningkat.

o Berikan makanan yang disertai dengan supleman nutrisi untuk meningkatkan


kualitas intake nutrisi
o Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui oral
tidak mencukupi kebutuhan gizi anak

o Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan,


membran mukosa)

o Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi
kecil tapi sering

o Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang
sama

o Mempertahankan kebersihan mulut anak

o Menjelaskan pentingya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit

5. Mempertahankan kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan

o Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan,


keterampilan tangan, nonton televisi)

o Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulasi yang bervariasi


bagi anak

o Melibatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas yang
diinginkan

o Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit,


menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika
memungkinkan

V. Perencanaan Pemulangan

Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping

Melakukan imunisasi jika imunisasi belum lengkap sesuai dengan prosedur


Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal

Informasikan jika terdapat tanda-tanda terjadinya kekambuhan

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI

2. Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000

S-ar putea să vă placă și