Sunteți pe pagina 1din 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN ABORTUS


DI POLI OBGIN RSUD KOTA MATARAM

Disusun Oleh
NI WAYAN RATNA
NIM : 116 STYJ 15

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA


BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS
MATARAM
2015

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS


A. PENGERTIAN
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai
viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22
minggu

dan

beratnya

kurang

dari

500gr

(Derek

liewollyn&Jones, 2002).
Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan
dalam hal ini adalah abortus yaitu abortus spontan, abortus
buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena
kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk
berkembang

menjadi

sebuah

janin.

Abortus

buatan

merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum


usia kandungan 28 minggu.Pengguguran kandungan buatan
karena

indikasi

medik

disebut

abortus

terapeutik

(Prawirohardjo, S, 2002). Menariknya pembahasan tentang


abortus dikarenakan pemahaman di kalangan masyarakat
masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang
sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam
masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki
oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah
membaca pokok bahasan ini.
Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8
minggu, janin dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan
814

minggu

villi

koriales

menembus

desidua

secara

mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga


banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu,
setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan
dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta
(Prawirohardjo, S, 2002).
B. KLASIFIKASI

1.

Abortus spontanea (abortus yang berlangsung

tanpa tindakan)
Abortus imminens :
Peristiwa

terjadinya

perdarahan

dari

uterus

pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi


masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasiserviks.
Abortus insipiens :
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Abortus inkompletus :
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus.
Abortus kompletus :
Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2.

Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)


Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di
luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum
dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum
1000

gram,

walaupun

terdapat

kasus

bahwa

bayi

dibawah 1000 gram dapat terus hidup.


C. ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan

pertumbuhan

hasil

konsepsi,

biasanya

menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8


minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a.

Kelainan
monosoma X

kromosom,

terutama

trimosoma

dan

b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna


c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan
temabakau dan alcohol
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis
karena hipertensi menahun
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat,
keracunan dan toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks
(untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri,
mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Penyebab secara umum:
o Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
o

Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester
kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air
raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
a.

Hipertensi

b.

Nephritis

c.

Diabetes

d. Anemia Berat
e.

Penyakit Jantung

f.

Toxemia Gravidarum

5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.


6. Trauma fisik.

Penyebab yang bersifat lokal:


a.

Fibroid, inkompetensia serviks.

b.

Radang pelvis kronis, endometrtis.

c.

Retroversi kronis.

d.

Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu


hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus

7. Penyebab dari segi Janin

Kematian janin akibat kelainan bawaan.

Mola hidatidosa.

Penyakit plasenta dan desidua, misalnya


inflamasi dan degenerasi.

D.

PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis,
diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis
belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi
dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta
tidak

dilepaskan

sempurna

dan

menimbulkan

banyak

perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin


dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi
keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi atau fetus papiraseus.
E.

MANIFESTASI KLINIS
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan hasil konsepsi

4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering


nyeri pingang akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a.

Inspeksi Vulva :
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva

b.

Inspekulo :
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari
ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.

c.

Colok vagina :
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai
atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat
porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

F.

KOMPLIKASI
1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi
dapat terjadi kelainan pembekuan darah

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.

Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus

2.

Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan


apakah janin masih hidup

3.
H.

Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

KONSEP ASUHAN KEPERWATAN

Proses

keperawatan

pemberian
masalah

pelayanan
pasien

adalah

metode

keperawatan

secara

kerja

untuk

sistematis,

dalam

menganalisa

menentukan

cara

pemecahannya, melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil


tindakan yang telah dilaksanakan.
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau
tindakan

untuk

danmelaksanakan
membantu

klien

menetapkan,

pelayanan
untuk

merencanakan

keperawatan
mencapai

dalam

dan

rangka

memelihara

kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan


tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling
berkaitan dan dinamis.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian
mengumpulkan

adalah
data

dan

pendekatan

sistematis

menganalisanya

sehingga

untuk
dapat

diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.


Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1. Biodata :
mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;
nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan
alamat

2. Keluhan utama :
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang
3. Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat
klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti

perdarahan

pervaginam

di

luar

siklus

pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.


b. Riwayat kesehatan masa lalu

haid,

4. Riwayat pembedahan :
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien,
jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan
tersebut berlangsung.
5. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien
misalnya

DM

jantung

hipertensi

masalah

ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit


lainnya.
6. Riwayat kesehatan keluarga :
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram
tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
7. Riwayat kesehatan reproduksi :
Kaji

tentang

mennorhoe,

siklus

menstruasi,

lamanya,

banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe


serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya
8. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas :
Kaji

bagaimana

keadaan

anak

klien

mulai

dari

dalam

kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan


anaknya.
9. Riwayat seksual :
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
10.

Riwayat pemakaian obat :

Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat


digitalis dan jenis obat lainnya.

11.

Pola aktivitas sehari-hari :

Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan


BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum
dan saat sakit.
12.

Pemeriksaan fisik, meliputi :

Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak


hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera
pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi

kulit

terhadap

warna,

perubahan

warna,

laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap


kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik,
dan seterusnya
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar
tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat
suhu,

derajat

kelembaban

dan

tekstur

kulit

atau

menentukan kekuatan kontraksi uterus.


Tekanan :

menentukan

karakter

nadi,

mengevaluasi

edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit


untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot
atau respon nyeri yang abnormal
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak
langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan
informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan
bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau
konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada
tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa
refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau
tidak

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan


bentuan

stetoskop

menginterpretasikan

dengan
bunyi

menggambarkan

yang

dan

terdengar. Mendengar :

mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada


untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen,
USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien
tentang

KB,

apakah

klien

setuju,

apakah

klien

menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.


Data lain-lain :

Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah


diberikan selama dirawat di RS.Data psikososial.

Kaji

orang

terdekat

dengan

klien,

bagaimana

pola

komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban


pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.

Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien

Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap


Tuhan

YME,

dan

kegiatan

keagamaan

yang

biasa

dilakukan.
B. DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan

rasa

nyaman:

Nyeri

s.d

kerusakan

jaringan

intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas s.d kurang pengetahuan
C. INTERVENSI KEPERWATAN

1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan


Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake
dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
1) Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat
abortus memiliki karekteristik bervariasi
2) Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan
harian

ditambah

dengan

jumlah

cairan

yang

hilang

pervaginal
3) Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi
perdarahan massif
4) Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian
melalui pemeriksaan fisik
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional :

Mungkin

klien

tidak

mengalami

perubahan

berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk


menccegah kondisi klien lebih buruk
2) Kaji

pengaruh

aktivitas

terhadap

kondisi

uterus/kandungan
Rasional :

Aktivitas

merangsang

peningkatan

vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi


3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal

4) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan


kemampuan/kondisi

klien

Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus


imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
5) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan
aktivitas
Rsional : Menilai kondisi umum klien
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan
intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
1) Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan
dengan skala maupun dsekripsi.
2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan
guidance mengatasi nyeri
3) Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional :

Mengurangi

onset

terjadinya

nyeri

dapat

dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun


sistemik dalam spectrum luas/spesifik
4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah,
warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap
saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap
disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
2) Terangkan pada
selama

klien pentingnya
masa

perawatan vulva
perdarahan

Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan


genital yang lebih luar
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui
dischart
4) Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif
cepat dapat menyebabkan infeksi.
5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda
inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda
nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri
mungkin merupakan gejala infeksi
6) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan
senggama se;ama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya
untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan
dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan
sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
5. Cemas s.d kurang pengetahuan
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga
terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga
terhadap penyakit
Rasional :

Ketidaktahuan

dapat

menjadi

dasar

peningkatan rasa cemas


2) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan
penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit
3) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan

Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan


keperawatan merupakan support yang mungkin berguna
bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
4) Asistensi

klien

menentukan

tujuan

perawatan

bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah
berkontibusi menurunkan kecemasan
5) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui
oleh

klien

dan

keluarga

Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien


untuk

meningkatkan

pengetahuan

dan

membangun

support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan


klien dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas,
edisi 6, EGC, Jakarta

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media


Aesculapius. Jakarta

S-ar putea să vă placă și