Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
150070300113003
150070300111001
150070300113006
150070300113002
Ilmu Keperawatan
Topik
Sasaran
Tempat
Hari/Tanggal :
Waktu
1 x 30 menit
I.
II.
III.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SASARAN
Penderita Dengue Hemorhagic Fever (DHF) dan keluarga
IV.
MATERI (Terlampir)
1.
2.
3.
V.
4.
5.
6.
METODE
VI.
1.
Ceramah
2.
Tanya Jawab
MEDIA
1.
VII.
KEGIATAN PENYULUHAN
No
FASE
KEGIATAN PENYULUH
1. Pra Interaksi Menyiapkan Satuan Acara
KEGIATAN PESERTA
WAKTU
3 menit
Kerja
Membuka kegiatan
Menjawab salam
1 menit
Memperkenalkan diri
Mendengarkan
1 menit
Memperhatikan
1 menit
dengan mengucapkan
salam.
penyuluhan
Menyebutkan materi yang
Memperhatikan
Memperhatikan
akan diberikan.
Menggali pengetahuan
1 menit
1 menit
10 menit
Memperhatikan
Menjelaskan konsep
Dengue Hemorhagic
Fever (DHF)
Bertanya dan
5 menit
menjawab pertanyaan
Memberi kesempatan
yang diajukan.
Evaluasi :
Menanyakan kepada
Menjawab pertanyaan
5 menit
Mendengarkan
2 menit
Menjawab salam
Terminasi :
Kesiapan materi
Kesiapan SAP
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga dapat :
IX.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PENGORGANISASIAN
Yang menyampaikan penyuluhan : Kelompok 13 Profesi Ners FKUB 2015
Materi Penyuluhan
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vector ke
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat member gejala
sebagai demam dengue. Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue
yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang
telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya (Mansjoer,
2000).
Tanda dan gejala
Infeksi virus dengue mengakibatkan menifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
asimtomatik, penyakit paling ringan, demam berdarah dengue sampai sindrom syok dengue.
Walaupun secara epidemiologi infeksi ringan lebih banyak tetapi pada awal penyakit hamper
tidak mungkin membedakan infeksi ringan atau berat. Biasanya ditandai dengan demam tinggi,
fenomena perdarahan, hepatomegali dan kegagalan sirkulasi. Demam dengue pada bayi dan anak
berupa demam ringan disertai timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa
dikenal sindrom trias dengue berupa demam tinggi mendadak, nyeri pada anggota badan (kepala,
bola mata, punggung dan sendi) dan timbul ruam makulopapular. Tanda lain menyerupai damam
dengue yaitu anoreksia, muntah dan nyeri kepala (Mansjoer, 2000).
Standar DHD menurut WHO (1997) yang telah ditetapkan tanda klinis, yaitu :
a.
Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab yang jelas)
b.
Menifestasi perdarahan, termasuk paling tidak setelah di uji dengan tourniquet positif dan
tampak bentuk lain perdarahan atau perdarahan spontan (petechia, purpura, echimosis,
epistaksis, perdarahan gusi dan hematemesis menelan)
c.
Pembesaran hati
d.
Syok, yang ditandai nadi cepat dan lemah (130x/menit), disertai oleh tekanan darah menurun
(tekanan systole menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan
lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki. Penderita mengalami gelisah serta timbul
sianosis di sekitar mulut.
Derajat/klasifikasi
Berdasarkan derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut (Mansjoer, 2005).
a. Derajat I (ringan)
Terdapat demam mendadak selama 2 7 hari disertai gejala klinis lain dengan
manifestasi perdarahan teringan yaitu uji tourniquet positif.
b. Derajat II (sedang)
Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan yang lebih hebat seperti :
ptikie, purpura, ekimosis dan perdarahan konjungtiva.
c. Derajat III
Didapatkan perdarahan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan menurun
(20mmHg)/hipotensi, sionosis disekitar lutut, kulit dingin dan lembab, gelisah.
d. Derajat IV
Terdapat Dengue Syok Syndrom (DSS) dengan nadi dan tekanan darah yang tidak
terukur.
Pencegahan
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vector
nyamuk demam berdarah. Inisiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang sudah tidak
digunakan (misalnya pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang
disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal-hal yang
dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam
berdarah, sebagai berikut :
1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan-makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat
yang cukup.
2. Perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras bak
mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas
yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal
mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan
tetapi lebih baik bila barang-barang bekas tersebut didaur ulang.
3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk
abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan
rantai perkembangbiakan nyamuk.
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam
Asuhan Keperawatan
a. Istirahatkan klien (bedrest)
2. Panas hari ke 4 7
Fase kritis kode merah
Derajat II :
a. Demam
3. Panas hari ke 4 7
Fase kritis kode merah
keluarga
Intervensi :
a. Istirahatkan klien bedrest total
b. Observasi tingkat kesadaran, perdarahan
a. Syok berat
d. Berikan O2 2 4 L/menit
f. Puasakan klien
e. Ekstremitas dingin
biru
dokter
bila
terjadi
komplikasi
transfusi.
Intervensi :
Keluhan :
a. Tidak demam
b. Trombosit meningkat
c. Nadi
dan
tekanan
kembali normal
darah
eliminasi
f. Berikan minum banyak
1. Anak : 1 2 L/hari
2. Dewasa : >2 L/hari
Berupa air putih, teh manis, sirup, jus buah
dan susu
g. Berikan makanan sesuai diit
h. Berikan pengurangan infuse sesuai program
medis
i. Waspadai resiko kelebihan cairan
j. Ukur intake output cairan tiap 6 jam
k.
kesehatan
pada
klien
dan
keluarga
n. Discharge planning
3. Terapi
a. Grade I + II :
1. Oral (minum)
Pemasukan cairan :
a. Infuse cairan RL dengan dosis 75 ml/kg/BB/hari untuk anak dengan BB<10 kg
atau 50 ml/kgBB/hari untuk anak dengan BB > 10 kg bersama-sama diberikan
minuman oralit, air buah atau susu secukupnya.
b. Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyakbanyaknya dan sesering mungkin
c. Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infuse
yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun
waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
1. 100 ml/kgBB/24jam, untuk anak dengan BB < 25 kg
2. 75 ml/kgBB/24jam, untuk anak dengan BB 26 30 kg
3. 60 ml/kgBB/24jam, untuk anak dengan BB 31 40 kg
4. 50 ml/kgBB/24jam, untuk anak dengan BB 41 50 kg
Kebutuhan cairan untuk dehidrasi sedang
Berat waktu masuk (kg)
<7
7 11
165
12 18
132
>18
88
Kebutuhan cairan rumatan
10
100/kgBB
10 20
>20
Grade III
1. Berikan cairan infuse RL 20 ml/kgBB/1jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur > 80 mmHg dan nadi teraba dengan
frekuensi < 120x/menit dan akral hangat) lanjutkan dengan rL 10 ml/kgBB/1jam
2. Apabila 1 jam setelah pemakaian cairan infuse RL 20 ml/kgBB/1 jam keadaan tensi
masih terukur < 80 mmHg, maka penderita tersebut harus memperoleh cairan
plasma atau plasma expander (dekstran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/kgBB/ 1 jam
dan dapat diulang maksimal 30 ml/kgBB dalam kurun waktu 24 jam.
d. Grade IV
1. Berikan cairan infuse RL sebanyak 30 ml/kgBB/1 jam, bila keadaan membaik
(tensi > 80 mmHg, nadi < 120x/menit dan akral hangat) dilanjutkan dengan
pemberian cairan infuse RL sebanyak 10 ml/kgBB/1 jam)
2. Apabila setelah pemberian cairan infuse RL 30 ml/kgBB/1 jam keadaan umum
masih buruk, maka penderita harus dipasang infuse pada dua tempat dengan
maksud satu tempat untuk cairan infuse RL 10 ml/kgBB/1 jam dan satu tempat
lainnya untuk pemebrian cairan plasma atau plasma expander (dekstran L atau
lainnya) sebanyak 20 ml/kgBB/1 jam.
3. Apabila keadaan umum masih buruk maka penderita tersebut sebaiknya
diberikan cairan plasma sebanyak 20 ml/kgBB/1 jam
4. Apabila setelah pemberian cairan infuse RL 30 ml/kgBB/1 jam keadaan umum
membaik tetapi tensi terukur < 80 mmHg dan nadi <120x/menit, akral hangat
atau dingin maka penderita ini sebaiknya diberikan cairan plasma sebanyak 10
ml/kgBB/1 jam dan dapat diulangi maksimal sampai 30 ml/kgBB/24 jam.
5. Jika tatalaksana grade IV setelah dua jam plasma sebanyak 20 ml/kgBB/1 jam
dan cairan infuse RL 10 ml/kgBB/1 jam tidak menunjukkan perbaikan (tensi = 0,
nadi = 0) maka penderita ini perlu dikonsultasikan ke bagian anastesi untuk
dievaluasi tentang kebenaran cairan yang dibutuhkan apakah sudah sesuai dengan
yang masuk
6. Jika tatalaksana grade IV setelah dua jam sesudah memperoleh cairan infuse RL
30 ml/kgBB/1 jam dan cairan plasma atau plasma expander sebanyak 20
ml/kgBB/1 jam belum menunjukkan perbaikan yang optimal (tensi < 80 mmHg,
nadi >120x/menit) maka penderita ini perlu diberikan cairan plasma sebanyak 10
ml/kgBB/1 jam.
7. Jika tatalaksan grade IV setelah dua jam sesudah memperoleh cairan infuse RL
30 ml/kgBB/1 jam dan cairan plasma atau plasma expander (dekstran L atau
lainnya) sebanyak 10 ml/kgBB/1 jam belum menunjukkan perbaikan yang
optimal (tensi > 80 mmHg, nadi < 120x/menit, akral dingin) maka penderita ini
perlu diberikan cairan plasma atau plasma expander (dekstran L atau lainnya)
sebanyak 10 ml/kgBB/1 jam dan dapat diulangi maksimal 30 ml/kgBB/1 jam
pikirkan bahwa overload dan kemampuan kontraksi yang kurang. Dalam hal ini
penderita perlu diberikan lasix 1 mg/kgBB/1 jam dan dopamine.
3. Obat-obat lain :
a. Antibiotic apabila terdapat infeksi sekunder
b. Antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh
c. Darah 15 cc/kgBB/hari bila perdarahan hebat
4. Penatalaksanaan DHF tanpa penyulit adalah :
a. Tirah baring
b. Makanan lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5 2 liter dalam 24
jam, dengan air teh, gula atau susu
c. Berikan paracetamol bila demam
d. Monitor TTV (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan)
e. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
Daftar Pustaka
The First International Conference on Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever, Abstract
Book. Chiang Mai, Thailand 2000.
Depkes RI. 1992. Petunujuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit DBD. Dirjen
Pemberantasan Penyakit Menukar dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Bhakti
Husada : 13-5
Soeroso, Thomas. 1983. Tinjauan Keadaan dan Dasar-dasar Dalam Pemberantasan Demam
Berdarah di Indonesia. Jakarta : Sub. Dit Arbovirus Dit P2B2 Direktorat P3M