Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ASITES
PENYAJI
: - Margareth Sitorus
- Meliani
- Ida Meita Sagala
- M. Kamal Hafiz
- Syed M. Kamal
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dibacakan pada tanggal : 7 Mei 2015
Nilai :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus ini dengan judul ASITES
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada PPDS
pembimbing, dr. Ananda W. Ginting yang telah meluangkan waktunya dan
memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Sehingga, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi kebaikan penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan
kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ii
1.1.
1.2
Definisi ....................................................................................................
1.3
Epidemiologi ...........................................................................................
1.4
1.5
1.6
1.7
Terapi ...................................................................................................... 11
1.8
1.9
Prognosis ................................................................................................. 15
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Latar Belakang
Asites adalah akumulasi cairan di dalam rongga peritoneum. Kata asites
berasal dari bahasa yunani askites dan askos yang berarti kantong atau perut.
Asites dapat disebabkan oleh banyak penyakit. Penyebab asites dapat digolongkan
ke cirrhotic asites dan non-cirrhotic asites1.
Cirrhotic asites adalah asites yang terjadi sebagai komplikasi penyakit
sirosis hati, asites ini paling sering dijumpai di Indonesia. Dalam kurun waktu 10
tahun sejak diagnosis ditegakkan, sekitar 50% pasien sirosis mengalami
komplikasi berupa asites. Beberapa studi yang dilakukan pada pasien dewasa
mengemukakan bahwa adanya asites pada kasus sirosis merupakan tanda
prognosis buruk dengan survival rate dua tahun setelah asites timbul sebesar
50%1.
Non-cirrhotic asites dapat disebabkan oleh beberapa penyakit. Pertama
adalah asites yang disebabkan penyakit malignan seperti peritoneal karsinoma,
hepato selular karsinoma, limfoma dll. Selain itu penyakit congestive heart failure
dapat menyebabkan asites. Infeksi tuberculosis dan infeksi Chlamydia. Pankreatic
asites disebabkan ekstravasi cairan pancreas dari sistem pankreatik duktal1.
1.2
Definisi
Asites adalah akumulasi cairan (biasanya cairan serosa yang merupakan
cairan berwarna kuning pucat dan jelas) dalam rongga (peritoneal) perut. Rongga
perut terletak di bawah rongga dada, dipisahkan oleh diafragma1. Penyebab utama
asites merupakan hipertensi portal yang berhubungan dengan sirosis hepar. Akan
tetapi, keganasan dan infeksi juga dapat menyebabkan asites12.
1.3
Epidemiologi
Pada kebanyakan kasus (kira-kira 75%), asites disebabkan oleh penyakit
1.4
Patofisiologi2,4
renin-angiotensin-aldosteron,
sistem
saraf
simpatis,
dan
konstriktif;
gagal
jantung
kanan,
keadaan
hiperkoagulabilitas
1.4.2 Hipoproteinemia Konsentrasi protein plasma yang rendah, terutama
albumin, menurunkan tekanan osmotik plasma. Normalnya, tekanan
osmotik yang relatif tinggi cenderung menarik cairan ekstravaskular
kembali ke intravaskular. Pada keadaan hipoproteinemia, gradien osmotik
berkurang sehingga cairan yang ditarik dari ekstravaskular juga sedikit. Jika
jumlah cairan ekstravaskular melebihi kapasitas limfatik hepar dan usus,
maka terjadilah asites.
Sindrom nefrotik
Protein-losing enteropathy
Malnutrisi
Peritoneal carcinomatosis
Pseudomyxoma
Tuberkulosis
pembedahan
abdomen
jika
terjadi
cedera
limfatik
dapat
1.5
Pankreatik asites
Nefrogenik asites
Myxoedema
Meigs's syndrome
Post-abdominal surgery
Manifestasi Klinis
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi pada asites sirosis yaitu5:
spesifisitas
98%
Adenosin
deaminase
adalah
suatu
enzim
1.6
1.6.1
a) Anamnesis :
Tahap awal untuk menegakkan diagnosis asites adalah dengan melakukan
anamnesis mengenai perjalanan penyakit. Saat melakukan anamnesis sebaiknya
dokter mencari tahu faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan pada hati,
seperti: riwayat kolestasis neonatal, jaundice, hepatitis kronik, riwayat transfusi
atau suntikan, atau riwayat keluarga dengan penyakit hati. Selain itu, biasanya
perlu ditanyakanapakah terjadi peningkatan berat badan yang berlebihan.
b) Pemeriksaan fisik6,13
Tahap selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan fisik yang menyeluruh.
Pada awal pemeriksaan fisik, perlu dibedakan apakah pembesaran perut yang
terjadi karena asites, atau penyebab lain seperti: kegemukan, obstruksi usus, atau
adanya massa di abdomen. Flank dullness yang biasanya terdapat pada 90%
pasien dengan asites merupakan tes yang paling sensitif, sedangkan shifting
dullness lebih spesifik tetapi kurang sensitif.
Glukosa
LDH
Neg/Pos Lemah
< 50% plasma
< 2,5 gr/dl
= plasma
< 60% plasma
EKSUDAT
Warna bermacam-macam
Keruh
Sering ada bekuan
BJ > 1018
> 500
PMN > (akut)
MN > (kronik)
Pos
> 50%
> 4,0 gr/dl
< plasma
> 60% plasma
Ratio :
Protein cairan plasma
LDH cairan plasma
< 0,5
< 0,6
> 0,5
> 0,6
TRANSUDAT
Kuning muda
Jernih
Bekuan tidak ada
BJ < 1018
< 500
Sel MN
umumnya anekoik homogen, dan usus tampak bergerak bebas. 9 Asites yang
disertai keganasan atau infeksi akan memperlihatkan gambaran ekostruktur cairan
heterogen, dan tampak debris internal. Usus akan terlihat menempel sepanjang
dinding perut belakang; pada hati atau organ lain; atau dikelilingi cairan.. Namun
demikian, USG memiliki keterbatasan untuk mendeteksi asites pada pasien
obesitas, dan asites yang terlokalisir karena gelombang ultrasound dapat terhalang
oleh jaringan lemak dan gas di dalam lumen.
g) CT Scan
CT Scan memberikan gambaran yang jelas untuk asites. Asites dalam
jumlah yang sedikit akan tampak terlokalisasir pada area perhepatik kanan,
subhepatik bawah, dan pada kavum douglas.9 Densitas dari gambaran CT Scan
dapat memberi arahan tentang penyebab dari asites.
h) MRI
MRI adalah pemeriksaan yang sangat baik digunakan dalam mendeteksi
cairan di rongga peritoneum. Pada anakanak pemeriksaan MRI ini lebih disukai
karena waktu pemeriksaan yang lebih singkat.
i) Abdominal Parasentesis6,13
Abdominal parasentesis umum dikerjakan pada pasien dengan asites yang
belum diketahui penyebabnya, dan pada pasien dengan penambahan jumlah asites
yang sangat cepat,perburukan klinis, disertai demam dan nyeri perut. Pemeriksaan
ini berguna untuk mendeteksi terjadinya spontaneous bacterial peritonitis (SBP).1
Cairan asites kemudian dikirim untuk mengetahui jumlah sel, albumin, kultur
asites, protein total, gram stain dan sitologi. Pemeriksaan cairan asites meliputi:
Inspeksi
Sebagian besar cairan asites berwarna transparan dan kekuningan. Warna
cairan akan berubah menjadi merah muda jika terdapat sel darah Merah >10
000/l, dan menjadi merah jika SDM >20 000/l. Cairan asites yang berwarna
merah akibat trauma akan bersifat heterogen dan akan membeku, tetapi jika
penyebabnya non trauma akan bersifat homogen dan tidak membeku. Cairan
asites yang keruh menunjukan adanya infeksi.
Sirosis
Tuberculosis peritoneum
Alcholis hepatits
Karsinoma peritoneum
Gagal jantung
Pancreatic asites
Biliary asites
Sindroma nefrotik
10
Serositis
Reafrakter
1.6.2
Diagnosis Banding5
Alcoholic Hepatitis
Biliary Disease
Budd-Chiari Syndrome
Cardiomyopathy, Dilated
Cardiomyopathy, Restrictive
11
1.7
Cirrhosis
Hepatitis, Viral
Hepatocellular Adenoma
Hepatorenal Syndrome
Nephrotic Syndrome
Portal Hypertension
Protein-Losing Enteropathy
Tatalaksana
B. Diet
Salah satu modifikasi diet yang dapat dilakukan pada pasien asites adalah
membatasi konsumsi natrium. Konsumsi natrium perlu dibatasi sekitar 800 1000
mg (2 gr NaCl) untuk mencapai keseimbangan natrium negatif dan menyebabkan
terjadinya proses diuresis7. Pada pasien dengan asites ringan-sedang, konsumsi
natrium harus dibatasi sekitar 60 90 mmol/hari. Pembatasan konsumsi natrium
khususnya diberikan pada pasien yang tidak respon atau hanya memiliki respon
yang kecil pada terapi dengan obat diuretik9,14.
12
13
F. Transplantasi Hepar
Asites
yang
terjadi
pada
pasien
dengan
penyakit
sirosis
hati
mengindikasikan suatu tahap akhir dari penyakit dan harus selalu mendapatkan
pertimbangan terapi yang khusus. Salah satu terapi yang dapat diberikan adalah
transplantasi hepar. Untuk pasien dengan asites refrakter, transplantasi hepar akan
mengontrol keadaan penyakit dengan efektif9.
14
B. Aquaretic Agent
Aquaretik agent adalah antagonis spesifik vasopressin reseptor (V2).
Aquaretik agent bekerja pada tubulus kolektivus ginjal dan menginduksi ekskresi
cairan tanpa mempengaruhi keseimbangan elektrolit. Salah satu contoh aquaretik
agent adalah satavaptan8.
1.8
15
albumin tinggi seperti putih telur dan tidak mengkonsumsi zat yang bersifat
merusak hati seperti alkohol15.
Hal lain yang harus diedukasikan kepada pasien adalah ketika terapi
mengalami kegagalan dan menjelaskan kepada pasien untuk segera menemui
dokter. Pada kebanyakan kasus gagal fungsi hati memiliki prognosis yang buruk.
Sehingga pasien harus di edukasi mengenai seluruh komplikasi yang berpotensi
fatal dan tanda serta gejala yang dapat dikenali pada tahap awal.
Edukasi juga pasien mengenai distensi abdomen yang disertai nyeri
walaupun diuretik yang diberikan sudah maksimal. Hal ini merupakan masalah
yang sering muncul, sehingga beritahu pasien bahwa dia harus segera menemui
dokter15.
1.9
Prognosis
Prognosis pasien dengan asites akibat penyakit pada hati tergantung pada
penyakit yang mendasari, seperti tingkat kesembuhan dari suatu penyakit dan
respon terhadap pengobatan10. Hal ini disebabkan oleh proses perjalanan penyakit
yang kronis dan progresif. Pada pasien dengan asites sekunder pada gagal hati,
memiliki tingkat mortalitas hingga 2 tahun apabila tidak dilakukan pengobatan15.
Terapi parasentesis bersifat aman dan efektif dalam mengurangi jumlah
cairan mulai dari kecil hingga sedang. Tetapi, prosedur ini beresiko menyebabkan
infeksi pada abdomen dan bisa menyebabkan penurunan tekanan darah atau shock
sehingga tidak sesuai dilakukan pada pasien dengan asites berat. Peritoneo-venous
shunt efektif dalam mengurangi asites tetapi dengan resiko mortalitas hingga 30%
pada saat operasi10.
16
BAB 2
STATUS ORANG SAKIT
Umur
: 49 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Sudah Menikah
Pekerjaan
Suku
: Batak
Agama
: Kristen Katolik
Alamat
ANAMNESIS
Autoanamnese
Alloanamnese
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan utama
: Perut membesar
Deskripsi
Hal ini dialami os sejak 4 bulan yang lalu, semakin lama perut semakin
membesar. Perut membesar dirasakan semakin menyesak. Riwayat
bengkak seluruh tubuh (-), riwayat kaki bengkak (+) pada os, hal ini
dialami os 1 kali ketika os dalam perjalanan jauh
BAK (+) normal, riwayat BAK keruh (-), BAK seperti teh pekat (-), BAK
seperti cucian daging (-), sakit saat BAK (-), BAB (+) normal, BAB
kehitaman (-), mual (+), muntah (-), muntah bercampur darah (-), muntah
berwarna kehitaman (-), nafsu makan menurun.
Riwayat demam (-), batuk (-), keringat malam (-), penurunan BB (-), nyeri
perut (-), haid (+) normal, riwayat perdarahan dari kemaluan diluar haid
disangkal os, riwayat keluar cairan berbau pada kemaluan disangkal oleh
os
17
Riwayat sesak nafas pada waktu beraktivitas (-), terbangun tengah malam
karena sesak (-), mengambil posisi setengah duduk untuk mengurangi
sesak (-).
Os sudah pernah berobat ke rumah sakit luar dan didiagnosa dengan sakit
kuning.
RPT
: Hipertensi
RPO
:-
Jantung
Saluran Pernapasan
Saluran Pencernaan
Saluran Urogenital
Endokrin
Sesak Napas
:-
Edema
:+
Angina Pectoris
:-
Palpitasi
:-
Lain-lain
:-
Batuk-batuk
:-
Asma, bronkitis
:-
Dahak
:-
Lain-lain
:-
Nafsu Makan
Penurunan BB
:-
Keluhan Menelan
:-
Keluhan Defekasi
:-
Keluhan Perut
:+
Lain-lain
:-
:-
:-
Mengandung Batu
:-
Keadaan Urin
:-
Haid
:N
Lain-lain
:-
Sakit pinggang
:-
Keterbatasan Gerak
:-
Keluhan Persendian
:-
Lain-lain
:-
Haus/Polidipsi
:-
Gugup
:-
Poliuri
:-
Perubahan Suara
:-
18
Saraf Pusat
Sirkulasi Perifer
Polifagi
:-
Lain-lain
:-
Sakit Kepala
:-
Hoyong
:-
Lain-lain
:-
Pucat
:-
Perdarahan
:-
Petechiae
:-
Purpura
:-
Lain-lain
:-
Lain-lain
:-
Claudicatio Intermitten
:-
ANAMNESIS FAMILI : -
Keadaaan Penyakit
Sensorium
: Compos Mentis
Pancaran wajah
: Lemah
Tekanan darah
Sikap Paksa
:-
Nadi
Reflek fisiologis
:+
Pernapasan
: 20 x/i
Reflek patologis
:-
Temperatur
: 36,6 (axila)
Anemia
(-)
Ikterus
(-)
Dispnu
(-)
Sianosis
(-)
Edema
(+)
Purpura
(-)
BB
x 100 % = 106,2 %
TB-100
TB : 158 cm
BB : 61,6 kg
BW = 106,2 %
IMT = 24,67 kg/m2 (overweight)
KEPALA :
Mata : konjunctiva palp. inf. pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),
pupil isokor, ki=ka, reflex cahaya direk (+)/indirek(+), kesan = normal
19
LEHER :
Struma tidak membesar, pembesaran kelenjar limfa (-)
Posisi trakea : medial, TVJ : R-2 cm H2O
Kaku kuduk (-), lain-lain: (-)
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk
: Simetris fusiformis
Pergerakan
Nyeri tekan
:-
Palpasi
Fremitus suara : suara fremitus kanan = kiri, kesan melemah pada kedua
lapangan bawah paru
Iktus
Perkusi
Paru
Sonor memendek pada lapangan bawah kedua paru
Batas paru-hati R/A
Peranjakan
: 1 cm
Jantung
Batas atas jantung
: ICR III
20
Auskultasi
Paru
Suara Pernapasan
Suara tambahan
:-
Jantung
M1 > M2, P2 > P1, T1 > T2, A2 > A1, desah sistolis (-), desah diastolis (-)
HR : 87 x/i, reguler, intensitas cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk
: Simetris membesar
Gerakan lambung/usus
: tidak terlihat
Vena kolateral
: (-)
Caput medusae
: (-)
Hernia Umbilikal
: (-)
Palpasi
Dinding Abdomen
: soepel
Undulasi
: (+)
21
HATI
Pembesaran
: sulit dinilai
Permukaan
: sulit dinilai
Pinggir
: sulit dinilai
Nyeri tekan
: (-)
LIMFA
Pembesaran
GINJAL
Ballotement
UTERUS/OVARIUM
: (-)
TUMOR
: (-)
Perkusi
Pekak hati
: (-)
Pekak beralih
: (+)
Auskultasi
Peristaltik usus
: normoperistaltik
Lain-lain
PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra (-), Kiri/kanan (-)
INGUINAL
: tdp
GENITALIA LUAR
: tdp
Spincter Ani
: tdp
Lumen
: tdp
Mukosa
: tdp
Sarung tangan
: tdp
22
Deformitas Sendi
Lokasi
Edema
: + minimal
+ minimal
Jari tabuh
Arteri Femoralis
: -
: -
: -
Sianosis
Refleks KPR
: +
Eritema palmaris
Refleks APR
: +
Lain-lain
Refleks Fisiologis
: +
Refleks Patologis
: -
Lain-lain
: -
Kiri
Kanan
Kemih
Tinja
Hb
: 12,6 g%
Warna
: kuning jernih
Warna
: tdp
Eritrosit
: 3,8 x 106/mm3
Protein
: (-)
Konsistensi
: tdp
Leukosit
: 11,95 x 103/mm3
Reduksi
: (-)
Eritrosit
: tdp
Bilirubin
: (-)
Leukosit
: tdp
Ht
Urobilinogen : (+)
Amoeba/Kista : tdp
Hitung jenis :
Sedimen
Telur Cacing
Eosinofil : 3,6 %
Ascaris
Basofil
: 0,8 %
Ankylostoma : tdp
Netrofi
: 72-80 %
Silinder : (-)
T. trichiura
: tdp
Epitel
Kremi
: tdp
: 35,8 %
Limfosit : 13,1 %
Monosit : 9,7 %
: 0-1 /lpb
: tdp
23
ANAMNESIS
STATUS PRESENS
: sedang
: kurang
Kepala :
Mata
bawah paru
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen:
Inspeksi : Simetris, Perut membesar
Palpasi : Hepar tidak teraba undulasi (+)
Perkusi : Shifting dullness (+)
Auskultasi : double sound (+)
24
LABORATORIUM
RUTIN
Darah :
Kemih :
Leukosit: 11,95x103/mm3
Eritrosit : 3,80x106/mm3
Protein : (-)
Hematokrit : 35,80
Reduksi : (-)
Monosit : 11,9%
Bilirubin : (-)
Albumin:1,8 g/dL
Urobilinogen : (-)
Sedimen
K : 4,6 mEq/L
Cl : 96 mEq/L
: 0-1 /lpb
Malignancy
2. Efusi pleura bilateral ec Meigh Syndrome DD
Tuberculosis, Hipoalbumin,
3. Hipertensi terkontrol
DIAGNOSA
SEMENTARA
PENATALAKSANAAN
25
3. USG Abdomen
11. SAAG
4. CT-Scan Abdomen
5. Foto thoraks
6. Viral Marker (HbSAg, Anti
HCV)
7. LFT lengkap
8. RFT
9. Elektrolit
125)
13. ADA
14. Albumin post substitusi
26
BAB 3
FOLLOW UP HARIAN DI RUANGAN
RENCANA AWAL
NO. RM
Masalah
Rencana
Rencana terapi
Diagnosa
1. Asites non
Rencana
Rencana
Monitoring
Edukasi
Lab
sirotik ec
rutin,
Klinis
Meigh
Abdomen, CT- -
Tirah baring
Syndrome, DD
Scan Abdomen, -
Diet MB
TB Peritoneal,
Foto
thoraks,
TKTP
Hipoalbumin,
Viral
Marker
Sindroma
(HbSAg,
Anti Farmakologis :
Nefrotik,
HCV),
LFT -
Malignancy
lengkap,
2. Efusi pleura
USG farmakologis :
Batasi
konsumsi
cairan
Batasi
konsumsi
garam
Perbanyak
IVFD NaCl
makan
09% 10 gtt/I
makanan
micro
yang
Inj.
mengandung
dan
Furosemide
banyak
RFT,
Elektrolit,
bilateral ec
Analisa,
Meigh
Sitologi,
Syndrome DD
Kultur
Cairan
1 amp/8 jam
albumin
Tuberculosis,
Asites,
SAAG, -
Substitusi
seperti putih
Hipoalbumin
Tumor
Marker
albumin 5
telur
3. Hipertensi
terkontrol
(CA 19-9, CA
125),
Albumin
substitusi
fls
Memantau
ADA,
berat badan
post
dan lingkar
perut setiap
hari
27
28
Tanggal
28 04
2015
sd
30 4
2015
S
Perut
membesar
dialami os 4
bulan ini.
Riwayat kaki
bengkak (+),
Riwayat
hipertensi (+)
O
Sens : CM
TD : 100/70
HR : 112
RR : 22
T : 37,0
UOP : 2400 cc
Pemeriksaan Fisik :
Mata : conj.palpebra pucat
(-/-), ikterus (-/-)
Leher : TVJ R-2 cmH2O,
KGB (-)
Thorax : Sp : vesikuler, St
Abdomen : simetris
membesar, H/L/R sulit
dinilai
Ekstremitas : oedem (+/+)
Lab :
Hematologi :
Hb 12,60 g%, RBC
3,80x106/mm3, WBC
11,95x103/mm3, Ht
35,80%, PLT
A
Asites non sirotik
Terapi
- Ti
rah baring
- Diet MB TKTP
- IVFD NaCl 0,9% 10gtt/i
micro
- Inj. Furosemide 1 amp/8
jam
- Subs. Albumin :
(3-1,8)x60x0,8 = 59,6; 2 fls
- Diet MB E = 2100 kal, P
= 77,05 gr, L = 68 gr, KH =
290 gr
Diagnostik
- Foto Thorax
Hasil foto thorax :
- tampak perselubungan di
rongga abdomen
- Diafragma kanan letak
tinggi dibanding kiri
- Konsul obgyn
Ginekologi tidak ada
kelainan. Sampai saat ini
tidak dijumpai kelainan di
bagian obgyn
Anjuran : CT-Scan
- CT-Scan whole abdomen
dengan kontras
- USG Abdomen
29
1 05
2015
sd
5 05
2015
Perut
membesar (+)
Kimia Klinik
Albumin 1,8 g/dL, ureum
25,00 mg/dL, kreatinin
0,51 mg/dL, Na 123
mEq/L, K 4,6 mEq/L, Cl
96 mEq/L
Sens : CM
TD : 100/60
HR : 92
RR : 21
T : 36,3
UOP : 3000 cc
Pemeriksaan Fisik :
Mata : conj.palpebra pucat
(-/-), ikterus (-/-)
Leher : TVJ R-2 cmH2O,
KGB (-)
Thorax : Sp : vesikuler, St
Limpa
- ukuran : membesar
Kesimpulan : SH st DC
- LFT lengkap, HbsAg,
Anti HCV, Gastroskopi
Ascites ec SH
- Tirah baring
- Diet MB TKTP
- IVFD D 5% 10gtt/i
threeway
- Inj. Furosemide 1 amp/8
jam
- Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam
- Spironolakton 4 x 100 mg
- Propanolol 2 x 10 mg
- Lactulac Syr 30 cc/12 jam
- Inj. Vit K/hari selama 3
hari
Hasil CT-Scan :
Kesimpulan :
- Asites massif dengan
floating bowel dan organ
intraabdomen
- Organ organ
intraabdomen lainnya
dalam batas normal
30
Abdomen : simetris
membesar, H/L/R sulit
dinilai
Ekstremitas : oedem (+/+)
Lab :
Hematologi :
Hb 10,30 g%, RBC
3,24x106/mm3, WBC
7,42x103/mm3, Ht 3050%,
PLT 149x103/mm3, MCV
94,10 fL, MCH 31,80 pg,
MCHC 33,80 g%, RDW
14,90%, MPV 9,40 fL,
PCT 0,22%, PDW 9,6 fL,
Neutrofil 36,00%,
Limfosit 36,40%, Monosit
14,70%, Eosinofil 12,10%,
Basofil 0,80%
Kimia Klinik
Albumin 1,4 g/dL, ureum
34,60 mg/dL, kreatinin
1,10 mg/dL, Na 130
mEq/L, K 3,3 mEq/L, Cl
104 mEq/L
- Aminoleban 1 fls/hari
- Subs Albumin
- Punksi cairan asites
31
BAB 4
DISKUSI
TEORI
KASUS
Asites yang ditandai dengan perut membesar karena rongga yang Pada kasus didapati pasien dengan penurunan nafsu makan
berisi cairan lama kelamaan akan menyebabkan penekanan pada
dan mual sering muncul
traktus gastrointestinal sehingga menyebabkan anoreksia
Pada penyakit hati kronis/sirosis hepatis ditandai dengan hipertensi Pada kasus tidak didapati tanda tanda penyakit hati
portal dengan adanya splenomegali, bendungan vena-vena dinding
kronis/sirosis hepatis
perut, hernia umbilikal, adanya ikterus, spider nevi, eritema Palmaris,
muka abu-abu, atrofi testis atau ginekomasti pada laki-laki, dll
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan berupa pemeriksaan Pada kasus sudah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
radiologis (foto rontgen dada dan abdomen, USG, CT Scan) dan
membantu menegakkan dignosis. Pemeriksaan yang sudah
laboratorium (hematologi rutin, fungsi ginjal dan urinalisis)
dilakukan berupa hematologi rutin, fungsi ginjal, urinalisis,
foto rontgen dada dan abdomen, USG abdomen dan CT
Scan abdomen.
Penatalaksanaan non farmakologis : tirah baring, restriksi garam, Pada kasus didapati tatalaksana non farmakologis yang
Large Volume Paracentesis, Transjugular Intrahepatic Portosystemic
diberikan adalah tirah baring, diet tinggi kalori tinggi
Shunt, Peritoneovenosus Shunt, Trasplantasi Hepar
protein, dan paracentesis
Penatalaksanaan Farmakologis : Spirnolakton, Furosemide, terapi Pada kasus didapati tatalaksana farmakologis yang diberikan
kombinasi spironolakton dan furosemide
adalah terapi kombinasi spironlakton dan furosemide,
propanolol, lactulac, vitamin K, aminoleban, cefotaxim
32
BAB 5
KESIMPULAN
Ibu Kosto Maria Gultom, usia 49 tahun, menderita asites ec sirosis hepatis
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Feldman, M., 2010. Ascites and spontaneous bacterial peritonitis, 9th Edition ofGastrointestinal and Liver Disease. Sounders
& Elsevier, pp: 1517-1578
2. Krige J.E.J., Beckingham I.J., 2011. Portal hypertension - 2. Ascites, encephalopathy, and other conditions. BMJ 322 : 416
3. Park F., Kravetz, D., 2010. Ascites. Available from :
http://gastro.ucsd.edu/fellowship/Documents/Ascites-Park022310.pdf
4. Hou W., Sanyal A.J., 2010. Ascites : Diagnosis and Management. Med Clin N Am 93 : 801-817
5. Sood, R., 2009. Ascites : Diagnosis and Management. Journal of Indian Academy of Clinical Medicine 5 (1) : 81-89.
6. Rodes J. Pathogenesis and treatment of ascites. J Intern Med 1996; 240: 111-4.
7. Sood, R, 2010. Ascites : Diagnosis and Management. Journal of Indian Acaemy of Clinical Medicine. 5(1) : 81 83
8. Kin-Kong LI, M., 2009. Management of Ascites. The Hongkong Medical Buletin. 4(1) : 27 29
9. Kuiper, J.J., DeMan, R.A., Van Buuren, H.R., 2007. Review Article : Management of Ascites and Associated Complications
In Patients With Cirrhosis. Aliment Pharmacol Ther. 26(2) : 183 193
10. Shah, R., 2014. Ascites. Available from : emedicine.medscape.com/article/170907-treatment [Accesed May 1, 2015]
11. Puppala,
S.,
2014.
Transjugular
Intrahepatic
Portosystemic
Shunt.
Available
from
34
14. Sudoyo, A.W., Setiohadi B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid I.
Jakarta: Interna Publishing
15. Sherlock, S., Dooley J., 2002. Disease of the Liver and Biliary System 11th Ed. London: Blackwell Science Ltd a Blackwell
Publishing Company
16. Mimidis, K., Ritis, K., Kartalis, G., 2005. Peritoneal Tuberculosis. Annals of Gastroenterology. 18 (3):325-329
17. Godong, B., 2013. Patofisologi dan diagnosis asites pada anak. J Indon Med Assoc. 63 (1) 32-35