Sunteți pe pagina 1din 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN CITRA TUBUH

DI SUSUN OLEH :
IIS MAELANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH


PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
BEKASI
FEBRUARI 2016

BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau
tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan
obyek yang kontak secara terus menerus ( anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda)
dengan tubuh.Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru. Gambaran tubuh
yang diterima secara realistis akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam
menjalani kehidupan.
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun
eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh
dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik oleh persepsi dan
pandangan orang lain. Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan
fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek
penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri.
Perry & Potter (2005)
Body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya,
bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan
rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang lain
terhadap dirinya. (Honigman dan Castle). Melliana (2006)
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain,
kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan
( Keliat ,1992 ).

Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu


memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang
realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman,
sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).
Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam
kehidupan. Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti,
munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat
berupa operasi seperti : mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya mengubah gambaran
diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain-lain.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak
dengan tubuh.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
1. Kegagalan fungsi tubuh.
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak mengkui atau
asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf. Waham yang berkaitan
dengan bentuk dan fungsi tubuh seperti sering terjadi pada klien gangguan jiwa, klien
mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
Tergantung pada mesin.
Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya sukar
mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai
gangguan.
2. Perubahan tubuh berkaitan
Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan
pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya
dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati
perubahan tubuh yang tidak ideal.

3. Umpan balik interpersonal yang negatif


Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat
membuat seseorang menarik diri.
4. Standard sosial budaya
Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang dan
keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada
gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.
C. Dimensi Dan Peranan Citra Diri
1. Diri sebagai oleh diri sendiri, dapat diwujudkan dalam pernyataan-pernyataan berikut:
Saya baik hati
Saya hangat dan bersahabat
Saya agresif
Saya tidak cermat
Sudah barang tentu, perasaan dan keyakinan seperti itu mempunyai dampak besar terhadap
apa yang diperbuat individu. Seseorang yang underachieved (hasil rendah dibanding
kemampuan) di sekolah atau pun orang yang tidak cermat memilih karier akan memandang diri
sangat tidak adekuat dan bereaksi secara tidak tepat dalam bidang-bidang tersebut.
2. Diri sebagai dilihat oleh orang lain atau Beginilah saya kira orang lain memandang saya,
agaknya dapat diwujudkan dalam ungkapan-ungkapan:
Anda memandang saya sebagai bersifat bersahabat
Kakak memandang saya sebagai percaya diri
Teman-teman menganggap saya sebagai menarik

Paman menganggap saya sebagai gegabah


Setiap individu juga mengembangkan sikap-sikap menurut bagaimana orang lain
memandang/menganggap dirinya, lalu dia cenderung berbuat sesuai dengan anggapan-anggapan
yang dipersepsi atau diterimanya.
3. Diri idaman, mengacu pada tipe orang yang saya kehendaki tentang diri saya. Aspirasiaspirasi tujuan-tujuan, dan angan-angan, semuanya tercermin melalui diri idaman. Ini
agaknya terungkap dalam pernyataan:
Saya pantasnya seorang guru
Saya seperti orang tua yang baik
Saya ini sepertinya akan menjadi orang kaya
Diri idaman adalah perlu dalam penentuan cita-cita hidup. Sudah barang tentu tujuan atau
ideal yang terlalu jauh atau sukar/tidak mungkin terjangkau merupakan citra diri yang tidak
sehat.
Bagian lebih khusus citra diri, menurut Einsberg dan Delaney berkenaan dengan apa yang
diketahui dan diyakini individu. Pandangan khusus seseorang berkenaan dengan diri meliputi
penilaian deskriptif mengenai kemampuan dan keterbatasan, minat dan bukan minat, dan pola
tingkah laku dominan. Ini mencakup pandangan terhadap diri sekarang, dan harapan serta
peranggapan bagi masa depan. Ada dua jenis pernyataan dalam hal ini: Some time these selfreferent statement are idiographic (me looking at self); at other time they are nomothetic (me
compared to others). Beberapa contoh pernyataan yang idiographic (diri saya memandang diri
sendiri) adalah
Saya tidak dapat membaca dengan baik
Saya senang memetik gitar, tapi tidak suka mendengarkan opera

Saya sangat marah jika saya merasa dihadapi secara tidak bersahabat, namun jarang saya
memperlihatkan kemarahan
Adapun contoh pernyataan yang nomothelic (diri saya dihubungkan pada orang lain) adalah:
Saya terbaik dari antara teman sebaya dalam bergaul dengan lawan jenis (dan bangga atas
kemampuan itu)
Saya sangat cemas jika menyatakan sesuatu dalam kelompok. Semakin besar kelompok,
semakin cemaslah saya (saya tidak suka punya masalah begini dan ingin agar saya dapat
mengatasi kekhawatiran ini)
Orang-orang sering tampak tersinggung oleh tindakan saya dan saya tidak tahu mengapa
demikian (hal ini menyusahkan saya)
Saya tidak bisa bermain catur dengan baik dan agaknya akan selamanya demikian (kekurangan
kemampuan ini tidaklah menyusahkan saya).
Peranan Citra diri secara umum yaitu:
a)

Citra diri memberikan gambaran tentang seseorang itu. ini tidak hanya meliputi perasaan

terhadap diri seseorang, melainkan mencakup pula tatanan moral, sikap-sikap, idea-idea, dan
nilai-nilai yang mendorong orang bertindak atau sebaliknya tidak bertindak. Oleh karena citra
diri itu berbeda dari orang ke orang, maka citra diri dapat dianggap sebagai penunjuk pokok
keunikan individu dalam bertingkah laku.
b)

Citra diri sebagai sistem sikap pandang terhadap diri seseorang dan merupakan dasar bagi

semua tingkah laku, dijelaskan lebih langsung oleh Ariety (1967) bahwa the self concept is
basic in all behavior. Bahwa citra diri juga sangat menentukan tingkah laku untuk masa depan
seseorang terungkap dalam penyataan Einsberg dan Delaney (1977). A persons view toward
self appears to be a powerful determinant of behavior, personal decision making, and aspirations
for the future. Jadi agaknya tidak ada keraguan bahwa citra diri sangat menentukan tingkah laku
individu sekarang dan masa datang, serta menentukan pembuatan keputusan dan aspirasi-aspirasi
individu bagi masa depannya.

E. Etiologi
1)

Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit

2)

Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, pemasangan, alat di

dalam tubuh.
3)

Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan

4)

Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh

5)

Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan

6)

Makna dan objek yang serang kontak : penampilan dan dandanan berubah, pemasangan alat

pada tubuh klien (infuse, traksi, respriator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)
7)

Kemungkinan etiologi (yang berhubungan dengan)

8)

Kekurangan umpan balik positif

9)

Kegagalan yang dirasakan

10) Harapan-harapan yang tidak realistis (pada bagian dan orang lain)
11) Perkembangan ego mengalami ketardasi
12) Kebutuhan ketergantungan yang tidak terpenuhi
13) Ancaman terhadap keamanan karena gangguan fungsi pada dinamika-dinamika keluarga.

F. Tanda dan Gejala


1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan
8. Citra yang mengalami distorsi, melihat diri sebagai gemuk, meskipun pada keadaan berat
badan normal atau sangat kurus
9. Penolakan bahwa adanya masalah dengan berat badan yang rendah
10. Kesulitan menerima penguatan positif
11. Kegagalan untuk mengambil tanggung jawab menurut diri sendiri. Pengobatan diri
12. Tidak berpartisipasi pada terapi
13. Perilaku merusak diri sendiri, muntah yang dibuat sendiri; penyalahgunaan obat-obat
pencahar dan diuretic, penolakan untuk makan
14. Kontak mata kurang
15. Alam perasaan yang tertekan dan pikiran-pikiran yang mencela diri sendiri setelah episode
dari pesta dan memicu perut
16. Perenungan yang mendalam tentang penampilan diri dan bagaimana orang-orang lain
melihat diri mereka.

G. Pohon Masalah
Gangguan isolasi sosial
Gangguan citra tubuh
Perubahan bentuk tubuh

(Keliat, 2005)

H. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien : nama, umur, alamat dll.
2. Alasan masuk
3. Faktor Predispdsisi dan Presipitasi
4. Pengkajian fisik
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep Diri : Gambaran diri atau citra tubuh, Identitas Diri, Peran Diri,
Ideal Diri, Harga Diri
c. Hubungan Sosial
d. Spiritual : Nilai, Keyakinan dan Ibadah
6. Status Mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas Motorik : Hipomotorik, Hipermotorik, TIK, Agitasi, Grimaseren,
d.
e.

f.
g.

Tremor atau Kompulsif


Alam Perasaan
Afek
Dari mana datangnya afek di dapatkan?
Jenis Afek : Appropriate atau inappropriate
Interaksi selama wawancara
Persepsi

h. Proses berpikir : Sirkumtansial, Tangensial, Kehilangan asosiasi, Flight of Ideas,


Blocking, Reeming, Perseverasi
i. Isi Pikir (dapat di ketahui dari?) : Obsesi, Phobia, Ide terkait, Depeersonalisasi,
Waham ( agama, somatik, kebesaran, curiga, nihilistic, hipokondria, magik
mistik ) atau Waham yang bizar (ada berapa?)
j. Tingkat kesadaran dan Orientasi
Kesadaran Pasien (bingung, sedasi, atau stupor)
0rientasi terhadap waktu, tempat, orang
k. Memori ( Gangguan daya ingat jangka panjang, Gangguan daya ingat jangka
pendek, Gangguan daya ingat saat ini, Konfabulasi )
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung (mudah dialihkan,

tidak

mampu

berkomunikasi, atau tidak mampu berhitung )


m. Kemampuan Penilaian (gangguan kemampuan penilaian ringan, gangguan
penilaian hermaka)
n. Daya Tilik Diri
7. Masalah Psikososial da Lingkungan
8. Pengetahuan
9. Aspek Medik
Diagnosa Medis
Program terapi obat yang diberikan

I. Deteksi Dini Dan Pencegahan Kunci Utama


Sebagai penatalaksanaan pasien dengan gangguan ini. Maka psikoterapi memegang
peranan yang penting. Psikoterapi berorientasi tilikan berguna untuk memperbaiki tilikan pasien
terhadap dirinya. Selain juga tentunya obat-obatan terutama dari golongan antidepresan SSRI
seperti Fluoxetine dan Sertraline dapat bermanfaat. Penelitian di Amerika mengatakan
pengobatan dengan golongan SSRI seperti Fluoxetine dan juga golongan Clomipramine dapat
menurunkan gejala kepada 50% pasien. Bila terdapat komorbiditas dengan gangguan mental

lain, seperti gangguan depresi atau gangguan cemas, maka pengobatan secara psikofarmakologi
dan psikoterapi yang tepat perlu juga dilakukan.
Pasien seringkali datang ke dokter bedah plastik untuk memperbaiki kekurangan yang dia
milliki. Dari laporan yang ada, pembedahan dan perbaikan secara estetik terhadap apa yang
dikeluhkan pasien tidak bermakna menghilang. Sehingga disarankan bagi beberapa pasien yang
ingin melakukan bedah plastik estetik karena gangguan ini berkonsultasi terlebih dahulu dengan
seorang psikiater. Hal ini untuk menilai apakah terdapat gangguan citra tubuh pada pasien ini.
Bila ternyata ada maka segala usaha operasi untuk memperbaiki diri mereka juga tidak akan
berhasil dan membuat puas si pasien karena sebenarnya yang menjadi masalah adalah bukan
hasil operasinya atau bagaimana fisik mereka terlihat, tetapi lebih terhadap pandangan mereka
terhadap citra tubuh mereka sendiri. Sehingga perlu adanya kerjasama antara dokter ahli bedah
plastik dengan psikiater untuk menilai kesiapan para pasien bedah plastik estetik yang ingin
menjalani operasi.

S-ar putea să vă placă și