Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Pendahuluan
Proses metabolisme didalam tubuh merupakan suatu perombakan senyawa yang
ada menjadi bentuk-bentuk yang diperlukan oleh tubuh. Proses metabolisme dalam tubuh
yang sangat penting sebagi sumber energi dan untuk bertahan hidup sel adalah metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein. Bahan- bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein bisa
ada didalam tubuh melalui asupan makanan yang masuk kedalam tubuh. Sumber bahan
makanan yang diperlukan tubuh adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Kurang atau lebihnya asupan dari sumber bahan makanan tersebut akan menimbulkan
gangguan pada tubuh. Berpuasa merupakan beberapa penyebab terjadinya kelaparan.
Kelaparan adalah kondisi dimana tubuh kekurangan asupan energi dan unsur-unsur nutrisi
seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang biasanya didapatkan dari bahan
makanan. Dalam kondisi kelaparan lebih dari satu hari, mulai akan terjadi perubahanperubahan metabolisme untuk mengimbangi kekurangan yang terjadi. Meskipun tubuh dapat
melakukan adaptasi metabolisme dalam kondisi lapar, tetap harus dilakukan perbaikan pola
makan.
PERBAHASAN
Metabolisme Energi
Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang terjadi dalam jaringan tubuh. Terdiri dari
dua bagian, yaitu anabolisme (pembentukan) dan katabolisme (pemecahan). Metabolisme
sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu metabolisme materi dan metabolisme energi. Pada
pembahasan kali ini, kita hanya akan membahas metabolisme energi. Metabolisme energi
terdiri dari perubahan kimia, lemak, karbohidrat, dan protein yang dipecah dan dioksidasi
menjadi energi atau disintesis menjadi komponen ATP (adenosin triphospate).1
1|UKRIDA
Dalam kondisi normal (tidak berpuasa), karbohidrat akan diubah menjadi bentuk yang
lebih sederhana (monosakarida) hingga akhirnya akan diserap di dalam jejunum dan ileum
dalam bentuk glukosa.2 Glukosa nantinya akan diubah menjadi energi melalui proses
glikolisis Embden Meterhof (EM) dilanjutkan dengan proses oksidasi piruvat menjadi asetil
koA, dan terkahir akan melalui Sikulus Asam Sitrat (SAS). Selain diubah menjadi energi,
glukosa juga sebagian akan disimpan dalam bentuk glikogen melalui proses yang dikenal
sebagai proses glikogenesis.
Untuk protein nantinya akan dipecah untuk membentuk asam amino oleh enzim-enzim
yang berada dalam traktus gastointestin. Asam-asam amino ini akan memperbaruhi simpanan
protein dalam hati serta otot dan menggantikan protein yang diurakan pada saat sebelum
makan. Asam-asam amino berlebih dan tidak digunakan untuk sintesis protein akan diubah
oleh hati menjadi aseti-KoA atau piruvat yang kemudian akan memasuki siklus asam sitrat
membentuk energi.2
Lemak dalam makanan terdiri atas trigliserida dan kolesterol akan dicerna oleh enzim
lipase. Trigliserida rantai karbon sedang akan diserap langsung ke dalam aliran darah
sementara terigliserida dengan rantai karbon yang panjang diserap ke dalam aliran limfe
setelah diemulsi oleh getah empedu menjadi bentuk misel yang larut air dan dicenakan oleh
enzim lipase. Misel akan membentuk trigliserida kembali dan diangkut sebagai kilomikron
lewat cairan limfe dan aliran darah ke dalam hati. Di dalam hati, kilomikron akan diubah
menjadi kolesterol dan trigliserida yang selanjutnya akan disimpan di dalam jaringan
adiposa.2
Pada pembahasan kali ini, kita tidak akan membahas proses metabolisme energi dalam
keadaan normal seperti yang telah diringkas diatas. Namun, sesuai dengan skenario yang ada,
kita akan membahas bagaimanna metabolisme energi yang terjadi dalam tubuh pada saat
berpuasa. Pembahasan lebih lanjut akan diberikan di bawah ini.
Metabolisme Energi Saat Kelaparan
Saat berpuasa panjang (1-3 hari bahkan lebih) seseorang akan kelaparan. Pada saat seperti
inilah, tubuh kekurangan asupan glukosa sehingga melalui proses metabolisme energi, tubuh
akan berusaha untuk bisa menghasilkan cukup glukosa bagi jaringan (terutama bagi otak).
Upaya pemenuhan glukosa tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah simpanan
glikogen dalam tubuh menjadi glukosa dan menguraikan protein menjadi asam-asam amino
2|UKRIDA
yang nantinya akan diubah menjadi glukosa lewat proses yang dikenal sebagai
glukoneogenesis.
Selain glikogen dan protein yang diubah menjadi glukosa, melalui proses lipolisis, lemak
yang disimpan dalam jaringan adiposa akan diuraikan menjadi gliserol dan asam-asam lemak.
Gliserol dan laktat yang merupakan hasil metabolisme glukosa dalam keadaan anaerob dapat
diubah oleh hati menjadi glukosa. Sementara itu, asam-asam lemak yang tidak bisa diubah
menjadi glukosa akan ditukar dengan asam-asam amino dari otot. Otot dapat menggunakan
asam lemak sebagai sumber energi dengan menghasilkan limbah metabolik yang berupa
keton bodies. Asam-asam amino yang didapat dari pertukaran di otot nantinya akan diubah
menjadi glukosa lewat glukoneogenesis dalam hati.
Dengan cara menggunakan glikogen, protein, serta lemak untuk membentuk glukosa
kembali, otak serta jaringan-jaringan tubuh dapat hidup dan bekerja sesuai dengan fungsi
masing-masing. Apabila puasa bekepanjangan sehingga mengakibatkan kelaparan yang
teramat-sangat, secara berangsur-angsur otak akan mengubah metabolisme energinya dari
pemakaian glukosa menjadi pemakaian keton bodies sebagai sumber energi kedua. Tujuannya
untuk mempertahankan protein tubuh agar fungsi organ-organ penting dapat terpelihara.
Seluruh proses adaptasi baik bagi puasa singkat maupun puasa lama, dikoordinasikan oleh
hipotalamus dan diatur oleh kelenjar adrenal, tiroid dan pankreas.2
Glikogenolisis
Sebelum masuk ke glikogenolisis, kita akan membahas sedikit mengenai glikogenesis.
Glikogenesis adalah proses pembentukan glikogen dari glukosa. Hal ini bertujuan untuk
menyediakan cadangan energi terutama di hati dan otot. Glikogen yang terbentuk dari proses
glikogenolisis merupakan polimer-polimer bercabang. Rantai lurusnya disebut dengan ikatan
glikosidik -1,4. Percabangannya dinamakan ikatan glikosidik -1,6. Ketika gula dalam
darah menurun, maka rantai-rantai glikogen tersebut akan mengalami pemecahan untuk
menbentuk glukosa kembali yang dikenal dengan proses glikogenolisis.3
Glikogenolisis adalah sintesis glikogen menjadi glukosa (pada hati) dan menjadi asam
piruvat serta laktat (pada otot). Mengapa hanya dapat menjadi glukosa bila proses terjadi di
hati? Karena di dalam hati terdapat enzim glukosa 6-fosfatase. Meskipun demikian, nantinya
asam piruvat maupun laktat dapat dijadikan glukosa dengan cara memasuki siklus cori.
Glikogen sendiri adalah sumber bahan bakar darurat yang mengasilkan glukosa untuk
membentuk ATP dalam keadaan tidak ada oksigen atau apabila terjadi kekurangan
3|UKRIDA
glukosa.3 Enzim yang berperan dalam proses ini antara lain adalah enzim fosforilase,
transferase, dan debranching enzim.
Fosforilase merupakan enzim regulator yang mengkatalis reaksi pemecahan ikatan
glikosidik/fosforolisis (pemecahan dengan fosfat). Oleh fosforilase, tiap satu molekul glukosa
pada rantai lurus glikogen dilepaskan menjadi glukosa 1-P, sampai tinggal kurang lebih 4
molekul glukosa pada cabang. Setelah itu, kerjanya akan beralih pada enzim transferase.
Enzim ini memindahkan kurang lebih 3 segmen glukosa dari 4 sisa glukosa ke rantai lurus
yang berdekatan dan meninggalkan satu glukosa pada cabang tersebut. Debranching enzim
akan mengambil alih setelahnya dengan menghidrolisis tempat percabangan, memutuskan
satu molekul glukosa pada cabang tersebut menghasilkan glukosa bebas.4
Proses glikogenolisis sendiri melalui beberapa tahap-tahap berikut ini. Glikogen yang
terdiri dari unit glukosil 1,4 dan 1,6 akan mengalami pemecahan dengan bantuan fosfat oleh
enzim fosforilase, lalu dilanjutkan oleh enzim glukan transferase dan terakhir oleh
debranching enzyme (hal ini telah dijelaskan sebelumnya). Glukosa dari pemecahan oleh
debranching enzyme sudah merupakan glukosa bebas, sementara glukosa dari pemecahan
dengan fosforilase masih dalam bentuk glukosa terikat fosfat (glukosa 1-p).
Glukosa 1-p tersebut kemudian dengan bantuan enzim fosfoglukomutase menjadi
glukosa 6-p. Di hati, glukosa 6-p dapat diubah menjadi glukosa oleh enzim glukosa 6fosfatase. Glukosa 6-p yang berada di otot, harus melalui jalur pembentukan laktat maupun
asam piruvat, untuk bisa kembali menjadi glukosa. Proses tersebut akan dibahas pada
pembahasan berikutnya.
Proses glikogenolisis tidak terlepas dari peranan hormon epinefrin dan glukagon dalam
darah. Kadar gula darah yang menurun, merangkasang peningkatan glukagon ataupun
peningkatan epinefrin ke reseptor di hati yang kemudian mengaktifkan adenilat siklase,
yang mensintesis cAMP dari ATP. cAMP kemudian berikatan dengan protein kinase A
(protein kinase dependen-cAMP) sehingga terjadi pengaktifan subunit katalitik.3
Protein kinase A mengaktifkan fosforilase kinase melalui fosforilasi. Fosforilase kinase
manambahkan sebuah fosfat ke residu serin spesifik pada fosforilase, sehingga mengubah
fosforilase b menjadi fosforilase a yang aktif. Protein kinase A juga memfosforilasi glikogen
sintase, menyebabkan aktivitas enzim berkurang. Akibat inhibisi terhadap glikogen sintase
dan pengaktifan glikogen fosforilase, terjadi penguraiann glikogen menjadi glukosa 1-p. Pada
gambar, garis terputus-putus menyatakan reaksi yang menurun di hati individu yang sedang
puasa (kondisi kelaparan).3
4|UKRIDA
Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah pembentukan glukosa dari sumber-sumber non karbohidrat
seperti asam laktat, beberapa jenis asam amino, gliserol, dan beberapa jenis asam lemak.
Lokasi glukoneogenesis terjadi biasanya berlangsung di hati, tetapi pada orang yang
kelaparan, ginjalnya akan membentuk glukosa. Proses ini juga berlangsung di beberapa
tempat yang sangat terbatas pada sel-sel epitel usus halus. Proses ini bertujuan untuk
mempertahankan kadar gula darah yang cukup saat kelaparan, saat masa asupan karbohidrat
terbatas, atau saat latihan berat, yaitu ketika asam laktat yang terbentuk dalam otot diubah
kembali menjadi glukosa dalam hati.4
Glukoneogenesis distimulasi oleh konsentrasi karbohidrat selular yang rendah dan
penurunan gula darah. Proses ini juga distimulasi secara hormonal oleh glukagon, epinefrin
medula adrenal, dan oleh glukokortikoid korteks adrenal.5 Pada manusia, sumber karbon
yang utama untuk glukoneogenesis adalah laktat, gliserol, asam amino, dan alanin. Laktat
dihasilkan oleh glikolisis anaerobik di jaringan misalnya otot yang sedang bekerja atau sel
darah merah. Gliserol dibebaskan dari simpanan triasilgliserol di jaringan adiposa, dan asam
amino terutuma berasal dari simpanan asam amino di otot yang mungkin berasal dari
penguraian protein otot. Alanin adalah asam amino glukoneogenik utama yang dibentuk di
otot dari asam amino lain dan dari glukosa.4
Sintesis Glukosa dari Laktat dan Alanin
Laktat akan terlebih dahulu dirubah menjadi piruvat. Kemudian piruvat mitokondria
mengalami dekarboksilasi membentuk oksaloasetat. Reaksi ini memerlukan ATP dan
dikatalis oleh piruvat karboksilase. Kemudian oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh
malat dehidrogenase mitokondria. Pada reaksi ini, glukoneogenesis secara singkat
mengalami overlap (tumpang tindih) dengan siklus asam sitrat.
Malat meninggalkan mitokondria dan dalam sitoplasma dioksidasi membentuk kembali
oksaloasetat. Oksaloasetat sioplasma mengalami dekarboksilasi membentuk PEP (fosfat enol
piruvat) pada reaksi yang tidak memerlukan GTP yang dikatalis oleh PEP karboksikinase.
Dari PEP, akan terjadi jalur yang merupakan kebalikan jalur glikolisis sehingga pada
akhirnya akan menghasilkan glukosa bebas.3
Sintesis Glukosa dari Gliserol
5|UKRIDA
Gliserol adalah hasil pecahan dari lemak yang disimpan dalam bentuk triasilgliserol.
Gliserol akan diubah menjadi glisero 3-p oleh enzim gliserol kinase. Dengan demikian,
proses ini telah masuk ke dalam proses glikolisis. Nantinya, gliserol 3-p akan diubah menjadi
dihidroksiaseton fosfat (DHAP), yang selanjutnya diubah menjadi furktosa 1,6 bisfosfat.
Fruktosa 1,6 bifosfat oleh bantuan enzim fruktosa 1,6 bisfosfatase menjadi fruktosa 6-p.
Fruktosa kemudian menjadi glukosa 6-p, dimana pada akhirnya glukosa 6-p akan menjadi
glukosa bebeas oleh bantuan enzim glukosa 6-fosfatase.
Sintesis Glukosa dari Asam Amino
Melalui reaksi biokimiawi, beberapa asam amino dalam tubuh dapat diubah menjadi
glukosa atau glikogen; asam amino ini disebut asam amino glukogenik atau glikogenik. Asam
amino yang di dalam tubuh dapat diubah menjadi senyawa-senyawa keton (keton bodies) atau
menjadi Asetil-S-KoA dikenal sebagai asam-asam amino ketogenik. Beberapa asam-asam
amino termasuk keduanya, yaitu sebagai asam amino glikogenik dan ketogenik.6
Dari gambar 8, kita dapat melihat proses perubahan asam-asam amino glikogenik untuk
menjadi glukosa. Histidin, prolin, glutamin, dan arginin akan diubah menjadi glutamat yag
kemudian dengan bantuan enzim transaminase akan diubah menjadi -ketoglutarat. Dengan
berubah menjadi -ketoglutarat, proses ini telah memasuki siklus asam sitrat dan pada
akhirnya akan menjadi glukosa. Isoleusin, metionin, dan valin akan diubah menjadi suksinilKoA dan kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat. Tirosin dan fenilalanin diubah
menjadi fumarat dan kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat dan berlanjut akhirnya
menjadi glukosa.
Pembentukan benda keton
Proses Ketogenesis
Proses ketogenesis merupakan proses pembentukan badan-badan keton di mana
proses ini terjadi akibat pemecahan lemak dan karbohidrat tidak seimbang. Proses
ketogenesis sering terjadi pada keadaan kelaparan dan DM yang tak terkontrol.
Asetil KoA yang terbentuk pada oksidasi asam lemak akan memasuki daur asam sitrat hanya
jika pemecahan lemak dan karbohidrat terjadi secara berimbang. Karena masuknya asetil
KoA ke dalam daur asam sitrat tergantung pada tersedianya oksaloasetat untuk pembentukan
sitrat. Tetapi konsentrasi oksaloasetat akan menurun jika karbohidrat tidak tersedia atau
penggunaannya tidak sebagaimana mestinya. Oksaloasetat dalam keadaan normal dibentuk
6|UKRIDA
dari piruvat. Pada puasa atau diabetes, oksaloasetat dipakai untuk membentuk glukosa pada
jalur glukoneogenesis dan demikian tidak tersedia untuk kondensasi dengan asetil KoA. Pada
keadaan ini asetil KoA dialihkan kepembentukan asetoasetat dan D-3hidroksibutirat.
Asetoasetat,
D-
3-
hidroksibutirat
dan
Aseton
disebut
dengan
zat
keton.
Asetoasetat dibentuk dari asetil KoA dalam tiga tahap. Dua molekul asetil KoA
berkondensasi membentuk asetoasetil KoA. Reaksi yang dikatalisis oleh tiolase ini
merupakan kebalikan dari tahap tiolisis pada oksidasi asam lemak. Selanjutnya astoasetil
KoA bereaksi dengan asetil KoA dan air untuk menghasilkan 3 - hidroksi- 3 metilglutaril
KoA ( HMG - KoA ) dan KoA. Kondensasi ini mirip dengan kondensasi yang dikatalisis oleh
sitrat sintase.Keseimbangan yang tidak menguntungkan bagi pembentukan asetoasetil KoA
diimbangi oleh reaksi ini, yang keseimbangannya menguntungkan karena hidrolisis iaktan
tioester. 3 - Hidroksi - 3 - metilglutaril KoA kemudian terpecah menjadi asetil KoA dan
asetoasetat.
2
Asetil
Hasil
KoA
dari
H20
keseluruhan
reaksi
----------------------- Asetoasetat
+2
adalah:
KoA
H+
dapat membekali organ-organ lain dengan asetoasetat karena hati tidak memiliki KoA
transferase spesifik ini. Asam lemak dilepaskan oleh jaringan adiposa dan diubah menjadi
unit- unit astil oleh hati, yang kemudian mengeluarkannya sebagai asetoasetat. Kadar
asetoasetat yang tinggi dalam darah menandakan berlimpahnya unit asetil yang menyebabkan
berkurangnya laju lipolisis di jaringan adiposa.7
9|UKRIDA
Suatu hormon peptida yang disekresikan sel-sel alfa pulau langerhans pankreas.
Glukagon mempengaruhi banyak proses metabolik yang juga dipengaruhi oleh insulin, tetapi
umumnya efek glukagon berlawanan dengan efek insulin. Glukagon bekerja terutama di hati,
tempat hormon ini menimbulkan berbagai efek pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein.
1. Efek pada Karbohidrat
Efek keseluruhan glukagon pada metabolisme karbohidrat timbul akibat peningkatan
pembentukan dan pengeluaran glukosa oleh hati sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa
darah. Glukagon menimbulkan efek hiperglikemik dengan menurunkan sintesis glikogen,
meningkatkan glikogenolisis, dan merangsang glukoneogenesis.
2.
yang juga cenderung memulihkan kadar glukosa darah ke normal. Dengan demikian terdapat
hubungan umpan balik negatif langsung antara konsentrasi glukosa darah dan kecepatan
sekresi sel pankreas, tetapi hubungan tersebut berlawanan arah dengan efek glukosa darah
pada sel pankreas. Dengan kata lain, peningkatan kadar glukosa darah menghambat sekresi
glukagon dan merangsang sekresi insulin, sedangkan penurunan kadar glukosa darah
menyebabkan
peningkatan
sekresi
glukagon
dan
penurunan
sekresi
insulin.
Karena glukagon meningkatkan glukosa darah dan insulin menurunkan glukosa darah,
perubahan sekresi hormon-hormon pankreas sebagai respon terhadap penyimpangan glukosa
ini bekerja sama secara homeostatis untuk memulihkan kadar glukosa darah ke normal.
Demikian juga penurunan konsentrasi asam lemak darah secara langsung merangsang
pengeluaran glukagon dan menghambat pengeluaran insulin oleh pankreas, keduanya
merupakan mekanisme kontrol umpan balik negatif untuk memulihkan kadar asam lemak
darah ke normal.
Hormon Epinefrin
Epinefrin merupakan katekolamin dihasilkan oleh medula adrenal, merupakan neuron
pascaganglion
pascaganglion biasa, neuron-neuron yang ada di medula adrenal tidak memiliki serat-serat
akson yang berakhir di organ efektor. Badan sel ganglion di dalam medula adrenal
mengeluarkan zat perantara mereka langsung ke dalam darah setelah mendapat rangsangan
dari serat praganglion. Dalam hal ini zat perantara tersebut dapat digolongkan sebagai
hormon, bukan neurotransmiter.
mengeluarkan norepinefrin, tetapi zat yang paling banyak disekresi adalah epinefrin. Baik
epinefrin maupun norepinefrin berasal dari kelas katekolamin, yang berasal dari asam amino
tirosin, bedanya norepinefrin memiliki gugus metil. 11
Epinefrin dan norepinefrin menimbulkan efek serupa di banyak jaringan, epinefrin
biasanya memperkuat aktivitas simpatis. Akan tetapi terdapat perbedaan-perbedaan respons
yang penting yang dapat dijelaskan berdasarkan perbedaan pengaktifan berbagai reseptor.
Sebagai contoh epinefrin melalui pengaktifan eksklusif resptor 2, menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah yang memperdarahi otot rangka dan jantung. Efek ini adalah diluar efek
vasokonstriktor umum yang diperantarai oleh stimulasi reseptor . Epinefrin juga mampu
11 | U K R I D A
menimbulkan efek-efek khusus, misalnya seperti efek metabolik, karena hormon ini dapat
mencapai bagian-bagian yang tidak mendapat persarafan simpatis.
Epinefrin hanya berfungsi atas perintah sistem saraf simpatis, yang bertanggung
jawab menstimulasi sekresinya dari medula adrenal. Sekresi epinefrin selalu menyertai lepas
muatan simpatis umum, sehinga aktivitas simpatis secara tidak langsung mengontrol efek
yang ditimbulkan oleh epinefrin.
Epinefrin memperkuat sistem saraf simpatis dan juga memiliki efek metabolik;
Hormon-hormon adrenomedula tidak esensial untuk hidup, tetapi pada dasarnya
hampir semua organ dipengaruhi zat golongan katekolamin ini. Secara kolektif sistem saraf
simpatis dan epinefrin adrenomedula memobilisasi berbagai sumber daya tubuh untuk
menunjang aktivitas fisik puncak dalam menghadapi bahaya yang mengancam.
Secara umum, epinefrin merangsang mobilisasi simpanan karbohidrat dan lemak,
sehingga tersedia energi yang dapat segera digunakan oleh otot.
Secara spesifik, epinefrin meningkatkan kadar glukosa darah melalui beberapa
mekanisme yang berlainan. Pertama, hormon ini merangsang glukoneogenesis dan
glikogenolisis di hati, yang terakhir mengacu pada penguraian simpanan glikogen menjadi
glukosa yang kemudian dibebaskan ke dalam darah.
glikogenolisis di otot rangka. Namun karena adanya perbedaan dalam kandungan emzim
antara hati dan otot, glikogen otot tidak dapat diubah langsung menjadi glukosa. Bahkan
pemecahan glikogen di otot akan menghasilkan asam laktat. Asam laktat ini dikeluarkan dari
darah oleh hati dan diubah menjadi glukosa, sehingga efek epinefrin pada otot rangka secara
tidak langsung turut berperan meningkatkan kadar glukosa darah.
Epinefrin dan sistem simpatis juga memiliki efek hiperglikemik dengan menghambat
sekresi insulin, dan dengan merangsang sekresi glukagon. Selain meningkatkan kadar gula
darah, epinefrin juga meningkatkan kadar asam lemak darah dengan mendorong lipolisis.
Efek metabolik epinefrin sesuai untuk situasi fight-or-flight.12 Kadar glukosa dan
asam lemak yang meningkat merupakan tambahan bahan bakar untuk menjalankan berbagai
aktivitas otot yang dibutuhkan pada keadaan tersebut dan juga memastikan bahwa otak
mendapat cukup makanan selama krisis saat individu yang bersangkutan tidak mengkonsumsi
nutrien baru (puasa). Otot dapat menggunakan asam lemak sebagai sumber energi, tetapi
otak tidak.
12 | U K R I D A
Hormon ini merangsang glukoneogenesis hati, yang mengacu pada perubahan sumbersumber nonkarbohidrat (yaitu asam amino) menjadi karbohidrat di hati. Di antara waktu
makan dan sewaktu puasa, saat tidak ada nutrien baru yang diserap masuk ke darah untuk
digunakan dan disimpan, glikogen di hati cenderung habis karena terurai menjadi glukosa
untuk dibebaskan ke darah. Glukoneogenesis adalah faktor penting untuk mengganti
simpanan glikogen hati dan mempertahankan kadar glukosa darah yang normal diantara
waktu makan atau sewaktu puasa. Penggantian ini penting karena otak hanya dapat
menggunakan glukosa sebagai bahan bakar metaboliknya, namun jaringan saraf sama sekali
tidak dapat menyimpan glikogen. Dengan demikian konsentrasi glukosa dalam darah harus
dipertahankan pada kadar yang sesuai agar otak yang tergantung glukosa mendapat nutrisi
yang adekuat.
13 | U K R I D A
b.
Hormon ini menghambat penyerapan dan penggunaan glukosa oleh banyak jaringan,
kecuali otak, sehingga glukosa dapat digunakan oleh otak yang mutlak memerlukannya
sebagai bahan bakar metabolik.
c.
Hormon ini merangsang penguraian protein di banyak jaringan, terutama otot. Dengan
menguraikan sebagian protein otot menjadi asam-asam amino konstituennya, kortisol
meningkatkan konsentrasi asam amino darah. Asam-asam amino yang dimobilisasi ini siap
digunakan untuk glukoneogenesis atau dipakai di tempat lain yang memerlukannya, misalnya
untuk memperbaiki jaringan yang rusak atau sintesis struktur sel yang baru.
d.
(2) umpan
Sekresi hormon pertumbuhan (GH) yang terus tinggi diluar masa pertumbuhan
mengisyaratkan bahwa hormone ini memiliki pengaruh penting selain pengaruhnya pada
pertumbuhan.
Efeknya
mendorong
pertumbuhan
sudah
banyak
diketahui.
Efek
metaboliknya yang tidak berkaitan dengan pertumbuhan juga diketahui, tetapi peran
fisiologis hormon ini belum jelas benar.
Hormon pertumbuhan (GH) meningkatkan kadar asam lemak di dalam darah dengan
meningkatkan penguraian simpanan lemak trigliserida di jaringan adiposa, dan meningkatkan
kadar glukosa darah dengan mengurangi penyerapan glukosa oleh otot. Otot menggunakan
asam lemak dan tidak menggunakan glukosa sebagai bahan bakar metaboliknya. Dengan
demikian efek metabolik keseluruhan hormon pertumbuhan (GH) adalah untuk memobilisasi
simpanan lemak sebagai sumber energi utama, sementara penyimpanan glukosa untuk
jaringan yang bergantung pada glukosa, misalnya otak. Otak hanya dapat menggunakan
glukosa sebagai bahan bakar metaboliknya namun jaringan saraf tidak dapat menyimpan
glikogen (bentuk simpanan glukosa).
mempaertahankan tubuh selama periode puasa jangka panjang atau situasi lain saat
kebutuhan energi tubuh melebihi simpanan glukosa yang tersedia.
Kesimpulan
Tubuh mempunyai metabolisme energi yang sempurna. Seluruh simpanan dalam tubuh
baik yang merupakan karbohidrat, protein, dan lemak, diubah menjadi glukosa untuk
memenuhi kebutuhan glukosa tubuh. Namun dalam kasus ini, wanita tersebut pingsan
dikarenakan mengalami kekurangan glukosa akibat gangguan metabolism energi pada tubuh.
Daftar Pustaka
1. Dewi N. Nutrion and food: gizi untuk keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara;
2010.h.8.
2. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2006.h.66-70.
3. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
4. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.
15 | U K R I D A
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
6. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan (churchill livingstones mini encyclopaedia of
nursing). Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.270.
7. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009.h.272-4.
8. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2003.
9. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
10. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2012.
11. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan (churchill livingstones mini encyclopaedia of nursing).
Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.270.
12. Sediaoetama AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Edisi 1. Jakarta: Dian Rakyat;
2012.
13. Sediaoetama AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Edisi 2. Jakarta: Dian Rakyat;
2012.
16 | U K R I D A