Sunteți pe pagina 1din 193

KONSEP DASAR DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA

Oleh :
Kelompok II B
D-IV Keperawatan Tingkat II, Semester III

1.

Ni Komang Ayu Risna Muliantini

P07120214011

2.

I Gusti Ayu Cintya Adianti

P07120214012

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Segala Puja dan puji syukur kita haturkan Kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang
telah memberikan kita berbagai macam nikmat terutama nikmat sehat dan sempat sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Dasar dan Konsep Asuhan

Keperawatan pada Anak dengan Pneumonia ini dapat diselesaikan dengan apa adanya
dan tepat pada waktunya.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak, atas bantuan,dukungan dan doanya. Makalah ini mungkin

kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran dari Bapak/Ibu Dosen dan
teman-teman untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah yang kami tulis ini dapat memberikan tambahan wawasan bagi temanteman mahasiswa keperawatan dan semoga

bisa menjadi bahan referensi untuk

pembelajaran kita bersama.

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................1

10

Daftar Isi..........................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan
I. Latar Belakang............................................................................................................4
II Rumusan Masalah ......................................................................................................4

11

III Tujuan.........................................................................................................................5
IV Manfaat.......................................................................................................................6
V Metode.......................................................................................................................6
Bab II Pembahasan
I. KONSEP TEORI PNEUMONIA

12

A. Definisi.. ........................................................................................7
B. Etilogi..................................................................................................................8
C. Klasifikasi.....................................................................................................................9
D. Cara Penularan.............................................................................................................11

13

E. Patofisiologi.................................................................................................................12
F. Pathway.......................................................................................................................14
G. Manifestasi Klinis........................................................................................................15
H. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................15

14

I. Komplikasi.....................................................................................................................16
J. Penatalaksanaan..........................................................................................................16

II.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA

15

1.

Pengkajian.......................................................................................................17

2.

Diagnosa Keperawatan...................................................................................20

3.

Perencanaan ...................................................................................................22

4.

Implementasi...................................................................................................33

5.

Evaluasi...........................................................................................................35

16

Bab III Penutup


3.1 Simpulan.................................................................................................................37
3.2 Saran.......................................................................................................................38
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 39

17

18

BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru paru atau alveoli.
Terjadi pneumonia khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut

19

pada bronkus, sehingga disebut dengan broncho nomia. Gejala penyakit tersebut adalah
nafas yang cepat dan sesak karena paru paru meraang secara mendadak.
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama
kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak anak banyak dari kematian ini
terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari
tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita
meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan

20

1 juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus
pneumonia, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara negara berkembang.
Pneumonia sering terjadi pada anank usia 2 bulan 5 tahun. Pada anak usia dibawah 2
bulan pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60x/menit juga
disertai penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. Pneumonia berat
ditandai dengan adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu

21

memuntahkan semuanya, kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara
nafas bunyi krekels (suara nafas tambahan pada paru) saat inspirasi. Kasus anak terjadi
pada saat anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang berusia kurang
dari 2 bulan. Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat di puskesmas atau
balai pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk setelah diberi dosis pertama antibiotik
yang sesuai.

22

II.
1.
a.
b.
c.

RUMUSAN MASALAH
Konsep Dasar Penyakit
Apa definisi pneumonia?
Bagaimana etiologi pneumonia?
Bagaimanakah klasifikasi dari pneumonia?

23

d.
e.
f.
g.
h.
i.

Bagaimana cara penularan pneumonia?


Bagaimana patofisiologi pneumonia?
Bagaimana manifestasi klinis pneumonia?
Apa sajakah pemeriksaan penunjang pneumonia?
Apa saja komplikasi dari pneumonia?
Bagaimana penatalaksanaan dari pneumonia?

2.
a.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan?


Bagaimana pengkajian yang dilakukan pada pasien pneumonia?

24

b.
c.
d.
e.

Apa saja diagnosa keperawatan yang terjadi pada pasien pneumonia?


Bagaimana intervensi pada pasien pneumonia?
Bagaimana implementasi pada pasien pneumonia?
Bagaimana evaluasi pada pasien pneumonia?

III.
TUJUAN PENULISAN
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit pneumonia serta konsep asuhan
keperawatan pada pasien pneumonia?

25

2.
1)
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Tujuan Khusus
Konsep Dasar Penyakit
Mahasiswa mampu memahami definisi pneumonia dengan benar
Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi pneumonia
Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara penularan pneumonia
Mahasiswa mampu mengerti patofisiologi pneumonia
Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis pneumonia
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
pneumonia

26

g)
h)
2)
a)

Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi yang terjadi pada pneumonia


Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana penatalaksanaan dari pneumonia
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pengkajian apa saja yang
dilakukan pada pasien pneumonia

27

b)

Mahasiswa mampu mengerti mengenai diagnosa keperawatan yang dapat terjadi

c)
d)

pada pasien pneumonia


Mahasiswa mampu memahami intervensi pada pasien pneumonia
Mahasiswa mampu melaksanaan implementasi yang dilakukan pada pasien

e)

pneumonia
Mahasiswa mampu mengevaluasi yang dilakukan pada pasien pneumonia

IV.

MANFAAT PENULISAN

28

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan, infomasi, dan
pengetahuan kepada pembaca mengenai konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan
keperawatan

pada

pasien

penyakit

pneumonia

serta

mampu

untuk

mengimplementasikannya.
V.

METODE PENULISAN

29

Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode studi
pustaka dengan membaca dan menganalisis beberapa literatur dan metode penelususran IT
dengan mencari refrensi tambahan di internet sebagai materi penunjang.

30

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


PNEUMONIA

I.

KONSEP DASAR PENYAKIT

31

A. DEFINISI
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada
anak. (Suriani, 2006).

32

Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru
(alveoli). (DEPKES. 2006)
Pneumonia adalah peradangan paru di mana asinus terisi dengan cairan, dengan atau tanpa
disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga interstisium. (H. Nabiel
Ridha,2014.)

33

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis
batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA)
semua

bentuk

pneumonia

baik

pneumonia

maupun bronchopneumonia disebut

pneumonia (Depkes RI, 2002).

34

Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas
cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan
napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit.Untuk balita
umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit,
balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan
umur kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit. (Depkes, 1991).

35

Jadi disini kelompok menyimpulkan bahwa pneumonia adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi bakteri yang menyerang paru-paru, yaitu pada bagian alveoli.

36

B. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti : bakteri, virus,
mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut.

37

Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus


pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Bakteri Streptococcus
pneumoniae, S.pyogenes, dan Staphylococcus aureus yang lazim terjadi pada anak normal.
Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak

diri

dan

menyebabkan

kerusakan.

Balita

yang

terinfeksi

pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut

38

jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).


b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang
tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Virus
pernapasan yang paling sering lazim yaitu micoplasma pneumonia yang terjadi pada usia
beberapa tahun pertama dan anak sekolah dan anak yang lebih tua. Virus penyebab

39

pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial pernapasan, parainfluenzae, influenzae
dan adenovirus. Virus non respirasik, bakteri enterik gram negatif, mikobakteria, coxiella,
pneumocytis carinii dan sejumlah jamur
Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada
balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar
pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi

40

terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan
kematian (Misnadiarly, 2008)

41

c. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit
pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun

42

bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya


berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi
paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah,
bahkan juga pada yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).
d. Protozoa
Pneumonia

yang

disebabkan

oleh

protozoa

sering

disebut

pneumonia

43

pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia


(PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur.
Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa
bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika
ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru
(Djojodibroto, 2009)

44

C. KLASIFIKASI
Pneumonia berdasarkan umur
1. Kelompok umur < 2 bulan
a. Pneumonia berat

45

Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika sebelumnya
menyusu

dengan

baik),

kejang,

rasa

kantuk

yang

tidak

wajar

atau

sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38C atau lebih)
atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 C), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per
menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea,
distensi abdomen dan abdomen tegang.

46

b. Bukan pneumonia

47

Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak terdapat
tanda pneumonia seperti di atas.

2. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun


a. Pneumonia sangat berat

48

Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak
dapat

minum,

adanya

penarikan

dinding

dada,

anak

kejang

dan

sulit

dibangunkan.
b. Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai sianosis

49

sentral dan dapat minum.


c. Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding
dada.
d. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)

50

Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding
dada.
e. Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 10-14 hari
dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat

51

penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan (WHO,
2003).

52

Pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi


1. Pneumonia yang di dapat di masyarakat (CAP) disebabkan pneumokokus
2. Pneumonia yang di dapat di rumah sakit (Hospital Acquaired Pneumonia/Nasokomial
Pneumonia) biasanya disebabkan bakteri gram negative dan angka kematian lebih
tinggi.
3. Pneumonia aspirasi, sering terjadi pada bayi dan anak.
4. Pneumonia berulang, terjadi bila punya penyakit penyerta.

53

Pneumonia berdasarkan kuman penyebab


1. Pneumonia bakterialis/topical, dapat terjadi pada semua usia, beberapa kuman tendensi
menyerang seseorang yang peka, misal :
a. Klebsiela pada orang alkoholik
b. Stapilokokus pada influenza

54

2. Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa muda disebabkan oleh
mycoplasma, clamidia, dan coxlella.
3. Pneumonia karena virus, sering terjadi pada bayi dan anak.
4. Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder terutama pada orang dengan
daya tahan lemah dan pengobatannya lebih sulit.

55

Pneumonia berdasarkan prediksi infeksi


1. Pneumonia lobaris mengenal satu lobus atau lebih, disebabkan karena obstruksi
bronkus, misalnya aspirasi benda asing, proses keganasan.
2. Bronkopneumonia, adanya bercak-bercak infilrat pada paru dan disebabkan oleh virus
atau bakteri.

56

D. CARA PENULARAN
Pneumonia ditularkan melalui percikan air ludah. Air ludah bisa berasal dari anak atau
orang dewasa sehat yang membawa organisme penyebab pneumonia itu dalam saluran
pernafasan mereka. Bisa juga tertular dari lendir hidung atau tenggorokan orang yang
sedang sakit. Penular biasanya lebih sering dari dari orang serumah, teman sepermainan,
atau teman

57

di sekolah. Faktor risiko penularan makin besar ketika bayi atau balita menderita
kekurangan gizi dan tidak mendapatkan ASI. Disamping itu tidak mendapatkan imunisasi,

58

kurang vitamin A, bayi terpapar asap rokok, asap dapur dan polusi lingkungan juga
meningkatkan faktor risiko menderita pneumonia. Bayi dan balita bisa dilindungi dari
pneumonia lewat imunisasi DPT, campak dan pneumokokus.
E. PATOFISIOLOGI

59

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang

60

didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organismeorganisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau
kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor

61

predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah
dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.

62

Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran
napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui
penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh:
varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi
melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia
generalisata.

63

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli

64

yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi


lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan
inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial.
Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi
pada bronkiolitis.

65

F. PATHWAY

66

67

G. MANIFESTASI KLINIS
1.

Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara

2.
3.
4.

mendadak (38 40 C), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).


Batuk, mula-mula kering (non produktif) sampai produktif.
Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal,
Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung kadang-kadang

5.

terdapat nasal discharge (ingus).


Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing.

68

6.
a.
b.
c.
7.
8.
9.
10.
11.

Frekuensi napas :
Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih.
Umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt atau lebih.
Umur < 2 bulan 60 x/mnt.
Nadi cepat dan bersambung.
Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.

69

12.
13.
14.

Malaise, gelisah, cepat lelah.


Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar.
Pemeriksaan laboratorium = lekositosis.

H.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat


juga menyatakan abses)

70

2.

Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua


organisme yang ada.

3.

Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

4.

Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat


penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

5.

Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

71

6.

Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

7.

Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

I.

KOMPLIKASI

72

Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan terjadi komplikasi sebagai
berikut :
1.

Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan
akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke
telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan

2.

tertarik ke dalam dan timbul efusi.


Efusi pleura.

73

3.
4.
5.
6.
7.

J.

Emfisema.
Meningitis.
Abses otak.
Endokarditis.
Osteomielitis

PENATALAKSANAAN

74

1.

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
a. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
b. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
c. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk

2.

infeksi

pneumonia

mikroplasma.
Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda.

75

3.

Pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan dan yang adekuat jika terjadi

4.
5.
6.
7.
8.
9.

hipoksemia.
Ekspektoron yang dapat dibantu dengan postural drainase
Rehidrasi yang cukup dan adekuat
Latihan nafas dalam dan batuk efektif sangat membantu
Isolasi pernafasan sesuai dengan kebutuhan
Diet tinggi kalori dan tinggi protein
Terapi lain sesuai dengan komplikasi

76

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

77

A.

PENGKAJIAN

1. Usia
a.
b.
c.
d.
e.

Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa.


Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar.
Sering terjadi pada bayi & anak
Banyak < 3 tahun
Kematian terbanyak bayi < 2 bulan

78

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

: Sesak napas.

b. Riwayat Keperawatan Sekarang


Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari, kemudian
mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala / dada ( anak besar ) kadang-kadang pada

79

anak kecil dan bayi dapat timbul kejang, distensi addomen dan kaku kuduk. Timbul
batuk, sesak, nafsu makan menurun.
Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batukbatuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak
masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).

80

c. Riwayat Keperawatan Sebelumnya


Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan atas. Predileksi penyakit saluran
pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari
sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ
vital bawaan dapat memperberat klinis klien.

81

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar

82

e. Pengkajian riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehtan fungsional menurut Gordon:


1. Pola persepsi sehat penatalaksanaan sehat
Data yang muncul sering orangtua berpersi meskipun anaknya batuk masih menganggap
belum terjadi gangguan serius, biasanya orang tua mengganggap anaknya benar benar
sakit apabila sudah mengalami sesak nafas.

83

2. Pola metabolik nutrisi


Anak dengan bronkopneumunia sering muncul anoreksi (akibat respon sistemik melalui
kontrol saraf pusat), mual dan muntah (karena peningkatan rangsangan gaster sebagai
dampak peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik
mikroorganisme)
3. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan melalui
proses evaporasi karena demam.

84

4. Pola tidur istirahat


Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak nafas.
Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap, mata merah, anak juga sering menangis,
pada malam hari karena ketidaknyamanan tersebut.
5. Pola aktivitas latihan
Anak tampak menurun aktifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan fsik. Anak
tampak lebih banyak minta digendong orang tua atau bedrest.
6. Pola kognitif persepsi

85

Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat akibat
penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak. Pada saat di rawat anak tampak bingung
kalau ditanya tentang hal hal baru disampaikan.
7. Pola persepsi diri konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kuraf bersahabat, tidak suka bermain,
ketakutan terhadap orang lain meningkat.
8. Pola peran hubungan

86

Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupun yang lebih
besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama denganorang terdekat orangtua.

9. Pola seksualitas reproduktif

87

Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah mengalami
pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada wanita tetapi bersifat sementara dan
biasanya penundaaan.
10. Pola toleransi stress koping
Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stres adalah anak sering menangis, kalau
sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung dan suka marah.
11. Pola nilai keyakinan

88

Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapat sumber
kesembuhan dari Tuhan.
f. Pemeriksaan Fisik
1. Status penampilan kesehatan : lemah
2. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letragi, strupor, koma, apatis
3.

tergantung tingkat penyebaran penyakit.


Tanda tanda vital

89

a.
b.

c.
4.
5.

Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardia, hipertensi


Frekuensi pernafasan :
Takipnea, dispnea progesif, pernafasan dangkal, penggunaan otot bantu pernafasan,
pelebaran nasal
Suhu tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon oleh hipotalamus.
Berat badan dan tinggi badan
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan
Integumen

90

Kulit :
a. Warna : Pucat sampai sianosis
b. Suhu
Pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah hipertermi terasa kulit anak
akan teraba dingin
Turgor : menurun pada dehidrasi

91

6.

Kepala dan mata


Kepala :
a. Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
b. Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakakn yang nyata
c. Periksa higiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut, perubahan
warna.

Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada Thorax dan paru paru

92

1.

Inspeksi : Frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain : takipnea,
dispnea progesif, pernafasan dangkal, pektus ekskavatum (dada corong), paktus

2.

karinatum (dada burung), barrel chest.


Palpasi : adanya nyeri tekan, massa, peningkatan vokal fremitus pada daerah yang

3.

terkena.
Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani (terisi udara)
resonansi.

93

4.
-

Auskultasi : suara pernafasan yang meningkat intensitasnya :


Suara bronkovesikuler atau bronkial pada daerah yang terkena
Suara pernafasan tambahan ronki inspiratoir pada sepertiga akhir inspirasi

g. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan diagnostic dan laboratorium


1) Pemeriksaan sputum gram dan kultur sputum dengan sampel adekuat.
2) Pemeriksaan darah, leukositosis, led, kultur darah.

94

3) Radiologi, abnormalitas yang disebabkan adanya radang atau cairan ditandai dengan
konsolidasi dan kelainan bisa satu lobus atau lebih dan atau sebagian dari lobus.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipneu, demam

95

4. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory


5. Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang

C.

Intervensi

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

96

Ketidakefektifa

NOC

Airway suction

n bersihan jalan

a.

napas

Status : Ventilation

kebutuhan

b.

tracheal suctioning

Respiratory
Respiratory

Status : Airway Patency

a.

b.

Pastikan
oral/

Auskultasi

suara nafas sebelum

97

Kriteria Hasil :

dan

a.

suctioning

kan

Mendemonstrasi
batuk

efektif

dan

c.

sesudah
Informasik

suara napas yang bersih,

an pada klien dan

tidak ada sianosis dan

keluarga

dyspneu

suctioning

(mampu

tentang

98

mengeluarkan

sputum,

d.

Minta

mampu bernapas dengan

klien nafas dalam

mudah, tidak ada pursed

sebelum

lips)

dilakukan

b.

Menunjukkan

jalan napas yang paten

e.
O2

suction
Berikan
dengan

99

(klien

tidak

tercekik,

irama

frekuensi
dalam

merasa

menggunakan nasal

napas,

untuk memfasilitasi

pernapasan

rentang

normal,

suction nasotrakeal
f.Gunakan

alat

tidak ada suara napas

yang steril setiap

abnormal)

melakukan

100

c.

Mampu

mengidentifikasi
mencegah

faktor

tindakan
dan
yang

g.
pasien

Anjurkan
untuk

dapat menghambat jalan

istirahat dan napas

nafas

dalam

setelah

kateter dikeluarkan

101

dari nasotrakeal
h.

Monitor

status

oksigen

pasien
i. Ajarkan keluarga
bagaimana

cara

102

melakukan suction
j. Hentikan suction
dan berikan oksigen
apabila

pasien

menunjukkan
bradikardi,

103

peningkatan
saturasi O2, dll.
Airway
Management
a.

Buka jalan

104

napas,

gunakan

teknik chin lift atau


jaw thrust bila perlu
b.
pasien

Posisikan
untuk

memaksimalkan

105

ventilasi
c.

Identifikas

i pasien perlunya
pemasangan

alat

jalan napas buatan


d.

Lakukan

106

fisioterapi dada jika


perlu
e.

Keluarkan

secret dengan batuk


atau suction
f.Auskultasi

suara

107

napas, catat adanya


suara tambahan
g.

Berikan

bronkodilator

bila

perlu
h.

Atur

108

intake untuk cairan


mengoptimalkan
keseimbangan
i. Monitor respirasi
dan status O2
D

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

109

x
2

Keperawatan
Ketidakefektifa

NOC

n pola napas

a.

NIC
Respiratory

Airway

Status : Ventilation

Management

b.

a.

Respiratory

Buka

Status : Airway Patency

jalan

napas,

c.

gunakan

teknik

Vital Sign Status

110

chin lift atau jaw


Kriteria Hasil :

thrust bila perlu

a.

b.

Mendemonstrasik

Posisikan

an batuk efektif dan suara

pasien

untuk

napas yang bersih, tidak

memaksimalkan

ada sianosis dan dyspnea

ventilasi

111

(mampu

mengeluarkan

c.

Identifika

sputum, mampu bernapas

si pasien perlunya

dengan mudah, tidak ada

pemasangan

pursed lips)

jalan napas buatan

b.

d.

Menunjukkan

jalan napas yang paten

alat

Lakukan

fisioterapi

dada

112

(klien

tidak

tercekik,

irama

frekuensi
dalam
tidak

merasa
pernapasan

rentang
ada

abnormal)

napas,

suara

normal,
napas

jika perlu
e.
secret

Keluarkan
dengan

batuk atau suction


f.Auskultasi suara
napas, catat adanya

113

c.

Tanda-tanda vital

suara tambahan

dalam

rentang

g.

(tekanan
pernapasan)

darah,

normal
nadi,

Berikan

bronkodilator bila
perlu
h.

Atur

intake untuk cairan

114

mengoptimalkan
keseimbangan
i. Monitor respirasi
dan

status

O2

Oxygen Therapy
j. Bersihkan mulut,

115

hidung dan secret


trakea
k.
an

Pertahank
jalan

napas

yang paten
l. Atur

peralatan

116

oksigenasi
m.

Monitor

aliran oksigen
n.

Observasi

adanya tanda-tanda
hipoventilasi

117

o.

Monitor

adanya kecemasan
pasien

terhadap

oksigenasi
Vital

118

SignMonitoring
a.
TD,

Monitor
nadi,

suhu,

dan RR
b.

Auskultas

i TD pada kedua

119

lengan

dan

bandingkan
c.
TD,

Monitor
nadi,

RR,

sebelum,

selama,

dan

setelah

120

aktivitas
d.

Monitor

frekuensi

dan

irama pernapasan
e.

Monitor

suara paru

121

f.Monitor

pola

pernapasan
abnormal
g.

Monitor

suhu, warna dan


kelembaban kulit

122

h.

Monitor

sianosis perifer
i. Identifikasi
penyebab

dari

perubahan

vital

sign

123

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

x
3

Keperawatan
Kekurangan

Hasil
NOC

volume cairan

a.

Fluid Balance

management

b.

Hydration

a.

Timban

c.

Nutritional

popok/

Intervensi
Fluid

124

Status : Food and Fluid

pembalut

Intake

diperlukan
b.

jika

Pertaha

Kriteria Hasil :

nkan

catatan

a.

Mempertahank

intake

dan

an urine output sesuai

output

yang

125

dengan usia dan BB,

akurat

BJ< urine normal, HT

c.

normal

r status hidrasi

b.

Tekanan darah,

Monito

(kelembaban

nadi, suhu tubuh dalam

membrane

batas normal

mukosa,

nadi

126

c.

Tidak

tanda-tanda

ada

dehidrasi.

adekuat, tekanan
darah

Elastisitas turgor kulit

ortostatik), jika

baik,

diperlukan

membrane

mukosa lembab, tidak

d.

Monito

ada rasa haus yang

r vital sign

127

berlebihan

e.

Monito

masukan

makanan

cairan

dan

hitung

intake

kalori harian

128

f.Kolaborasi
pemberian
cairan IV
g.

Monito

r status nutrisi
h.

Berikan

129

cairan IV pada
suhu ruangan
i. Dorong
masukan oral
j. Berikan
penggantian

130

nasogastrik
sesuai output
k.

Dorong

keluarga

untuk

membantu
pasien makan

131

l. Tawarkan
snack (jus buah,
buah segar)
m.

Kolabo

rasi

dengan

132

dokter
Hipovolemia
Management
a.

Monito

r status cairan

133

termasuk intake
dan

output

cairan
b.

Monito

r tingkat Hb dan
hematokrit

134

c.

Monito

r tanda vital
d.

Monito

r respons pasien
terhadap
penambahan

135

cairan
e.

Monito

r berat badan
f.Dorong pasien
untuk
menambah

136

intake oral
g.

Pember

ian cairan IV
h.

Monito

r adanya tanda
dan

gejala

137

kelebihan
volume cairan
i. Monitor
adanya

tanda

gagal ginjal
Dx

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

Intervensi

138

Keperawatan
Intoleransi

Hasil
NOC :

Aktivitas

a.

NIC :
Energy

Activity Therapy

conservation

a.

b.

asikan

Activity

Kolabor
dengan

tolerance

Tenaga

c.

Rehabilitasi

Self care

139

Medik

dalam

Kriteria Hasil :

merencanakan

a.

program

terapi

Berpartisipasi

dalam

yang tepat

aktivitas

fisik

tanpa

b.

disertai

peningkatan

klien

Bantu
untuk

140

tekanan darah, nadi dan

mengidentifikasi

RR

aktivitas

b.

mampu dilakukan

Mampu

melakukan

yang

c.

Bantu

aktifitas sehari hari

untuk

memilih

(ADLs) secara mandiri

aktivitas

141

c.

konsisten

yang

Tanda tanda vital

sesuai

normal

kemampuan fisik,

d.

psikologi

Energy psikomotor

sosial

e.

d.

dengan
dan

Bantu

142

Level kelemahan

untuk

f.

mendapatkan alat

Mampu

berpindah

dengan

atau

tanpa

bantuan

aktifias

seperti kursi roda,

bantuan alat

krek

g.

e.

Bantu

143

Status kardiopulmunari

untuk

adekuat

mengidentifikasi

h.

aktivitas

Sirkulasi status baik

disukai

i.
Status

f.Bantu
respirasi

yang

untuk

klien
membuat

144

pertukaran

gas

ventilasi adekuat

dan

jadwal

latihan

diwaktu luang
g.

Bantu

pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi

145

kekurangan
dalam beraktifitas
h.

Sediaka

penguatan

positif bagi yang


aktif beraktivitas

146

i. Bantu

pasien

untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
j. Monitor respon

147

fisik,

emosi,

sosial

dan

spiritual

Dx
5

Diagnosa
Keperawatan
Defisiensi

Tujuan dan Kriteria


Hasil
NOC :

Intervensi
NIC :

148

Pengetahuan

a.

Knowledge

disease process
b.

Knowledge

health behavior

Teaching

disease Process
:

a.

Berika

penilaian

tentang tingkat
Kriteria Hasil :

pengetahuan

149

a.Pasien dan keluarga

pasien

dan

menyatakan

keluarga tentang

pemahaman

tentang

proses penyakit

penyakit,

kondisi,

yang spesifik

prognosis dan program

b.

Jelaska

pengobatan

patofisiologi

150

b.
keluarga

Pasien

dan
mampu

dari penyait dan


bagaimana

hal

melaksanakan prosedur

ini berhubungan

yang dijelaskan secara

dengan anatomi

benar

dan

c.Pasien dan keluarga

dengan

fisiologi,
cara

151

mampu

menjelaskan

yang tepat

kembali

apa

c.

yang

Gamba

dijelaskan perawatn/tim

rkan tanda dan

kesehatan lainnya

gejala

yang

biasa

muncul

pada

penyakit,

152

dengan

cara

yang tepat
d.

Gamba

rkan

proses

penyakit,
dengan

cara

153

yang tepat
e.

Identifi

kasi
kemungkinan
penyebab,
dengan

cara

154

yang tepat
f.Sediakan
informasi pada
pasien

dan

keluarga tentang
kondisi, dengan

155

cara tepat
g.

Hindar

i jaminan yang
kosong
h. Sediakan bagi
keluarga

atau

156

SO

informasi

tentang
kemajuan
pasien

dengan

cara yang tepat


i. Diskusikan

157

bersama
anggota
keluarga
tim

dan
medis

mengenai
peubahan gaya

158

hidup

yang

mungkin
diperlukan
untuk mencegah
komplikasi

di

masa yang akan

159

datang dan atau


proses
pengontrolan
penyakit
j. Diskusikan
pilihan

terapi

160

atau
penanganan
k.
pasien

Dukung
untuk

mengeksplorasi
atau

161

mendapatkan
second opinion
dengan

cara

yang tepat atau


diindikasikan

162

k. Rujuk pasien
pada grup atau
agresi

di

komunitas
lokal,

dengan

cara yang tepat

163

l. Instruksikan
pasien
mengenai tanda
dan gejala untuk
melaporkan
pada

pemberi

164

perawatan
kesehatan,
dengan

cara

yang tepat

D.

IMPLEMENTASI

165

1.

Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian asuhan keperawatan yang

166

dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai tujuan pada rencana tindakan yang
telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63, dikutip dari Lyer, et.al, 1996)

167

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi


dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan
inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (Gaffar, 1999 ; 65)

168

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. (Nursalam, 2001 ; 63).
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi.
a.

Fase persiapan, meliputi:

169

1)

Review tindakan keperawatan

2)

Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

3)

Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul

4)

Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan

5)

Persiapan lingkungan yang kondusif

170

6)
b.
1)

Mengidentifikasi aspek hukum dan etik


Fase intervensi:
Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah
dokter atau tim kesehatan lain.

171

2)

Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim


kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dll).

3)

Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana


tindakan medis dilaksanakan
.

172

c.

Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah

dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:


1)

Sources Oriented Records (SOR)

173

2)

Problem Oriented Records (POR)

3)

Computer Assisted Records (CAR)

(Nursalam, 2001; 53, dikutip dari Griffith, 1986)


E.

EVALUASI

174

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan
tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Ignatavicius & Bayne, 1994).

175

Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status
kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Griffith dan Christensen, 1986)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil
keputusan :

176

a.

Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang


ditetapkan).

b.

Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk


mencapai tujuan).

177

c.

Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih


lama untuk mencapai tujuan).(Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Iyer et. al, 1996)

Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :

178

a.

Proses (Formatif)

Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan


untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b.

Hasil (Sumatif)

179

Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan klien
pada akhir tindakan perawatan klien.
(Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Iyer et. al, 1996)
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
a.

Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.

180

b.

Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.

c.

Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.

d.

Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.

e.

Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

( Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986 )

181

182

BAB III
PENUTUP

A.

SIMPULAN
Pneumonia adalah peradangan paru di mana asinus terisi dengan cairan, dengan

183

atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga interstisium.
(H. Nabiel Ridha,2014.) Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri,
yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat
ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan
Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA)

semua

bentuk

pneumonia

baik

184

pneumonia

maupun bronchopneumonia disebut pneumonia (Depkes RI, 2002). Jadi

disini kelompok menyimpulkan bahwa pneumonia adalah penyakit yang disebabkan


oleh infeksi bakteri yang menyerang paru-paru, yaitu pada bagian alveoli.
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti : bakteri,
virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa. Pneumonia
diklasifikasikan menjadi pneumonia berdasarkan umur, pneumonia berdasarkan klinis

185

dan epidemiologi, pneumonia berdasarkan kuman penyebab, pneumonia berdasarkan


prediksi infeksi.
Biasanya tanda dan gejala awalnya adalah suhu badan yang tinggi, bisa disertai
kejang, kemudian batuk yang produktif, sesak nafas, adanya tarikan rongga dada pada
saat inspirasi.
Pneumonia ditularkan melalui percikan air ludah. Air ludah bisa berasal dari anak

186

atau orang dewasa sehat yang membawa organisme penyebab pneumonia itu dalam
saluran pernafasan mereka. Bisa juga tertular dari lendir hidung atau tenggorokan orang
yang sedang sakit. Penular biasanya lebih sering dari dari orang serumah, teman
sepermainan, atau teman di sekolah. Faktor risiko penularan makin besar ketika bayi
atau balita menderita kekurangan gizi dan tidak mendapatkan ASI. Disamping itu tidak

187

mendapatkan imunisasi, kurang vitamin A, bayi terpapar asap rokok, asap dapur dan
polusi lingkungan juga meningkatkan faktor risiko menderita pneumonia. Bayi dan
balita bisa dilindungi dari pneumonia lewat imunisasi DPT, campak dan pneumokokus.

188

B.

SARAN
Orang tua wajib membawa anaknya ke puskemas ataupun tempat pelayanan

kesehatan lainnya untuk mendapatkan imunisasi. Selain itu orang tua harus menjaga
lingkungan sang anak agar terhindar dari asap rokok, polusi dll. Jaga juga kebersihan
tubuh sang anak untuk mencegah terjangkit atau terpapar bakteri.

189

DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba medika
Ridha, H. Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

190

Amin HN, Hardhi K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC-NOC Jilid 3. Yogyakarta : Mediaction
Anonim.

Bab

II

Tinjauan

Pustaka.

(Online).

Available.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27273/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada


tanggal 4 Oktober 2015 pukul 16.45 WITA

191

192

S-ar putea să vă placă și