Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik
secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic
Society). Asma dalam kehamilan adalah gangguan inflamasi kronik jalan
napas terutama sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala periodik
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang ditemukan pada
wanita hamil. Gejala klinik yang klasik berupa batuk, sesak nafas, dan mengi
(wheezing), serta bisa juga disertai nyeri dada. Serangan asma umumnya
berlangsung singkat dan akan berakhir dalam beberapa menit sampai jam,
dan setelah itu penderita kelihatan sembuh secara klinis. Pada sebagian kecil
kasus terjadi keadaan yang berat, yang mana penderita tidak memberikan
respon terhadap terapi (obat agonis beta dan teofilin), hal ini disebut status
asmatikus.
Penelitian di Australia pada akhir tahun 90-an menunjukkan bahwa
sekitar 30% ibu hamil dan penderita asma justru gejala asmanya membaik,
50% tidak ada perubahan dari kondisi sebelum hamil, dan hanya 20% yang
asmanya memburuk. Biasanya serangan asma akan timbul mulai usia
kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu, dan pada akhir kehamilan serangan
jarang terjadi (Evariny A, 2008). Di Amerika Serikat insiden asma pada
kehamilan berkisar antara 0.5 sampai 1.0 % dari seluruh kehamilan. Angka
abortus, partus dan prematur maupun kematian pada ibu atau janin umumnya
tidak mengalami peningkatan pada ibu-ibu yang mendapat kontrol asma
dengan baik. Sementara itu hamil dengan serangan asma yang berat
merupakan suatu problema yang serius dengan angka abortus, partus,
prematur serta angka kematian ibu dan anak yang meningkat. (Anonymous,
2007). Pada tahun 2004 lalu, tim peneliti dari John Hunter Hospital di
Newcastle menemukan bahwa jenis kelamin bayi yang sedang dikandung
berpengaruh terhadap reaksi asma yang diidap si ibu. Para calon ibu yang
mengandung bayi laki-laki cenderung membaik gejala asmanya, sedangkan
calon ibu yang mengandung bayi perempuan cenderung bereaksi sebaliknya.
Penderita asma kebanyakan tidak mengalami kesulitan selama
berlangsungnya kehamilan dan nifas. Infeksi jalan nafas seperti bronkhitis
dan bronkopneumonia, dan kadang-kadang tekanan emosional dapat
menimbulkan atau memperberat serangan asma. Pengaruh asma pada ibu dan
janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan
janin akan kekurangan oksigen (hipoksia). Keadaan hipoksia bila tidak segera
ditangani tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran,
persalinan prematur atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan
(pertumbuhan janin). (HanifaWiknjosastro, 1976)
Penderita asma selama kehamilan perlu mendapatkan perawatan yang
baik untuk mengurangi timbulnya serangan asma saat kehamilan. Peran
perawat sangat diperlukan dalam memberikan penanganan, seperti health
education kepada penderita untuk mencegah timbulnya stress, menghindari
faktor-faktor pencetus timbulnya asma seperti zat-zat alergi, infeksi saluran
napas, dan faktor psikis, serta edukasi tentang pengaruh obat-obat asma pada
kehamilan. (Sarwono Prawirohardjo, 1991). Dengan pengobatan asma yang
benar dan terkontrol serta senantiasa berkonsultasi kepada dokter, kehamilan
dan janin akan tumbuh sehat hingga tiba saat melahirkan dan menyusui.
Penting diperhatikan bagi penderita asma saat hamil dapat melanjutkan obat
asma selama hamil sesuai dengan saran dokter, berkonsultasi kepada dokter
untuk mengendalikan asma, dan tetap memberikan ASI selama menggunakan
obat asma
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep ibu hamil dengan asma?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan asma?
1.3 TUJUAN
1.3.1 TUJUAN UMUM
1. Menjelaskan konsep ibu hamil dengan asma.
MANFAAT
1. Manfaat teoritis
Mengetahui konsep tentang ibu hamil denga asma dan asuhan
keperawatan yang harus di terapkan pada ibu hamil dengan asma.
2. Manfaat Praktis
Perawat dapat mengaplikasikan proses keperawatan secara
profesional dan holistik pada klien ibu hamil dengan asma yang di
dasarkan pada ilmu pengetahuna sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan klien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
3
1.4 ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
1.
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan,
yang
masuk
melalui
saluran
pernapasan.
yang
masuk
melalui
mulut.
Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
3.
Stress.
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4.
Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
Olah
raga/
aktifitas
jasmani
yang
berat.
cerminan
dari
ketidaksesuaian
ventilasi-perfusi
karena
kelenjar
dimukosa
bronchus,
kekurangan
2.
oksigen
ini,
pernapasan
akan
menjadi
cepat
(hiperventilasi)
Perubahan hormonal
Menurut Rengganis, perjalanan asma pada ibu hamil dipengaruhi
oleh meningkatnya :
a.
Hormon estrogen
Kadar estrogen yang meningkat selama kehamilan
menimbulkan efek pada penurunan kapasitas difusi CO2
pada paru. Hal ini diduga terjadi sebagai akibat
meningkatnya
asam
mukopolisakarida
perikapiler.
menurunkan
sehingga
terjadi
klirens
metabolik
peningkatan
kadar
kandungan
CO2
dalam
darah
cenderung
smooth muscle
4. Perubahan imunologik.
Faktor daya tahan tubuh ibu sangat erat hubungannya dengan
timbulnya penyakit saluran napas selama kehamilan. Kadar Ig E
mungkin meningkat atau menurun pada seorang wanita hamil.
Bila kadar Ig E pada penderita asma yang hamil
meningkat,
komplikasi
yang
mengancam
jiwa
seperti
pneumotoraks,
10
f.
g.
h.
i.
j.
dalam beberapa menit sampai jam, dan setelah itu penderita kelihatan sembuh
secara klinis. Pada sebagian kecil kasus terjadi keadaan yang berat, yang mana
penderita tidak memberikan respon terhadap terapi (obat agonis beta dan
teofilin), hal ini disebut status asmatikus.
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I
a.
11
b.
2. Tingkat II
a.
b.
3. Tingkat III
a.
Tanpa keluhan.
b.
c.
4. Tingkat IV
a.
b.
5. Tingkat V
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap
pengobatan yang lazim dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas
yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :
Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran,
penderita tampak letih, dan takikardi.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Spirometri
Spirometri digunakan untok menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas
reversibel. Cara yang paling cepat dan sederhana untuk diagnosis asma
adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan
spirometri sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau
FVC sebanyak > 20% menunjukkan diagnosis asma. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis, tetapi juga
12
3.
b.
c.
d.
e.
Bila
terjadi
pneumonia
pneumoperikardium,
maka
mediastinum,
dapat
dilihat
pneumotoraks,
bentuk
dan
gambaran
13
c. Hiponatremia
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
6. Pemeriksaan eosinofi dalam darah
Pada penderita asma jumlah eosinofil total dalam darah sering
meningkat. Selain dapat dipakai sebagai patokan untuk menentukan
cukup tidaknya dosis kortkosteroid yang diperlukan penderita asma,
jumlah
eosinofil
total
dalam
darah
dapat
membantu
untuk
b.
c.
d.
2.7 PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan pasien asma dalam kehamilan harus
meliputi : pencegahan eksaserbasi akut, mengontrol symptoms, mengurangi
inflamasi saluran nafas, dan memelihara fungsi paru rata rata mendekati
normal. Kesuksesan manajemen asma selama kehamilan membutuhkan
kerjasama antara ahli obstetri, bidan, dokter dan perawat khusus asma dan
14
Memberikan penyuluhan.
b.
c.
Pemberian cairan.
d.
Fisiotherapy.
e.
f.
g.
Mencegah stress.
h.
Penatalaksanaan farmakologis
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan pengobatan asma pada kondisi tidak
hamil. Asalkan tetap memperhatikan tingkat keparahan gejala yang terjadi.
Obat-obatan spesifik asma selama kehamilan.
a. Pengobatan profilaksis
Beklometason dianjurkan sebagai pilihan kortikosteroid inhalasi selama
kehamilan karena pengalaman yang lebih banyak dalam penggunaannya
yang telah dipublikasikan. Ini disebabkan karena tidak ditemukannya
kelainan teratogenik pada bayi dari ibu hamil yang menggunakannya.
Selain itu, buesonid juga dapat diberikan sebagai pilihan untuk wanita
hamil.
b. Kortikosteroid sistemik
Kortikosteroid sistemik dapat diberikan kepada pasien asma untuk
pengobatan
asma
berat
selama
kehamilan.
Walaupun
demikian
membutuhkan
kortikosteroid
sistemik,
dianjurkan
pemberian
15
menimbulkan
nausea
pada
awal
kehamilan
dan
16
Ekspektorans
dan
antibiotika
sebagai
bronkokonstriktor
sehngga
berakibat
meningkatkan
17
g. Golongan simptomatik,
Misal: adrenalin, efedrin, isoprenalin, terbutalin, salbutamol, orsiprenalin
dan sebagainya. Obat-oabat ini bekerja sebagai anti asma melalui
perangsangan terhadap reseptor simpatis.
2.9 KOMPLIKASI
Pada asma yang tidak terkontrol selama kehamilan akan mempunyai
efek yang serius baik bagi ibu maupun bagi janin.Kemungkinan komplikasi
pada ibu hamil yang tidak terkontrol :
1. Pre-eklampsia, suatu kondisi yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan
dapat mempengaruhi plasenta , ginjal, hati, dan otak.
Eklampsia
Perdarahan vagina.
Persalinan premature,
Abortus
Solusio plasenta.
Korioamnionitis
Kematian jarang terjadi, sebagai akibat dari kondisi hipoksia yang tidak
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
sgera ditangani.
Sedangkan komplikasi yang terjadi terhadap bayi adalah
1.
2.
3.
4.
5.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas/biodata klien
Nama, umur, agama, suku, pendidikan, alamat, nama suami, pekerjaan
18
Riwayat alergi
Adanya riwayat alergi terhadap allergen spesifik (susu, debu, bulu
binatang) dan paparan
Riwayat menstruasi
Usia menarce, banyaknya, HPHT, siklus,lamanya, keluhan
h.
Riwayat obsetetri
Kehamilan keberapa, riwayat partus (abortus, aterm, immature, premature)
i.
Genogram
Menunjukan silsilah keluarga, mungkin ada anggota keluarganya yang
mengalami penyakit yang sama
j.
k.
Review of system
B1: Pola nafas tidak teratur, wheezing, penggunaan otot-otot bantu
pernafasan,
B2: Takikardi, sianosis
19
Personal hygiene
Mandi, keramas, berganti pakaian, sikat gigi, memotong kuku
m.
Pemeriksaan obstetric
Pemeriksaan Head to toe, Leopold I-IV
n.
Pola kebiasaan
Riwayat merokok serta penggunaan obat-obatan dan jamu
ANALISA DATA
DATA
DS:Pasien mengatakan
sering batuk disertai
sputum
DO:
a. Suara nafas ronchi
b. RR meningkat
c. Terdapat mukus
ETIOLOGI
Asma
Peningkatan aktivitas
MASALAH
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
kelenjar mukosa
bronkus
Sekresi mukus
20
meningkat
Mukus menumpuk
disaluran pernafasan
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
DS:Pasien mengeluh
sesak
DO:
a. RR meningkat
b. Penggunaan otot
bantu nafas
c. Hasil BGA
abnormal
DS:Pasien mengatakan
nafsu makannya
menurun
DO:
a. BB turun
b. Kadar Hb dan
albumin dibawah
normal
c. Klien tampak lesu,
lemah
d. Porsi makan tidak
habis
DS:Pasien mengatakan
keluar darah pada
Pembesaran rahim
Diafragma terdorong
ke atas
Gerakan paru terbatas
Ekspansi paru
menurun
Sesak
Pola nafas tidak efektif
Pembesaran rahim
Diafragma terdorong
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
ke atas
Gerakan paru terbatas
Ekspansi paru
menurun
Sesak
Nafsu makan menurun
Intake nutrisi kurang
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Batuk
Tekanan intra
vagina
DO: lemah, pucat,
abdominal meningkat
kadar Hb menurun,
Merangsang kontraksi
konjuctiva anemis,
uterus
akral dingin
Resiko kekurangan
volume cairan
Perdarahan
Resiko Kekurangan
volume cairan
Pembesaran rahim
Diafragma terdorong
Intoleransi aktivitas
21
DO: RR meningkat,
gerak terbatas, aktivitas
terbatas
ke atas
Gerakan paru terbatas
Ekspansi paru
menurun
Sesak
Intoleransi aktivitas
Tekanan O2 ibu
abnormal
Hipoksemia
Gangguan pertukem
abnormal
janin
Hipoksemia
Transfer O2 ke janin
menurun
Distress janin
Gangguan pertukem
janin
3.3 INTERVENSI
a. Diagnosa: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi mucus.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil:
1. Klien dapat batuk secara efektif.
2. Dapat mengeluarkan sputum.
3. TTV dalam batas normal (Nadi 60-100x/menit, TD 60-90/120-140,
RR 12-20x/menit, suhu 36-37,5oC).
4. Sesak berkurang.
5. Wheezing dan ronchi hilang.
22
No Intervensi
1. Berikan minum air hangat
Rasional
Air hangat dapat menurunkan spasme
2.
Lakukan suction
Kolaborasi pemberian obat
mengeluarkan sputum
Untuk menghilangkan sekret
Bronkodilator membebaskan spasme
sesuai indikasi
jalan nafas
(bronkodilator)
Auskultasi bunyi nafas, catat
ronchi
3.
5.
Intervensi
Posisikan semi fowler (tinggikan
Rasional
Memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernafasan
2.
posisi)
Berikan istirahat yang cukup
3.
oksigen
Kecepatan dan kedalaman
pernafasan
Berikan oksigen tambahan sesuai
dengan kebutuhan
23
Intervensi
Berikan porsi makan sedikit-
Rasional
Untuk memenuhi kebutuhan nuitrisi
2.
klien
Menentukan kalori in divide dan
kebutuhan nutrisinya
Menghindari allergen akan mencegah
3.
5.
keperawatan
Penurunan berat badan yang
No
1.
1.
2.
Akral hangat
3.
Hb normal
4.
5.
Tidak lemas
Intervensi
Monitor tanda-tanda vital
Rasional
Tensi,nadi yang rendah, respiratorik,
24
dan
suhu
tubuh
yang
tinggi
darah
Kaji tingkat perdarahan setiap 15-30 Untuk
3.
menit
Catat intake dan output cairan
mengantisipasi
terjadinya
shock
Produksi urine yang kurang dari 30
ml per jam menunjukkan penurunan
4.
fungsi ginjal
Kolaborasi pemberian cairan infuse Cairan infuse
isotonic
5.
mengganti
volume
darah
dapat
yang
6.
isotonic
HE
jelaskan
perdarahan
terjadi Pasien paham tentang kondisi yang
penyebab
perdarahan
dialami
No
1.
1.
2.
INTERVENSI
Pertahankan
tirah
baring
RASIONAL
dalam Untuk
klien
mengistirahatkan
selama
terjadinya
gejala.
2.
rangsangan
Meningkatkan istirahat.
berlebihan.
25
mungkin
nyaman
aktivitas
dan
perbaikan
kegagalan pernapasan.
Evaluasi respon klien terhadap aktivitas. Menetapkan kemampuan/
Catat
adanya
dispnea,
peningkatan kebutuhan
klien
e.
dan
pilihan
intervensi
No
1.
Intervensi
Rasional
Hindari tidur terlentang dan anjurkan Tekanan uterus pada vena kava
tidur ke posisi kiri
menurun
sehingga
janin
Penurunan
denyut
dan
nadi
peningkatan
terjadi
pada
26
3.
DJJ janin
4.
f.
pada
janin
No
1.
Intervensi
Rasional
Hindari tidur terlentang dan anjurkan Tekanan uterus pada vena kava
tidur ke posisi kiri
menurun
sehingga
janin
Penurunan
denyut
dan
nadi
peningkatan
terjadi
pada
teliti
Observasi perubahan frekuensi dan pola Penurunan kadar oksigen pada
DJJ janin
4.
pada
janin
27
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama pasien
Umur
Suku/bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Alamat
Nama Suami
Umur
Suku/bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Alamat
: Ny. N J
: 26 tahun
: Jawa/Indonesia
: Islam
: D1
: Swasta
: Rp 1.000.000
: Jalan Mengantu 204 Surabaya
: Tn. H
: 33 tahun
: jawa/Indonesia
: islam
: swasta
: wiraswasta
: Rp 1.000.000
: Jalan. Mengantli 204 Surabaya
29
2. Keluhan Utama
Sesak Nafas
3. Riwayat penyakit saat ini
Pasien datang ke poli hamil 1 RSUD Dr. Soetomo untuk kunjungan ulang
kontrol kehamilan. Ibu mengatakan mempunyai riwayat penyakit asma sejak
kecil, saat SD sering kambuh dan terakhir kambuh kelas 6 SD dan oleh dokter
diberikan obat yang diminum ketika asmanya kambuh. Sekarang TM III
kehamilannya ibu merasa sering sesak ketika tidur dan bila kecapekan, batuk
disertai sputum . Secara tidak sengaja pasien mencium serbuk bunga yang
merupakan allergen baginya dan menyebabkan asmanya kambuh
4. Penyakit yang pernah diderita
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit kelainan jantung, diabetes,
hipertensi, hanya mempunyai riwayat penyakit asma sejak kecil
5. Penyakit yang pernah diderita keluarga
Dari pihak keluarga suami tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti diabet,
jantung, asma, HT, epilepsy dan lain2. Dari pihak ayah pasien menderita
asma.
6. Riwayat alergi
Alergi serbuk sari
7. Riwayat menstruasi
ibu mengatakan bahwa dia perrtama kali mendapat menstruasi sejak kelas
2SMP (usia 14 tahun), lamanya 7hari dengan kuantitas darah haid yang
sedang. Siklus menstruasinya teratur 28 hari. Dan tidak pernah mengalami
dismenorhoe ketika menjelang maupun ketika haid. Tidak menderita
keputihan. HPHT : 03-09-09. TP: 10-06- 2010
8. Riwayat obstetri
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilannya yang pertama dengan usia
kehamilan 8bulan. Dan ibu rutin periksa di poli hamil RSUDS.
Selama kehamilan ibu tidak mengalami keluhan yang berarti. Pada TM III ini
ibu mengatakan sering merasa lelah dan gampang sesak nafas terutama kalo
sedang kecapekan dan sedang tidur. Gerakan janin sedikit mengalami
penurunan. Dan sudah suntik TT 2x.
Pertama waktu TT CPW dan yang kedua ketika hamil usia 5bulan.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tekanan darah: 120/80mmHg
d. Suhu : 370C
e. Nadi :80x/ menit
f. RR: 24x/menit
30
g.
h.
i.
j.
-
TB: 151cm
BB sebelum nya: 48kg
BB sekarang:56kg
LILA: 25
Kepala : bersih, rambut tidak rontok dan tidak terdapat benjolan
Wajah: tidak anemis dan tidak terdapat chloasma gravidarum
Mata: ka/ki conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus
Dada: payudara terdapat pembesaran payudara, colustrum sudah
Hb: 9 gr/dl
Urine reduksi : negative
Urine albumin: negative
ANALISA DATA
DATA
DS:Pasien mengatakan
sering batuk disertai
sputum
DO:
Suara nafas ronchi
RR meningkat (24
kali/menit)
3.
Terdapat mukus
ETIOLOGI
Asma
Peningkatan aktivitas
MASALAH
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
kelenjar mukosa
bronkus
Sekresi mukus
meningkat
Mukus menumpuk
disaluran pernafasan
Bersihan jalan nafas
31
tidak efektif
DS:Pasien mengeluh
sesak
DO:
4.
RR meningkat
5.
(24 kali/menit)
Penggunaan
otot bantu nafas
DS:Pasien mengatakan
nafsu makannya
menurun
DO:
e. BB turun
f. Kadar Hb (9 g/dl)
dibawah normal
g. Klien tampak lesu,
lemah
h. Porsi makan tidak
habis
Pembesaran rahim
Diafragma terdorong
ke atas
Gerakan paru terbatas
Ekspansi paru
menurun
Sesak
Pola nafas tidak efektif
Pembesaran rahim
Diafragma terdorong
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
ke atas
Gerakan paru terbatas
Ekspansi paru
menurun
Sesak
Nafsu makan menurun
Intake nutrisi kurang
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Pembesaran rahim
Diafragma terdorong
Intoleransi aktivitas
ke atas
Gerakan paru terbatas
Ekspansi paru
menurun
Sesak
Intoleransi aktivitas
Tekanan O2 ibu
abnormal
Hipoksemia
3.4 INTERVENSI
a. Diagnosa: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan akumulasi mucus.
Tujuan : Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil:
6. Klien dapat batuk secara efektif.
7. Dapat mengeluarkan sputum.
8. TTV dalam batas normal (Nadi 60-100x/menit, TD 60-90/120-140,
RR 12-20x/menit, suhu 36-37,5oC).
9. Sesak berkurang.
10. Wheezing dan ronchi hilang.
No Intervensi
1. Berikan minum air hangat
Rasional
Air hangat dapat menurunkan spasme
2.
Lakukan suction
Kolaborasi pemberian obat
mengeluarkan sputum
Untuk menghilangkan sekret
Bronkodilator membebaskan spasme
sesuai indikasi
jalan nafas
(bronkodilator)
Auskultasi bunyi nafas, catat
ronchi
3.
5.
Intervensi
Posisikan semi fowler (tinggikan
Rasional
Memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernafasan
posisi)
33
2.
3.
oksigen
Kecepatan dan kedalaman
pernafasan
Berikan oksigen tambahan sesuai
dengan kebutuhan
Intervensi
Berikan porsi makan sedikit-
Rasional
Untuk memenuhi kebutuhan nuitrisi
2.
klien
Menentukan kalori in divide dan
3.
kebutuhan nutrisinya
Menghindari allergen akan mencegah
5.
keperawatan
Penurunan berat badan yang
signifikan dan hasil lab yang tidak
normal merupakan indicator
kurangnya nutrisi.
34
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri:
3. Pertahankan
tirah
baring
dalam
1. Untuk
mengistirahatkan
klien
Healt education:
1. Jelaskan pentingnya istirahat dalam
rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
1. Pembatasan
dengan
aktivitas
ditentukan
respon individual
klien
Evaluasi/observasi:
1. Evaluasi respon klien terhadap
aktivitas. Catat adanya dispnea,
peningkatan
kelemaham/
1. Menetapkan
kemampuan/
35
g.
No
1.
Intervensi
Rasional
Hindari tidur terlentang dan anjurkan Tekanan uterus pada vena kava
tidur ke posisi kiri
2.
terjadi
perfusi jaringan
Penurunan dan
denyut
nadi
penurunan
peningkatan
terjadi
pada
teliti
Observasi perubahan frekuensi dan pola Penurunan kadar oksigen pada
DJJ janin
4.
pada
janin
36