Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh :
Citra Yekti P
01.211.6355
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
RSUD Dr.ADHYATMA, MPH
2016
STATUS MAHASISWA
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Kasus
Nama Mahasiswa
NIM
: 01.211.6355
I.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. AI
Umur
: 30 tahun
Agama
: Islam
Status
: Belum menikah
Alamat
: Semarang
Pekerjaan
: Swasta
Dirawat di ruang
: Amarilis
Tanggal masuk RS
: 20 Februari 2016
II.
DAFTAR MASALAH
Tanggal
20/02/2016
III.
Aktif
1. Vertigo
Tanggal
Pasif
-
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis kepada keluarga
pasien pada tanggal 22 November 2015, pukul 14.00 WIB di Ruang Alamanda.
1. Keluhan Utama
: Pusing berputar
Lokasi
Onset
mendadak.
Kualitas : pusing bertambah saat melakukan perubahan posisi, saat
: kepala
: sejak 2 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS), pusing
guncangan.
Gejala Penyerta: Pandangan ganda tidak ada, tidak pernah mengalami
trauma kepala,telinga berdenging, sebelumnya tidak demam, nafsu makan
pasien menurun, tidak batuk ataupun pilek..
: ada
: disangkal
o Riwayat stroke
: disangkal
o Riwayat DM
: disangkal
o Riwayat kolesterol
: disangkal
o Riwayat jantung
: disangkal
: disangkal
:
: disangkal
: disangkal
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 22 Februari 2016, pukul 14.00 WIB di Ruang
Amarilis
A Status Generalis
Keadaan Umum
Tinggi Badan
Berat Badan
Status Gizi
Tanda Vital
- Suhu Tubuh
- Tekanan Darah
- Nadi
- Laju Nafas
B Status Internus
- Kepala/leher
- Mata
- Telinga/hidung
- Mulut/faring
- Thorax
Paru
Inspeksi
Inspeksi
: cembung, bekas luka (-)
Auskultasi
: bising usus normal, bruits (-)
Perkusi
: timpani
Palpasi : nyeri tekan epigastrik (+)
: hepatomegali (-), splenomegali (-)
- Punggung
: nyeri punggung bawah (-)
- Ekstremitas
: akral hangat
: deformitas (-), edema (-)
: CRT <2 detik
C Status Neurologis
I. Fungsi Luhur
Kesadaran
:
Kualitatif
: compos mentis
Kuantitatif GCS
: E4M6V5
Orientasi
: tempat, waktu dan situasi baik
Daya ingat
Baru
: baik
Lama
: baik
Gerakan abnormal
: tidak ditemukan
Gangguan berbahasa
:
Afasia motorik : Afasia sensorik : Akalkuli
:2. Koordinasi dan Keseimbangan
- Gait
: normal
: normal
- Tes tumit-lutut
: normal
- Disdiadokokinesis
: normal
3. Saraf Otonom
- Miksi
: normal
- Defekasi
: normal
- Sekresi keringat
: normal
4. Nervi Cranialis
Nervus Kranialis
Kanan
Kiri
N. I (Olfactorius)
Daya Penghidu
N.II (Opticus)
Normosmia
Normosmia
Daya penglihatan
baik
baik
Lapang pandang
baik
baik
c Fundus okuli
N.III (Oculomotorius)
t.d.l
t.d.l
Ptosis
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Ukuran pupil
3 mm
3 mm
Bentuk pupil
Bulat, reguler
Bulat, reguler
(+)
(+)
Strabismus divergen
(-)
(-)
i Diplopia
N.IV (Trochlearis) :
(-)
(-)
(+)
(+)
Strabismus konvergen
(-)
(-)
c Diplopia
N.V (Trigeminus)
(-)
(-)
Menggigit
(+)
(+)
Membuka mulut
(+)
(+)
Sensibilitas
(+)
(+)
Reflek kornea
(+)
(+)
Reflek bersin
t.d.l
t.d.l
Reflek masseter
t.d.l
t.d.l
Reflek zigomatikus
t.d.l
t.d.l
N.VI (Abducens) :
a
(+)
(+)
Strabismus konvergen
(-)
(-)
(-)
(-)
c Diplopia
N. VII (Facialis)
(+)
(+)
Mengerutkan dahi
(+)
(+)
Mengangkat alis
(+)
(+)
Menutup mata
(+)
(+)
Lipatan nasolabia
(+)
(+)
Sudut mulut
(+)
(+)
Meringis
(+)
(+)
Tik fasial
(-)
(-)
Lakrimasi
(+)
(+)
t.d.l
t.d.l
(N)
t.d.l
t.d.l
Tes rinne
t.d.l
t.d.l
Tes weber
t.d.l
t.d.l
Tes schwabach
t.d.l
t.d.l
Nistagmus
(+)
Horizontal
(+)
horizontal
N IX (Glossopharyngeus)
a
Arkus faring
Simetris
Simetris
Uvula
Simetris
Simetris
t.d.l
t.d.l
Reflek muntah
Sengau
(-)
(-)
(-)
(-)
Simetris
Simetris
f Tersedak
N X (Vagus)
a
Arkus faring
t.d.l
t.d.l
Bersuara
(+)
(+)
d Menelan
N XI (Accesorius)
(+)
(+)
Memalingkan muka
(+)
(+)
Sikap bahu
(+)
(+)
Mengangkat bahu
(+)
(+)
N XII (Hypoglossus)
a
Sikap lidah
Menjulurkan lidah
Artikulasi
Tremor lidah
(-)
(-)
(-)
(-)
Fasikulasi lidah
(-)
(-)
ANGGOTA
GERAK
ATAS
Inspeksi:
Kanan
Kiri
Drop hand
Tidak ada
Tidak ada
Claw hand
Tidak ada
Tidak ada
Kontraktur
Tidak ada
Tidak ada
Warna kulit
Normal
Normal
Gerakan
+ normal
+ normal
Kekuatan
5-5-5
5-5-5
Tonus
Normal
Normal
Trofi
(-)
(-)
Sensibilitas
+ normal
+ normal
Nyeri
+ normal
+ normal
Bisep
+ normal
+ normal
Trisep
+ normal
+ normal
Radius
+ normal
+ normal
Hoffman
(-)
(-)
Tromer
(-)
(-)
Sistem motorik :
Reflek fisiologik :
Reflek Patologi :
ANGGOTA
BAWAH
Inspeksi:
Drop foot
GERAK
Kanan
Kiri
Tidak ada
Tidak ada
Claw foot
Tidak ada
Tidak ada
Pitchers foot
Tidak ada
Tidak ada
Kontraktur
Tidak ada
Tidak ada
Warna kulit
Normal
Normal
Gerakan
(+) normal
(+) normal
Kekuatan
5-5-5
5-5-5
Tonus
(+) normal
(+) normal
trofi
(-)
(-)
Klonus
(-)
(-)
(+) normal
(+) normal
Sensibilitas
Nyeri
normal
Sistem motorik
Normal
Keterangan
Reflek Patologis
Kanan
Kiri
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Mendel Bechterew
Rossolimo
Gonda
Klonus patella
Klonus kaki
Kaku Kuduk
Kernig sign
Brudzinski I
Brudzinski II
Tes Lasegue
Tes Patrik
Rangsang Meningeal
Rangsang Radikuler
Tes naffziger
Tes valsava
V. USULANPEMERIKSAANPENUNJANG
1. Kimia Darah
2. CT Scan
VI. RESUME
Ny.AI,30tahun,datangdengankeluhanpusingberputaryangbertambahparahsejak2
hariSMRS.Gejalamunculsecaratibatiba,seranganhilangsendirisetelah1015detik,
bertambah parah dengan perubahan posisi terutama saat bangun dari tidur, tidur
menyamping,dansaatmembungkukpadawaktushalat.Mual(+),muntah(+) 7 kali,
demam()Nyerikepala(),diplopia(),blurredvision().Pasienjugamemilikikeluhan
telingaberdengungsekitar2hariyanglalu.Gangguanpendengaranlain().
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Sensorium
Tekanan Darah
Heart Rate
Temperatur
Kesadaran
Koordinasi dan
keseimbangan
Saraf otonom
N. VIII
Biceps / Triceps
STATUS PRESENS
Composmentis
120/70 mmHg
84 x/menit
370C
STATUS NEUROLOGIS
GCS E4 V5 M6
Normal
Normal
nistagmus +/+
Mendengarkan suara berbisik (normal/-)
REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan
Kiri
N/N
N/N
Patella/Achilles
N/N
REFLEKS PATOLOGIS
Kanan
KEKUATAN MOTORIK
Babinsky
5
5
N/N
Kiri
5
5
VII. DIAGNOSIS
o Diagnosa Klinis
o Diagnosa Topis
o Diagnosa Etiologi
: vertigo
: Organ Vestibularis, Labirin dan N. Vestibularis
: Vertigo Perifer (BPPV)
Penyakit meniere
X. TATALAKSANA
a
Nonmedikamentosa
Edukasi pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan-lahan.
Memberitahu pasien tentang latihan Brandt-Daroff untuk latihan di rumah agar
pasien terbiasa dengan beberapa posisi sehingga tidak muncul keluhan pusing
berputar saat berpindah posisi.
c
d
Medikamentosa
Inj RL 20 tpm
Betahistine 3x6mg (po)
Dimenhidrinate 2x50 mg (po)
Flunarizine 2x5 mg (po)
Inj. Ondansetron 4mg (jika mual muntah)
Inj. Ranitidine 2x1 amp (i.v)
Rencana pemeriksaan tambahan
i Audiometri
Rencana terapi
i Rujuk THT
XI. PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi
pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu
sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat
dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness
dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi
cerebral),
berdiri). 1
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk pada sensasi
berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh
gangguan pada sistim keseimbangan. 3
II.
KLASIFIKASI
b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis
vestibulocochlear (N. VIII)
III.
ETIOLOGI
Paroxysmal
Positional
Vertigo
(BPPV)
disebabkan
oleh
pergerakan otolit dalan kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal ini terutama
akan mempengaruhi kanalis posterior dan menyebabkan gejala klasik tapi ini juga
dapat mengenai kanalis anterior dan horizontal.Otoli mengandung Kristal-kristal
kecil kalsium karbonat yang berasal dari utrikulus telinga dalam . Pergerakan dari
otolit distimulasi oleh perubahan posisi
Mnires disease
Mnires disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan
keluhan pendengaran .
11
dan tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh pada
telinga. 10 Mnires disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo otologik.8
Mnires disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik. Hal ini
terjadi karena dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan kanalis
semisirularis telinga dalam dengan peningkatan volume endolimfe.
Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus.
Hal ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis
terjadi dengan komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan
Migraine
Selby and Lance (1960) menemukan vertigo menjadi gejala yang sering
dilaporkan pada 27-33% pasien dengan migraine.. Sebelumnya telah dikenal
sebagai bagian dari aura (selain kabur, penglihatan ganda dan disarthria) untuk
basilar migraine dimana juga didapatkan keluhan sakit kepala sebelah. Verigo
pada migraine lebih lama dibandingkan aura lainnya, dan seringkali membaik
dengan terapi yang digunakan untuk migraine. 10
Vertebrobasilar insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode rekuren dari
suatu vertigo dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan pasien terjadi
beberapa detik sampai beberapa menit. Lebih sering pada usia tua dan pada paien
yang memiliki factor resiko cerebrovascular disease. Sering juga berhungan
dengan gejala visual meliputi inkoordinasi, jatuh, dan lemah. Pemeriksaan
diantara gejala biasanya normal. 9
Tumor Intrakranial
Tumor intracranial jarang member manifestasi klinik vertigo dikarenakan
kebanyakan adalah tumbuh secara lambat sehingga ada waktu untuk kompensasi
sentral. Gejala yang lebih sering adalah penurunan pendengaran atau gejala
neurologis . Tumor pada fossa posterior yang melibatkan ventrikel keempat atau
Chiari malformation sering tidak terdeteksi di CT scan dan butuh MRI untuk
diagnosis. Multipel sklerosis pada batang otak akan ditandai dengan vertigo akut
dan nistagmus walaupun biasanya didaptkan riwayat gejala neurologia yang lain
dan jarang vertigo tanpa gejala neurologia lainnya.
IV.
GEJALA KLINIS
VERTIGO SENTRAL
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di
serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang
khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan
fungsi motorik, rasa lemah.5
VERTIGO PERIFER
Lamanya vertigo berlangsung :9
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh
perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling
sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh
trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis
umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere
mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan
tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada
penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah
mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan
fisik mungkin dijumpai nistagmus.
Ciri-ciri
Vertigo perifer
Vertigo sentral
Sistem vestibuler (telinga dalam, Sistem vertebrobasiler dan gangguan
saraf perifer)
vaskular
(otak,
batang
otak,
serebelum)
Penyebab
Vertigo posisional paroksismal iskemik batang otak, vertebrobasiler
jinak (BPPV), penyakit maniere, insufisiensi, neoplasma, migren basiler
neuronitis vestibuler, labirintis,
neuroma akustik, trauma
Gejala gangguan Tidak ada
Diantaranya
:diplopia,
parestesi,
SSP
gangguan sensibilitas dan fungsi
motorik, disartria, gangguan serebelar
Lesi
Masa laten
3-40 detik
Tidak ada
Habituasi
Ya
Tidak
Jadi cape
Ya
Tidak
Intensitas vertigo
Berat
Ringan
Telinga
berdenging
atau tuli
Kadang-kadang
Tidak ada
dan
Nistagmus
spontan
Faktor Pencetus
Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada vertigo vestibular
perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi, penyebab yang paling
mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru pada saluran pernapasan atas
kemungkinan berhubungan dnegan acute vestibular neutritis atau acute labyrhinti.
Faktor yang mencetuskan migraine dapat menyebabkan vertigo jika pasien vertigo
bersamaan dengan migraine. Vertigo dapat disebabkan oleh fistula perilimfatik
Fistula perimfatik dapat disebabkn oleh trauma baik langsung ataupun barotraumas,
mengejan. Bersin atau gerakan yang mengakibatkan telinga ke bawah akan
memprovokasi vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik. Adanya fenomena
Tullios (nistagmus dan vertigo yang disebabkan suara bising pada frekuensi tertentu)
mengarah kepada penyebab perifer.
Stess psikis yang berat dapat menyebabkan vertigo, menanyakan tentang stress
psikologis atau psikiatri terutama pada pasien yang pada anamsesis tidak cocok
dengan penyebab fisik vertigo manapun. 3
Riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan migraine, kejang, menire disease, atau yuli pada usia
muda perlu ditanyakan (Chain,
Riwayat pengobatan
Beberapa obat dapat menginduksi terjadinya vertigo melipti obat-obatab yang
ototoksik, obat anti epilepsy, antihipertensi, dan sedative (Chain, .
V.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologic meliputi :
pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli sensorineural,
nistagmus. 2
Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus vestibular atau vermis cerebellar.
Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa nistagmus rotator konsisten
dengan acute vestibular neuronitis.
-
Gait test
1. Rombergs sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih
dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas yang
parah dan seringkali tidak dapat berjalan. walaupun Rombergs sign konsisten dengan
masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam
mendiagnosis vertigo.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua
mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik.
Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya
dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada
mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada
kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun
pada mata tertutup.
2. Heel-to- toe walking test
3. Unterberger's stepping test (Pasien disuruh untuk berjalan spot dengan mata
tertutup jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin
pada sisi tersebut). 2
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat
dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan
vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan
seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
Dix-Hallpike manoeuvre 1
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di bawah garis horisontal,
kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan
hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya
perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo) : vertigo dan nistagmus timbul setelah
periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang
atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral : tidak ada
periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila diulangulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue) ( Allen, 2008).
-
Test hiperventilasi
Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya normal.
Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu diperiksa
nistagmus dan tanyakan pasien apakah prosedur ersebut menginduksi terjadinya
vertigo. Jika pasien merasakan vertigo tanpa nistagmus maka didiagnosis sebagai
sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus terjadi setelah hiperventilais menandakan
adanya tumor pada nervus VIII. 5
Tes Kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat ke
belakang (menengadah) sebanyak 60. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin
berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal
oleh aliran konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung
jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30C (kirakira 7 di bawah suhu badan) air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1
mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak
nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri (karena air
yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga
frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus berlangsung
dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita. Biasanya antara
- 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites.
Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat
dianalisis secara kuantitatif.
Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai
peranan penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Tes ini dilakukan
dengan 6 tahap :
a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam
keadaan biasa (normal)
b. pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa dengan tes
romberg)
c. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada tempat yang
terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak dapat
digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.
d. pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang. Dengan
bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari badan bagian
bawah dapat diganggu.
e. mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
f. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak digoyang.
Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau;tidak
akurat) sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk input
(informasi)
2. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli konduktif
dan tuli perseptif
b. Audiometri
Decay.
VI.
Diagnosis Penunjang
Diagnosis
Diagnosis Banding
Dianosis banding dari vertigo dapat dilihat pada table berikut ini:
Table 1 Penyebab vertigo
Vertigo dengan tuli
Vertigo tanpa tuli
Vertigo
Mnires disease
Labyrinthitis
Vestibular neuritis
Benign
positional
intracranial
Tumor Cerebellopontine angle
Vertebrobasilar insufficiency
vertigo
dan thromboembolism
Labyrinthine trauma
Acute
vestiblar
metastasis
Acoustic neuroma
Medication
induced
vertigo
Acute
cochleo
tanda
Tumor otak
- Misalnya,
dysfunction
dengan
epyndimoma
pada
atau
ventrikel
keempat
Migraine
e.g
aminoglycosides
Cervical spondylosis
Multiple sklerosis
Following
vestibular
dysfunction
Syphilis (rare)
flexion-
extension injury
IX.
Terapi
Medikasi
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat
terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan
simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat
dihentikan setelah beberapa minggu.
ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin
yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin,
siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas antikholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya
dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum
dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping
ini memberikan dampak yang positif.
ANTAGONIS KALSIUM
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium
Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan
obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak
terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain
seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan
dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
- Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons
terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 30 mg, 3 kali
sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa
cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan rash di kulit.
FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun
tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan
Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh
bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
OBAT SIMPATOMIMETIK
Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan
keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan
adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya
gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau
proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan
fisik
vestibular.
Latihan
bertujuan
untuk
mengatasi
gangguan
vestibular,
Keterangan Gambar:
DAFTAR PUSTAKA
1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care,
BJMP 2010;3(4):a351.
2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular
migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338.
3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family
Physician January 15, 2006; Volume 73, Number 2.
4. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008.
5. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008.
6. Marril KA. Central Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 21 Januari 2011. Diunduh
tanggal
Desember
2014.
Diunduh
dari
http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a0217.
7. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that
Needed for establish of Vetigo. The Practitioner September 2010 - 254 (1732): 19-23.
8. Mark, A. 2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment and
Diagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 6
9. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign Paroxysmal
Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing. December:2006
10. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American Family
Physician March 15,2005:71:6.
11. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with
Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and wilkins)
12. Antunes MB. CNS Causes of Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 10 September 2009.
Diunduh
tanggal
Desember
2014.
http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104
Diunduh
dari