Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah
oleh mutasi genetik dari DNA seluler (Smeltzer, 2001). Pengertian hepatoma
(karsinoma hepatoseluler) menurut www.medicastore.com adalah kanker yang
berasal dari sel sel hati. Pengertian lain menurut Isselbacher, 2000
karsinoma
hepatoseluler
(KHS)
merupakan
salah
satu
tumor
yang
menimbulkan stenosis.
B. Penentuan Stadium Tumor Nodus Metastasis (TNM) untuk hepatoma:
NO.
TINGKATAN
KETERANGAN
1.
Stadium I
2.
Stadium II
3.
Stadium III
Stadium IV A
5.
Stadium IV B
b.
c.
Gambar 2 : Segmen medial dan lateral dari hepar; porta hepatis; pita
pengikat yang memfiksasi hati dan pembuluh-pembuluh darah disayat;
tampak dorsal.
3) Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali daerah
kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung pada
diagfraghma.
Dibawah
peritoneum
terdapat
jaringan
sepertiga darah yang masuk adalah darah arteria dan sekitar dua
pertiga adalah darah dari vena porta. Volume total darah yang
melewati hati setiap menit adalah 1.500 ml dan dialirkan melalui vena
hepatica kanan dan kiri yang selanjutnya bermuara pada vena kava
inferior.
b. Fungsi Hati
Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperanan pada
hampir
setiap
fungsi
metabolik
tubuh,
dan
khusunya
4.
5.
6.
globulin tidak).
Urea dibentuk semata-mata
dalam hati dari NH2 yang
kemudian diekskresi dalam
kemih dan feses.
Penyimpanan protein (asam NH3 dibentuk dari diseminasi
amino)
asam amino dan kerja bakteri
usus terhadap asam amino.
Metabolisme lemak
Hodrolisis trigliserida,
kolesterol, fosfolipid, dan
lipoprotein (diabsorpsi dari usus)
menjadi asam lemak dan
gliserol.
Ketogenesis
Hati memegang peranan utama
Sintesis kolesterol
pada sintesis kolesterol, sebagian
besar diekskresi dalam empedu
sebagai kolesterol atau asam
folat.
Penyimpanan lemak
Penyimpanan vitamin dan Vitamin yang larut lemak (A, D,
mineral
E, K) disimpan dalam hati, juga
vitamin B12, tembaga dan besi.
Metabolisme steroid
Hati
menginaktifkan
dan
mensekresi
aldosteron,
glukokortikoid,
estrogen,
progesteron, dan testosteron.
7. Detoksikasi
Hati bertanggungjawab atas
biotransformasi
zat-zat
berbahaya menjadi zat-zat yang
tidak berbahaya yang kemudian
diekskresi oleh ginjal (misalnya
obat-obatan)
8. Ruang
pengapung
dan Sinusoid hati merupakan depot
fungsi penyaring
darah yang mengalir kembali
dari vena kava (payah jantung
kanan); kerja fagositik sel
kupffer membuang bakteri dan
debris dari darah.
Sumber : Price, Patofisiologi, 2004 : 498
D. Etiologi
Timbulnya Karsinoma Hepatoseluler (KHS) menurut Smeltzer (2001),
Isselbacher (2000), PileMone (2000) disebabkan oleh:
1. Infeksi kronik virus Hepatitis B (HBV).
2. Infeksi kronis virus Hepatitis C (HCV).
3. Kontak dengan racun kimia tertentu (mis: Vinil, klorida, arsen).
4. Defisiensi 1 antitripsin, hemokromasitis dan tirosinemia.
5. Pemberian jangka panjang Steroid adrenogenik.
E. Patofisiologi
Perjalanan penyakit cepat, bila tidak segera diobati, sebagian besar pasien
meninggal dalam 3 sampai 6 bulan setelah diagnosis. Perjalanan klinis
keganasan hati tidak berbeda diantara pasien yang terinfeksi kedua virus
dengan hanya terinfeksi salah satu virus yaitu HBV dan HCV. Infeksi kronik
ini sering menimbulkan sirosis, yang merupakan faktor resiko penting untuk
karsinoma hepatoseluler (Isselbacher, 2000).
Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada
hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah
normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar.
Inflamasi pada hepar terjadi karena invasi virus HBV atau HCV akan
mengakibatkan kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik (empedu
yang membesar tersumbat oleh tekanan nodul maligna dalam hilus hati),
sehingga menimbulkan nyeri. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa
mual dan nyeri di ulu hati. Sumbatan intrahepatik dapat menimbulkan
hambatan pada aliran portal sehingga tekanan portal akan naik dan terjadi
hipertensi portal.
Timbulnya asites karena penurunan sintesa albumin pada proses
metabolisme protein sehingga terjadi penurunan tekanan osmotik dan
peningkatan cairan atau penimbunan cairan didalam rongga peritoneum.
Gangguan metabolisme protein yang mengakibatkan penurunan sintesa
fibrinogen prothrombin dan terjadi penurunan faktor pembekuan darah
sehingga dapat menimbulkan perdarahan.
Ikterus timbul karena kerusakan sel parenkim hati dan duktuli empedu
intrahepatik maka terjadi kesukaran pengangkutan tersebut dalam hati.
Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun
bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang
timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan eksresi bilirubin, oleh karena nodul tersebut menyumbat vena
porta atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal.
Peningkatan kadar billirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan
garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada
ikterus. (Smeltzer, 2003). Gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein menyebabkan penurunan glikogenesis dan glukoneogenesis sehingga
glikogen dalam hepar berkurang, glikogenolisis menurun dan glukosa dalam
darah berkurang akibatnya timbul keletihan.
Kerusakan sel hepar juga dapat mengakibatkan penurunan fungsi
penyimpanan vitamin dan mineral sehingga terjadi defisiensi pada zat besi,
vitamin A, vitamin K, vitamin D, vitamin E, dll. Defisiensi zat besi dapat
mengakibatkan keletihan, defisiensi vitamin A mengakibatkan gangguan
penglihatan, defisiensi vitamin K mengakibatkan resiko terjadi perdarahan,
defisiensi vitamin D mengakibatkan demineralisasi tulang dan defisiensi
vitamin E berpengaruh pada integritas kulit.
(Isselbacher, 2000; Smeltzer, 2002; Sjamsuhidajat, 2004; Carpenito, 1998).
F. Manifestasi Klinik
10
11
G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat karsinoma hepatoseluler menurut
PileMone (2000) ini adalah:
1) Hipertensi.
2) Hiperbilirubinemia.
3) Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan
oleh akumulasi amonia serta metabolik toksin.
4) Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan menyebabkan serosis
hepatis.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien karsinoma hepatoseluler menurut Smeltzer
(2001) adalah:
1. Non Bedah
a. Terapi Radiasi
Tujuannya adalah memberikan radiasi langsung kepada sel sel tumor
agar tidak menyebar bertambah besar, nyeri dan gangguan rasa
nyaman dapat dikurangi secara efektif dengan terapi radiasi pada 70%
hingga 90% penderita. Gejala anoreksia, kelemahan dan panas juga
berkurang dengan terapi ini.
Metode pelaksanaan radiasi mencakup:
1) Penyuntikan antibodi berlabel isotop radioaktif secara intravena
yang secara spesifik akan menyerang antigen yang berkaitan
dengan tumor.
12
13
14
I. Pengkajian Fokus
1. Demografi
a. Usia: Biasanya menyerang dewasa dan orang tua.
b. Jenis kelamin : KHS empat kali lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan ( Isselbacher, 2000 ).
c. Pekerjaan: dapat ditemukan pada orang dengan aktivitas yang
berlebihan.
15
a. Aktivitas.
Klien akan mengalami kelemahan, kelelahan, malaise.
b. Sirkulasi.
Bradikardi akibat hiperbilirubin berat, ikterik pada sklera, kulit dan
membran mukosa.
c. Eliminasi.
Warna urine gelap (seperti teh), diare feses warna tanah liat.
d. Makanan dan Cairan.
Anoreksia, berat badan menurun, perasaan mual dan muntah, terjadi
peningkatan edema, asites.
e. Neurosensori.
Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
f.
Nyeri / Kenyamanan.
Kram abdomen, nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas,
mialgia, atralgia, sakit kepala, gatal-gatal (pruritus).
g. Keamanan.
Demam,
urtikaria,
lesi
makulopopuler,
eritema,
splenomegali,
16
h. Seksualitas.
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan (contoh: homoseksual
aktif atau biseksual pada wanita).
3. Pemeriksaan Fisik.
Menurut Doenges (1999) hasil pemeriksaan fisik pada pasien dengan
hepatoma adalah:
a. Tanda tanda vital.
Tekanan
pernapasan meningkat.
b. Mata : sklera ikterik.
c. Mulut: mukosa kering, bibir pucat.
d. Abdomen: terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas, pembesaran
hati, asites, permukaan teraba ireguler.
e. Kulit: gatal (pruritus), ikterik.
f.
4. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan karsioma
hepatoseluler menurut Isselbacher (2000) adalah:
a. Pemeriksaan Laboratorium.
1) Terjadi peningkatan kadar bilirubin, alkali fosfatase, asparat
aminotransferase
(AST),
glutamic
oxaloacetik
transaminase
17
18
Infeksi B
Kontak C
tertentu
si
V
in
steroid
J. Pathway
19
Resti transmisi
Infeksi
Terdapat
dalam
hilus
20
Pembeng
kakan
hepar
p
oPenekanan
rsyaraf
t
a
Bendunga
Nye
ri
Kerusakan sel sel
parenkim, empedu intrahati
hepatik
n vena
Penyumb
Ganggu
at
metabolisme
anvena
porta protein
Penyempita Sintes
albumi
n vena
porta
n
ipertensi
ine
ortal
Gan
ggu
an
Metabolis
mebilirubi
n
Sintesa
fibrinogen
at
mineral
protein
glukoneogene
sis
Garam
empedu
darah
Gataldan gatal
dara
nosm
Pigme
nmped
u
Glikogen
dalam
berkurang
Ikteri
Glikogenoli
sis
Perubahan
penampilandalam
Glukosa dalam darah
Gangguan cit berkurang
ra
diri
Penimbunan
Zat
besi
Vitamin
A
Produk
SDM
Penurun
ketajaman
visus
Absorb
Pembeku
an dara kalsium di
h danusus
Ganggu
penglihat
an
Hipokalse
mia
Anem
ia
e
Oksi
Hb
ra
seluler
Kelebihan vol.
Penimbunan Penimb
cairan
Di
Di
unan
ti
cairan cairanparuabdomen paru
ra
Asite
s Edema
enekan
paru
an
ada
l
ambung
Defisien
si
dan duktuli
Glikogenesis
prothrombin
an
Hipoalbum Faktor
pembekuan
h
mia
Fungsi
penyimpanan
Hiperbilirubine
mia
Teka
perfusi na
jaringan
oti
Metabolis
Karbohidrme, lemak dan
Res
Pada
Gangguan
sensori
penglihatan
Gangguan
Lema , kel
intoleranaktivi
etih
as
s an
cide
Vitamin Vitamin
D
E
Vitamin
K
hepar
Demineralis
asi tulan
g
Absorb
sike
kulit
Turg
orkuli
t
Kerusak
antulan
g
Resti
kerusakan
fisik
mobilitas
M
Ekspan
ual, ingin
i par
ah
ks
munt
Edema
perifer
Anore
pola
ia
Intake in Tidak
adekuat efektifnya
Perubaha
vitamin dan
Gangguan
metabolisme
Zat gizi
Resiko
kerusakan
n
kurang dar
i
pernapasan
K. Diagnosa
Diagnosa klinis pada penyakit hepatoma secara teori menurut
21
aktivitas
berhubungan
dengan
meningkatnya
kebutuhan
22
23
24
25
dengan meningkatnya
kebutuhan
26
pasien
dalam
mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
meningkatkan.
Rasional: memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatankegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran
energi untuk kegiatan yang kurang penting.
27
28
29
ditandai dengan penumpukan cairan bawah kulit, intake dan output tidak
seimbang.
a. Kriteria Hasil
1) Volume cairan seimbang antara pemasukan dan pengeluaran, berat
30
31
sebagai
perpindahan
atau
ketidakseimbangan
elektrolit.
7) Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi.
Rasional: natrium mungkin dibatasi untuk meminimalkan retensi
cairan dalam area ekstra vaskuler. Pembatasan cairan perlu untuk
memperbaiki / mencegah pengenceran.
8) Beri obat diuretik sesuai indikasi.
Rasional:
digunakan
untuk
mengontrol
odem
dan
asites.
32
a. Kriteria Hasil
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
b. Intervensi dan Rasional
1) Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering.
a) Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan
(kadtril, lanolin).
b) Keringkan kulit, jaringan digosok.
Rasional: kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan
merangsang ujung syaraf.
2) Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu
ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu
tebal.
Rasional: penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan
meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi.
3) Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan
tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk.
Rasional:
penggantian
merangsang
pelepasan
hidtamin,
pendinginan
akan
menurunkan
vasodilatasi
dan
kelembaban kekeringan.
8. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan penurunan produksi dan
sekresi eritropoetin, penurunan produksi sel darah merah, penurunan masa
33
hidup sel darah merah, gangguan faktor pembekuan darah dan peningkatan
kerapuhan kapiler.
a. Kriteria Hasil :
1) Menunjukkan perbaikan nilai laboratorium (trombosit 150-400
ribu/mmk, waktu pembekuan 2-6 menit, waktu perdarahan 1-3
menit).
2) Tidak ada tanda-tanda perdarahan (ecimosis, memar (purpural)).
b. Intervensi dan Rasional
1) Catat adanya perdarahan pada area tusukan infus (jika terpasang),
urin merah dan feses berdarah.
Rasional:
kerapuhan
perdarahan
kapiler
atau
gangguan
mudah karena
pembekuan
dan
dapat
memperburuk anemia.
2) Anjurkan untuk menggunakan sikat gigi yang halus.
Rasional: menurunkan resiko perdarahan atau hematoma.
3) Kolaborasikan pemeriksaan lanoratorium (hitung darah lengkap,
sel darah merah, hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu
pembekuan, waktu perdarahan).
Rasional: mengetahui status hematologi klien.
4) Berikan transfusi jika diindikasikan.
Rasional: tranfusi diperlukan apabila klien mengalami gejala
anemia simtomatik.
34
berguna
untuk
mengurangi
mengejan
menghambat
perdarahan
memperbaiki
untuk
keadaan
menurunkan
yang tidak
reda
beban
secara
anemia,
energi,
spontan,
35
36
37
penampilan
klien,
anjurkan
memakai
pakaian
yang tidak
38