Sunteți pe pagina 1din 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktek Keperawatan Komunitas bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan
upaya pencegahan, peningkatkan dan mempertahankan kesehatan. Salah satu sasaran
Praktek Keperawatan Komunitas adalah keluarga sehingga dikenal dengan sebutan Asuhan
Keperawatan Kesehatan Keluarga. Hal ini karena keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat itu sendiri. Namun kenyataan menunjukkan bahwa penerapan konsep asuhan
Keperawatan Kesehatan Keluarga sampai dengan saat ini belum dilaksanakan dengan baik
oleh perawat Puskesmas.
Jenjang pendidikan keperawatan di Indonesia yang beraneka ragam tanpa adanya batasan
yang jelas akan peran dan fungsi masing-masing semakin mempersulit praktek Keperawatan
Komunitas. Belum adanya standart praktek Keperawatan Komunitas yang diakui berdasarkan
kesepakatan masyarakat Keperawatan Indonesia mengakibatkan praktek Keperawatan
Komunitas menjadi kabur. Termasuk belum adanya jenjang spesialisasi perawat Komunitas
mengakibatkan persepsi konsep Keperawatan Komunitas ditafsir secara sendiri-sendiri oleh
perawat dan tidak adanya figur narasumber yang bisa didengar dan dipanuti berdasarkan
tingkat kepahaman. Konsep Keperawatn Komunitas yang ada saat ini masih merupakan adopsi
dari konsep-konsep luar negeri yang belum tentu cocok dengan karakteristik masyarakat
Indonesia.

1.

2.
a.
b.
c.
d.
e.

B. Tujuan
Tujuan Umum :
Untuk memepelajari penerapan asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga secara
konprehensip dengan menggunakan Metode Proses Keperawatan.
Tujuan Khusus :
Agar mampu menerapkan pengkajian keperawatan kesehatan keluarga.
Agar mampu menegakkan diagnose keperawatan kesehatan keluarga.
Agar mampu membuat perencanaan keperawatan kesehatan keluarga.
Agar mampu mengimplementasikan keperawatan kesehatan keluarga.
Agar mampu melakukan evaluasi keperawatan kesehatan keluarga.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. DEFENISI
Istilah bronchitis kronis menunjukkan kelainan pada bronchus yang sifatnya menahun
(berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, meliputi faktor yang berasal dari luar
bronchus maupun dari bronchus itu sendiri. Bronkhitis kronis merupakan keadaan yang
berkaitan dengan produksi mucus trakheobronkhial yang berlebihan, sehingga menimbulkan
batuk yang terjadi paling sedikit selama tiga bulan dalam waktu satu tahun untuk lebih dari dua
tahun berturut-turut.
Bronchitis kronis bukanlah merupakan bentuk manahun dari bronchitis akut. Walaupun
demikian, seiring dengan waktu, dapat ditemukan periode akut pada penyakit bronchitis kronis.
Hal tersebut menunjukkan adanya serangan bakteri pada dinding bronchus yang tidak normal.
Infeksi sekunder oleh bakteri dapat menimbulkan kerusakan yang lebih banyak sehingga akan
meperburuk keadaan.
B. ETIOLOGI
Faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dan polusi.
Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status social ekonomi.
1. Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan
penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan
hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga
dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2. Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang
kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
3. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah
merokok resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat
zat pereduksi seperti O2, zat zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada
penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini
diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
5. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
C.

PATOFISIOLOGI

Serangan bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali
sebagai eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada umumnya virus merupakan awal dari
serangan bronchitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis
bronchitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang
lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronchitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun noninfeksi
(terurtama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respon
inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkopasme.
Tidak seperti emfisema, bronchitis lebih mempengaruhi jalan napas kecil dan besar
dibandingkan alveoli.

D. MANIFESTASI KLINIK
Penampilan umum: cenderung overweight, sianosis akibat pengaruh sekunder polisitemia,
edema (akibat CHF kanan), dan barrel chest.
Usia: 45-65 tahun
Batuk persisten,produksi sputum seperti kopi, dispnea dalam beberapa keadaan, variable
wheezing pada saat ekspirasi, serta seringnya infeksi pada system repirasi
Gejala biasanya timbul pada waktu yang lama
Pada paru didapatkan suara napas yang kasar.

S-ar putea să vă placă și