Sunteți pe pagina 1din 87

Just another WordPress.

com weblog

About Me

Foto

Oleh: aryawiga | Februari 17, 2012

MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS SEKOLAH


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iii
MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS
SEKOLAH 1
A. Pengertian Manajemen Layanan
Khusus 2
B. Tujuan Manajemen Layanan Khusus 2
C. Prinsip-Prinsip Layanan Khusus
Sekolah 4
D. Jenis-Jenis Layanan Khusus Sekolah 6
Daftar Rujukan 7
LAYANAN ASRAMA SEKOLAH 8
A. Pengertian Asrama Sekolah 8
B. Masalah dan Kebutuhan Asrama
di Sekolah 9
C. Fungsi dan Tujuan Asrama 11
D. Perencanaan Program Asrama 14
E. Pelaksanaan Program Asrama 15
F. Program Asrama dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar 19
G. Evaluasi Program Asrama 22
Daftar Rujukan 23
Lampiran 24
MANAJEMEN LAYANAN BIMBINGAN
DAN KONSELING 25
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling 25
B. Masalah Bimbingan dan Konseling
yang dihadapi Sekolah 27
C. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan
Konseling 29
D. Perancanaan Program Bimbingan
dan Konseling 32
E. Peran Kepala Sekolah dan Staf dalam
Bimbingan dan Konseling 33
F. Penerapan Program Bimbingan dan

Konseling 39
G. Evaluasi Program Bimbingan dan
Konseling 41
Daftar Rujukan 48
LAYANAN KOPERASI SEKOLAH 50
A. Pengertian Koperasi Sekolah 50
B. Masalah dan Kebutuhan Koperasi
Sekolah 51
C. Tujuan dan Fungsi Koperasi Sekolah 53
D. Perencanaan Program Koperasi
Sekolah 54
E. Organisasi Koperasi Sekolah 56
F. Pelaksanaan Program Koperasi
Sekolah 57
G. Program Koperasi Sekolah dan
Kaitannya Dengan Peningkatan Belajar 58
H. Tata Tertib dan Administrasi Koperasi
Sekolah 59
I. Evaluasi Program Koperasi Sekolah 61
Daftar Rujukan 62
LAYANAN KEAMANAN DAN
PERPARKIRAN SEKOLAH (KPS) 63
A. Pengertian Layanan Keamanan dan
Perparkiran Sekolah (KPS) 63
B. Masalah dan Kebutuhan Keamanan
dan Sarana Perparkiran di Sekolah
(KPS) 65
C. Tujuan dan Fungsi Keamanan dan
Perparkiran Sekolah (KPS) 65
D. Perencanaan Program Keamanan dan
Perparkiran Sekolah (KPS) 68
E. Pelaksanaan Program Keamanan dan
Perparkiran Sekolah (KPS) 70
F. Program Keamanan dan Perparkiran
Sekolah (KPS) dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar 72
G. Tata Tertib dan Administrasi Keamanan
dan Perparkiran Sekolah (KPS) 73
H. Evaluasi Program Keamanan dan
Perparkiran Sekolah (KPS) 76
Daftar Rujukan 77
MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS
KAFETARIA SEKOLAH 79
A. Pengertian Kafetaria Sekolah 79
B. Masalah dan Kebutuhan Kafetaria
Sekolah 80
C. Tujuan dan Fungsi Kafetaria Sekolah 81

D. Prinsip-Prinsip Kafetaria Sekolah 84


E. Pelaksanaan Program Kafetaria
Sekolah 86
F. Program Kafetaria Sekolah dan
Kaitannya dengan Peningkatan Belajar 89
G. Tata Tertib dan Administrasi Kafetaria
Sekolah 90
Daftar Rujukan 91
Lampiran 92
MANAJEMEN LAYANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH 93
A. Pengertian Perpustakaan Sekolah 93
B. Masalah dan Kebutuhan Perpustakaan
di SMKN 1 Probolinggo 94
C. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan di
SMKN 1 Probolinggo 95
D. Perencanaan Program Perpustakaan
di SMKN 1 Probolinggo 97
E. Pelaksanaan Program Perpustakaan
di SMKN 1 Probolinggo 104
F. Program Perpustakaan dan Kaitannya
dengan Peningkatan Belajar di SMKN 1 Probolinggo 104
G. Tata Tertib dan Administrasi di SMKN 1 Probolinggo 105
H. Evaluasi Program di SMKN 1
Probolinggo 108
Daftar Rujukan 109
Lampiran 110
LAYANAN KHUSUS TRANSPORTASI
SEKOLAH 111
A. Pengertian Transportasi Sekolah 111
B. Masalah dan Kebutuhan Transportasi
di Sekolah 113
C. Tujuan dan Fungsi Transportasi
Sekolah 116
D. Perencanaan Program Transportasi
Sekolah 117
E. Pelaksanaan Program Transportasi
Sekolah 118
F. Program Transportasi Sekolah dan
Kaitannya dengan Peningkatan Belajar 120
G. Tata Tertib dan Administrasi
Transportasi Sekolah 126
H. Evaluasi Program Transportasi
Sekolah 127
Daftar Rujukan 130
Lampiran 131
MANAJEMEN LAYANAN RUMAH PERIBADATAN SEKOLAH 132
A. Masjid 132

B. Gereja 152
C. Kesimpulan 153
Daftar Rujukan 155
Lampiran 156
LAYANAN USAHA KESEHATAN
SEKOLAH (UKS) 157
A. Pengertian Layanan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) 157
B. Tujuan Layanan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) 158
C. Masalah Kesehatan yang dihadapi
Sekolah 160
D. Peran Sekolah dalam Meningkatkan
Kesehatan melalui Layanan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) 163
E. Program Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) 167
F. Sasaran Layanan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) 170
G. Penerapan Konsep Berbudaya Hidup
Sehat 172
H. Penerapan Konsep Dasar Trias UKS 173
I. Evaluasi Program Layanan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) 177
Daftar Rujukan 178
Lampiran 179
MANAJEMEN LAYANAN
LABORATORIUM SEKOLAH (LS) 180
A. Pengertian Laboratorium Sekolah 180
B. Masalah dan Kebutuhan Laboratorium
di Sekolah 182
C. Tujuan dan Fungsi Laboratorium
Sekolah 183
D. Jenis-Jenis Laboratorium Sekolah 184
E. Perencanaan Program Laboratorium
Sekolah 188
F. Pelaksanaan Program Laboratorium
Sekolah 190
G. Keselamatan Kerja di Laboratorium 191
H. Program Laboratorium Sekolah dan
kaitannya dengan Peningkatan Belajar 192
I. Tata Tertib dan Administrasi
Laboratorium Sekolah 194
J. Evaluasi Program Laboratorium Sekolah 195
Daftar Rujukan 196
Lampiran 198

MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS SEKOLAH


Menurut Kusmintardjo (1992:1) sekolah tidak akan berfungsi jika tidak ada sesuatu yang
membuatnya berfungsi. Dalam sebuah pendidikan harus mempunyai unsur-unsur yang
meliputi administrasi sekolah. Unsur-unsur dalam administrasi sekolah tersebut masingmasing mempunyai fungsi, hubungan, dan ketergantungan dengan komponen-komponen
lainnya. Unsur-unsur tersebut meliputi: (a) administrasi murid, (b) administrasi kurikulum,
(c) administrasi personil, (d) administrasi materiil, (e) administrasi keuangan, (f) administrasi
hubungan sekolah dan masyarakat dan (g) administrasi pelayanan khusus.
Pada lembaga pendidikan keenam unsur merupakan hal yang biasa ada. Melihat kondisi
sekolah yang jumlah muridnya begitu banyak, maka perlu mengusahakan unsur ketujuh
dalam administrasi sekolah. Agar pelaksanaan pendidikan dapat berjalan lancar.
Tidak hanya itu dengan menambah layanan khusus di sekolah peserta didik atau murid akan
dapat melengkapi usaha pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Hingga saat ini layanan
khusus di anggap sangat penting dalam perwujudan pendidikan. Maka hampir setiap sekolah
di Indonesia menyediakan layanan khusus bagi peserta didik.
Memang perlu adanya usaha pemerintah untuk terus mendukung teraplikasinya layanan
khusus bagi peserta didik ini agar peserta didik merasa nyaman, senang dan
A. Pengertian Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus di sekolah ditetapkan dan diorganisasikan untuk memudahkan
atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah.
Diantaranya meliputi: manajemen layanan bimbingan konseling, layanan perpustakaan
sekolah, layanan kesehatan, layanan asrama, dan manajemen layanan kafetaria/kantin
sekolah. Layanan-layanan tersebut harus di kelola secara baik dan benar sehingga dapat
membantu memperlancar pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
B. Tujuan Manajemen Layanan Khusus
Kusmintardjo (1992:4), pelayanan khusus atau pelayanan bantuan diselenggarakan di sekolah
dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian
tujuan pendidikan di sekolah.
Kepala sekolah perlu mempertimbangkan secara matang apabila akan menyelenggarakan
program layanan khusus. Apakah bidang-bidang layanan khusus tersebut, memberikan
bantuan terhadap sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Meskipun demikian, apabila layanan bantuan atau layanan khusus diorganisasi secara baik
dan dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan kemungkinan-kemungkinan perbaikan
pertumbuhan murid.
Kepala sekolah harus selalu melihat hubungan antara layanan khusus dengan program
pendidikan secara menyeluruh.
Pada hakekatnya, untuk mempermudah penyelenggaraan kegiatan layanan khusus, kepala
sekolah dituntut memiliki kemampuan menerapkan pendekatan psikologis didalam
mengadministrasian personal. Para petugas kesehatan, pekerja kafetaria, dan petugas
bimbingan, serta personel lainnya, harus merasa bahwa mereka merupakan bagian yang

penting dari penyelenggaraan sekolah secara keseluruhan. Kepala sekolah harus membantu
staf non-edukatif untuk mencapai sikap tersebut, dengan memberikan kesempatan
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Perhatian kepala sekolah akan hal ini dapat
dilihat dari kemauannya untuk mengundang mereka dalan pertemuan-pertemuan lainnya.
Disamping pendekatan psikologis dalam mengadministrasi personil, ada pendekatan lain
yang dapat dipergunakan oleh kepala sekolah, yakni pendekatan analisis bidang. Dalam
pendekatan ini, kepala sekolah harus mengetahui tanggung jawab dari masing-masing
personil yang terlibat, disamping membantu mengklarifikasikan tanggungjawab tersebut
melalui pemahaman atau saling pengertian. Dalam hal ini perlu dikembangkan suatu
pendekatan team-work didalam pengelolaan layanan khusus atau layanan bantuan melalui
penegasan tugan hubungannya dengan personil, baik bidang pengajaran maupun non
pengajaran.
Kepala sekolah yang baik harus memanfaatkan ketrampilan kepemimpinannya akan
menunjukan tindakan yang menghasilkan organisasi dan manajemen yang efisien atas
layanan khusus. Ini akan menghasilkan pengalaman yang sangat bernilai dalam kehidupan
kelompok, baik bagi anak didik maupun bagi personil sekolah. Peran kepala sekolah sangat
signifikan dalam usaha pemenuhan dan pemanfaatan unit layanan khusus di sekolah dan
merupakan stimulator dan fasilitator
C. Prinsip-Prinsip Layanan Khusus Sekolah
Prinsip-prinsip layanan khusus sekolah terdiri atas prinsip-prinsip yang berhubungan dengan
siswa, pembimbing dan orgnisasi dan administrasi.
1. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan siswa yang dibimbing:
a. Pelayanan bimbingan harus diberikan kepada seluruh peserta;
b. Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan bimbingan kepada siswa. Diperlukan
suatu alat pengukur yang cermat agar dapat dibedakan siswa yang mana yang harus
didahulukan;
c. Program bimbingan hrus dipusatkan kepada siswa;
d. Pelayanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan individu yang
bersangkutan;
e. Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing.
Pembimbing bertugas membantu siswa untuk menenggulangi masalah dengan berbagai
aternatif keputuasan, sehingga pengembalian keputusan pada siswa sendiri; dan
f. Individu yang mendapat bimbingan harus dapat berangsur-angsur dapat membingan dirinya
sendiri.
2. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pembimbing:
a. Petugas-petugas bimbingan harus melakukan tugasnya sesuai dengan kemampuan dan
kewajiban masing-masing;
b. Petugas-petugas bimbingan di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi keperibadian,
pendidikan, pengalaman dan kemampuan;
c. Petugas bimbingan harus mendapat kesempatan untuk memperkembangkan diri serta
kealhlliannya melalui berbagai latihan;
d. Petugas bimbingan hendaknya mempergunakan informasi yang tersedia mengenai individu
yang dibimbing beserta lingkungannya sebagai bahan untuk membuat individu yang
bersangkutan kea rah penyesuaian diri yang lebih baik;
e. Petugas bimbingan harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang

individu yang dibimbing.


f. Petugas-petugas bimbingan hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan teknik
yang tepat dalam melaksanakan tugasnya; dan
g. Petugas-petugas bimbingan hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil
penelitian dalam bidang minat kemampuan dan hasil belajar individu untuk kepentingan
perkembangn kurikulum sekolah.
3. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi bimbingan:
a. Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan;
b. Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi bagi setiap individu siswa. Hal
ini sangat diperlukan untuk mencatat data pribadi individu secara sistematik yang dapat
digunakan untuk kemajuan individu yang bersangkutan;
c. Program bimbingan harus disusun dengan kebutuhan sekolah yang bersangkutan, sehingga
layanan bimbingan mempunyai sumbangan yang besar terhadap program sekolah;
d. Pembagian waktu untuk setiap bimbingan secara teratur;
e. Bimbingan harus dilaksanakan selam dalam situasi individuan dan dalam situasi kelompok,
sesui dengan masalah dan metode yang dipergunakan dlam memecahkan masalah itu; dan
f. Kepala sekolah memegang tanggung jawab mendasar dalam pelaksanaan bimbingan
(Rusliana, 2010).
D. Jenis-Jenis Layanan Khusus Sekolah
Berikut ini adalah jenis-jenis layanan khusus yang di sediakan sekolah :
1. Layanan Bimbingan dan Konseling (BK)
2. Layanan Kesehatan Sekolah (UKS)
3. Layanan kafetaria sekolah
4. Layanan asrama sekolah
5. Layanan t ransportasi sekolah
6. Layanan perpustakaan sekolah
7. Layanan laboratorium/bengkel sekolah.
Berikut adalah jenis-jenis layanan bimbingan yang ada di beberapa lembaga pendidikan
sesuai dengan umur anak menurut Lembaga Psikologi Episentrum:
1. Layanan untuk Anak: konseling, pemeriksaan psikologi, terapi.
2. Layanan untuk Remaja: konseling, pemeriksaan psikologi, training, outbond.
3. Tingkat TK dan SD: pemeriksaan psikologi, pendidikan seks untuk anak usia dini dan
sekolah dasar, layanan kunjungan psikolog.
4. Layanan untuk Tingkat Sekolah Menengah: pemeriksaan psikologi, konsultasi, konseling,
training, outbond, layanan psikologi sekolah.
Daftar Rujukan
Episentrum (Lembaga Psikologi). 2010. Jenis-jenis Layanan Khusus di Sekolah. (Online),
(http://episentrum.com/search/jenisjenis%20layanan %20khusus%20di%20sekolah, diakses
29 Maret 2010).
Kusmintardjo.1992. Manajemen Layanan Khusus di Sekolah (Jilid I). Departemen
Pendidikan dan kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan malang proyek operasi
dan perawatan Fasilitas. Malang.

Rusliana, Ade. 2010. Prinsip-Prinsip Layanan Khusus Sekolah. (Online),


(http://www.tendik.org/., diakses tanggal 26 April 2010)
LAYANAN ASRAMA SEKOLAH
A. Pengertian Asrama Sekolah
Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok,
umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan
kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para
penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel atau
losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang
penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan
bentuk penginapan lain, miaslnya apartemen. Selain untuk menampung murid-murid, asrama
juga sering ditempati peserta suatu pesta olahraga (http://id.wikipedia.org/wiki/Asrama).
Alfin Toffler (dalam Kusmintardjo, 1993) memberikan batasan asrama sekolah (schoolhouse) sebagai berikut: The school house: that is only place where children are thaught
during the day fulfills its primary function only this much (asrama adalah suatu tempat
tinggal bagi anak-anak dimana mereka diberi pengajaran atau bersekolah). Sedangkan Good
(1959) dalam Dictionary of Education memberikan batasan asrama sekolah (boardingschool) sebagai berikut:
Boardingschool is in educational institution at the primary or secondary level in which
pupils are recidence while enrolled in as instruction program, as apposed to a school to which
pipils comute froms their homes, inchedes school which offer reguler and or special
educational curricula
(asrama sekolah merupakan lembaga pendidikan baik tingkat dasar ataupun tingkat menegah
yang menjadi tempat bagi para siswa untuk dapat bertempat tinggal selama mengikuti
program pengajaran).
Dengan demikian asrama sekolah dapat diartikan sebagai suatu tempat di mana para siswa
bertempat tinggal dalam jangka waktu yang relatif tetap bersama dengan guru sebagai
pengasuhnya yang memberikan bantuan kepada para siswa dalam proses pengembangan
pribadinya melalui proses penghayatan dan pengembangan nilai budaya. Pengembangan
pribadi disini disesuaikan dengan bidang atau profesi yang sedang ditempuh di sekolah yang
bersangkutan. Hakekat kehidupan asrama bukan sekedar pembentukan kebiasaan dan kesankesan sensoris, namun juga suatu proses pembentukan nilai-nilai hidup.
B. Masalah dan Kebutuhan Asrama di Sekolah
Masalah merupakan kesenjangan yang terjadi ketika hasil yang didapat tidak sesuai dengan
harapan. Masalah yang muncul dalam asrama sekolah sebagian besar adalah masalah yang
terjadi akibat pelanggaran-pelaanggaran tata tertib. Pada umumnya warga asrama merasa
tertekan dengan peraturan yang ada. Dalam penyelesaian masalah dalam asrama tidak harus
melibatkan Pembina, cukup ditangani oleh pengurus asrama.
Menurut F. Patty (1983) dalam Junaidi menyebutkan beberapa fasilitas yang harus dimiliki
asrama sekolah sebagai berikut:

1. Memiliki kamar tidur yang cukup luas, yang dapat menampung semua penghuni asrama
beserta pengawas-pengawasnya, yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah penghuni.
2. Memiliki kamar pakaian yang dilengkapi almari pakaian serta rak sepatu/sandal yang
jumlahnya disesuaikan dengan jumlah penghuni, dan apabila tidak mungkin kedua kamar
(kamar tidur dan kamar pakaian) dipisahkan, maka kedua kamar tersebut dapat disusun
menjadi satu kamar dengan pengaturan yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi masingmasing.
3. Memiliki ruang makan yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang sesuai dengan jumlah
penghuni yang menggunakannya.
4. Memiliki kamar mandi dan WC yang memadai dengan jumlah pemakai ( kira-kira 1/5 dari
jumlah penghuni), serta dilengkapi dengan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan.
5. Memiliki kamar belajar yang cukup luas dan dapat diselaraskan dengan kebutuhan belajar
para penghuninya, misalnya apabila asrama diadakan selokasi dengan sekolah, maka kegiatan
belajar dapat dilaksanakan atau menempati kelas-kelas yang ada.
6. Memiliki tempat mencuci pakaian yang memadai dengan kebutuhan para penghuninya,
serta dengan persediaan air yang cukup dan alat-alat yang diperlukan.
7. Memiliki halaman yang dapat dipergunakan untuk sekedar rekreasi atau bersantai dikala
istirahat sehabis menjalankan kegiatan yang melelahkan.
8. Memiliki lapangan olah raga dan atau bangsal olahraga, yang juga dapat dipergunakan
untuk latihan kesenian, senam, dan kegiatan lainya yang memerlukan bangsal.
9. Memiliki tempat ibadah, yang disesuaikan dengan kebutuhan beribadah para penghuninya.
10. Memiliki ruang untuk menerima tamu.
11. Memiliki perpustakaan beserta ruang baca yang memadai.
12. Memiliki ruangan khusus untuk mereka yang sedang menderita sakit untuk memudahkan
pelayanan dan memungkinkan penularan penyakit dapat dicegah.
C. Fungsi dan Tujuan Asrama
Penghuni asrama adalah individu-individu siswa yang berasal dari latar belakang yang
berbeda-beda, baik dari segi segi pendidikan orang tua, status sosial ekonomi, dan adat
istiadat. Oleh karena itu perlu disusun etos kehidupan asrama yang mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut di atas. Sahertian (dalam Kusmintardjo, 1992) menguraikan tentang
hakekat dan fungsi asrama sekolah sebagai berikut:
1. Hakekat kehidupan asrama sekolah
Hakekat kehidupan asrama bukan sekedar pembentukan kebiasaan (habits formation) dan
kesan-kesan sensoris, namun suatu proses pembentukan nilai. Dengan kata lain, hidup di
asrama pada hakekatnya adalah pembentukan nilai-nilai yaitu: (a) nilai keagamaan; (b) nilai
kebenaran; (c) nilai kebersamaan (sosial); (d) nilai keindahan; (e) nilai ekonomis; (f) nilai
yuridis, dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam kehidupan di asrama diperlukan adanya saling menghargai, saling
mengakui, saling menerima dan memberi, dan saling mengembangkan diri sendiri.
2. Fungsi Kehidupan Asrama Sekolah
Sejalan dengan hakekat kehidupan asrama adalah pembentukan nilai, maka fungsi kehidupan
asrama harus mengandung hal-hal sebagai berikut:
a. Kehidupan asrama sekolah harus dapat menciptakan suasana home.

Dalam hal ini, kultur kehidupan di asrama harus berisi suasanahome dalam pengertian
sebagai berikut:
Lingkungan penuh kasih sayang, jauh dari suasana perselisihan (a world striffe shut cut, a
world of love shutin).
Tempat dimana yang kecil merasa dibesarkan dan yang besar merasa kecil (the place where
the small are great,and the great are small).
Tempat dimana kita tidak banyak menggerutu dan diperlakuakan dengan sebaik-baiknya (the
place where we grumble most and treated the best).
Tempat dimana kita makan tiga kali sehari sekenyang-kenyangnya dan memuaskan diri
seribu kali (the place where stomach gets three squere meals a day and our heart a
thousands).
Pusat pertumbuhan dwi tunggal antara peri kasih sayang dan angan-agan pribadi (the centre
of our affection round which our heart best wishes twine).
b. Kehidupan asrama harus dapat mejadi laboraratorium
Sosiologis, dimana hubungan-hubungan manusia merupakan kunci utama. Artinya dalam
kehidupan asrama di sekolah harus diusahakan berbagai pengalaman belajar (learning
activity) sebagai persiapan untuk hidup di masyarakat.
Selaras dengan hakekat dan fungsi kehidupan asrama sekolah, maka secara umum tujuan
diselenggarakannya asrama sekolah adalah untuk menunjang keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan di sekolah. Sedangkan secara khusus tujuan penyelenggaraan asrama adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan bimbingan kepada siswa (penghuni asrama sekolah) dan menanamkan rasa
disiplin pada diri siswa;
2. Membiasakan para siswa untuk mencintai belajar bersama-sama dengan teman sebayanya;
3. Membantu para siswa agar dapat menyesuaikan diri pada kehidupan sosial dalam
lingkungan sebaya;
4. Membantu siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui penghayatan dan
pengembangan nilai-nilai kekecerdasan dan ketrampilan;
5. Membantu memberikan tempat penginapan bagi para siswa yang rumahnya jauh dari
sekolah.
Tujuan diselenggarakannya asrama sekolah secara umum adalah untuk menunjang
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, sedangkan secara khusus tujuan
penyelenggaraan asrama adalah sebagai berikut:
a. Menanamkan rasa disiplin pada diri siswa
b. Membiasakan para siswa untuk mecintai belajar bersama-sama dengan teman sebayanya
c. Membantu para siswa agar dapat menyesuaikan diri pada kehidupan social dalam
lingkungan sebayanya
d. Membantu para siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui penghayatan dan
pengembangan nilai- nilai kecerdasan dan ketrampilan.
(http://windywindylagi.wordpress.com/)
D. Perencanaan Program Asrama
Pengertian perencanaan mempunyai beberapa definisi rumusan yang berbeda satu dengan
lainnya. Cuningham dalam Junaidi (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah
menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang

akan datang dengan tujuan menvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan
kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan
dalam penyelesaian. Perencanaan dalam pengertian ini menitikberatkan kepada usaha untuk
menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta
usaha untuk mencapainya.
E. Pelaksanaan Program Asrama
Kehidupan dalam asrama biasanya selalu dibuat teratur serta selalu mengikuti peraturanperaturan yang dijunjung tinggi untuk dipatuhi dan dijalankan secara tepat dengan penuh
kesadaran oleh para penghuninya. Oleh karena itu, kegiatan pengelolaan dan
penyelenggaraan asrama sekolah perlu mendapat perhatian yang serius dari pihak yang
terkait dengan keberadaan asrama sekolah. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
mengelola asrama sekolah adalah sebagai berikut:
1. Sesuai dengan tujuan menyelenggarakan asrama, maka perlu diingat bahwa asrama
bukanlah tempat pondokan atau indekost, namun merupakan suatu hunian sekolompok
individu yang relatif sama, baik dalam usia, jenis kelamin maupun profesi;
2. Ide-ide pengelolaan asrama sekolah tidak akan terlepas dari lokasi, lingkungan dan situasi
sekolah. Maksudnya, bahwa ketiga hal tersebut sangat mempengaruhi cara mengelola asrama
sekolah;
3. Dalam asrama sekolah hendaknya diciptakan suatu suasana home, yaitu suatu situasi di
mana para penghuni asrama merasa berada di rumahnya sendiri sehingga mereka selalu
bersikap wajar dan merasa turut memiliki asrama tersebut.
4. Asrama hendaknya memberikan pengaruh positif dalam pembentukan dan penanaman
sikap serta kebiasaan-kebiasaan yang baik pada diri siswa.
5. Asrama perlu menetapkan tata tertib dan disiplin yang disertai usaha pengawasan untuk
membantu pertumbuhan sikap yang baik bagi para penghuninya.
6. Pengawasan di asrama hendaknya dilakukan secara bersahabat dan kekeluargaan sehingga
para penghuni tidak merasa selalui diawasi.
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan asrama sekolah, yaitu: aspek
sarana (hard ware), dan aspek pengelola asrama (soft ware).
1. Pengelolaan Sarana Fisik (hard ware)
Agar pengelolaan asrama sekolah dapat berjalan dengan lancar, diperlukan fasilitas-fasilitas
yang menunjang penyelenggaraan asrama, misalnya: pengadaan sarana yang sangat
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar, bermain, makan, dan sebagainya.
Di samping itu hal yang juga perlu diperhatikan adalah pengaturan sarana serta lokal asrama.
Di dalam upaya mengatur sarana dan lokal-lokal tersebut, hendaknya pertimbangan lebih
difokuskan pada gagasan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tempat-tempat itu masingmasing dapat mencapai hasil yang maksimal. Jangan sampai terjadi kegiatan-kegiatan yang
satu dapat menghambat kemajuan kegiatan lain yang juga sama pentingnya. Selain itu ada
juga beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kehidupan di asrama sekolah, diantaranya:
a. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat-bakat, seperti bakat kesenian dan
bakat-bakat di bidang lain, dari penghuni asrama sekolah.
b. Memberikan kesempatan yang cukup untuk mengerjakan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianut oleh para penghuni asrama.

c. Memberikan kesempatan kepada para penghuni asrama untuk bergaul dengan masyarakat
atau organisasi/perkumpulan di luar, sehingga mereka tidak canggung-canggung dalam
pergaulan, misalnya melalui pertandingan persahatan dalam bidang olah raga, dan
sebagainya.
2. Aspek Pengelola Asrama (soft-ware)
Yang dimaksud pengelola asrama adalah pengurus asrama dan pelaksana asrama sekolah.
Pengurus asrama dapat berjumlah 5 sampai 7 orang, yang terdiri atas guru dan anggota
Dharma Wanita sekolah yang bersangkutan serta diketuai oleh wakil kepala sekolah (urusan
kesiswaan). Masa kerja pengurus asrama dapat 3-5 tahun, dan setelah itu perlu ada pilihan
lagi. Untuk itu, sebaiknya kepengurusan asrama sekolah diatur dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD ART) yang ditetapkan oleh sekolah. Karena pengurus asrama
ini merupakan salah satu bagian dari system sekolah, maka pengurus asrama dalam
melaksanakan kegiatannya bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah. Sedangkan
pelaksana asrama terdiri atas pegawai tetap sekolah yang berkantor dan bertempat tinggal di
asrama. Mereka dibantu oleh beberapa pembantu pelaksana operasional yang bertugas dalam
bidang kebersihan dan keamanan.
Adapun tugas dari pengelola asrama sekolah adalah sebagai berikut:
a. Membuat peraturan-peraturan penyelenggaraan asrama, misalnya:
1. Menentukan beberapa syarat dalam penerimaan (atau pelepasan) para siswa untuk dapat
diterima sebagai penghuni asrama sekolah.
2. Menentukan biaya yang minimum (tidak komersial) dalam arti bahwa penentuan tarif
biaya disini adalah untuk mendidik para penghuni asrama agar dapat bertanggung jawab,
mandiri dan mengahargai diri.
3. Menentukan waktu pembayaran sewa, misalnya ditarik setiap satu semester sekali atau
setiap bulan.
4. Mengatur atau memberi sanksi kepada penghuni asrama yang melanggar peraturan.
5. Menyusun rencana anggaran belanja untuk pengelolaan pertahun, misalnya:
a. Menentukan besarnya biaya untuk pemeliharaan gedung, termasuk pengecatan dan
perbaikan kerusakan-kerusakan ringan.
b. Menentukan besarnya biaya untuk menjaga kebersihan gedung da halaman asrama sekolah
termasuk peralatannya;
6. Membuat peraturan yang berkaitan dengan keamanan asrama sekolah, misalnya:
a. Kunci kamar harus disimpan di kantor asrama, apabila penghuni hendak pergi ke sekolah
atau bepergian untuk suatu keperluan, dan sebaiknya di kantor asrama disediakan tempat
kunci tersendiri yang masing-masing kunci diberi kode monor kunci.
b. Masing-masing para penghuni asrama sekolah harus memiliki gembok/kunci almari sendiri
dan anak kunci di bawa sndiri-sendiri oleh penghuni asrama;
c. Membuata jadwal piket jaga asrama sekolah secara bergiliran selama 24 jam, dimana
masing-masing 6 jam.
7. Menyusun peraturan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban petugas pelaksana
termasuk pembantu-pembantunya.
F. Program Asrama dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar
Program asrama merupakan salah satu perwujudan program sekolah. Pelaksanaannya
disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa yang tinggal di asrama. Program asrama di bagi
kepada dua bagian sebagai contoh pada Madrasah Tsanawiyah Thowalib:

1. Program yang dikelola oleh pembina diantaranya;


a. Belajar mengajar
1. Bidang studi identitas
2. Bidang studi umum
3. Bidang kesehatan dan kebersihan
4. Bidang etika
b. Tahsin Alquran
c. Belajar Murattal, irama dan tahfizul quran
d. Muhadharah dan kultum
e. Keputrian
f. Kesenian
g. Pendidikan Jasmani
h. Mading
i. Shalat malam dan puasa sunnah Senin dan Kamis
j. K 5 (Ketertiban, kebersihan, kesehatan, keamanan dan keindahan)
k. Program yang dikelola oleh tim Bahasa Arab
1. Pemberian mufradat (kosakata bahasa Arab)
2. Muhadharah Ammah
3. Muhadatsah Shabihiyah
2. Kegiatan Harian Siswa Asrama
No Waktu Kegiatan Keterangan
1 04.45-05.00 Bangun Pagi Asrama
2 05.00-05.30 Shalat subuh berjamaah Masjid
3 05.30-06.00 Membaca Al-Quran/pemberian
Mufradat Asrama
4 06.00-06.30 Persiapan ke Sekolah Asrama
5 06.30-07.00 Sarapan Pagi Asrama
6 07.15-14.00 Belajar di sekolah Sekolah
7 14.00-14.30 Makan siang Asrama
8 14.30-15.15 Istirahat siang Asrama
9 15.15-15.45 Shalat Ashar
berjamaah Masjid
10 15.45-16.30 MCK Asrama
11 16.30-17.30 Belajar tambahan Asrama
12 17.30-18.00 Makan malam & Persiapan shalat Magrib Asrama
13 18.00-18.30 Shalat Magrib berjamaah Asrama
14 18.30-19.30 Qiraatul Quran & Mutalaah Masjid
15 19.30-20.00 Shalat Isya berjamaah Asrama
16 20.00-20.30 Muthalaah pelajaran/Tutorial malam Asrama
17 20.30-04.45 Istirahat malam Asrama
(http://thawalibparabek.tripod.com/asrama.htm)
G. Evaluasi Program Asrama
Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis yang dilakukan dalam rangka
untuk mengetahui apakah suatu kegiatan pendidikan telah berjalan sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan atau belum. (wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/14/definisi-evaluasi).

Dalam pelaksanaan evaluasi program kegiatan asrama tidak dilakukan sekali dalam satu
periode melainkan dilakukan bertahap sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Sebagai contoh kegiatan yang diadakan hanya satu kali dalam satu periode (pelatihan
kewirausahaan) biasanya setelah kegiatan berlangsung tetapi untuk kegiatan yang dilakukan
selama satu periode tersebut maka evaluasinya dilakukan secara kontinu setiap bulan.
Evaluasi dilakukan oleh perencana kegiatan dengan melibatkan seluruh warga asrama. Hal ini
dilakukan agar kesalahan yang muncul dapat dihindari supaya tidak terulang kembali.
Daftar Rujukan
Good, C. V. 1959. Dictionaryof Education. New York
Toronto-London: Mc Graw Hill Book Company.
Inc.
Junaidi, W. 2009. Definisi Perencanaan. (Online),
(http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/
definisi-perencanaan.html, diakses 26 April 2009)
Kusmintardjo. 1993. Pengelolaan Layanan Khusus di
Sekolah.(Jilid 2). Malang: OPF IKIP Malang.
Sutisna, O. 1983. Administrasi Pendidikan: Dasar
Teoritis untuk Praktik Profesional. Bandung :
Penerbit Angkasa.
Tanpa nama. 2009. Asrama. (Online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/Asrama, diakses 26
April 2010).
Tanpa nama. 2010. Program Asrama Madrasah
Thowalib. (Online), http://thawalibparabek.tripod.
com/asrama.htm, diakses 26 April 2010)
Wakhinuddin, 2009. Definisi Evaluasi (Dalam Konteks
Program dan Pendidikan). (Online),
(http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/14/def
inisi-evaluasi, diakses 26 April 2009)
Wyndi. 2010. Manajemen Layanan Khusus. (Online),
(http://windywindylagi.wordpress.com/, diakses 26
April 2010)
Lampiran
MANAJEMEN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan

Pengertian bimbingan menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan (2001:14) bimbingan


adalah suatu bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat
keputusan dan pemecahan masalah sebagaimana dikemukakan dalam kaitan dengan
pengajaran. Dari definisi-definisi di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa bimbingan
berarti bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang memerlukannya.
Perkataan membantu berarti dalam bimbingan tidak ada paksaan, tetapi lebih menekankan
pada pemberian peranan individu kearah tujuan yang sesuai dengan potensinya. Jadi dalam
hal ini, pembimbing sama sekali tidak ikut menentukan pilihan atau keputusan dari orang
yang dibimbingnya. Yang menentukan pilihan atau keputusan adalah individu itu sendiri.
Bantuan (bimbingan) tersebut diberikan kepada setiap orang, namun prioritas diberikan
kepada individu-individu yang membutuhkan atau benar-benar harus dibantu. Pada
hakekatnya bantuan itu adakah untuk semua orang. Bimbingan merupakan suatu proses
kontinyu, artinya bimbingan itu tidak diberikan hanya sewaktu-waktu saja dan secara
kebetulan, namun merupakan kegiatan yang terus menerus, sistematika, terencana dan terarah
pada tujuan. Bimbingan atau bantuan diberikan agar individu dapat mengembangkan dirinya
semaksimal mungkin. Bimbingan diberikan agar individu dapat lebih mengenal dirinya
sendiri (kekuatan dan kelemahannya), menerima keadaan dirinya dan dapat mengarahkan
dirinya sesuai dengan kemampuannya.
2. Pengertian Konseling
Sedangkan konseling adalah proses interaksi yang memberikan fasilitas atau kemudahan
untuk pemahaman yang bermakna terhadap diri dan lingkungan, serta menghasilkan
kemantapan atau kejernihan tujuan-tujuan dan nilai-nilai untuk perilaku dimasa yang akan
datang. Menurut Shertzer dan Stone dalam Syuhada (1988) adalah usaha yang secara
langsung berkenaan dengan pemecahan masalah-masalah peserta didik.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling adalah upaya bantuan yang
diberikan seseorang pembimbing yang telatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu
yang membutuhkannya, agar individu tersebut dapat berkembang potensinya secara optimal,
mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
selalu berubah. Jadi konseling adalah usaha yang secara langsung berkenaan dengan masalahmasalah klien, sementara bimbingan lebih diaksentualisasikan kepada bantuan kepada klien.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu kelanjutan dari layanan
kepenasehatan akademik dan administratif peserta didik. Pelayanan bantuan untuk peserta
didik baik individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan
pribadi, sosial, belajar, karir; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas
dasar norma-norma yang berlaku.
B. Masalah Bimbingan dan Konseling yang dihadapi Sekolah
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah belum tentu berjalan sesuai dengan
yang diharapkan pasti ada masalah didalamya, diantara masalah-masalah yang terjadi di
sekolah menurut Willis (2004) antara lain:
1. Masalah Profesi Konselor, sampai saat ini profesi konselor sekolah belum diakui. Profesi
ini nampaknya sulit untuk mendapatkan pengakuan, karena bervariasinya pendidikan
pembimbingdan pengalaman konselor di sekolah.
2. SK pengangkatan, lulusan bimbingan dan konseling disekolah menengah biasanya tidak
diangkat sebagai guru pembimbing, akan tetapi mereka di- SK-kan sebagai guru bidang studi

pada sekolah tersebut. Biasanya lulusan bimbingan dan konseling mengkoodinir bimbingan
dan konseling di sekolah.
3. Masalah sikap terhadap bimbingan dan konseling, tampaknya guru-guru dan kepala
sekolah masih kaku sikapnya terhadap bimbingan dan konseling di sekolah. Banyak diantara
mereka yang beranggapan bahwa bimbingan dan konseling adalah mengurus para siswa yang
melanggar peraturan. Guru pembimbing dianggap sebagai polisi sekolah. Dampaknya adalah
guru pembimbing seperti dijauhi siswa. Guru-guru dan kepala sekolah kurang memberikan
dorongan dan apresiasi terhadap lembaga bimbingan dan konseling di sekolah. Akibatnya,
bimbingan dan konseling kurang efektif dalam menanggulangi masalah-masalah siswa, dan
dianggap sepi perannya di sekolah.
Disamping masalah-masalah yang dihadapi seperti tersebut diatas, Rochman Natawijaya
dalam Willis (2004) melihat bahwa sering terjadi salah pengertian terhadap bimbingan dan
konseling, baik dikalangan para guru atau masyarakat umum. Kesalahan-kesalahan tentang
bimbingan dan konseling itu diungkapkan sebagai berikut:
1. Bimbingan identik dengan pendidikan
Pengertian ini sangat keliru karena bimbingan merupakan bagian dari pendidikan. Dapat
dikatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah alat pendidikan dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan yakni kedewasaan anak.
2. Bimbingan dan konseling adalah cara untuk membantu murid-murid yang salah.
Bimbingan dan konseling tidak hanya diberikan kepada anak yang salah saja, akan tetapi
kepada semua murid termasuk murid yang potensial.
3. Bimbingan dan konseling berarti bimbingan pekerjaan atau karier, bimbingan dan
konseling bukan hanya untuk karier akan tetapi untuk membantu murid dalam segala aspek
pribadinya.
4. Bimbingan dan konseling adalah usaha memberi nasehat sebab kebanyakan dalam nasehat
unsur paksaan amat menonjol. Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada individu untuk mencapaia pemahaman diri dimana tidak dapat unsur
paksaan.
5. Bimbingan menghendaki kepatuhan dalam perilaku yang dikehendaki sebagai hasil
bimbingan dan konseling bukanlah kepatuhan, tetapi penyesuaian diri yang baik. Kepatuhan
tidak sama dengan penyesuaian diri.
6. Bimbingan adalah tugas para ahli dalam penyusunan program BK dan melaksanakan
konseling khusus, memang tugas para ahli (pakar). Akan tetapi tidak semua tugas bimbingan
adalah tugas para ahli melainkan guru-guru juga memberikan tugas dalam hal bimbingan dan
konseling.
C. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah sesuaia dengan tujuan pendidikan
sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun
1989 yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan
bertakwa kepada Tuhan Yng Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, meiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, keperibadian yang amantap dan mandiri,
serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kengasaan (Depdikbud, 1994:5).
Secara umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mengenal bakat,
minat, dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaiakan diri dengan kesempatan

pendidikan untuk merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Sesuai dengan hakekat bimbingan sebagai upaya untuk membantu perkembangan
kepribadian siswa secara optimal, maka secara umum layanan bimbingan di sekolah dasar
harus dikaitkan dengan kegiatan pendidikan, karena itu tujuan akhir bimbingan adalah
mengembangkan potensi siswa secara optimal agar mampu meningkatan perannya dalam
rangka menjawab tantangan kehidupan masa depan. Secara khusus layanan layanan
bimbingan bertujua membantu siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang
meliputi aspek pribadi-sosial, pendidikan dan karier sesuai dengan tuntutan lingkungan
(Depdikbud, 1994).
Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat
mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek dibawah ini, yaitu;
a. Dalam aspek perkembangan pribadi-sosial, layanan bimbingan bertujuan membantu siswa
agar;
1. Memiliki pemahaman sendiri
2. Dapat mengembangkan sikap positif
3. Membantu kegiatan secara sehat
4. Mampu mengahrgai orang lain
5. Memilki rasa tanggungjawab
6. Mengembangkan keterampilan hubungan pribadi
7. Dapat menyelesaikan masalah
8. Dapat membuat keputusan secara baik
b. Dalam aspek perkembangan pendidikan, layanan bimbingan membantu siswa agar;
1. Dapat melaksanakan cara-cara belajar yang benar
2. Dapat menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
3. Dapat mencapai prestasi belajar secara optimal, sesuai bakat dan kemampuan
4. Memilki ketermpilan untuk menghadapi ulangan atau ujian
c. Dalam aspek perkembangan karier layanan bimbingan membantu siswa agar dapat;
1. Mengenal macam-macam dan cirri-ciri dari berbagai jenis pekerjaan yang ada
2. Merencanakan masa depan
3. Membantu arah pekerjaan
4. Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan minat dengan jenis pekerjaan
5. Membantu mencapai cita-cita
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan pengertian dan tujuan bimbingan yang ingin dicapai, layanan bimbingan dapat
berfungsi sebagai berikut:
a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman diri yang
meliputi;
1. Pemahaman diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orangtua siswa, guru dan pembimbing;
2. Pemahaman tentang lingkungan siswa (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat),
terutama oleh siswa sendiri, orangtua siswa, guru, dan pembimbing;
3. Pemahaman tentang informasi (informasi pendidikan, karier, dan budaya/nilai-nilai)
terutama oleh siswa.
b. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan yang akan mengahsilkan terhindarnya siswa
dari berbagai permasalahan yang dapat mengahambat atau menimbulkan masalah dalam
proses perkembangan siswa.
c. Fungsi perbaikan, yaitu meskipun fungsi pemahaman dan pencegahan telah dilaksanakan,

namun siswa yang bersangkutan kemungkinan masih mengalami masalah-masalah tertentu.


Dalam hal ini bantuan bimbingan berusaha untuk memecahkan masalah yang dialami siswa.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang diberikan dapat
membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi
positif siswa secara terarah dan mantap.
D. Perancanaan Program Bimbingan dan Konseling
Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah dimulai dari
mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan bahan masukan bagi penyusun program
tersebut. Kegiatan ini yang akan dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program.
Perencanaan program seharusnya didasarkan pada kebutuhan nyata siswa lengkap dan
menyeluruh (memuat segenap fungsi bk), sistematis (disusun menurut urutan logis, singkron,
dan tidak tumpang tindih), terbuka dan luwes (mudah menerima masukan tanpa harus
merombah program secara menyeluruh), memungkinkan kerjasama dengan pihak terkait
dimungkinkan penilaian dan tindak lanjut.
E. Peran Kepala Sekolah dan Staf dalam Bimbingan dan Konseling
Keberhasilan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya ditentukan
oleh keahlian dan ketrampilan para petugas penyuluh, namun juga sangat ditentukan oleh
ketrampilan seluruh staf sekolah dalam memberikan pelayanan tersebut. Untuk itu diperlukan
adanya team work yang terdiri atas kepala sekolah, konselor, guru penyuluh, guru, dan
pekerja sosial (social worker). Diperlukan juga adanya pembagian tugas dan tanggung jawab
yang jelas. Untuk menelaah tugas dan tanggung jawab dari masing-masing anggota tim
tersebut di atas, perlu ditelaah dulu beberapa pola organisasi bimbingan.
1. Pola Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pada umumnya ada 3 (tiga) pola organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. Pola
organisasi dimana pelayanan bimbingan diberikan dan dilaksanakan oleh semua staf sekolah.
Pelayanan bimbingan ini merupakan bagian dari tugas mengajar yang diterima guru. Pada
pola organisasi bimbingan semacam ini, tidak diperlukan seorang ahli bimbingan dan
konseling yang bertugas secara khusus menyelenggarakan bimbingan di sekolah. Pola
organisasi bimbingan ini biasanya dilaksanakan di sekolah dasar atau yang sederajat. Pola
organisasi dimana pelayanan bimbingan diberikan secara khusus.
Dalam hal ini pelayanan bimbingan dikoordinir oleh seorang ahli yang bertugas khusus
menyelenggarakan bimbingan dan konseling. Petugas-petugas tersebut dibebaskan dari tugas
mengajar. Biasanya penyelenggaraan layanan bimbingan dengan pola ini memerlukan
petugas-petugas lain yang membantu pelaksanaan program. Dalam pola yang semacam ini
sudah harus ada pembagian tugas yang jelas di antara para petugas bimbingan. Pola ini
biasanya digunakan di Sekolah Menengah (SMP/SMA/SMK/MA). Pola yang ketiga adalah
merupakan pola campuran antara pola yang pertama dan kedua. Dalam pola ini pelaksanaan
layanan bimbingan dilakukan oleh guru-guru yang terpilih yang dibebaskan dari tugas
mengjar untuk beberapa jam dalam setiap hari. Untuk itu guru terpilih harus mendapatkan
latihan jabatan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
2. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah dalam Layanan Bimbingan

Pada ketiga pola organisasi bimbingan di atas, tugas kepala sekolah adalah mengelola dan
membina penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di sekolahnya sehingga
pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah dituangkan dalam programprogramnya. Adapun bila dilihat dari statusnya, baik di sekolah maupun dalam organisasi
bimbingan konseling pada khususnya, maka fungsi kepala sekolah adalah sebagai
administrator dan supervisor. Sebagai administrator, kepala sekolah bertanggungjawab
terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah umumnya, khususnya program
layanan bimbingan dan konseling di sekolahnya. Karena posisinya yang sentral di dalam
sekolah, kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam pengembangan atau
peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolahnya.
a. Peranan dan Fungsi Guru Bidang Studi dalam Bimbingan Konseling
Tugas utama guru adalah mengajar, tetapi untuk keberhasilannya ia perlu bekerja sama
dengan petugas-petugas pupil personnel. Tugas guru dalam program bimbingan yang
sangat penting adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan murid-murid dapat
menyesuaikan diri dengan baik, di samping menciptakan lingkungan yang menyenangkan
bagi murid-murid. Menurut Santoso (2009:19) sehubungan dengan usaha menciptakan
lingkungan sekolah/kelas yang sesuai dengan azas-azas kesejahteraan jiwa, maka tugas guru
bidang studi adalah:
1. Menciptakan suasana kelas yang memungkinkan murid-murid merasa bebas untuk
menyatakan dirinya dan menunjukan usahanya sebagai individu maupun sebagai anggota
kelompok;
2. Mengembangkan rasa harga diri pada anak-anak dengan menghargai pekerjaan yang baik;
3. Mempunyai pengertian bahwa tingkah laku itu ada sebabnya (bisa dari sekolah, keluarga
dan masyarakat);
4. Mempunyai pengertian mengenai tingkah laku murid sehingga dapat menangani masalahmasalah disiplin dengan tepat;
5. Menghindari pemberian penghargaan yang berlebihan terhadap murid yang taat pada
peraturan dan menyadari bahwa murid yang tidak menimbulkan kesulitan mungkin
mengalami konflik emosional yang serius;
6. Mengetahui mana tingkah laku yang normal, mana yang kronis , dan bersedia untuk
menyerahkan murid yang kronis tersebut kepada spesialis;
7. Bersedia menerima kenyataan bahwa tiapmurid adalah berbeda dan ia akan mencapai hasil
sebanyak-banyaknya apabila ia mengetahui, memahami, dan merencanakan kegiatankegiatannya sesuai dengan kebutuhan itu.
8. Sedangkan tugas guru bidang studi yang berkenaan dengan pelaksanaan bimbingan di
sekolah adalah:
9. Mendeteksi adanya kesulitan yang dihadapi muridnya dalam penyesuaian diri dan
melaporkannya;
10. Membantu mengumpulkan informasi/data untuk cumulative record
11. Menjadi penghubungan antara sekolah dan orang tua murid;
12. Menghubungkan pelajaran dengan pekerjaan yang dicita- citakan murid;
13. Berpartisipasi dalam konferensi kasus (case-conference);
14. Memberikan informasi kepada murid-murid tentang hal-hal yang berkenaan dengan
program bimbingan.
b. Tugas dan Fungsi Konselor Sekolah

Jones dalam Dharma (2008:23) mengatakan bahwa tugas utama seorang konselor adalah
melakukan konseling. Apabila diberikan tugas-tugas lain maka akan mengaburkan sebutan
konselor itu sendiri. Beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang konselor anatar lain:
1. Pengetahuan dalam informsi mengenai pekerjaan, pendidikan dan sosial dan bagaimana
menggunakannya dengan counselee; Pendidikan dalam hal psikologis dan pandangan yang
luas mengenai sifat dan sebab-sebab dari kesulitan murid-murid;
2. Ketrampilan dalam menggunaka alat-alat dan teknik yang dipergunakan dalam analisis
individu; Membantu peserta didiknya untuk memahami kekuatan, kelemahan serta
kesempatan yang ada pada dirinya;
3. Untuk mendapatkan informasi mengenai individu-individu yang berguna bagi perencanaan
dan memimpin kegiatan kelas;
4. Dalam menggunkan test dan teknik-teknik evaluasi;
5. Menyelenggarakan bimbingan kelompok dalam merencanakan dan memimpin kegiatan
semacam itu;
6. Bekerja sama dengan guru-guru lain dalam memecahkan masalah-masalah murid;
7. Berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum sekolah;
8. Berpartisipasi dalam membantu program penataran bimbingan di sekolah;
9. Membantu sekolah dalam bekerjasama dengan masyarakat, yang meliputi;
10. Bertindak sebagai penguhubung antara sekolah dan masyarakat untuk mengusahakan agar
sumber-sunber pelayanan yang ada di masyarakat dapat dipergunakan oleh murid-murid dan
guru-guru;
11. Menginterpretasikan program sekolah terutama program bimbingan kepada masyarakat.
c. Tugas dan Fungsi Psikolog Sekolah
Tugas utama psikolog sekolah adalah melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan
diagnosis dan penyembuhan masalah atau kesulitan belajar yang nampak pada kurangnya
penyesuaian dalam belajar atau penyesuaian pribadi-sosial;
1. Bekerjasama dengan orang tua murid untuk memperbaiki hubungan orang tua dengan
anaknya;
2. Memberikan pelayanan-pelayanan khusus bagi anak yang berkelainan;
3. Menyelenggarakan in servis training bagi guru-guru mengenai aplikasi kesejahteraan jiwa
di sekolah;
4. Mengadakan riset, terutama mengenai pendekatan- pendekatan praktis terhadap masalahmasalah sekolah;
5. Berpartisipasi secara aktif dalam merumuskan kebijakan- kebijakan mengenai program
kesehatan sekolah dan membantusekolah dalam mengembangkan dan mengelola program
kesehatan;
6. Mengkoordinasikan penilaian kesehatan dari semua siswa dan mengidentifikasi kebutuhan
kesehatan siswa yang dapat menganggu belajarnya;
7. Mengkoordinasikan penyediaan P3K di sekolah
8. Mengkoordinasikan program sekolah dengan keseluruhan program kesehatan masyarakat.
F. Penerapan Program Bimbingan dan Konseling
Penenerapan program bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan kurikulum sangat
menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam
pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan

pembelajaran yang dirumuskan. Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran
guru dalam kegiatan Bimbingan dan konseling, yaitu:
1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium,
studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lainlain.
3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement
untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta
(kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajarmengajar.
Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan.
5. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
6. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Evaluator, guru
mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun
tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau
tidak.
G. Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Penilaian suatu program berarti mengadakan pertimbangan secara sistematis tentang
efektifitas suatu kegiatan yang berkitan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan norma yang
khusus. Penilaian sistematis suatu program menghasilkan beberapa nilai terhadap individu
yang berhubungannya dengan sebuah layanan sering juga pengembangan program itu sendiri.
Karena itu bimbingan masa depan sangat tergantung pada dat-data kongkrit mengenai
keuntungan dan keterbatasannya. Evaluasi program bimbingan bersifat keharusan karena
efektivitasnya harus diketahui dan program itu sendiri harus dikemabngkan. Karena itu
penilaian secara kontinu harus diadakan karena kepeutusan mengenai personel, waktu,
aktifitas dan lainnya harus dibuat. Penilaian secara sistematis sangat diperlukan sebagai dasar
pengembangan program itu sendiri.
Selanjutnya Sukardi (1990:47) menyatakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah dimaksudkan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk
menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksaan program
bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan
tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan. Berdasarkan pengertian
tersebut, dapatlah dirumuskan bahwa;
1. Evaluasi pelaksanakan program bimbingan dn konseling merupakan suatu usaha untuk
menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling demi peningkatan mutu
program bimbingan dan konseling.
2. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling ialah suatu usaha penelitian,
dengan cara mengumpulkan data secara sistematis, menarik kesimpulan atas dasar data yang
diperoleh secara onjektif, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah
perbaikan, pengembangan, dan pengarahan staf.
Secara umum penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
bertujuan untuk:

1. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
2. Mengetahui tingkat efesiensi dan efektivitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
a. Jenis Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling di Sekolah
1. Evaluasi Peserta didik (input)
Untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan konseling di sekolah,
maka pemahaman terhadap peserta didik yang mendapatkan bimbingan dan konseling
penting dan perlu. Pemahaman mengenai peserta didik perlu dilakukan sedini mungkin.
Dengan pemahaman terhadap peserta didik ini dapat dipakai untuk mempertimbangkan hasil
pelaksanaan program bimbingan bila dibandingkan dengan produk yang dicapai. Evaluasi ini
mulai dari layanan pengumpulan data pada saat peserta didik diterima di sekolah
bersangkutan.
2. Evaluasi Program
Jenis evaluasi program ini dilakukan demi untuk peningkatan mutu program bimbingan dan
konseling sekolah. penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dibagi menjadi
beberapa kegiatan layanan, yaitu; (1) layanan kepada peserta didik, (2) layanan kepada guru,
(3) layanan kepada kepala sekolah, (4) layan kepada orang tua siswa/ masyarakat. Jenis
evaluasi pelaksanaan program ini memerlukan alat-alat/instrumen evaluasi yang baik.
3. Evaluasi Proses
Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam program bimbingan dan konseling di
sekolah, dituntut proses pelaksaan program bimbingan yang mengarah kepada tujuan yang
diharapkan.
4. Evaluasi Hasil
Jenis evaluasi pelaksanaan program ini diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang
diperoleh seseorang yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan bimbingan dan melalui
peninjauan terhadap kegiatan itu sendiri. Peninjauan evaluatif itu memusatkan perhatian pada
efek-efek yang dihasilkan sesuai dengan tujuan-tujuan bimbingan yang dikenal dengan nama
evaluasi produk atau evaluasi hasil. Jadi untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan
dari pelkasanaan program bimbingan di sekolah dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
b. Prinsip-prinsip Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Menurut Gibson dan Mitchell (1981), mengemukakan seberapa prinsip yang semestinya
diperankan dalam penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling,
sebagai berikut:
1. Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan terhadap tujuan-tujuan program.
2. Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria pengukuran yang jelas.
3. Evaluasi yang melibatkan berbagai unsur yang profesional.
4. Evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan, berarti bahwa evaluasi

program bimbingan dan konseling bukan merupakan kegiatan yang bersifat isidental,
melainkan proses kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan.
c. Metode/pendekatan Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan konseling
Pendekatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan
berbagai cara dan kegiatan. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelenggarakan
evaluasi pelaksanaan program bimbingan konseling diantaranya:
1. Metode survei, metode ini dimaksudkan guna mendapatkan data tentang lingkungan,
pengelolaan, sikap dan pandangan personel sekolah, sikap dan pandangan siswa terhadap
program bimbingan. Jadi, metode survei ini merupakan usaha untuk mengenal keadaan
sesunggguhnya dari suatu sekolah dengan secara menyeluruh sebagaimana adanya.
2. Metode observasi, sebelum melaksanakan observasi dibutuhkan suatu rencana yang terinci,
yang mencakup perilaku-perilaku siswa yang diamati oleh siapa akan diamati, akan direkam
dengan cara yang bagaimana, dan akan diberi interpretasi evaluatif menurut apa. Dengan
demikian, perencanaan yang rinci, pembuatan pedoman atau kriteria dan keterlibatan lebih
dari satu orang dalam observasi akan diperoleh data yang lebih terarah, tepat, dan objektif.
3. Metode eksperimental, metode ini dimaksudkan untuk mempelajari satu kelompok atau
lebih yang menyangkut apakah tujuan layanan yang diharapkan itu dapat tercapai atau belum
dan apakah layanan tersebut efektif dan efisien atau tidak.
4. Metode studi kasus, metode ini digunakan untuk mengumpulkan dta mengenai keadaan
seseorang siswa dijadikan objek studi kasus. Metode ini cukup banyak memakan waktu, akan
tetapi memiliki beberapa keuntungan tertentu.
d. Sumber Data/informasi Kriteria Penilaian Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling
Adapun sumber data yang perlu dihubungi, sangat tergantung pada jenis data atau informasi
yang diperlukan. Sumber-sumber data yang dapat dihubungi diantaranya:
1. Kepala sekolah
2. Wakil kepala sekolah
3. Koordinator bimbingan dan konseling
4. Konselor sekolah
5. Guru mata pelajaranaa
6. Personel sekolah lainnya
7. Siswa dan teman dekatnya
8. Orang tua dan masyarakat
9. Para ahli atau lembaga-lembaga yang terkait.
e. Hambatan-hambatan dalam Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Koseling di
Sekolah.
Ada beberapa hambatan yang dirasa sampai saat ini dalam evaluasi pelaksanaan program
bimbingan dan koseling di skolah diantaranya:
1. Pelaksana-pelaksana bimbingan di sekolah tidak mempunyai waktu yang cukup memadai
untuk melaksanakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan koseling.
2. Pelaksana-pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah memiliki latar belakang
pendidikan yang sangat bervareasi baik ditinjau dari segi jenjang mauapun programnya,
sehingga kemampuannyapun dalam mengevaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling sangat bervaresi termasuk dalam menyusun, membakukan dan mengembangkan

instrumen evaluasi.
3. Belum tersedianya alat-alat atau instrumen evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah yang valid, reliabel, dan objektif.
4. Belum diselenggarakannya penataran, pendidikan atau pelatihan khusus yang berkaitan
tentang evaluasi pelaksaan program bimbingandan konseling pada umumnya, dan
penyusunan dan pengembangan instrumen evaluasi pelaksaan program bimbingan dan
konseling di sekolah.
5. Penyelenggaraan evaluasi membutuhkan banyak waktu dan uang.
6. Belum adanya guru inti atau instruktur bimbingan dan konselinga yang ahli dalam bidang
evaluasi pelaksaan program bimbingan dan koseling di sekolah.
Daftar Rujukan
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah DiRektorat
Pendidikan Umun.1994. Kurikulum SLTP:
Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Depdikbud.
Dharma, Surya. 2008. Bimbingan dan konsleing di
Sekolah. Jakarta:Direktorat Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional.
Djoko Budi Santoso. 2006. Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling di sekolah. Malang: UM FIP Program
Studi Bimbingan dan Konseling.
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan
Program Bimbingan Konseling di Sekolah.
Jakarta:Rineka Cipta.
Depdiknas. 2007. Manajemen Layanan Khusus Sekolah.
Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Kusmintardjo. 1992. Pengelolaan Layanan Khusus di
Sekolah (Jilid 1). Malang:OPF IKIP Malang.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2001. Buku Ajar
Manajemen Layanan Khusus di Sekolah.
Malang:Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu
Pendidikan Jurusan Administrasi Pendidikan.
LAYANAN KOPERASI SEKOLAH
A. Pengertian Koperasi Sekolah

Menurut istilah koperasi berasal dari bahasa Inggris : Coperation sedangkan, Coperation
berasal dari dua kata: Co yang artinya bersama dan Operation yang artinya usaha. Jadi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggota orang seseorang atau badan hokum koperasi
dengan melandaskan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.
Tetapi jika ditinjau dari sejarah perkembangan koperasi, pengertian koperasi ini menyangkut
masalah yang lebih luas, tidak hanya sekedar kumpulan orang-orang yang dengan kerjasama
membentuk perserikatan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Orang yang
masuk dalam kelompok itu sebenarnya masing-masing mempunyai masalah, yaitu masingmasing dalam kesulitan ekonomi yang tidak bisa diatasi sendiri-sendiri. Alasannya mudah
sekali, karena jika mereka sendiri bisa mengatasi kesulitannya maka mereka tidak
membutuhkan kerjasama dengan membentuk perserikatan.
Jadi ditinjau dari beberapa pengertian tentang koperasi dapat diambil kesimpulan tentang
pengertian koperasi sekolah yaitu sebuah organisasi yang dibentuk yang beranggotakan
semua warga sekolah dan mempunyai tujuan untuk memberdayakan anggotanya dan
dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
B. Masalah dan Kebutuhan Koperasi Sekolah
1. Masalah
Koperasi sekolah merupakan layanan yang dibentuk oleh sekolah dan sebagai alat untuk
berlatih siswa untuk menjalankan perekonomian sebelum terjun dimasyarakat. Sehingga
dalam hal ini biasanya yang menjadi masalah penting untuk menjalankan koperasi sekolah
merupakan masalah pembiayaan atau permodalan karena koperasi tersebut sebagian besar
anggotanya masih berstatus pelajar yang notabenenya belum bisa menghasilkan uang. Jadi
oleh karena itu permodalan utama biasanya menggunakan iuran sukarela dari para anggota,
tetapi jika mulai masuk anggota harus mengeluarkan uang yang disebut simpanan wajib,
simpanan wajib tersebut merupakan jaminan jika anggota yang bersangkutan itu keluar maka
simpanan wajib tersebut akan dikembalikan.
Kebanyakan faktor penyebab kegagalan sebuah koperasi adalah tidak adanya transparansi
dari pengurus inti koperasi dalam memberikan laporan tentang keuangan sehari-hari yang
menyebabkan timbulnya kecurigaan dari pada anggota koperasi yang lain.
2. Kebutuhan Koperasi Sekolah
Barang yang sangat dibutuhkan untuk melengkapi dalam membangun sebuah koperasi
sekolah.
a. Makanan makanan yang harganya mampu dijangkau oleh para siswa, buku tulis, buku
gambar,pinsil,sitip,penggaris,dan alat-alat gambar lainnya.
b. Adanya foto copy dan alat-alat lainnya untuk membuat kliping-kliping.
c. Data nama barang dan harga barang yang dibutuhkan dalam koperasi sekolah
Nama Barang Harga Barang
Pulpen 2500
Pensil 1000
Keruan 1000

Penghapus 1500
Buku 2500
Stipo 3500
Busur 1000
Jangka 7000
Penggaris 1000
Buku Kotak-kotak 2500
Stabilo 3500
Spidol 6000
Spidol Permanen 5500
Penggaris Ujian 1000
Pulpen Kaligrafi 12000
Gunting 2500
Kartun 2000
Kertas HVS 10 lembar 1000
Kertas Jeruk 1000
Tulang Sampul 500
Sampul Buku 5 lembar 500
Sampul Plastik 5 lembar 500
C. Tujuan dan Fungsi Koperasi Sekolah
1. Tujuan Kopersi Sekolah
Tujuan koperasi sekolah adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tata perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan pembentukan koperasi sekolah
di kalangan Guru dan siswa dilaksanakan dalam rangka menunjang pendidikan siswa dan
latihan berkoperasi. Dengan demikian, tujuan pembentukannya tidak terlepas dari tujuan
pendidikan dan program pemerintah dalam menanamkan kesadaran berkoperasi sejak dini.
Dan tujuan koperasi juga ada yaitu sebagai berikut:
a. Mendidik dan menanamkan kesadaran hidup bergotong royong serta memupuk rasa setia
kawan di kalangan siswa
b. Memupuk rasa cinta kepada sekolah dan menanam sifat disiplin dikalangan siswa.
c. Menanamkan rasa tanggung jawab dikalangan siswa dan membiaakan hidup bergotong
royong di masyarakat.
d. Mengembangkan dan mempertinggi pengetahuan dan ketrampilan para siswa dalam
berkoperasi.
e. Memelihara hubungan baik dan kekeluargaan dilingkungan siswa.
f. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi para siswa
2. Manfaat Koperasi
Bila mendapatkan barang yang kita perlukan untuk keperluan sekolah dengan adanya
koperasi sekolah, kita bisa menjaga hubungan kebersamaan dan kekurangan. Dan adanya
koperasi sekolah secara tidak langsung akan membantu siswa dalam rangka meningkatkan
belajar. Contohnya jika siswa memerlukan peralatan sekolah maka siswa tersebut dapat
membelinya dikopearsi sekolah, disamping siswa tidak kehilangan waktu dan jarak untuk
membeli peralatan tersebut koperasi sekolah juga bisa melatih anggotanya untuk menjalankan

perekonomiannya. Siswa juga di latih menjalankan organisasi di dalamnya sebagai anggota


koperasi.
D. Perencanaan Program Koperasi Sekolah
Menurut UU. No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian Bab IV, pasal 6 sampai dengan 8,
rincian syarat-syarat pembentukan koperasi adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan pembentukan koparesi didasarkan atas bentuk koperasi yang akan dibentuk
(koperasi primer atau koperasi sekunder).
2. Pembentukan koperasi primer memerlukan minimal 20 orang anggota. Sedangkan
keanggotaan koperasi sekunder adalah badan hokum koperasi, minimal 3 koperasi.
3. Koperasi yang akan dibentuk harus berkedudukan di wilayah negara republik Indonesia.
4. Pembentukan koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat anggaran dasar.
Dalam membentuk koperasi dibutuhkan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
a. Pertemuan awal para pemrakarsa untuk merintis berdirinya koperasi sekolah.
b. Membentuk tim kerja untuk mempersiapkan anggaran dasar.
c. Merencanakan tanggal dan tempat serta undangan rapat untuk mendirikan koperasi sekoah
yang di undang yaitu perwakilan siswa,kepala sekolah,dan guru.
d. Menyiapkan format berita acara rapat,daftar hadir,dan susunan acara rapat mendirikan
koperasi sekolah.
2. Tahap Mendirikan
a. Pembukaan oleh kepala sekolah atau pemrakarsa.
b. Pendirian koperasi dipimpin oleh kepala sekolah.
Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi sekolah harus layak secara ekonomi. Layak
secara ekonomi diartikan bahwa, usaha tersebut akan dikelola secara efisien dan mampu
menghasilkan keuntungan usaha dengan memperhatikan factor-faktor modal dan teknologi.
Modal dalam perencanaan program koperasi sekolah harus tersedia untuk mendukung
kegiatan usaha yang akan dilaksanakan. Biasanya modal ini merupakan simpanan yang wajib
dikeluarkan oleh anggota koperasi sekolah. Dalam perencanaan ini struktur kepengurusan
haruslah dibentuk dan disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh koperasi
sekolah.
E. Organisasi Koperasi Sekolah
1. Peranan Kepala Sekolah dan Guru
a. Memberi bimbingan dan pengawasan dalam mendirikan dan mengembangkan koperasi
sekolah.
b. Mengembangkan Inisiatif para siswa untuk dapat mengolola dan mengembangkan koperasi
sekolah.
c. Memberikan dorongan agar para siswa dapat beusaha dan bekerja atas kemampuan diri
sendiri, sedangkan pembibing hanya sekedar memberikan petunjuk dan pengawasan
seperlunya.

2. Peranan OSIS dan BP3


a. Bertindak sebagai pemeriksa berdirinya kopersi sekolah.
b. Mendorong dan merangsang para angotanya untuk masuk dan menjadi anggota pribadi.
c. Menggalakkan semangat berkoperasi dikalangan para anggotanya
3. Peranan Siswa Sekolah
a. Siswa mengemukakan ide idenya untuk membangun koperasi.
b. Siswa-siswa harus selalu bekerja sama dengan menjaga keharmonisan dalam menjalankan
koperasi
F. Pelaksanaan Program Koperasi Sekolah
Dalam sebuah organisasi haruslah dibuat perencanaan terlebih dahulu agar dalam
menjalankan kegiatan yang dimaksud itu mempunyai tujuan yang jelas. Dalam bagian ini
setelah terbentuknya perencanaan koperasi sekolah langkah selanjutnya yaitu menjalankan
program-program yang telah disusun sebelumnya. Langkah pertama biasanya mengadakan
rapat guna membicarakan dan membentuk serta menunjuk para pengurus koperasi tersebut.
Karena pentingnya langkah awal menjalankan koperasi ini maka dalam hal ini param anggota
harus wajib dating. Dalam rapat ini biasanya membicarakan hal-hal berikut:
1. Tujuan pendirian koperasi sekolah.
2. Usaha yang akan dijalankan.
3. Penyusunan anggaran dasar.
4. Menetapkan modal awal yang terdiri dari simpanan-simpanan.
5. Pemilihan pengurus.
Dalam menjalankan program koperasi pada intinya semua anggota atau pengurus itu
mengetahui akan tugas-tugasnya sehingga dalam menjalankan program tersebut tidak
mengalami kendala dan pelaksanaan program itu tepat sasaran. Agar hal itu dapat terwujud
maka harus diadakan rapat karena dalam koperasi pemimpin utama yaitu pada saat rapat
anggota dalam rapat ini biasanya menyepakati tentang program-program dan pembentukan
konsep AD/ART, modal awal, rencana kerja.
G. Program Koperasi Sekolah dan Kaitannya Dengan Peningkatan Belajar.
Pada setiap oraganisasi yang dibentuk oleh sekolah itu harus mempunyai manfaat bagi
siswanya untuk meningkatkan prestasi belajar. Dan program-program yang dibentuk juga
harus dalam lingkup pendidikan agar program yang dijalankan itu tidak sia-sia dan
mempunyai manfaat. Biasanya koperasi sekolah itu dibawah pengasan dari kepala sekolah
jadi secara tidak langsung program-program yang akan dijalankan selalu dibawah
pengawasan kepala sekolah. Jika program yang dijalankna tidak sesuai dengan lingkup
pendidikan maka kepala sekolah dapat menindak koperasi sekolah.
Koperasi sekolah itu dibentuk merupakan layanan khusus bagi warga sekolah guna
membantu kegiatan belajar menganjar. Pada layanan khusus ini banyak kaitannya dengan
peningkatan belajar. Karena koperasi merupakan usaha permodalan yang dikelola oleh
lingkup sekolah. Disini semua warga sekolah dapat berlatih bagaiman cara menjalankan
sebuah usaha dimana permodalan yang didapat merupakan modal bersama, dan dibutuhkan
kerjasama untuk menjalankannya.
H. Tata Tertib dan Administrasi Koperasi Sekolah.

Prinsip-Prinsip koperasi merupakan landasan pokok koperasi dalam menjalankan usahanya


sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsip-prinsip tersebut terdiri dari:
kemandirian, keanggotaan bersifat terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis
pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, pendidikan
perkoperasian dan kerja sama antar-koperasi.
Karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain adalah bahwa
anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the member), yaitu anggota
sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (user own oriented firm). Oleh karena
itu:
1. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan
ekonomi yang sama;
2. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk
menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan,
dan demokrasi. Selain itu anggota-anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etika kejujuran,
keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain;
3. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh
anggotanya;
4. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya
dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota (promotion of the members welfare);
5. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya maka
kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang non-anggota koperasi.
Dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya, koperasi tidak hanya dituntut
mempromosikan usaha-usaha ekonomi anggota, tetapi juga mengembangkan sumber daya
anggota melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara terus-menerus dan
berkelanjutan sehingga anggota semakin profesional dan mampu mengikuti perkembangan
bidang usahanya. Sebagai penggerak ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional,
pemerintah sangat berkepentingan terhadap keberhasilan koperasi.
I. Evaluasi Program Koperasi Sekolah
Pada layanan khusus ini laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari system pelaporan
keuangan koperasi, dan merupakan laporan pertanggungjawaban pengurus tentang tata
kehidupan koperasi. Dengan demikian, dilihat dari fungsi manajemen, laporan keuangan
sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu alat evaluasi kemajuan koperasi. Dalam evaluasi
koperasi tujuan laporan keuangan ini yaitu untuk menyediakan informasi yang berguna bagi
pemakai atau pengurus koperasi.
Pada pendapatan koperasi sekolah selama 1 tahun itu dikurangi dengan penyusutanpenyusutan dan beban-beban yang bersangkutan itu disebut sisa hasil usaha. Sesuai dengan
karakteristik koperasi sekolah, sisa hasil usaha
Evaluasi program koperasi sekolah menjelaskan tentang laba rugi atau hasil akhir yang
biasanya disebut sisa hasil usaha (SHU). SHU koperasi dapat berasal dari usaha yang
diselenggarakan untuk anggota dan bukan anggota. SHU yang dibagikan kepada anggota
harus berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota. Pada saat rapat anggota, SHU
ini diputuskan untuk dibagi sesuai dengan ketentuan yangtercantum dalam undang-undang
dan anggaran dasar koperasi.

Daftar Rujukan
Ali, Rahmat. 1983. Koperasi. Jakarta. PT. Sastra Hudaya.
Arifin, Tamy. 2010. Pers, koperasi sekolah.
http://www.google.com. (diakses pada hari jumat
tanggal 23 April 2010)
M. D. Sagimun. 1984. Koperasi Sokoguru Ekonomi
nasional Indonesia. Jakarta. PT Inti Idayu
Press, dan Yayasan Masagung.
Sitio, Arifin. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta.
Erlangga
LAYANAN KEAMANAN DAN PERPARKIRAN SEKOLAH (KPS)
A. Pengertian Layanan Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)
Menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin sangatlah penting agar siswa dapat
mencapai prestasi yang terbaik dan guru dapat menampilkan kinerja yang terbaik. Sekolah
yang aman, nyaman dan disiplin adalah sekolah yang warga sekolah yang bebas dari rasa
takut, kondusif untuk belajar dan hubungan antar warga sekolahnya positif. Sekolah yang
aman, nyaman, dan disiplin menyediakan lingkungan fisik (gedung, kelas, halaman) sekolah
yang bersih dan aman. Selain aspek keamanan fisik, kenyamanan atau disebut iklim sekolah,
yaitu menyangkut atmosfir, perasaan, lingkungan keseluruhan secara sosial dan emosional
sekolah juga harus diciptakan secara positif. Faktor yang mempengaruhi kenyamanan atau
iklim sekolah ini adalah hubungan atau keterikatan antar warga sekolah, interaksi antar warga
sekolah, rasa saling mempercayai dan saling menghargai antar warga sekolah. Bila keadaan
faktor-faktor tersebut tinggi maka semakin positif iklim sekolah tersebut.
Keamanan, kenyamanan dan kedisiplinan suatu sekolah ditentukan oleh nilai-nilai dan sikap
warga sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, komite sekolah. Pada
sekolah yang aman, warga sekolah mempunyai komitmen yang mendalam dalam
menciptakan dan menjaga sekolah. Insiden intimidasi, kekerasan diselesaikan dengan cepat,
efektif dan pemulihan hubungan antar warga sekolah cepat dipulihkan. Layanan Keamanan
sekolah adalah suatu bentuk layanan yang di berikan sekolah untuk mengamankan
lingkungan sekolah saat jam pelajaran berlangsung. Layanan keamanan merupakan salah satu
layanan yang penting dibutuhkan oleh peserta didik karena rasa aman saat berada di sekolah
akan berdampak pada proses belajar peserta didik. Salah satu bentuknya menurut Georgy R.
Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan melalui
kegiatan orang lain. Layanan keamanan adalah adanya satpam sekolah. Layanan ini, dapat
membantu peserta didik dalam hal menyangkut keamanan di sekolah.
Setiap orang pasti selalu melakukan perjalanan dalam kegiatan sehari-hari, sehingga orang
juga memerlukan kendaraan dalam setiap kegiatan perjalanannya, apabila berhubungan
dengan kendaraan maka tidak bisa terlepas dari layanan perparkiran yang memungkinkan
orang dapat melakukan kegiatannya dengan lancar tanpa binggung dengan kendaraannya,
selain itu layanan perparkiran juga dapat menata kendaraan agar terlihat lebih tertib dan agar
terlihat lebih tertata dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa layanan perparkiran

sekolah merupakan suatu layanan atau tempat untuk menitipkan sepeda maupun kendaraan
bermotor selama berada di sekolah. Perparkiran sekolah yang baik dapat terwujud jika ada
penataan kendaraan bermotor yang baik dan teratur sehinnga dengan penataan yang baik.
Pihak keamanan sekolah yang menjaga kendaraan bermotor (satpam) harus brtanggung jawab
untuk menjaga parkiran agar tidak ada kehilangan kendaraan bermotor, helm, spion, dan
sebagainya.
B. Masalah dan Kebutuhan Keamanan dan Sarana Perparkiran di Sekolah (KPS)
Pada mulanya layanan keamanan dan perparkiran di sekolah timbul karena adanya masalahmasalah seperti berikut ini:
1. Kurang amannya sistem keamanan sekolah sehingga sering terjadinya kehilangan
2. Kendaraan bermotor maupun sepeda belum tertata dengan baik sehingga terlihat tidak rapi
dan tertib
3. Kurangnya petugas ketertiban yang menertibkan siswa
4. Terkadang para petugas keamanan sekolah (satpam) lalai, ceroboh dan kurang bertanggung
jawab dalam menjalankan tugas
5. Kurangnya pengawasan terhadap peserta didik di luar kelas pada saat jam pelajaran
berlangsung
6. Tidak adanya pihak yang dapat bertanggung jawab mengenai ancaman dari pihak luar
sekolah.
7. Pengorganisasian tempat parkir yang membedakan tempat parkir guru dan siswa sehimgga
tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
C. Tujuan dan Fungsi Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)
Keamanan, kenyamanan dan kedisiplinan suatu sekolah ditentukan oleh nilai-nilai dan sikap
warga sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, dan komite sekolah. Pada
sekolah yang aman, warga sekolah mempunyai komitmen yang mendalam dalam
menciptakan dan menjaga sekolah. Insiden intimidasi, kekerasan diselesaikan dengan cepat,
efektif dan pemulihan hubungan antar warga sekolah cepat dipulihkan.
Dibawah ini ada beberapa tujuan keamanan di sekolah, yaitu:
1. Mengembangkan budaya sekolah yang positif dan fokusnya adalah pada keamanan di
lingkungan sekitar sekolah.
2. Membangun komunitas sekolah dengan cara saling menghargai, adil, menerapkan azas
persamaan dan inklusi agar tercipta suasana aman, tentram dan damai disekitar lingkungan
sekolah.
3. Mengatur dan mengkomunikasikan secara konsisten perilaku yang diharapkan.
4. Mengajar, memberi contoh dan mendorong prilaku sosial yang bertanggung jawab yang
memberi kontribusi terhadap komunitas sekolah
5. Memecahkan masalah secara damai menghargai perbedaan dan mengedepankan hak asasi
manusia.
6. Bertanggung jawab, dan bermitra dengan masyarakat, untuk memecahkan masalah
keamanan yang penting.
7. Berkerjasama untuk memahami bersama isu-isu tentang kekerasan terhadap siswa yang
lebih lemah, hukuman fisik, rasisme, ketidakadilan gender, dan berbagai ketakutan lainnya.
8. Merespon secara konsisten dan adil terhadap berbagai insiden dan menggunakan intervensi
untuk memperbaiki kerusakan fisik maupun psikis dan memperkuat hubungan dan

mengembalikan rasa percaya diri.


9. Berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan, prosedur, praktek-praktek yang
mempromosikan keamanan sekolah.
10. Memonitor dan mengevaluasi lingkungan sekolah untuk bukti dan peningkatan keamanan
sekolah.
11. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi sekolah yang pencapaian
sekolah yang aman, damai dan teratur sambil menyebutkan hal-hal yang masih perlu untuk
ditingkatkan.
Sedangkan fungsi keamanan di suatu sekolah, yaitu:
1. Memberikan rasa nyaman terhadap seluruh warga sekolah selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
2. Melatih siswa untuk hidup disiplin dan mandiri
3. Menjaga sekolah agar tetap aman terhadap ancaman bahaya dari luar
4. Memberikan pengertian kepada peserta didik dan warga sekolah untuk menjaga keamanan
di sekolah
5. Para siswa bisa membantu untuk melaporkan sirkulasi keadaan keamanan sekeliling
sekolah kepada kepala sekolah
Dibawah ini beberapa tujuan layanan perparkiran sekolah, yaitu:
1. Bekerjasama untuk menjaga ketertiban para siswa ketika parkir di lingkungan sekolah
2. Untuk mengendalikan jumlah kendaraan yang keluar masuk dilingkungan sekolah
3. Meningkatkan kelancaran dan keselamatan lalu lintas sakolah
4. Mendukung tindakan pembatasan lalu lintas
5. Memberikan kemudahan untuk siswa yang membawa kendaraan
6. Melatih ketertiban dan kedisiplinan para siswa
7. Berpartisipasi dalam pengembangan, kebijakan, prosedur, praktek-praktek yang
mempromosikan sekolah parkiran sekolah
8. Mengembangkan budaya sekolah yang positif dan fokusnya adalah pada keamanan
perparkiran di lingkungan sekitar sekolah.
9. Mengajar, memberi contoh dan mendorong prilaku sosial yang bertanggung jawab yang
memberi kontribusi terhadap komunitas sekolah
Sedangkan fungsi layanan perparkiran sekolah adalah:
1. Memberikan tempat atau layanan perparkiran kendaraan bagi peserta didik dan warga
sekolah
2. Sebagai tempat untuk menertibkan kendaraan yang dibawa siswa dan warga sekolah
3. Sebagai alternatif pemasukan sumber dana bagi sekolah
4. Sebagai pencegahan bentuk-bentuk tindak kriminal (pencurian)
D. Perencanaan Program Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)
Untuk merencanakan program keamanan dan perparkiran sekolah yang perlu dilakukan.
Sekolah harus membentuk komite yang terdiri dari berbagai stakeholders, yaitu masyarakat
sekitar sekolah, orang tua, guru, kepala sekolah, komite sekolah dan siswa. Dengan
melibatkan semua fihak diharapkan komite dapat memperjatam pemahaman dan kesepakatan
tentang apa yang perlu dilakukan. Melibatkan keahlian yang terdapat di masyarakat, seperti
anggota kepolisian atau ABRI sangatlah penting. Keterlibatan orang tua juga sangat penting
agar hal-hal yang menjadi keprihatinan siswa dapat didengar dan diselesaikan. Selain itu

stakeholders yang lain perlu dilibatkan agar dapat didengar bagaimana pengalaman mereka
sehubungan dengan mewujudkan sekolah yang aman.
Tugas pertama dari komite ini adalah melakukan needs assessment mengenai keadaan
sekolah saat ini ditinjau dari segi keamanan. Berdasarkan penilaian awal ini, komite dapat
memperoleh pengetahuan mengenai kekuatan dan kelemahan sekolah dalam hal keamanan.
Berdasarkan hal ini rencana untuk mewujudkan sekolah yang aman. Untuk meningkatkan
keamanan sekolah, upaya harus difokuskan pada bangunan fisik sekolah, tata letak dan
kebijakan dan prosedur yang ada untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari dan
menyelesaikan masalah yang mungkin timbul.
Sekolah membuat atau mengadakan ekstrakurikuler Patroli Keamanan Sekolah (PKS) yang
merupakan wadah untuk belajar para peserta didik dalam mencari akar masalah keselamatan
dan keamanan maupun solusinya (pemecahan) di lingkungan sekolah dalam rangka
mendukung Proses Belajar Mengajar (PBM) unuk membangun jiwa solidaritas maupun
kepekaan sosial guna mewujudkan rasa aman dan nyaman pada kegiatan belajar mengajar.
Patroli Keamanan Sekolah (PKS) tugasnya sebagai pengawas atau pemantau tindakantindakan negatif para siswa, bila sudah keterlaluan dilaporkan kepada pihak guru. Tetapi PKS
sekarang juga ditugaskan sebagai pengatur lalu lintas, tetapi hanya di tempat-tempat dan jamjam tertentu. Jadi anggota PKS harus mengetahui peraturan-peraturan lalu lintas.
Pihak sekolah juga dapat menyelenggarakan seminar tentang pentingnya keamanan sekolah.
Seminar tersebut biasanya bisa dilakukan jika ada usulan dari pengurus OSIS kepada pihak
sekolah untuk menekankan betapa pentingnya keamanan sekolah dijaga oleh seluruh lapisan
warga sekolah.
E. Pelaksanaan Program Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)
Untuk mewujudkan sekolah yang aman perlu dilakukan beberapa langkah. Pertama, tugas
pertama dari komite ini adalah melakukan needs assessment mengenai keadaan sekolah saat
ini ditinjau dari segi keamanan. Berdasarkan penilaian awal ini, komite dapat memperoleh
pengetahuan mengenai kekuatan dan kelemahan sekolah dalam hal keamanan. Berdasarkan
hal ini rencana untuk mewujudkan sekolah yang aman. Untuk meningkatkan keamanan
sekolah, upaya harus difokuskan pada bangunan fisik sekolah, tata letak dan kebijakan dan
prosedur yang ada untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari dan menyelesaikan masalah yang
mungkin timbul. Bangunan sekolah, kelas, ruang lab, kantor, perpustakaan, lapangan olah
raga dan halaman sekolah harus direview. Selain itu, berbagai kebijakan dan prosedur juga
akses masuk sekolah harus dinilai kembali. Penggunaan teknologi untuk mencegah orang
masuk penyusup masuk dari luar seperti alarm, pagar, teralis harus dipertimbangkan.
Pencegahan ini harus distandarkan oleh sekolah dan standar-standar lain untuk mencegah halhal yang tidak diinginkan harus dibuat seperti membawa benda-benda tajam atau bendabenda lain yang berbahaya. Jalur komunikasi dan prosedur yang harus diikuti bila terjadi
kejadian pencurian atau pelanggaran lainnya harus dibuat.
Patroli Keamanan Sekolah (PKS) dapat menjalankan tugasnya dengan cara mengawasi atau
memantau tindakan-tindakan negatif para siswa, bila sudah keterlaluan PKS dapat
melaporkan kepada pihak guru. Tetapi PKS juga ditugaskan sebagai pengatur lalu lintas,
tetapi hanya di tempat-tempat dan jam-jam tertentu saja.

Dalam pelaksanaan layananan keamanan dan perparkiran di sekolah, maka pihak sekolah
perlu menciptakan suatu keamanan sekolah dengan cara:
1. Tata tertib sekolah tersosialisasi dengan baik dan ditegakkan.
2. Mewujudkan sekolah yang bersih dan sehat bagi warga sekolah melalui budaya sadar
bersih di sekolah.
3. Membina kerukunan antar warga sekolah melalui silaturahmi dan program kegiatan
bersama.
4. Meningkatkan keamanan sekolah selama 24 jam setiap hari.
5. Menjalin kerja sama yang erat dengan warga dan aparat setempat dalam menjaga
keamanan dan kekeluargaan.
6. Melaksanakan kegiatan sosial dalam lingkungan masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan lingkungan sekolah:
1. Halaman dijaga sedemikian rupa sehingga tidak ada batu-batu tajam, pecahan kaca yang
dapat membahayakan anak
2. Letak lapangan olah raga jangan terlalu jauh dari gedung sekolah dan jangan terlalu dekat
dengan jalan besar
3. Semua candela dan pintu diatur sedemikian rupa agar membuka kearah keluar
F. Program Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS) dan Kaitannya dengan Peningkatan
Belajar
Dalam program keamanan dan perparkiran, sekolah harus memperhatikan kenyamanan,
keamanann dan kedisiplinan agar dapat memperlancar Proses Belajar Mengajar (PBM).
Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Warga sekolah saling mendukung dan menghargai
2. Semua warga menerapkan disiplin yang efektif
3. Sekolah memberikan pembelajaran terbaik
4. Warga sekolah mengembangkan sikap persamaan, keadilan, dan saling pengertian
5. Perilaku dan sikap yang diharapkan sekolah diajarkan
6. Strategi pengelolaan prilaku yang menyimpang sifatnya supportif terhadap siswa
7. Adanya program penyembuhan/terapi
8. Adanya pemodelan/ contoh prilaku dan sikap yang diharapkan dari semua staf sekolah
9. Adanya hubungan yang baik antara sekolah dan orang tua, komite sekolah dan masyarakat.
Dengan karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam sekolah yang aman, nyaman,
dan disiplin dapat meningkatan peningkatan belajar pada peserta didik, dan guru juga dapat
lebih mudah dalam menjalankan tugas mengajar.
Dalam program keamanan dan perparkiran ini sekolah juga membentuk PKS agar lebih
membantu dan mempermudah kegiatan belajar mengajar dengan fungsinya sebagai
membantu mengkondisikan suasana belajar yang kondusif. Membantu menjadikan warga
belajar agar berperilaku tertib dan disiplin.
G. Tata Tertib dan Administrasi Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)
1. Peraturan Umum
a. Siswa wajib taat pada agama & mengamalkannya, harus membiasakan diri bertanggung
jawab, tekun belajar, memelihara kerukunan, tolong-menolong sesamanya, berdasarkan

norma-norma susila sesuai dengan Dasar Pancasila


b. Siswa wajib memelihara kebersihan dan kerapian dirinya dan berpakaian pantas sesuai
norma-norma kesopanan dan kepribadian Bangsa Indonesia
c. Siswa wajib menjaga dan memelihara 5K (Keamanan, Kebersihan, Ketertiban, Keindahan
dan Kekeluargaan) di keluarga, sekolah dan masyarakat
d. Siswa tidak diperkenankan membawa, membaca, mempertontonkan buku, video,
CD/VCD/DVD dan atau media lain yang bertentangan dengan norma kesusilaan, pendidikan
dan pelajaran di sekolah
e. Siswa dilarang membawa senjata tajam, senjata api& yang sejenisnya
f. Siswa tidak diperkenankan mengadakan kegiatan lain yang bersifat mengganggu jalannya
pelajaran
g. Siswa menjaga nama baik sekolah/ almameter
h. Siswa wajib mengikuti pelajaran secara efektif sesuai jadwal pelajaran yang telah disusun
oleh sekolah
i. Siswa wajib menjaga ketertiban dan ketenangan selama PBM (Proses Belajar Mengajar)
berlangsung
j. Selama waktu istirahat, siswa di luar kelas dan tidak diperkenankan berada di luar area
sekolah
k. Setelah pelajaran selesai (pulang sekolah) siswa agar segera pulang ke rumah masingmasing
l. Pihak luar yang berkepentingan di wajibkan melapor
2. Lalu lintas dan perparkiran
a. Sekolah merupakan wilayah terbatas untuk kendaraan bermotor.
b. Ketentuan teknis mengenai wilayah terbatas adalah dengan membatasi kendaraan yang
diijinkan masuk ke sekolah.
c. Kendaraan yang diijinkan masuk ke wilayah kampus adalah:
1. Kendaraan pegawai sekolah
2. Kendaraan mitra kerja sekolah(pegawai mitra kerja sekolah yang mempunyai kantor di
dalam area sekolah, misalnya pengelola kantin, dan sebagainya);
3. Kendaraan tamu sekolah dengan terlebih dahulu melapor dan meninggalkan kartu
identitas. Petugas mencatat tamu tersebut dalam buku tamu.
d. Untuk menjamin kelancaran, ketertiban dan ketenangan kegiatan belajar mengajar di
dalam kampus, warga kampus diwajibkan mematuhi tertib lalu lintas, antara lain:
1. Kendaraan tidak mengeluarkan suara bising;
2. Kecepatan maksimum kendaraan 15 km/jam;
3. Parkir kendaraan pada tempat yang telah ditentukan;
4. Mematuhi rambu-rambu lalu lintas lainnya.
3. Sepeda dan kendaraan bermotor
Siswa yang ke sekolah membawa kendaraan bermotor diharuskan:
a. Memiliki Surat kelengkapan persyaratan pengendara motor dari pihak kepolisian seperti
SIM dan STNK
b. Menggunakan helm standar sesuai ketentuan yang berlaku
c. Menaati rambu-rambu lalu lintas dan tidak ngebut sesuai dengan Undang Undang berlalu
lintas
d. Sepeda, kendaraan bermotor harus diparkir ditempat yang telah disediakan dalam keadaan
terkunci.
e. Kehilangan/kerusakan sepeda atau kendaraan bermotor menjadi tanggung jawab pemilik

kendaraan
f. Jika terjadi kecelakaan, razia dan yang lainnya maka hal itu di luar tanggung jawab sekolah
H. Evaluasi Program Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)
Berikut dapat dipertimbangkan untuk dipergunakan dalam mengevaluasi layanan keamanan
dan perparkiran sekolah sebagai salah satu kegiatan dari pengelolaan layanan sekolah:
1. Sekolah seharusnya mengoprasikan system keamanan dan perparkiran sendiri lebih baik
daripada mengadakan kontrak dengan pelayanan umum
2. Program keamanan dan perparkiran harus diarahkan oleh seorang pegawai yang
mempunyai kemampuan dan mempunyai cukup waktu untuk membantu semua operasi
3. Pada keadaan tertentu seharusnya ada orang lain menggantikan seorang penjaga parkir
4. Pengklasifikasian atau pengaturan pegawai-pegawai yang baik-baik yang seharusnya
digunakan guru-guru untuk menjaga keamanan sekolah
5. Semua peraturan dan semua ketentuan yang ditetapkan oleh pembuat peraturan harus
dipegang dan ditaati
6. Inspeksi oleh bagian petugas keamanan seharusnya dijadikan pedomandan semua
rekomendasi seharusnya juga digunakan
7. Pengaturan pegawai yang bertugas sebagai penjaga disekolah secara teratur seharusnya
diberikan ijin jika ada kepentingan lain
8. Sebuah rencana yang cukup memadai sebagai pedoman untuk mengerjakan atau
memperbaiki area parkir disekolah
9. Tentang pengaturan keamanan dan perparkiran sekolah siswa seharusnya diangkat oleh
dewan sekolah dan berguna dalam sertifikan dan pengklasifikasian pegawai
10. Tak seorangpun dari siswa disekolah ditunjuk supervisi, harus diijinkan untuk
mengamankan parkiran di dalam sekolah tersebut
Daftar Rujukan
Google. Layanan Perparkiran Dan Keamanan di Sekolah,
(Online), (http://Goggle.com/layanan /perparkiran/
keamanan/sekolah. diakses 22 April 2010)
Kusmintardjo. 1991. Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah
(Jilid1). Malang: UPT PUSTAKAAN UNIVERSITAS
NEGERI MALANG.
Paringadi. Djono. 2006. MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG
AMAN, NYAMAN DAN DISIPLIN, (Online), (http://media.
diknas.go.id/media/document/5117.pdf. diakses 22 April
2010)
Wikipedia. Keamanan Sekolah, (Online), (http://wikipedia.
com/keamanan/sekolah/2304. diakses 22 April 2010)
MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS
KAFETARIA SEKOLAH
A. Pengertian Kafetaria Sekolah

Pertimbangan awal pendirian kafetaria/warung/kantin sekolah adalah bukan karena unsur


bisnis semata, tanpa memperhitungkan aspek lain yang lebih penting. Keberadaan kafetaria/
warung/ kantin sekolah diharapkan mampu menyokong kelancaran proses belajar mengajar
dari sisi keperluan akan makanan bagi siswa.
Menurut Ester Pandiangan (2009), keberadaan kantin sekolah tidak hanya sekadar kantin
saja. Melainkan salah satu perangkat penting dalam sekolah yang berfungsi memberikan
pelayanan yang terbaik kepada siswa-siswinya. Karena itu sekolah harus menaruh perhatian
khusus terhadap penyediaan panganan di kantinnya. Tentunya aneka jajanan serta makanan
yang disajikan kantin setelah melalui proses seleksi baru kemudian ditawarkan kepada para
murid.
Layanan kafetaria adalah layanan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh peserta didik
disela-sela mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah sesuai dengan daya jangkau
peserta didik (Imron, 1995:168). Makanan dan minuman yang tersedia di kafetaria,
terjangkau dilihat dari jumlah uang saku peserta didik, tetapi juga memenuhi syarat
kebersihan dan cukup kandungan gizinya.
B. Masalah dan Kebutuhan Kafetaria Sekolah
Masalah-masalah yang terdapat dalam kafetaria sekolah adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kejujuran masih rendah. Dalam hal ini masih banyak peserta didik yang bebas
makan dan minum di kafetaria tanpa memabyar sesuai dengan makanan yang ia makan dan
terkadang tidak membayar pada saat itu juga, atau bisa disebut dengan bon.
2. Tingkat kebersihan kafetaria masih rendah. Banyak dari penjual tersebut yang tidak
mengenal mengenai kebersihan makanan, kesehatan makanan, dan cara pengolahan makanan.
Yang mereka pentngkan adalah, bahwa apa yang mereka jual disukai oleh peserta didik, laris
terjual, dan mereka mendapatkan untung yang banyak. Jika hal ini terus terjadi maka yang
dirugikan adalah peserta didik dan sekolah.
3. Makanan yang dijual belum memenuhi gizi yang seimbang. Banyak yang ditemukan
beberapa makanan atau snack dan minuman-minuman yang belum memenuhi gizi yang
disarankan.misalnya penjual menggunakan pewarna atau pengawet supaya makanan dan
minuman bisa lebih tahan lama. Pemenuhan gizi seharusnya benar-benar diperhatikan baik
oleh penjual maupun pihak sekolah, supaya makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh
peserta didik dapat dijamin kesehatan dan keamanannya. Sebab, sebagaimana juga peserta
didik ketika masih berada di sekolah adalah menjadi tanggung jawab sekolah
Kebutuhan kafetaria sekolah adalah sebagai berikut:
1. Penataan meja dan kursi harus sesuai. Di kafetaria ini, peserta didik juga dapat
merencanakan kegiatan-kegiatan konstruktif lain beserta teman-teman sebayanya. Oleh
karena itu, meja dan kursi yang ada di kafetariatersebut idalnya dapat ditata sesuai dengan
keperluan peserta didik. Peserta didik dapat berkelompok dan mendiskusikan pelajaranpelajaran sambil menikmati teh dan makanan ringan. Dengan demikian, kafetaria sekolah
juga mengemban misi edukatif.
2. Menyediakan koran, majalah, dan bacaan-bacaan lainnya. Di kafetaria sekolah sangat
bagus jika disediakan koran atau majalah sehingga dapat dibaca oleh mereka yang
bersitirahat dan ingin mengisi waktu istirahatnya. Sambil menikmati makanan yang tersedia,
peserta didik juga dapat memperoleh tambahan pengetahuan dari berita-berita dan artikelartikel yang ia baca.
3. Tersedianya sumber informasi. Dalam mengisi waktu istirahat, sangat bagus jika di

kafetaria tersebut tersedia informasi mengenai makanan yang tersedia hari ini dan esok
beserta kandungan gizinya. Sambil makan, peserta didik juga sekaligus dapat mengingat
kandungan gizi yang terdapat pada berbagai jneis makanan yang tersedia di kafetaria.
C. Tujuan dan Fungsi Kafetaria Sekolah
Tujuan layanan kafetaria secara umum adalah tersedianya wahana bagi peserta didik untuk
memenuhi energinya pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Secara khusus, tujuan
layanan kafetaria peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Agar peserta didik dengan mudah mendapatkan makanan dan minuman yang terjamin
kebersihan dan kesehatannya serta memadai kandungan gizinya.
2. Agar peserta didik dengan mudah mendapatkan makanan dan minuman yang sesuai
dengan daya jangkau uang sakunya
3. Agar peserta didik terhindar dari efek-efek negative yang ditimbulkan atau sebagai akibat
tersedianya warung-warung disekitar sekolah yang tidak dapat dikontrol oleh sekolah
4. Agar peserta didik dapat bersama-sama dengan teman sebayanya memanfaatkan kafetaria
sekolah sebagai wahana untuk belajar dan mendalami materi-materi yang diajarkan.
5. Agar tersedia wahana bagi peserta didik guna merancang kegiatan-kegiatan konsrtuktif
untuk mereka sendiri diluar wahana kelas
6. Agar peserta didik mengenal jenis makanan sederhana dan murah harganya tetapi tinggi
dan memadai kandungan gizinya.
7. Agar dapat dikembangkan cara-cara makan yang sesuai dengan etika pergaulan setempat.
Adapun fungsi layanan kafetaria sekolah meliputi fungsi normatif, edukatif, dan preventif.
Fungsi normative layanan kafetaria sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat dilatih cara makan yang baik sesuai dengan
etika setempat.
2. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat memahami cara makan dan etika maka yang
dianut oleh peserta didik lain yang berlainan kultur dengannya
3. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat dijaga agar makan dan minum yang tidak
terlarang
Fungsi edukatif kafetaria sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Melalui kafetaria sekolah peserta didik akan tau cara makan yang sehat.
2. Melalui kafetaria sekolah peserta didik akan tau jenis makanan murah yang mempunyai
kandungan gizi yang memadai.
3. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat dilatih makan dan minum dengan baik.
4. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat mengembangkan keterampilan sosialnya
sambil makan dan diminum
5. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat merancang kegiatan konstruktif.
6. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat mendiskusikan materi pelajaran dalam rangka
pendalaman
7. Melalui kafetaria sekolah peserta didik mendapatkan informasi dan pengetahuan baru yang
konstruktif dari temannya, dari koran, dan dari kafetaria itu sendiri.
Fungsi preventif layanan kafetaria sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mencegah peserta didik agar tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak dapat
dijamin kebersihan dan kesehatannya.
2. Mencegah peserta didik agar tidak menjadikan warung disekitar sekolah sebagai tempat
untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran

3. Mencegah peserta didik tidak mengkonsumsi makanan dan minuman terlarang yang dapat
mengganggu dan membahayakan kesehatan mereka.
4. Menempatkan peserta didik pada tempat yang mudah pengontrolannya.
D. Prinsip-Prinsip Kafetaria Sekolah
Ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam layanan kafetaria antara lain (Imron,
1995: 172):
1. Prinsip keterjangkauan. Makanan dan minuman yang disediakan di kafetaria sekolah
haruslah terjangkau oleh uang saku peserta didik dengan aneka ragam latar belakang
ekonomi. Prinsip ini harus dipedomani, karena jika tidak bisa bertentangan dengan misi
layanan kepada peserta didik.
2. Prinsip pendidikan. Dimana layanan kafetaria yang disediakan kepada peserta didik
haruslah dalam kerangka pendidikan kepada peserta didik. Berarti, layanan kafetaria peserta
didik tidak banyak diorientasikan ke profit atau sekedar mencari keuntungan. Pedoman atas
prinsip pendidikan ini membawa implikasi luas dalam pelayanan kafetaria. Ia harus
senantiasa menjadikan peserta didik semakin baik dilihat dari sisi pendidikan dalam
pengertian seluas-luasnya.
3. Prinsip kooperatif. Penyelenggaraan layanan kafetaria haruslah memungkinkan kerjasama
yang baik antara peserta didik dengan pengelola yang terdiri dari personalia sekolah atau
orang lain yang ditunjuk. Pedoman prinsip ini, menjadikan penyebab harga-harga yang
ditawarkan oleh kafetaria kepada peserta didik haruslah didasarkan atas kesepakatankesepakatan yang dibangun sebelumnya. Kafetaria tidak menentukan harga sepihak,
sebaliknya peserta didik juga tidak boleh mengadakan penawaran sepihak yang menyebabkan
kafetaria rugi dan tidak dapat melanjutkan usahanya.
4. Prinsip membantu peserta didik. Kafetaria yang diadakan oleh sekolah bermaksud
memberikan layanan kepada peserta didik. Jika prinsip ini tidak dapat dijalankan dengan
baik, maka sebaiknya jika kafetaria ditiadakan. Pemedoman prinsip ini akan menjadikan
peserta didik dapat memesan makanan dan minuman justru disaat-saat mereka membutuhkan.
5. Prinsip kesehatan. Prinsip ini menekankan agar makanan dan minuman yang tersedia
haruslah terjamin kebersihan dan kesehatannya. Makanan yang terjamin kesehatan dan
kebersihannya dapat menjadikan peserta didik terdukung kegiatan belajarnya. Pemedoman
prinsip ini menjadikan penyebab bahwa kafetaria sekolah tidak akan menjual rokok,
minuman keras dan yang mempunyai kadar alcohol serta makanan lain yang tidak baik untuk
kesehatan.
E. Pelaksanaan Program Kafetaria Sekolah
Pelaksanaan program kafetaria sekolah dapat diterapkan dengan jenis layanan kafetaria yang
dapat dikembangkan di sekolah antara lain:
1. Sistem dilayani, sistem ini peserta didik dapat memesan makanan atau minuman yang ia
inginkan. Kelebihan dari sistem layanan ini adalah bahwa keamanan makanan dan minuman
dari mereka yang nakal akan terjamin, oleh karena peserta didik hanya dapat mengambil
makanan berdasarkan apa yang ia pesan kepada petugas. Sistem dilayani ini ada dua macam
yaitu:
a. Pemesan duduk ditempat sedangkan petugas kafetaria mengantarkan jenis makanan dan
minuman kemeja dan tempat duduk pemesan. Setelah makan dan minum pemesan kemudian
membayar ke tempat kasir setelah membayar pemesan kemudian boleh keluar dari kafetaria.
b. Pemesan membawa baki sendiri kedepan petugas kafetaria, kemudian petugas kafetaria
meletakkan jenis makanan dan minuman yang dipesan diatas baki. Selanjutnya pemesan
membawa baki yang diatasnya sudah ada makanan dan minuman kearah kasir untuk

membayar. Setelah membayar, pemesan membawa makanan dan minuman yang ada dibaki
ke meja dan tempat duduk yang telah tersedia. Selesai makan dan minum pemesan kemudian
keluar dari kafetaria.
2. Sistem melayani sendiri atau swalayan (Self Service). Sistem melayani sendiri adalah suatu
sistem dimana peserta didik dapat mengambil makanan sendiri yang ia sukai dan tersedia di
kafetaria tersebut. Ada dua macam sistem ini, yaitu:
a. Sistem memasukkan koin, dimana disuatu tempat telah tersedia makanan dan minuman,
untuk mengambilnya harus dengan memasukkan sejumlah uang atau koin. Jika sejumlah koin
yang ditentukan dimasukkan ketempat yang ditunjuk, maka keluarlah makanan dan minuman
yang diinginkan, sebaliknya jika koin atau uang yang dimasukkan masih kurang ia akan
keluar lagi sebagai tanda penolakkan dari mesin yang telah disediakan.
b. Sistem dimana peserta didik dapat mengambil makanan dan minuman yang disediakan.
Makanan dan minuman yang sudah diambil, harus ditempatkan pada suatu tempat ( misalnya:
piring) dan kemudian dibawa ke kasir untuk dibayar. Setelah membayar, peserta didik dapat
membawanya ketempat duduk dan meja yang tersedia. Barulah ia boleh memakannya.
Setelah makan, peserta didik bebas keluar dari kafetaria.
3. Sistem warung, ialah suatu sistem yang lazim berlaku pada warung-warung. Dalam sistem
ini, ada beberapa jenis makanan dan minuman yang memesan dahulu sebelum memakan dan
meminumnya, tetapi sebaliknya ada jenis makanan tertentu yang tinggal mengambil saja
tanpa memesan terlebih dahulu. Bahkan ada yang sebagian mengambil sendiri dan sebagian
dipesan meskipun dalam satu porsi. Pembayaran dilakukan menurut kehendak pembeli, jika
pembeli mau membayar setelah makan tidak apa-apa, sebaliknya jika pembeli menyerahkan
uangnya terlebih dahulu juga diperbolehkan. Pada sekolah-sekolah kita, sistem warung ini
yang paling banyak dipergunakan. Alasannya selain lebih mudah ternyata memang sudah
menjadi kebiasaan masyarakat kita.
4. Sistem Bon. Dalam sistem ini peserta didik bebas makan dan minum di kafetaria dan tidak
harus membayar pada saat itu juga. Dalam sistem ini, setelah memesan makan dan minum
kemudian ia mencatat dibuku yang telah disediakan setelah sebelumnya ia bertanya kepada
petugas mengenai harganya. Atau melapor kepada petugas mengenai makanan dan minuman
yang baru saja dimakan dan diminum. Kemudian petugas menginformasikan harganya dan
mencatat pada buku yang tersedia. Sistem pembayaran dapat dilakukan terlebih dahulu dan
dapat dilakukan kemudian. Sistem pembayaran terdahulu dilakukan dengan cara: peserta
didik menitipkan sejumlah uang yang kira-kira cukup untuk satu bulan. Sistem pembayaran
kemudian dilakukan dengan cara: peserta didik haru membayar sejumlah uang sesuai dengan
rekening tagihannya.
F. Program Kafetaria Sekolah dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar
Kafetaria/warung/kantin sekolah secara tidak langsung mempunyai kaitan dengan proses
belajar-mengajar di sekolah. Adakalanya proses belajar-mengajar tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya karena siswa lapar dan haus. Ketika proses pendidikan di sekolah
banyak sekali energy yang dikeluarkan oleh peserta didik. Energi tersebut tidak hanya
bersifat fisik melainkan juga untuk kegiatan fisikis. Aktifitas pikir yang dilakukan oleh
peserta didik untuk mencerna materi-materi pelajaran yang diberikan dan buku-buku teks
yang ditunjuk banyak menyita tenaga dan energi peserta didik. Oleh karena itu tidak jarang
setelah aktifitas belajar-mengajar berlangsung khusunya istirahat, peserta didik merasa lapar.
Hal demikian diperlukan pemberian layanan kafetaria kepada peserta didik.
Di kantin-kantin dan warung sekitar sekolah tidak jarang dijadikan pos bagi peserta didik
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak edukatif. Karena ada larangan merokok di

sekolah, peserta didik sering merokok di kantin atau warung sekitar sekolah, bahkan peserta
didik seringkali mengadakan rencana-rencana yang tidak edukatif di warung-warung sekitar
sekolah. ada juga mereka yang mombolos yang bersembunyi di kantin atau warung sekitar
sekolah, bahkan mereka terkadang juga terlibat minuman keras di warung yang tidak mudah
dikontrol oleh lingkungan sekolah. Oleh karena itu layanan kafetaria kepada peserta didik
dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan yang sering terjadi diluar
pengawasan sekolah. Kafetaria sekolah sangat bagus jika disediakan koran atau majalah
sehingga dapat dibaca oleh mereka yang beristirahat dan ingin mengisi waktu istirahatnya
sambil menikmati makanan yang tersedia. Sehingga peserta didik dapat memperoleh
tambahan pengetahuan dari berita dan artikel-artikel yang ia baca. Selain itu juga makanan
yang tersedia di kafetaria terjamin atas gizi dan kebersihannya sehingga dapat meningkatkan
semangat belajar siswa.
G. Tata Tertib dan Administrasi Kafetaria Sekolah
Kafetaria/warung/kantin sekolah tidak harus diadministrasikan oleh sekolah, tetapi dapat
diadministrasikan oleh pribadi di luar sekolah atau oleh darma wanita sekolah. Namun
kafetaria/warung/kantin sekolah ini tidak boleh terlepas dari perhatian kepala sekolah. Kepala
sekolah harus memikirkan atau mengupayakan kehadiran kafetaria/warung/kantin sekolah itu
mempunyai sumbangan positif dalam proses belajar-mengajar anak di sekolah.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam administrasi kafetaria itu adalah (Darwoto,
2010):
1. Administrasi kafetaria/warung/kantin sekolah harus menjaga kesehatan (higienitas)
masakan-masakan yang dijajakan kepada siswa.
2. Kebersihan tempat juga harus menjadi pertimbangan utama, karena kebersihan diharapkan
dapat menjauhkan penyebaran hama penyakit.
3. Makanan-makanan yang disediakan hendaknya makanan yang bergizi tinggi, dan bilamana
perlu dapat menambahkan vitamin-vitamin yang diperlukan siswa pada umumnya.
4. Harga makanan-makanan hendaknya dapat dijangkau atau sesuai dengan kondisi ekonomi
siswa.
5. Usahakan agar kafetaria/warung/kantin sekolah tidak memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlama-lama atau nongkrong. Kondisi yang demikian akan menyokong
munculnya perilaku-perilau negatif.
Daftar Rujukan
Pandiangan, Ernest. 2009. Kantin Sekolah Al-Azhar
Sehat dengan Menu Bervariasi. (http://ernest.alazhar.wordpress.com. Diakses tanggal 2April 2010)
Darwoto. 2010. Administrasi Pelayanan Khusus. (http://
darwoto.wordpress.com/2010/03/17/administrasipelayanan-khusus/, diakses pada tanggal 23 April
2010).
Imron, Ali. 1995. Manajemen Peserta Didik di Sekolah.
Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang,
Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas.

Lampiran
MANAJEMEN LAYANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
A. Pengertian Perpustakaan Sekolah
Menurut Kusmintardjo (1992/1993: 25) menjelaskan bahwa perpustakaan berasal dari
pustaka dalam bahasa Jawa Kawi yang berarti buku, naskah, karya tulis. Perpustakaan
berarti: dibukukan, ditulis. Pustaka mendapat awalan per- dan akhiran an, juga berarti
tempat, atau kumpulan. Perpustakaan dalam bahasa Inggris disebut Library, juga berasal dari
kata liber atau libri (Latin), yang berarti kulit dari batang pohon di bawah kulit luar atau
kitab, risalah. Veterum libri adalah kitab-kitab klasik. Dalam bahasa Perancis, perpustakaan
disebut Bibliotheque. Dalam bahasa Jerman dinamakan Bibliothek, dan dalam bahasa
Belanda dinamakan Bibliotheek. Kalimat-kalimat tersebut berasal dari kata Biblos (Yunani)
yang berarti Papyrus (rumput yang ditumbuk, dikeringkan menjadi bahan untuk ditulisi),
kemudian berubah menjadi Biblion yang artinya tempat. Jadi, Bibliotheke berarti tempat atau
kumpulan buku.
Banyak pendapat tentang apa yang disebut perpustakaan atau library, tetapi dalam prinsipnya
memiliki arti yang sama. Dalam Encyclopedia Britania, dijelaskan bahwa perpustakaan
adalah koleksi buku-buku, baik yang dicetak ataupun dalam bentuk tulisan. Dalam
Encyclopedia Americana, dijelaskan bahwa perpustakaan adalah kumpulan buku-buku yang
terdiri dari bermacam-macam nama dan ditulis dalam bermacam-macam bahasa.
Elizabeth H. Thomson dalam bukunya ALA Glassary of Library terms, mengatakan bahwa:
perpustakaan adalah suatu ruangan atau gedung tempat menyimpan koleksi buku-buku dan
sejenisnya, yang diorganisir dan diadministrasi sebagai bahan bacaan, memperoleh informasi
dan belajar.
Sedangkan Moxam dalam bukunya tentang ilmu perpustakaan mengatakan perpustakaan
adalah tempat pengumpulan pustaka atau kumpulan pustaka yang disusun dan diatur dengan
sistem tertentu dan tiap-tiap tulisan, sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat diketemukan
dengan mudah dan cepat. Dengan demikian, bukan sembarang kumpulan buku dapat kita
sebut perpustakaan, dan bukan sembarang tempat pengumpulan buku kita sebut
perpustakaan. Namun, kumpulan buku dan bahan pustaka lainnya itu harus diatur dan disusun
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang mempunyai tujuan tertentu. Bahan pustaka dapat
berupa buku, naskah, gambar, foto, slide, film, rontal, dan sebagainya.
Pengertian perpustakaan SMKN 1 Probolinggo adalah suatu tempat yang bertujuan untuk
menyimpan koleksi buku-buku yang diinginkan oleh pengguna. Jadi, perpustakaan sekolah
merupakan pusat masyarakat sekolah dalam mencari sumber informasi dan ilmu
pengetahuan.
B. Masalah dan Kebutuhan Perpustakaan di SMKN 1 Probolinggo
Masalah yang berkenaan dengan Perspustakaan di SMKN 1 Probolinggo yaitu sebagai
berikut:
1. Kekurangan buku referensi.
2. Peminjaman siswa dan guru tidak sama (masa peminjamannya tidak sama).
3. Buku-buku lama yang sudah tidak digunakan lagi, karena buku tersebut memakan tempat

dan jika dijual buku tersebut akan menimbulkan sanksi negara.


4. Pada saat proses komputerisasi sulit ditangani.
C. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan di SMKN 1 Probolinggo
Diadakannya perpustakaan sekolah adalah dalam rangka turut mendukung tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, tujuan perpustakaan sekolah adalah untuk
mempertinggi daya serap peserta didik terhadap materi-materi pelajaran yang diajarkan di
sekolah, menumbuhkembangkan minat baca tulis guru dan siswa, mengenalkan teknologi
informasi, membiasakan akses informasi secara mandiri, memupuk bakat dan minat.. Daya
serap terhadap materi pelajaran bisa relatif tinggi dan bahkan lebih luas dan dalam, karena
didukung oleh koleksi bahan pustaka yang jumlahnya banyak di perpustakaan sekolah. Daya
serap terhadap materi pelajaran bisa tinggi, karena di samping peserta didik mendapatkannya
dari guru mereka, juga mendapatkannya melalui penelitian dan telaah pustaka di
perpustakaan. Bacaan-bacaan yang mempunyai nilaang telah rekreatif, dapat juga
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk refreshing, yang setelah segar kembali
dapat mempelajari bahan-bahan pelajaran yang diberikan oleh gurunya.
Sedangkan fungsi dari perpustakaan sekolah, antara lain:
1. Fungsi pusat belajar mengajar perpustakaan sekolah mengandung arti bahwa proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru dengan peserta didik dapat dilakukan dengan
kelengkapan koleksi bahan pustaka yang berasal dari perpustakaan sekolah. Fungsi ini juga
mengandung arti, bahwa ketika guru berhalangan mengajar, peserta didik dapat ditugaskan
mencari materi-materi yang telah digariskan oleh kurikulum melalui perpustakaan sekolah.
2. Fungsi penelitian dan telaah kepustakaan perpustakaan mengandung arti bahwa peserta
didik dapat mengadakan penelitian literature di perpustakaan dan mengadakan telaah pustaka.
Konsep-konsep dan teori-teori yang pernah peserta didik terima termasuk yang diterima oleh
gurunya dapat di cek ricek, apakah telah benar, sesuai atau berbeda dengan yang ia temukan.
Dengan demikian, peserta didik dapat memahami sesuatu dari perspektif yang jauh lebih luas.
3. Fungsi pusat ilmu pengetahuan perpustakaan mengandung arti bahwa dalam koleksi bahan
pustaka yang tersimpan di perpustakaan, tersimpan juga ilmu pengetahuan. Dengan fungsi
demikian, maka peserta didik akan sadar sepenuhnya, bahwa pengetahuan yang didapatkan
dari guru mereka adalah sedikit dari nsebanyak ilmu pengetahuan yang sebenarnya ada di
perpustakaan.
4. Fungsi pusat rekreasi perpustakaan mengandung arti bahwa peserta didik dapat
memanfaatkan koleksi bahan pustaka yang mempunyai muatan rekreatif sebagai sarana
rekreasi.Bacaan-bacaan fiksi dan ringan, bacaan dengan nada humor, sebenarnya dapat
menghibur peserta didik di sela-sela proses kegiatan belajar mengajar yang mungkin
diantaranya ada yang menegangkan. Manakala peserta didik mau membaca bacaan-bacaan
denikian, tentulah sekaligus terhibur dan dia sudah sama dengan rekreasi.
5. Fungsi pusat apresiasi perpustakaan mengandung arti bahwa, dengan menkaji karya-karya
yang menjadi koleksi bahan pustaka perpustakaan, peserta didik akan dapat menghargai
karya orang lain. Ia yang mungkin tidak sejaman dengan pengarangnya, dapat menyelam jauh
ke belakang, mengapresiasikan ide-ide yang ditampilkan dalam koleksi bahan pustaka
tersebut.
D. Perencanaan Program Perpustakaan di SMKN 1 Probolinggo
Diadakannya perpustakaan sekolah dalam rangka turut mendukung terciptanya perpustakaan
yang baik. Dalam mempersiapkan perpustakan, dilakukan perencanaan terlebih dahulu,

antara lain:
1. Penyediaan infrastruktur
a. Lokasi dan Ruang
Perpustakaan adalah sebuah pusat kegiatan dan pusat belajar, oleh karena itu harus
memungkinkan untuk dapat mengakomodasi berbagai macam aktivitas intruksional pada
waktu yang bersamaan.
Selain ruang baca utama, tempat-tempat khusus yang mesti ada di perpustakaan adalah
sebagai berikut:
1. Ruang referensi (reference area)
2. Ruang bercerita (booktalking/storytelling area)
3. Ruang komputer (computer/technology area)
4. Ruang kelas (instructional/classroom area)
5. Ruang santai (quiet study/recreational reading area)
6. Ruang produksi ( multimedia production area)
7. Ruang pengolahan bahan pustaka (storage/processing workroom).
Akan lebih baik apabila perpustakaan memiliki ruang seminar atau konferensi serta ruang
kepanitiaan yang bisa menjamin privasi. Papan pengumuman/informasi serta ruang pamer
(display) sangat penting sebagai media informasi untuk menampilkan program-program
perpustakaan. Beberapa pertimbangan (standar) yang harus dipenuhi dalam membangun
infrastruktur perpustakaan sekolah:
1. Lokasi terpusat atau sentral, usahakan berada di lantai dasar
2. Akses dan kedekatan, dekat semua kawasan pengajaran
3. Pengawasan dan keamanan yang baik
4. Faktor kebisingan, paling sedikit di perpustakaan tersedia beberapa bagian yang bebas dari
kebisingan dari luar
5. Pencahayaan yang baik dan cukup, baik lewat jendela maupun lampu penerangan. Dengan
catatan cahaya tidak membuat silau dan sinar matahari tidak langsung
6. dekorasi cat yang menyejukan dan tidak membuat silau
7. Sirkulasi udara yang baik
8. Suhu ruangan yang tepat (misalnya, adanya pengatur suhu ruangan ataupun ventilasi yang
mencukupi, dianjurkan suhu ruangan sekitar 22 drajat Celcius dan kelembapan 45-50%)
untuk menjamin kondisi bekerja yang baik sepanjang tahun di samping preservasi koleksi
disain yang sesuai guna memenuhi kebutuhan penderita cacad fisik
9. Ukuran ruang yang cukup untuk penempatan koleksi buku, fiksi dan non-fiksi, buku
sampul tebal maupun tipis, suratkabar dan majalah, sumber non-cetak serta penyimpanannya,
ruang belajar, ruang baca, ruang komputer, ruang pameran, ruang kerja tenaga dan meja
perpustakaan
10. fleksibitas untuk memungkinkan keserbaragaman kegiatan serta perubahan kurikulum
dan teknologi pada masa mendatang
11. ruang baca mampu menampung 10 persen dari jumlah siswa
12. luas ruang diskusi: 2/3 x 10 persen x jumlah siswa x 1,5 meter persegi
13. ruang belajar: 2/9 x 10% x jumlah siswa x 2 meter persegi
14. ruang membaca santai: 1/9 x 10% x jumlah siswa x 1 meter persegi
15. ruang koleksi buku.Luas ruangan: jumlah eksemplar buku/400 x 1 meter (Sudah termasuk
jarak antar-rak)
16. ruang Penerbitan Berkala. Luas ruangan: jumlah eksemplar/76 x 1 meter persegi
b. Perabot dan Peralatan
Disain perpustakaan sekolah memainkan peran utama menyangkut bagaimana perpustakaan

melayani sekolah. Penampilan estetis perpustakaan sekolah memberikan rasa nyaman dan
merangsang komunitas sekolah untuk memanfaatkan waktunya di perpustakaan.
Perpustakaan sekolah yang dilengkapi secara tepat hendaknya memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Rasa aman
2. Pencahayaan yang baik
3. Didisain untuk mengakomodasi perabotan yang kokoh, tahan lama dan fungsional, serta
memenuhi peryaratan ruang, aktivitas dan pengguna perpustakaan
4. Didisain untuk menampung persyaratan khusus populasi sekolah dalam arti cara paling
restriktif.
5. Didisain untuk mengakomodasi perubahan pada program sekolah, program pengajaran,
serta perkembangan teknologi audio, video dan data yang muncul.
6. Didisain untuk memungkinkan penggunaan, pemeliharaan serta pengamanan yang sesuai
menyangkut perabotan, peralatan, alat tulis kantor dan materi.
7. Dirancang dan dikelola untuk menyediakan akses yang cepat dan tepat waktu ke aneka
ragam koleksi sumber daya yang terorganisasi.
8. Dirancang dan dikelola sehingga secara estetis pengguna tertarik dan kondusif dalam
hiburan serta pembelajaran, dengan panduan dan tanda-tanda yang jelas dan menarik
2. Penyediaan koleksi pustaka
IFLA (International Federation Library Association) membuat standar yang mesti dipernuhi
oleh perpustakaan sekolah, diantaranya adalah koleksi buku yang sesuai hendaknya
menyediakan sepuluh buku per murid. Sekolah terkecil hendaknya memiliki paling sedikit
2.500 judul materi perpustakaan yang relevan dan mutakhir agar stok buku berimbang untuk
semua murid. Paling sedikit 60% koleksi perpustakaan terdiri dari buku nonfiksi yang
berkaitan dengan kurikulum. Di samping itu, perpustakaan sekolah hendaknya memiliki
koleksi untuk keperluan hiburan seperti novel populer, musik, dolanan, komputer, VCD,
majalah dan poster. Materi semacam itu dipilihselain oleh guru, kepala sekolah, dan
pustakawanjuga bekerja sama dengan murid agar koleksi perpustakaan mencerminkan
minat dan budaya mereka, tanpa melintasi batas wajar standar etika.
3. Pengelola perpustakaan (SDM)
Pustakawan sekolah adalah tenaga kependidikan berkualifikasi serta profesional yang
bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaaan perpustakaan sekolah, didukung oleh
tenaga yang mencukupi, bekerja sama dengan semua anggota komunitas sekolah dan
berhubungan dengan perpustakaan umum dan lain-lainnya. Pade fase awal cukup diperlukan
pustakawan yang memiliki keterampilan dasar perpustakaan, seperti berikut:
a. Administrasi bahan pustaka (mulai dari stampling sampai pada shelfing)
b. Klasifikasi
c. Katalogisasi
d. Sirkulasi
e. Administrasi anggota
f. Statistik sirkulasi
4. Penerapan Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan Sekolah

Sistem Informasi Manajemen(SIM) Perpustakaan ini dirancang khusus untuk membantu


perpustakaan dalam menjawab tantangan yang dihadapi dalam upaya peningkatan pelayanan
dan menjalankan fungsinya sebagai jantung sekolah.
Selain sebagai sistem informasi perpustakaan, program ini juga dapat menjadi pangkalan
data. Sehingga memudahkan siapapun yang terhubung ke jaringan untuk mencari pustaka
yang sesuai dengan keinginan sekaligus mendownload datadata yang memang boleh diambil
tanpa perlu datang langsung ke perpustakaan. Secara garis besar fitur SIM. Perpustakaan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Pendataan koleksi perpustakaan
b. Pengaturan koleksi, pencetakan barcode, pencetakan bibliografi, katalog pengarang,
katalog judul, katalog subyek, label dan lain-lain.
c. Pengaturan anggota perpustakaan, koleksi yang dapat dipinjam, lama peminjaman,
maksimal peminjaman, dan pembuatan kartu anggota
d. Peminjaman dan pengembalian koleksi perpustakaan
e. Usulan pengadaan koleksi, proses pengadaan koleksi, data vendor pengadaan, data
pembandingan harga, anggaran serta desiderata pengadaan koleksi.
f. Laporan statistik penggunaan koleksi, pengunjung perpustakaan, statistik pengadaan
koleksi dan lain-lain
g. Pembuatan kartu bebas pustaka dan lain-lain
Seluruh fitur tersebut saling berkaitan satu sama lain, sehingga tidak perlu melakukan proses
yang tidak perlu secara berulang-ulang serta memudahkan dalam pengelolaan perpustakaan.
E. Pelaksanaan Program Perpustakaan di SMKN 1 Probolinggo
Dilihat dari segi prosesnya di perpustakaan SMKN 1 Probolinggo adalah sebagai berikut:
1. Mengisi buku pengunjung untuk pengunjung siapa saja mulai dari siswa dan para
karyawan yang ada di SMKN 1 Probolinggo.
2. Buku pengunjung untuk tamu, seperti buku untuk pengawas, buku untuk assesor
(pengawas khusus perpustakaan), buku kunjungan dari siswa atau alumni SMKN 1
Probolinggo
3. Pada proses peminjaman: langsung membuka digital catalogue untuk memilih koleksi
buku yang diinginkan
4. Pada proses pengembalian: mengambil kartu perpustakaan terus menuju meja sirkulasi
untuk mengembalikan buku perpustakaan. Jika melewati proses komputerisasi langsung input
ke data pengembalian dan sebaliknya.
F. Program Perpustakaan dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar di SMKN 1
Probolinggo
Berdasarkan masalah yang ada di Perpustakaan SMKN 1 Probolinggo, berikut ini akan
dijelaskan cara peningkatan belajar di SMKN 1 Probolinggo, yaitu:
1. Kami menyediakan ruang AVA (Audio Visual Access) tujuannya atau gunanya untuk
pembelajaran melalui media visual digital elektronik seperti televisi dan LCD.
2. Menyediakan koleksi buku perpustakaan berdasarkan klasifikasi yang dipilih oleh
peminjam buku yang dipinjam.
3. Masih merencanakan digital library tetapi barangnya masih belum ada.
4. Peminjaman buku paket secara kolektif pada pelajaran yang diinginkan
5. Menyediakan jaringan internet (hotspot) di ruang perpustakaan SMKN 1 Probolinggo

6. Membuat suasana perpustakaan SMKN1 Probolinggo nyaman, bersih dan rapi gunanya
untuk memancing pengunjung agar betah di perpustakaan
G. Tata Tertib dan Administrasi di SMKN 1 Probolinggo
Agar maksud pendidikan disekolah dapat tercapai, maka layanan perpustakan peserta didik
haruslah senantiasa teratur, tertib dan memudahkan kepada peserta didik.hal demikian dapat
dicapai manakala para penggna perpustakaan yaitu peserta didik, guru dan karyawan bersedia
mentaati tata tertib perpustakaan. Apa saja yang harus tercantum dalam tata tertib
perpustakaan? yang harus tercantum adalah: persyaratan menjadi anggota dan pengguna
koleksi bahan pustaka, tata cara peminjaman, koleksi bahan pustaka,ketentuan mengenai
kapan perpustakaan dibuka dan ditutup ketentuan tentang jenis-jenis pelanggaran yang
dilakukan oleh pengguna berikut sangsinya, larangan-larangan yang harus di perhatikan oleh
pengguna perpustakaan dan sebagainya
Adapun persyaratan menjadi anggota perpustakaan sekolah lazimnya sebagai berikut
1. Peserta didik sekolah tersebut, yang di buktikan dengan kartu siswa.
2. Mendaftarkan diri kepada pustakawan sekolah,dengan mengisi formulir yang telah di
sediakan.
3. Melampirkan pasfoto untuk keperluan kartu tanda anggota, kartu peminjaman, dan arsip
4. Menandatangani surat perjanjian yang bersi bersedia menerima sanksi bila ternyata
pengguna perpustakaan melakukan pelanggaran.
5. Tata tertib peminjaman bahan pustaka adalah sebaga berikut:
a. Peminjam adalah anggota perpustakaan yang bersangkutan, atau mereka yang secara
khusus mendapatkan ijin dari kepala perpustakaan dan kepala sekolah.
b. Membawa kartu peserta didik atau siswa
c. Meminjam pada hari dan jam yang telah di tentukan
d. Maksimal koleksi bahan pustaka yang dipinjam sebanyak 2 buah
e. Batas pengembalian harus di perhatikan, misalnya 2 minggu
f. bersedia menjaga kebersihan dan keutuhan
g. Tidak boleh memberikan coretan pada koleksi bahan pustaka dalam bentuk apapun
h. Tidak di perkenankan menggunakan kartu anggota orang lain
i. Koleksi bahan pustaka referensi, tidak boleh di pinjam hanya diperkenankan di baca di
tempat.
j. Pelanggaran atas tata tertib dikenakan sanksi.
Adapun tata tertib yang ada di perpustakan SMKN 1 Probolinggo adalah sebagai berikut:
1. Pengunjung wajib mengisi Buku Daftar Kunjungan yang telah disediakan.
2. Pengunjung tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman saat di dalam
perpustakaan.
3. Berpakaian rapi dan sopan saat berkunjung ke perpustakaan SMKN 1 Probolinggo.
4. Tidak diperbolehkan memakai topi, jaket, serta membawa tas di dalam ruang perpustakaan.
5. Bagi pengunjung perpustakaan wajib ikut menjaga kebersihan selama di dalam ruangan
perpustakaan.
6. Perpustakaan SMKN 1 Probolinggo:
a. Buka pada jam 06.45-13.00 (untuk hari senin s/d sabtu)
b. Buka pada jam 06.45-11.00 (untuk hari jumat)
Sedangkan administrasi yang ada di perpustakaan SMKN 1 Probolinggo adalah sebagai
berikut:

1. Buku pengunjung sesuai dengan jurusan


2. Daftar peminjaman dan pengembalian buku perpustakaan sesuai dengan jurusan
3. Buku peminjaman untuk guru dan karyawan staf tata usaha
4. Grafik peminjaman untuk mengkalkulasi jumlah peminjam
5. Grafik pengunjung untuk mengkalkulasi jumlah pengunjung
6. MADING yang tujuannya untuk memaparkan ide-ide siswa-siswi, guru, karyawan tata
usaha yang ditempel di papan yang berupa resensi, artikel, rubrik dan cerpen.
7. Kotak saran (suggestion box) yang tujuanya menerima kritikan siapa saja yang menikmati
perpustakaan SMKN 1 Probolinggo
8. Buku denda perpustakaan SMKN 1 Probolinggo
H. Evaluasi Program di SMKN 1 Probolinggo
Dalam kegiatan akhir dari pengelolaan perpustakaan adalah kegiatan evaluasi perpustakaan
sekolah. Evaluasi perpustakaan harus didasarkan pada kriteria yang berkaitan dengan staf
perpustakaan, penggunaan perpustakaan oleh murid, administrasi dan organisasi
perpustakaan, pemilihan materi perpustakaan, dan karakteristik khusus dari layanan
perpustakaan sekolah.
Dalam evaluasi atau penilaian terhadap perpustakaan SMKN 1 Probolinggo terdapat tim
Pengawas dari Dinas Pendidikan, Dinas Propinsi, Dinas Pusat. Cara mengevaluasi:
1. Melihat jumlah buku pengunjung
2. Jumlah buku yang dipinjam
3. Grafik pengunjung dan peminjam
4. Bagan organisasi
5. Jumlah koleksi buku perpustakaan
6. Jumlah katalog
7. Melihat dari penataan ruang
8. Jumlah fasilitas dan sarana dan prasarana (termasuk poster-poster di dinding)
9. Pengoperasian komputernya dan cara kerja sistem sirkulasi kerja
10. Melihat buku denda perpustakaan
11. Kebersihan ruang
Daftar Rujukan
Kusmintardjo. 1992/1993. Pengelolaan Layanan Khusus
di Sekolah (Jilid II). Malang: Proyek OPF
IKIP.
Imron, A. 2006. Manajemen Peserta Didik di Sekolah.
Malang: Proyek OPF IKIP.
Tanpa Nama. 2004. Membangun Perpustakaan Model.
(http://www.bit.lipi.go.id/masyarakatliterasi/indep
hp/membangun-perpustakaan-sekolahmodel?
showall=1), diakses 25 april 2010)
Lampiran
LAYANAN KHUSUS TRANSPORTASI SEKOLAH

A. Pengertian Transportasi Sekolah


Transportasi merupakan fenomena terkait perpindahan, perjalanan serta pergerakan orang dan
barang. Pengelolaan transportasi yang handal hanya dapat terwujud dengan dukungan
kapasitas teknis, organisasi, pembiayaan yang memadai, serta kepemimpinan dan komitmen
politik. Sistem transportasi sekolah yang handal seharusnya bertujuan untuk mewujudkan
keselamatan dan keamanan, efisiensi, keadilan serta pelestarian lingkungan. Karena itu
diperlukan upaya dan riset yang dapat menunjang terwujudnya sistem transportasi yang
handal tersebut. Transportasi sekolah adalah alat perpindahan, perjalanan, yang dikhususkan
untuk mengangkut seluruh siswa sekolah dalam memudahkan para pelajar menuju ke
sekolahnya.
Berdasarkan kajian Dinas Perhubungan, sebagian besar para pelajar menggunakan angkutan
umum sebagai media transportasi mereka ke sekolah, namun tidak sedikit siswa yang
menggunakan kendaraan pribadi atau fasilitas antar-jemput baik dari orang tua maupun jasa
travel sebagai media transportasi ke sekolah. Hal yang sering kali tidak dapat dihindari oleh
semua lapisan masyarakat, khususnya siswa-siswa yang berhubungan dengan transportasi
adalah kemacetan lalu lintas.
Kemacetan lalu lintas merupakan masalah transportasi yang dialami hampir semua kota besar
di dunia. Secara umum hal tersebut disebabkan oleh bersamaannya semua lapisan masyarakat
untuk berangkat maupun pulang beraktivitas dalam jam yang bersamaan. Hal yang paling
fatal adalah banyaknya kendaraan pribadi yang digunakan oleh seorang pengguna saja,
padahal kendaraan pribadi tersebut dapat digunakan oleh dua orang atau bahkan lebih.
Kemacetan lalu lintas merupakan masalah transportasi yang dialami hampir semua kota besar
di dunia. Oleh karena itu pemerintah setempat telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk
mengatasi kemacetan, salah satunya adalah kebijakan Kawasan Pembatasan Penumpang
(KPP).
Tuntutan sekolah yang mengharuskan siswa datang tepat waktu di sekolah dan memberikan
sanksi kepada siswa yang telat mengharuskan siswa untuk berangkat lebih awal guna datang
tepat waktu ke sekolah. Dengan terbatasnya transportasi umum, siswa harus berdesakdesakan dengan karyawan yang harus berangkat ke tempat kerja masing-masing atau bahkan
harus berebut naik transportasi umum tersebut agar tidak datang terlambat.
Untuk itu pihak sekolah harusnya memikirkan solusi bagi para siswa-siswinya agar dapat
datang tepat waktu ke sekolah. Salah satunya sekolah dapat menyadiakan transportasi
sekolah,,tentunya dengan kerjasama antar pihak sekolah dan pemerintah. Namanya saja
transportasi sekolah, jadi yang dapat menggunakannya adalah para siswa-siswi atau bahkan
para guru yang akan berangkat atau pulang ke dan dari sekolah. Sehingga transportasi
sekolah adalah sebuah sarana transportasi yang diperuntukkan untuk memenuhi atau
mempermudah akses para siswa dan guru ke dan dari sekolah agar tidak datang dan terlambat
samapai ke sekolah dan rumah dengan jalur yang telah ditentukan oleh pemerintah (jalur
dapat dilihat di mana saja alamat siswa-siswa dan guru)
B. Masalah dan Kebutuhan Transportasi di Sekolah
Berdasarkan pengertian transportasi sekolah, pengadaan dan pemeliharaan dan pemeliharaan
sarana transportasi di sekolah merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan oleh siswa-siswa

atau guru untuk mempermudah akses ke dan dari sekolah. Ada beberapa masalah yang timbul
dalam pemenuhan sarana trasnportasi sekolah tersebut. Masalah-masalah tersebut antara lain
sebaai berikut:
a. Minimnya anggaran dalam memenuhi kebutuhan transportasi sekolah.
Dengan anggaran yang minim sulit bagi sekolah untuk mewujudkan adanya tranportasi
sekolah yang diharapkan karena kendala tersebut menjadi dasar untuk merealisasikan adanya
tranportasi sekolah. Meskipun ada anggaran, namun anggaran tersebut tidak diprioritaskan
untuk transportasi sekolah saja malainkan masih banyak kebutuhan-kebutuhan yang lain yang
membutuhkan anggaran.
b. Kurangnya armada transportasi sekolah.
Penambahan armada dan trayek itu juga sebagai langkah optimalisasi transportasi sekolah
karena sebagian besar para pelajar masih menggunakan angkutan umum sebagai media
transportasi mereka ke sekolah. Untuk itu, sekolah menilai keberadaan tranportasi sekolah
cukup membantu para pelajar. Dengan adanya rencana penambahan tranportasi sekolah maka
diharapkan banyaknya pelajar yang dapat menikmati layanan tranportasi sekolah tersebut
namun kenyataannya, tidak sedikit pelajar yang tidak terangkut akibat minimnya jumlah
armada tranportasi sekolah.
c. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya mengenai transportasi sekolah.
Secara prinsip program layanan tranportasi sekolah sangat baik karena untuk menunjang
kesejahteraan peserta didik, namun karena mahalnya biaya pengoprasian layanan tersebut
dapat menambah beban masyarakat yang harus menanggung biaya transportasi putra-putrinya
untuk pergi-pulang sekolah. Sehingga masih kurang berminatnya antusias masyarakat dalam
meningkatkan kualitas sekolah khususnya mengenai layanan transportasi sekolah.
d. Belum meratanya layanan transportasi sekolah disetiap sekolah.
Pengoperasian transportasi sekolah itu sebagai salah satu bentuk pelayanan yang diberikan
sekolah kepada siswa dalam wujud alat transportasi antar-jemput bagi peserta didik menuju
sekolah maupun pulang kerumahnya masing-masing. Disamping itu, masih banyak juga
sekolah yang belum mempunyai layanan transportasi sekolah sendiri. Hal ini merupakan
masalah yang harus segera diselesaikan oleh sekolah tersebut, guna memberikan layanan
transportasi yang diberikan kepada peserta didik secara maksimal. Dalam meningkatkan
kualitas pendidikan, pengoperasian transportasi sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan
pelayanan kepada pelajar dalam hal pemenuhan sarana transportasi sekolah, baik pada waktu
menuju ke sekolah maupun setelah selesai sekolah, sebab selama ini banyak pelajar yang
terlantar dalam perjalanannya menuju sekolah akibat harus berebut angkutan umum dengan
masyarakat. Oleh karena itu, sekolah harus berupaya memberikan layanan transportasi
sekolah agar peserta didik tidak lagi terlambat datang ke sekolah.
e. Mahalnya biaya layanan tranportasi sekolah bagi siswa yang tidak mampu.
Layanan transportasi sekolah dari segi biaya yang diberikan atau dikenakan kepada peserta
didik cukup mahal. Mahalnya biaya tersebut dikarenakan pengoperasian layanan transportasi
sekolah serta alat-alat onderdil dan biaya servis alat transportasi yang juga mahal. Hal ini
dapat menambah beban peserta didik yang harus menanggung biaya transportasi tersebut
untuk pulang-pergi sekolah. Sehingga masih kurang berminatnya antusias peserta didik
dalam meningkatkan kualitas sekolah khususnya mengenai layanan transportasi sekolah. Hal
ini dikarenakan, masih banyaknya peserta didik yang kondisi ekonominya lemah yang
menjadikan kendala bagi sekolah untuk mewujudkan layanan transportasi sekolah.

C. Tujuan dan Fungsi Transportasi Sekolah


1. Tujuan
Lepas dari masalah yang timbul dalam pengadaan dan pemeliharaan transportasi sekolah,
pengadaan dari transpotrasi sekolah itu sendiri memiliki tujuan. Secara umum tujuan
pengadaan transportasi sekolah adalah untuk mempermudah siswa-siswi dan guru dalam
mengakses ke dan dari sekolah. Secara khusus, sekolah mempunyai tujuan untuk
meningkatkan tingkat keselamatan bagi siswa. Hal ini dilakukan terutama melalui
persyaratan driver, kendaraan, peralatan standar dan pelatihan. Beberapa peraturan negara,
pengemudi dan kendaraan bervariasi dengan keadaan dari transportasi. Artinya, peraturan
yang berbeda dapat diterapkan tergantung pada:
a. Jenis kendaraan yang digunakan,
b. Apakah transportasi tersebut ke dan dari sekolah atau kegiatan, dan
c. Apakah driver digunakan khusus untuk transportasi siswa. Peraturan biasanya tidak
menarik perbedaan antara sekolah umum, sekolah kabupaten, sekolah charter, dan sekolah
non publik (Kecuali dinyatakan lain, undang-undang berlaku untuk semua jenis sekolah).
2. Fungsi
Transportasi sekolah merupakan sebuah layanan khusus yang dikelola oleh sekolah dan
mempunyai fungsi sebagai media antar jemput siswa pada suatu sekolah, mulai dari siswa
berada dirumah sampai datang ke sekolah dan menuju rumah masing-masing setelah
melaksanakan kegiatan di sekolah. Fungsi utama layanan tranportasi sekolah adalah
meningkatkan pelayanan kepada pelajar. Sebab, selama ini banyak pelajar yang terlantar
dalam perjalanannya menuju sekolah akibat harus berebut angkutan umum dengan
masyarakat. Akibatnya, setibanya disekolah pelajar mengalami kelelahan dan bahkan sampai
terlambat datang ke sekolah, sehingga konsentrasinya terganggu saat menerima pelajaran.
D. Perencanaan Program Transportasi Sekolah
Perencanaan program layanan tranportasi oleh sekolah dilakukan dengan mengadakan sarana
transportasi sekolah (bus sekolah). Secara teknis pengadaan sarana tersebut berhubungan
dengan jalur akses dari bus sekolah itu sendiri, sehingga dalam hal ini pihak sekolah
memerlukan bantuan dari Dinas Perhubungan untuk mengatur jalur akses dari bus sekolah.
Setelah penentuan jalur akses telah ditentukan, pihak sekolah dengan bantuan Dinas
Perhubungan melakukan sosialisasi bahwa bus sekolah siap beroperasi dengan jalur yang
telah ditentukan. Jika terlihat banyak siswa-siswi atau guru yang banyak merespon dengan
baik, maka dapat dilakukan penambahan armada bus sekolah.
Penambahan armada bus sekolah untuk lebih meningkatkan kelancaran dalam pelaksanaan
kegiatan transportasi siswa. Subsidi anggaran operasional juga diperlukan dalam proses
perencanaan layanan bus sekolah, karena apabila telah tersedia dana yang cukup maka suatu
sekolah akan bisa melaksanakan program layanan bus sekolah.
E. Pelaksanaan Program Transportasi Sekolah
Pelaksanaan Program Bus sekolah dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik
dalam hal pemenuhan sarana bus sekolah, baik pada waktu menuju ke sekolah maupun
setelah selesai sekolah. Layanan bus sekolah pada umumnya dilaksanakan pada pagi hari

pada saat para peserta didik akan berangkat ke sekolah dan diakhiri dengan pemulangan para
peserta didik ke rumah masing-masing setelah selesai melaksanakan seluruh kegiatan belajar
di lingkungan sekolah. Dengan adanya layanan ini diharapkan para peserta didik bisa
berangkat sekolah dengan tepat waktu dan juga pulang sekolah sesuai dengan jam akhir
sekolah.
Untuk mengoptimalkan fungsi bus sekolah dalam memudahkan para pelajar menuju ke
sekolahnya yaitu dengan penambahan armada dan trayek itu juga sebagai langkah
optimalisasi bus sekolah. Selain itu tingkat keamana juga harus diperhatikan oleh karena itu
diharapkan, adanya lembaga yang ditunjuk untuk mengawasi pelaksanaan Bus Sekolah agar
berjalan sesuai tujuan dan fungsinya, dan yang terpenting adakah prosedur standar untuk
mencegah terjadinya kecelakaan. Dewan Transportasi Kota dan Komisi Nasional
Keselamatan Transportasi sudah memiliki standar pengawasan bus-sekolah?
Tentu harus ada standar untuk inspeksi, dan adalah sangat penting untuk memberi
pemahaman kepada para pelaksana pengawasan bahwa setiap kelalaian dalam menginspeksi.
Misalnya, hanya melihat kertas tanpa memeriksa keadaan fisiknya merupakan ancaman
serius bagi keselamatan penumpang bus-sekolah: anak-anak dan adik-adik kita.
Barangkali saja dari situ akan tercipta sistem yang ideal untuk dijadikan standar. Jika
dijadikan standar nasional, kalau belum cukup sebagai motivasi, siapkan saja aturan untuk
hak patent dan royaltinya.
Saat mencari contoh di negara lain, ada School Bus Safety Inspection yang diterbitkan oleh
Bus Safety Program Advisory Committee dari Motor Carrier Safety Bureau, Department of
Transportation, New York Amerika Serikat. Buku yang berisi checklist itu diperuntukkan
bagi para operator bus sekolah. Maka saat operator menyerahkan kendaraan untuk diperiksa
tidak ada tawar-menawar lagi, harus sesuai dengan checklist.
New York berada di posisi teratas dalam standar keamanan untuk bus-penumpang di Amerika
Serikat. Keberhasilannya disebabkan oleh banyak hal, di antaranya: dedikasi para individu
yang mengoperasikan, memelihara, dan menginspeksi kendaraan. Didukung juga dengan
adanya undang-undang seperti prosedur pengujian rem, kewajiban pengusaha untuk
menyediakan tempat kerja yang aman dari kecelakaan.
Inspeksi dilaksanakan secara periodik, sertifikatnya berlaku 6 bulan sejak diterbitkan dengan
kewajiban adanya proses maintenance dalam interval yang waktunya ditentukan dan diajukan
tertulis oleh operator kepada Komite. Di dalamnya juga tercakup prosedur pemeriksaan
sehari-hari oleh pengemudi.
Sebelum diserahkan untuk inspeksi, kendaraan harus sudah memenuhi standar ready for
passenger (barangkali label ini dikeluarkan oleh lembaga lain lagi), tidak boleh ada
perbaikan dan penyesuaian selama inspeksi berlangsung.
Jika memang sudah ada lembaga yang mengawasi pelaksanaan Bus Sekolah, ada baiknya
untuk diumumkan keberadaannya dan standar seperti apa yang digunakan. Akan banyak
manfaatnya bagi masyarakat. Masyarakat bisa ikut mengawasi karena mengetahui betul
standar apa yang harus diikuti operator; menumbuhkan kepercayaan orangtua; menjadi
pembelajaran bagi anak-anak untuk memahami praktek dan makna sesungguhnya dari suatu
peraturan dan undang-undang.

F. Program Transportasi Sekolah dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar


1. Program Keselamatan Transportasi Murid
Setiap negara bekerjasama dengan administrator distrik sekolah dan pegawai bus sekolah
harus mengembangkan, mendokumentasikan dan menerapkan program keselamatan
transportasi murid yang komprehensif dan di evaluasi setiap tahun, untuk memastikan bahwa
semua bus sekolah yang dioperasikan dan dijaga untuk keselamatan serta efisiensi dapat
maksimum.
Di negara-negara yang sudah lama melaksanakan layanan bus-sekolah, berbagai prosedur
untuk keamanan anak-anak diumumkan dan dibagikan ke berbagai pihak untuk dipahami dan
dipatuhi oleh anak-anak mereka.Salah satu di antaranya adalah mengenali zona bahaya di
sekitar bus-sekolah. Anak-anak wajib menghindari zona ini di setiap saat, setiap kali
diingatkan misalnya untuk tidak berlarian atau bermain di depan atau belakang bus.
Di Amerika, korban kecelakaan di kalangan anak-anak umumnya bukan karena kendaraan
lain, melainkan tertabrak oleh bus-sekolahnya sendiri. Ada area seputar badan bus disebut
blind spot yang tidak terlihat oleh pengemudi, baik secara langsung atau melalui kaca
spion. Area seputar badan bus yang beresiko tinggi dinamakan danger zone. Zona bahaya
bus-sekolah di Amerika dan Kanada adalah seperti ini:
a. Identifikasi Tetap dari Alat Transportasi Sekolah
Semua alat bus sekolah harus mudah diidentifikasi kepada publik dan mahasiswa, dan
menggabungkan standar marka dan warna yang telah menjadi identik dengan bus sekolah.
Bus Sekolah harus:
1. Painted Kuning Bus Sekolah Nasional sesuai dengan Institut Nasional Standar dan
Teknologi.
2. Diidentifikasi oleh kata-kata Bus Sekolah dalam huruf besar di depan dan belakang bus,
terletak antara lampu sinyal peringatan.
3. Dilengkapi dengan lengan sinyal berhenti yang berlaku dalam kaitannya dengan cahaya
merah.
4. Dilengkapi dengan sistem sinyal lampu kuning dan merah untuk memperingatkan
pengendara kendaraan bermotor bahwa bus yang berhenti atau telah berhenti untuk
menjemput atau menurunkan penumpang.
5. Dilengkapi dengan cermin yang memungkinkan pengemudi melihat ke belakang di kedua
sisi bus dan sepanjang bagian depan bus.
6. Dilengkapi dengan beberapa pintu keluar darurat.
7. Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan perlengkapan keamanan lainnya untuk
digunakan dalam keadaan darurat.
8. Sebuah kelompok kontrol persimpangan untuk memastikan bahwa anak-anak lintas jarak
aman di depan alat bus sekolah.
9. Suatu sistem alamat di luar masyarakat untuk waspada anak-anak untuk situasi berbahaya.
10. Iklim kontrol (pendingin udara).
11. Onboard penumpang peralatan perekaman video.
12. Sebagai teknologi baru menjadi tersedia dan terjangkau, mereka harus dipertimbangkan
jika sesuai.
13. Bahaya kesadaran atau peralatan peringatan.
b. Kebijakan Operasi Bus Sekolah
Setiap Negara/atau distrik sekolah harus menetapkan dan mendokumentasikan prosedur
operasi bus sekolah konsisten dengan berikut:

1. Kabupaten Sekolah harus mengembangkan kebijakan dan pedoman tentang prosedur


darurat dan rencana darurat dalam hal terjadi kecelakaan, penutupan sekolah yang tidak
terduga atau mengubah rute.
2. Setiap negara harus membuat undang-undang yang memberikan prosedur yang seragam
tentang bis sekolah berhenti di jalan raya umum untuk beban dan pemakaian anak-anak, dan
melakukan kampanye pendidikan publik untuk memberikan informasi kepada masyarakat
penggerak prosedur dan pedoman.
3. Setiap negara dan operator bus sekolah harus memiliki kebijakan di tempat yang
menerapkan kontrol pada jumlah jam per hari itu seorang sopir bus bisa mengoperasikan bus
sekolah.
4. Semua penumpang bus sekolah harus benar duduk sementara bis sekolah bergerak.
5. Penumpang dalam bus sekolah dengan pembatasan kursi harus memakai pembatasan setiap
kali bus sekolah bergerak.
6. Kapasitas penumpang harus dikelola sehingga setiap penumpang duduk dalam posisi yang
akan memberikan perlindungan yang maksimal oleh kompartemen tempat duduk.
Kompartemen tempat duduk ini adalah kunci untuk keselamatan penumpang memaksimalkan
melalui strategi yang telah terbukti kompartementalisasi.
7. Jumlah penumpang di bis sekolah tidak boleh melebihi kapasitas menilai produsen bus.
Duduk harus disesuaikan menurut ukuran penumpang yang diangkut.
8. Akses keluar darurat harus tersedia setiap saat. Bagasi dan item lainnya diangkut dalam
kompartemen penumpang harus disimpan dan diamankan sehingga gang dipelihara keluar
darurat yang jelas dan pintu-pintu dan tetap terhalang di sepanjang waktu.
9. Kabupaten harus memiliki kebijakan didokumentasikan di tempat yang memperjelas apa
bagasi dan barang-barang lainnya akan diperbolehkan di bus sekolah digunakan untuk
mengangkut anak-anak.
10. Sekolah kabupaten harus mengadopsi prosedur untuk menginformasikan publik tentang
keterampilan, pelatihan dan kualifikasi pengemudi dan personil sekolah lainnya transportasi.
c. Pemeliharaan Kendaraan
Setiap negara harus menetapkan prosedur perawatan yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Alat bus sekolah harus dipelihara dalam kondisi operasi yang aman melalui program
pemeliharaan preventif yang sistematis.
2. Driver harus melakukan perjalanan sehari-hari pra-dan pasca-perjalanan inspeksi
keselamatan, dan harus mencatat semua masalah mekanik dan segera melaporkannya kepada
personil pemeliharaan.
3. Semua alat bus sekolah harus diperiksa sesuai dengan program inspeksi disetujui negarasetidaknya setiap tahun.
4. Semua alat bus sekolah harus memenuhi atau melebihi standar federal dan negara bagian
konstruksi alat bus sekolah.
5. Personil pemeliharaan alat bus sekolah harus akrab dengan rekomendasi pabrik untuk
perawatan kendaraan dan memiliki prosedur di tempat yang sesuai dengan rekomendasi
tersebut.
d. Tambahan Transportasi Murid Rekomendasi
1. Semua siswa harus menerima instruksi biasa dalam bus sekolah aman naik prosedur,
termasuk pemuatan yang tepat dan teknik bongkar muat, jalan yang tepat penyeberangan ke
dan dari sekolah bus berhenti, dan latihan evakuasi darurat.
2. Administrator sekolah lokal dan penegakan hukum harus bekerja sama untuk mendirikan
program persimpangan penjaga.

3. Administrator sekolah lokal harus menetapkan kendaraan penumpang poin bongkar muat
di sekolah yang terpisah dari zona sekolah bus loading.
G. Tata Tertib dan Administrasi Transportasi Sekolah
Berikut ini adalah beberapa tata tertib yang ada dalam tramportasi sekolah, yaitu:
1. Yang berhak menggunakan bus sekolah adalah guru, karyawan dan murid.
2. Bus sekolah beroperasi setiap hari kerja.
3. Waktu Operasi : Senin-Sabtu
Jam Operasi Bus Sekolah :
a. Pagi : 05.30 07.00
b. Siang : 11.00-13.00 (Jumat : 11.00-14.00)
c. Sore : 15.00-18.00
4. Pengunjung dilarang merokok, membawa senjata tajam dan minuman serta makanan pada
saat didalam bus sekolah.
5. Tidak diperkenankan mencorat coret atau merusak fasiltas yang ada didalam bus sekolah.
6. Dilarang membuat keramaian atau kegaduhan dalam bus sekolah karena akan menganggu
ketenangan pelajar lainnya.
7. Pelajar yang ingin naik bus sekolah harus menunjukkan KARTU PELAJAR.
8. Pelajar yang menggunakan KARTU PELAJAR BUS milik orang lain tidak dilayani.
9. Setiap pelajar harus duduk dengan rapi sesuai dengan tempat duduk yang disediakan.
10. Setiap pelajar harus antri dengan tertip pada saat mau menaiki maupun turun bus sekolah.
11. Setiap pelaja harus tepat waktu pada saat penjemputan dan berada pada halte yang telah
disediakan.
H. Evaluasi Program Transportasi Sekolah
1. Evaluasi Program Standar
Rekomendasi
a. Mengurangi jumlah kompensasi pekerja cedera terkait dengan menciptakan sebuah komite
peninjau administrator pihak ketiga, konsultan pencegahan kerugian dan manajemen untuk
menganalisis seperti klaim; sehingga, membuat presentasi untuk meninjau dengan tenaga
kerja yang mungkin mengidentifikasi strategi dan pencegahan. Memperbarui rincian
deskripsi kerja semua persyaratan yang dibutuhkan untuk secara efektif kebutuhan layanan
rute khusus akan memastikan bahwa semua karyawan dapat memenuhi fisik persyaratan yang
dibutuhkan dan mungkin mengurangi jumlah klaim kompensasi pekerja untuk aktivitas
pekerjaan sehari-hari.
b. Bekerja sama dengan Departemen Sumber Daya Manusia untuk mempercepat pemrosesan
karyawan baru akan memungkinkan departemen untuk lebih cepat mengisi posisi yang
kosong personil.
c. Mempersiapkan armada yang memenuhi kebutuhan siswa terus menjadi fokus utama pada
menentukan rotasi realistis / jadwal penggantian untuk mempertahankan armada bus
cadangan yang layak untuk memenuhi setiap rute
d. Ukuran atau kebutuhan. spesifikasi armada saat ini telah terus-menerus dimodifikasi untuk
memenuhi kebutuhan yang terus perubahan kebutuhan siswa. Adalah penting bahwa
memasukkan anggaran pemeliharaan meningkat jumlah uang untuk pembelian alat-alat baru
dan peralatan toko ke alamat keselamatan staf
e. Peralatan keprihatinan terkait dengan usia dan keandalan saat ini.
f. Staf transportasi akan terus bekerja sama dengan departemen teknis kabupaten itu untuk
memonitor dan meningkatkan konversi data siswa basis data yang diperlukan. Distrik

pelatihan departemen sering akan mengadakan sesi pelatihan dengan sekretaris kabupaten
dan transportasi staf untuk memastikan data siswa selalu diperbarui untuk mencerminkan
siswa baru yang paling IEP
g. Persyaratan. Selain itu, meningkatkan mutu perangkat lunak routing untuk lebih menerima
dan proses mahasiswa data akan mendorong lebih efektif dan efisien routing.
h. Mendidik staf dan menggabungkan suasana di sepanjang Distrik Sekolah Khusus yang
mendorong hubungan erat dengan departemen transportasi untuk memastikan bahwa IEP
didorong layanan yang diminta dapat dipenuhi realistis dan dengan hilangnya waktu minimal
pendidikan.
i. Mengharuskan semua permintaan masyarakat pembelajaran berbasis lokasi kerja dan
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari transportasi departemen sebelum
mengamankan situs tersebut.
j. Dalam menghadapi orang-orang kabupaten yang memanfaatkan penjadwalan blok,
pengambil keputusan perlu menyadari dampaknya terhadap transportasi dan memecahkan
masalah dengan tim IEP siswa jadwal yang sebelum penjadwalan lebih dari satu lokasi atau
berbagai pickup / drop off kali. Disetujui Dewan: 2009/04/14
Daftar Rujukan
__________. 2007. Transportasi. (Online).
(http://www.ssd.k12.mo.us/about_SSD/program_
eval/assets/0709/Transportation.pdf, diakses pada
21 April 2010)
__________. 2007. Congress bush administration
designate school bus service qmass
transportation. (Online). (http://stnonline.com
/resources/security/related-security-articles/1259congress-bush-administration-designate-schoolbus-service-qmass-transportationq, diakses pada
21 April 2010)
__________. 2007. Transportasi. (Online).
(http://www.vbschools.com/transportation/faq.
asp, diakses pada 21 April 2010)
__________. 2007. Schoolbus. (Online).
(http://www.house.leg.state.mn.us/hrd/pubs/
schoolbus.pdf, diakses pada 21 April 2010)
__________. 2007. Bus Sekolah 2008. (Online).
(http://bus-sekolah.blogspot.com/, diakses
pada 21 April 2010)
Lampiran
MANAJEMEN LAYANAN
RUMAH PERIBADATAN SEKOLAH

Di setiap sekolah, layanan rumah peribadatan sangat diperlukan. Layanan rumah peribadatan
merupakan sebuah layanan yang diberikan sekolah dengan maksud agar layanan tersebut bisa
digunakan untuk beribadah maupun melaksanakan kegiatan keagamaan lainnya, serta bisa
membentuk kerohanian bagi peserta didik khususnya dan pihak sekolah lain pada
umumnya.agar bisa menjadi manusia yang baik dan beriman.
Adanya sebuah layanan rumah peribadatan di sekolah sangat menunjang terhadap proses
pembelajaran mengingat bahwa pembelajaran bisa dilakukan dimana saja termasuk salah
satunya adalah di rumah peribadatan di sekolah. Adapun layanan rumah peribadatan yang
biasanya ada di sekolah adalah masjid dan gereja. Adanya masjid di sekolah juga sangat
bermanfaat bagi peserta didik maupun warga sekolah lainnya. Mereka bisa melakukan ibadah
di masjid tersebut ketika masih berada di sekolah maupun melakukan kegiatan keagamaan
lainnya. Begitu juga dengan adanya gereja di sekolah, juga bisa dimanfaatkan peserta didik
maupun warga sekolah lainya yang non muslim. Berikut akan diuraikan mengenai layanan
rumah peribadatan sekolah yakni masjid dan gereja.
A. Masjid
1. Pengertian Masjid Sekolah
Masjid berasal dari kata kerja sajada artinya duduk (Sadali, 1984:213). Kata masjid
menunjukkan arti nama tempat yaitu tempat duduk. Masjid dilihat dari sudut bahasa berasal
dari akar kata bahasa Arab sajada yasjudu sujudan yang berarti tempat sujud, tempat shalat
atau tempat menyembah Allah SWT. Masjid dilihat dari sudut bahasa berasal dari bahasa arab
yang artinya tempat sujud, tempat shalat atau tempat ibadah kepada Allah SWT (Armi, 2009).
Dalam perkembangan sejarah Islam pengertian masjid mengalami perubahan. Tidak saja
sebagai tempat shalat atau ibadah semata melainkan juga sebagai pusat kegiatan umat Islam.
Hal ini ditunjukan oleh Rosulullah SAW ketika beliau mengajarkan dan menerangkan
hukum-hukum Islam atau memecahkan masalah-masalah duniawi di dalam masjid.
Masjid sebagai bangunan tempat shalat memiliki bentuk dan daerah tertentu yang diadakan
karena fungsinya, antara lain segi empat yang menampung shaf-shaf yang diatur dari baris
termuka sampai ke belakang. Dinding depan yang dihadapi jamaah disebut mihrab. Bagian
bangunan lain yang mesti ada pada bangunan masjid yaitu ruang tempat wudlu yang
bersambung dengan kamar mandi.
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa masjid sekolah merupakan suatu tempat yang
berfungsi sebagai pusat kegiatan peribadatan baik bagi peserta didik, guru, maupun pihak
sekolah lainnya dengan tujuan meningkatkan iman dan taqwa serta membentuk kepribadian
yang baik. Dengan adanya masjid di sekolah maka semua warga sekolah dapat memanfaatkan
keberadaannya dan menggunakannya sebagaimana fungsinya.
2. Kebutuhan Masjid di Sekolah
Masjid sekolah idealnya dapat menampung sekitar empat ratus orang. Untuk mendukung
pelayanan terhadap siswa, masjid hendaknya dilengkapi dengan peralatan sound system yang
memadai serta fasilitas audio visual, sehingga jamaah dapat beribadah dengan baik dan
khusuk. Di beberapa sekolah masjid tidak hanya diperuntukkan bagi siswa saja tetapi juga
dapat digunakan oleh masyarakat sekitar yang ingin salat berjamaah di masjid tersebut.
Masjid idealnya memiliki berbagai fasilitas yang menunjang kegiatan masjid tersebut,

diantaranya peralatan shalat seperti mukena, sound system, lemari perpustakaan yang
digunakan untuk menyimpan Al-quran serta kitab-kitab lainnya serta lemari administrasi
untuk menyimpan arsip, disamping itu juga tersedia AL-Quran, buku-buku keagamaan
lainnya yang tersimpan dilemari.
3. Fungsi Masjid
Disamping sebagai tempat shalat, masjid juga memiliki fungsi-fungsi lain. Di dalam masjid,
jamaah juga bermusyawarah, baik secara formal terarah, maupun secara spontan antara
individu dengan individu atau per kelompok. Berbagai macam pendidikan juga terselenggara
di masjid.
Adapun fungsi masjid lainnya, diantaranya:
a. Masjid sebagai pusat kegiatan budaya muslim
Aqidah, syariat, ibadah muamalah, serta akhlaq adalah dicakup oleh Islam sebagai satu
kesatuan rangkuman yang tidak terpisah-pisahkan. Dengan demikian kegiatan budaya bagi
muslim adalah ibadah yang masti didasarkan motifnya dan dilaksanakan selaras dengan atau
mempergunakan nilai-nilai yang diajarkan Islam. Karena masjid juga merupakan pusat
informasi, maka layak bagaimana kegiatan budaya berpusat di tempat rujukan nilai-nilai itu
dapat diperoleh sewaktu-waktu diperlukan, makin dekat makin baik.
b. Masjid sebagai pusat informasi
Bagi seorang muslim, informasi tertinggi adalah yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits
atau Sunnah, serta fikiran-fikiran yang diambil atau berasal dari kedua sumber tadi, yang
diutarakan oleh pribadi-pribadi di dalam lingkungan masjid melalui bentuk lisan seperti
khutbah-khutbah, kuliah-kuliah dhuha, maupun kursus-kursus yang diselenggarakan dalam
forum-forum yang diorganisasikan di masjid. Di samping itu, di masjid juga disediakan
kepustakaan, yang digunakan sebagai rujukan tempat bertanya dalam rangka mencari
informasi dan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya.
c. Masjid sebagai pusat organisasi kegiatan masyarakat
Dengan diwajibkannya kepada jamaah yang bermukim di sekitar masjid khususnya shalat
seperti yang kita ketahui macam dan caranya di masjid, masing-masing dapat mengadakan
deteksi tentang rekan potensi manusia itu berbeda-beda. Dengan satu organisasi dapatlah
varietas potensi itu digunakan sebaik-baiknya bagi kepentingan masyarakat yang didasarkan
pada kerja sama dengan suasana ukhuwah serta menggunakan cara-cara yang diridlai Allah
SWT. Namun yang jelas, kegiatan kemasyarakatan disitu akan diwarnai lagi oleh nilai-nilai
serta memiliki norma-norma yang hanya layak di lingkungan pusat (masjid) kalaupun
kegiatan dilakukan di tempat berjauhan, maka fungsi masjid adalah pusat penggeraknya.
d. Masjid sebagai pusat pendidikan
Sebenarnya masjid juga memiliki potensi sebagai pusat pendidikan. Misalnya khutbah dan
kuliah subuh (dhuha) melalui pelaksanaan serta pengorganisasian sajian tertentu sudah dapat
digolongkan pada pendidikan, yaitu usaha yang secara sadar dan sengaja merubah pengikut
(anak didik) dari satu keadaan kepada keadaan lain yang menyangkut berfikir, bersikap,
merasa, beriman, bertindak dan sebagainya, walaupun proses belajar dan dididiknya bisa saja
secara tak sadar, tak disengaja ataupun tak langsung. Masjid adalah tempat dimana AlQuran, sebagai sumber petunjuk hidup manusia, disuarakan, diartikan, ditafsirkan dan cara
lain untuk menggali isinya, sesuai dengan kamampuan yang menangani (Sadali, 1984:217).
Bila Al-Quran disuarakan serta pendengar menangkap isinya, maka sesungguhnya disana

terjadi proses pendidikan.


Di samping proses belajar dan mendidik, secara tidak sengaja ini ada proses-proses yang
diusahakan secara sengaja dan sadar melalui perencanaan yang teliti untuk mengadakan
pendidikan yang varietasnya tidak sedikit. Misalnya sebuah masjid kampus
menyelenggarakan pendidikan bagi orang dewasa, pemuda, mahasiswa, untuk menjadi dai
dalam arti yang seluas-luasnya, maka dibuatlah kurikulum dan silabi bagi pertemuanpertemuan sedemikian sehingga tujuan, fungsi, materi, metoda, evaluasi, media, rujukan, dan
sasarannya menjadi jelas baik bagi pengajar atau instruktur, maupun bagi peserta.
e. Masjid sebagai titik pusat pemukiman (community center)
Dengan fungsi-fungsi masjid seperti tersebut terdahulu, dapat dibayangkan pada hakikatnya
masjid memiliki potensi untuk menjadi titik pusat pemukiman. Masjid memiliki potensi
terkait dengan lingkungan fisik atau spiritual serta kaitan-kaitannya satu sama lain. Oleh
karena itu, masjid selain merupakan tempat peribadatan khusus juga sebagai pusat perhatian
masyarakat yang berada dalam tata pemukiman.
4. Bangunan Masjid
Secara umum, dalam hal bangunan masjid harus memperhatikan beberapa aspek karena itu
akan berpengaruh terhadap keberadaannya nanti. Beberapa aspek tersebut, diantaranya:
a. Letak bangunan masjid
Masjid harus memiliki ruang halaman yang cukup luas untuk menampung meluapnya
jamaah dan pelebaran bangunan, serta bertujuan agar masjid diberi kesempatan
menampakkan kebesarannya. Makin besar jarak penglihatan, semakin banyak yang nampak
bagian-bagian arsitekturnya makin banyak kesempatan kita mengatur pertanaman
(landscaping/gardening), serta semakin nampak monumentalitasnya. Begitu juga dengan
letak bangunan masjid yang ada di sekolah, juga harus strategis dan mudah dijangkau oleh
semua kalangan baik guru, siswa, maupun pihak sekolah lainnya.
b. Persyaratan bangunan masjid
Islam tidak mencanangkan persyaratan-persyaratan ketat bagi desaign bangunan masjid.
Adapun komponen-komponen masjid sebagai perlambang-perlambang alam semesta
misalnya, Kubah dihayati dari dalam sebagai lengkung langit, bumi adalah lantai dibawah
lengkung itu, dan lain sebagainya. Akan tetapi, hal itu bukan merupakan ketentuan agama
sehingga kita bebas untuk merencanakan masjid sesuai dengan tradisi teknik pembangunan
lingkungan masing-masing. Anggapan bahwa masjid itu harus berkubah sebenarnya tidak
mempunyai alasan hukum. Kubah adalah bentuk yang memungkinkan orang pada waktu
dahulu untu membentengi ruangan yang seluas-luasnya dengan atap. Material yang
digunakan adalah batu dengan teknik menumpuknya. Maka terjadilh lengkungan dan
akhirnya terbentuk Kubah.
Sekarang teknik membentangi ruangan sudah dapat diatasi dengan teknik beton bertulang
bahkan teknik pratekan, sehingga bentangan-bentangan luas tanpa banyak atau ada tulang di
tengah ruangan yang dapat merupakan gangguan dapat dihindari. Satu-satunya persyaratan
bangunan masjid adalah jangan keluar dari fungsi masjid. Misalnya bentuk masjid itu
sebaiknya segi empat, karena masjid harus menampung jamaah yang posisinya dalam
ruangan bershaf-shaf, yaitu berbaris-baris lurus rapat-rapat sehingga baris-baris itu diatur ke
belakang yang akhirnya memang memerlukan bentuk segi empat. Bentuk atap masjid tidak
ada ketentuan. Menara tepat mengumandangkan adzan pun tidak ada ketentuan yang
dicontohkan Rasul SAW. Zaman sekarang banyak digunakan pengeras suara, sehingga praktis

menara dapat sangat ramping karena memerlukan daya pikul untuk seperangkat sound system
pengeras suara saja. Sedangkan muadzin berada di lantai masjid.
c. Persyaratan kesehatan
Tata nilai Islam mengajarkan mengagungkan Allah SWT itu langsung didampingkan dengan
mensucikan pakaian yang diperluas menjadi lingkungan. Ini berarti pentingnya muslim
mengatur kebersihan diri serta lingkungan-lingkungan termasuk lingkungan khusus yang
bernama Baitullah.
Dalam mendesaign arsitektur masjid akan ingat mengenai sistem penghawaan yang sebaikbaiknya, penjernihan air wudlu dan mandi, tempat wudlu, halaman yang penuh dengan hijauhijauan yang menyegarkan dan sebagainya, sehingga jamaah terjaga kesehatannya, di
samping terjamin kesenangannya berada di dalam dan di lingkungan masjid. Jamaah dan
pengurus masjid akan selalu mengusahakan agar kebersihan fasilitas, terutama tempat wudlu
dijaga secara teratur. Masjid di setiap sekolah juga harus memenuhi persyaratan terkait
dengan hal kesehatan, diantaranya mengenai kebersihannya baik dari segi fasilitas, tempat
wudlu, dan yang lainnya.
5. Keberadaan Masjid beserta Peranannya di Sekolah
Pada dasarnya pembangunan masjid tidak hanya di perumahan atau di permukiman, di setiap
lembaga pendidikan dalam (sekolah atau madrasah) sama-sama memiliki bangunan masjid
atau paling tidak mushola. Hal ini membawa arah baru dan situasi yang sangat kondusif
untuk menciptakan proses pembelajaran ke arah yang lebih positif dan bernuasa keagamaan.
Telah disadari bahwa proses pendidikan tidak semata-mata menciptakan suasana belajar yang
memisahkan antara ilmu dan agama.
Boleh dikatakan sekolah yang di masa sekarang tidak memiliki masjid yang representatif
termasuk sekolah atau madrasah yang sarana atau fasilitas belajarnya dipandang masih belum
lengkap dan kurang. Bahkan dalam penilaian akreditasi, masjid merupakan salah satu
pendukungnya. Oleh karena itu, peranan masjid di sekolah atau madrasah benar-benar sangat
diperlukan dalam artian untuk pelengkap sarana belajar seperti ruangan-ruangan lain yang
bisa dijadikan tempat belajar (Dana, 2005).
Berkaitan dengan pemikiran di atas, maka masjid memiliki peranan yang sangat penting
dalam pembinaan mental siswa yaitu berfungsi:
a. Fungsi Ibadah atau Pembinaan Iman dan Taqwa
Fungsi ini sesuai dengan arti kata mesjid itu sendiri yaitu tempat sujud kepada Allah. Tetapi
pengertian tempat ibadah di sini tidak hanya menyangkut ibadah yang bersifat individual
seperti Iktikaf, shalat wajib dan sunat, membaca Al Quran, melainkan juga ibadah yang
bersifat jamaah yang dilaksanakan secara bersama-sama seperti shalat Jumat dan lain-lain.
Dengan demikian, siswa akan biasa terlatih apabila kegiatan-kegiatan keagamaan yang
bersifat individual maupun jamaah kalau di sekolah atau di madrasah sudah biasa
dilaksanakan.
b. Fungsi Sosial Kemasyarakatan
Disamping sebagai tempat ibadah, mesjid juga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial
kemasyarakatan. Seperti kegiatan berorganisasi, musyawarah, kebersihan dan sebagainya.
Siswa harus benar-benar diberi pemahaman tentang bagaimana hidup di tengah-tengah
masyarakat, sebab suatu saat nanti siswa akan kembali kemasyarakat.

Lembaga pendidikan sebagai pusat pengkajian ilmu dan sebagai pembaharu terhadap
perkembangan kehidupan sosial, harus tetap memiliki komitmen dalam perubahan
sebagaimana sebuah kaidah Al-muhatazatu ilal qodimis wal akdzu bil jadidil aslah
(mempertahankan prinsip lama yang masih relevan dan mengambil prisip baru yang masih
relevan). Perubahan dimasyarakat akan berubah ke arah yang lebih positf apabila dilembaga
pendidikan terjadi proses internalisasi nilai-nilai yang sesuai dengan norma-norma agama,
budaya sehingga jati diri sebagai insan beragama benar-benar lahir.
c. Fungsi Pendidikan
Kegiatan belajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi dapat pula dilaksanakan
diberbagai tempatyang kira-kira dianggap efektif untuk terciptanya suasana belajar. Mesjid
juga merupakan salah satu tempat yang bisa dijadikan tempat belajar mengajar. Khususnya
pelajaran Agama, ( pelajaran Quran Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlak dan lain-lain). Materi itu
akan lebih bermakna dan mudah-mudahan lebih bermamfaat bagi siswa untuk masa yang
akan datang.
d. Fungsi Ekonomi
Jangan disangka mesjid tidak memiliki peran secara ekonomi. Mungkin orang lupa tentang
berbagai kegiatan seperti pengelolaan kas mesjid, infak, sodaqoh,zakat dan lain-lain. Ini
semua berkaitan dengan masalah perekonomian. Misalnya dengan meberdayakan infak,
sodaqoh (kencleng, kotak amal) meski uang kencringan lama-lama menjadi banyak. Hasilnya
bisa dipakai membeli sajadah, karpet dan sebagainya. Kalau benar-benar dikelola dengan
baik bisa dijadikan bekal pengalaman untuk kegiatan yang cakupannya lebih luas dari
lingkungan mesjid. Maka sepantasnyalah sejak dini guru mendidik dan mengajarkan kepada
siswanya agar mesjid dijadikan salah satu tempat belajar yang menyenangkan.
6. Program Masjid di Sekolah
Adapun program masjid di sekolah secara umum terdiri dari program harian, mingguan,
bulanan, tahunan, dan insidental. Berikut adalah uraian kegiatan dari masing-masing
program, diantaranya:
a. Program Harian
1. Agenda dhuhur, yaitu satuan kegiatan untuk mengisi waktu dhuhur dengan rohani seperti:
tilawah quran, tausyiah, dan sholat dzuhur berjamaah
2. Program masjid bersih, yaitu program kegiatan yang mengupayakan piket kebersihan
masjid
b. Program Mingguan
1. Media education, adalah program yang dirancang untuk pengembangan tarbiyah dan
keilmuan keislaman, dengan target Memberantas Buta Huruf AlQuran. Adapun spesialisasi
ilmu yang akan dipelajari dan diajarkan, diantaranya:
a. Ulumul Quran (tajwid, makharijul huruf dan tahsinul quran)
b. Quraatul Quran (seni membaca alquran)
c. IQRO (Dasar-dasar pembelajaran cara membaca Alquran)
d. Ulumuddin (tarikh, tafsir dan fiqih sholat)
2. Media artistic, adalah program dakwah islamiyah dengan menggunakan media seni, yakni
dalam hal ini adalah nasyid, untuk sebuah ekspresi dan visualisasi seni islam. Tujuannya
adalah untuk mengembalikan simpati generasi muda islam kepada seni musik islam (Nasyid)
dan juga media dakwah dengan senandung-senandung yang menyuarakan amar maruf nahi
munkar

c. Program Bulanan
1. Bedah buku, adalah kegiatan yang diadakan oleh masjid sekolah untuk memberikan
informasi maupun pengetahuan mengenai buku yang bernuansa islami maupun yang lainnya
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta mempertebal iman siswa. Dalam hal
ini pemateri bedah buku tidak harus berasal dari luar ataupun pengarang buku tersebut tetapi
dapat berasal dari lingkup sekolah, misalnya guru agama dari sekolah tersebut ataupun guru
yang lainnya.
2. Ceramah agama, adalah kegiatan yang diadakan oleh masjid dimana pematerinya adalah
guru agama di sekolah tersebut. Di setiap bulannya diadakan secara bergilir per kelas.
d. Program Tahunan
1. Ramadhan berprestasi, adalah kegiatan semarak ramadhan yang disetting untuk
mempertajam ketaqwaan kepada Allah, atau memperbaharui semangat jihad fi sabillah atau
memompa spiritual para generasi muda islam, dan sebagainya.
2. Istighosah bersama menjelang UAN, adalah kegiatan yang diadakan oleh sekolah yakni
berdoa agar siswa diberi kemudahan dalam menghadapai UAN. Acara ini diikuti oleh para
siswa dan juga guru di sekolah tersebut.
3. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), adalah kegiatan yang diadakan untuk memperingati
hari besar islam, misalnya peringatan Isra Miraj, Maulid Nabi, dan lain sebagainya.
e. Program Insidental, adalah program/kebijakan yang diambil jika di suatu saat ada hal-hal
yang insidental dan menyangkut binayah islamiyah, maka diadakan sebuah langkah kerja
atau aplikasi. Bentuk aplikasinya bisa berupa:
1. Penggalangan dana kemanusiaan & bencana alam
2. Kegiatan yang tidak direncanakan sebelumnya
7. Manajemen Pengelolaan Masjid
Pada dasarnya, pengelolaan masjid harus dilaksanakan secara profesional dan menuju pada
sistem manajemen modern, sehingga dapat mengantisipasi perkembangan yang terus berubah
dalam kehidupan masyarakat yang maju dan berkualitas. Menurut Mubarak (2009),
pengelolaan atau idarah masjid disebut juga Manajemen masjid yang garis besarnya dibagi
menjadi dua bagian, yaitu manajemen pembinaan fisik masjid (physical management) dan
pembinaan fungsi masjid (functional management). Manajemen pembinaaan fisik masjid
meliputi kepengurusan, pembangunan dan pemeliharaan fisik masjid, pemeliharaan
kebersihan dan keanggunan masjid pengelolaan taman dan fasilitas-fasilitas yang tersedia.
Pembinaan fungsi masjid adalah pendayagunaan peran masjid sebagai pusat ibadah, dawah
dan peradaban Islam sebagaimana masjid yang dicontohkan oleh Rasulullah saw (Mubarak,
2009)
Sebagai pusat ibadah mahdhah, masjid disiapkan sedemikian rupa sehingga pelaksaan ibadah
itu seperti shalat lima waktu, shalat jumat dan shalat-shalat sunnah berjalan dengan baik
sesuai dengan ajaran Islam. Pengelolaan pelaksanaan zakat, ibadah shiyam dan ibadah haji
diberikan bimbingan pelaksanaannya melalui masjid. Kegiatan dan pengelolaan masjid
memerlukan dana yang besar. Organisasi masjid dengan berbagai kebijaksanaannya termasuk
masalah keuangan harus dikelola secara transparan.
Berhasil atau gagalnya pengelolaan suatu masjid, sangat bergantung pada kepengurusan yang
dibentuk dan sistem yang diterapkan dalam manajemen dan orgnanisasinya

8. Masjid At-Taqwa di MAN Kota Kediri 3


Contoh studi kasus mengenai masjid di MAN Kota Kediri 3. Masjid di MAN Kota Kediri 3
memiliki peranan penting bagi sekolah tersebut. Salah satunya sebagai pembinaan iman dan
taqwa bagi siswa-siswi MAN Kota Kediri 3 itu sendiri. Setiap siswa di MAN Kota Kediri 3
diwajibkan untuk salat dhuhur berjamaah di masjid tersebut, bagi siswa-siswi yang tidak
mengikuti salat dhuhur berjamaah akan dikenakan point. Selain digunakan untuk kegiatan
salat dhuhur berjamaah masjid At-taqwa MAN Kota Kediri 3 juga digunakan siswa untuk
salat dhuha pada jam istirahat pertama, namun kegiatan ini tidak diikuti oleh seluruh siswa
karena salat dhuha tidak diwajibkan di sekolah tersebut.
Masjid At-taqwa MAN Kota Kediri 3 tidak hanya digunakan ketika jam sekolah, akan tetapi
juga digunakan sebagai media pendidikan bagi siswa-siswi yang tinggal di asrama. Siswasiswi asrama diwajibkan mengikuti salat berjamaah magrib dan isya di masjid tersebut.
Kemudian mengikuti kegiatan mengaji bersama setelah salat isya yang merupakan kegiatan
wajib asrama.
Masjid At-taqwa MAN Kota Kediri 3 tidak hanya berfungsi sebagai sarana pendidikan bagi
siswa-siswi MAN Kota Kediri 3 saja, melainkan juga diperuntukkan oleh anak-anak yang
tinggal di sekitar sekolah tersebut untuk belajar mengaji. MAN Kota Kediri 3 memiliki salah
satu ekstrakurikuler di bidang keagamaan yang salah satu kegiatannya adalah menghidupkan
TPQ dimana ustadz dan ustadzahnya diambilkan dari siswa-siswi MAN Kota Kediri 3 yang
dipilih melalui penyeleksian.
Letak bangunan masjid At-taqwa MAN Kota Kediri 3 pun sangat strategis dan mudah
dijangkau oleh semua kalangan baik guru, siswa, maupun pihak sekolah lainnya. Masjid
tersebut terletak di sebelah gerbang sekolah dan di sebelah asrama putra. Ukuran luas
bangunan masjid tersebutpun cukup memenuhi syarat sehingga mampu menampung seluruh
warga sekolah.
Masjid At-taqwa telah memenuhi persyaratan kesehatan dimana sistem penghawaan sangat
baik dan bebas polusi, air wudlu jernih, tempat wudlu yang luas sehingga siswa tidak
berdesak-desakan dan mengantri wuduh, tempat wudhu putra dan putripun terpisah sehingga
siswa-siswi merasa nyaman, halaman masjid dilengkapi dengan hijau-hijauan yang
menyegarkan sehingga jamaah terjaga kesehatannya. Selain itu kebersihan fasilitas, terutama
tempat wudlupun selalu dijaga secara teratur. Setiap jam istirahat masjid selalu dibersihkan
oleh petugas kebersihan sekolah, sehingga masjid nampak bersih dan indah.
Masjid At-taqwa ini dapat menampung sekitar empat ratus orang. Untuk mendukung
pelayanan terhadap siswa, masjid dilengkapi dengan peralatan sound system yang memadai
serta fasilitas audio visual, sehingga jamaah dapat beribadah dengan baik dan khusuk. Masjid
tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi siswa MAN Kota Kediri 3 tetapi juga dapat
digunakan oleh masyarakat sekitar yang ingin salat berjamaah di masjid tersebut. Masjid Attaqwa memiliki berbagai fasilitas yang menunjang kegiatan masjid tersebut, diantaranya
sound system, lemari perpustakaan yang digunakan untuk menyimpan al-quran serta kitabkitab lainnya.
Adapun program masjid At-taqwa itu sendiri terdiri dari program harian, mingguan, tahunan,
dan insidental. Berikut adalah uraian kegiatan dari masing-masing program:
a. Program Harian

1. Agenda dzhuhur, yaitu satuan kegiatan untuk mengisi waktu dzhur dengan ruhani seperti
tilawah quran, tausyiah, dan sholat dzuhur berjamaah
2. Program mesjid bersih, yaitu program kegiatan yang mengupayakan piket kebersihan
masjid
b. Program Mingguan
1. Program infaq jumat, yaitu suatu kegiatan pengumpulan dana dari siswa dan seluruh
warga sekolah serta selurruh jamaah salat jumat dimana pengumpulan dana tersebut hanya
dilakukan setiap hari jumat.
2. Qiraatul Quran, adalah pengembangan pendidikan Al-quran bagi peserta didik yang
diadakan setiap hari sabtu yang memperdalam dalam mempelajari tajwid, makharijul huruf
dan tahsinul quran, serta seni membaca Al-quran. Namun kegiatan ini sifatnya tidak wajib
diikuti oleh seluruh siwa melainkan hanya siswa-siswi yang berminat mengikuti acara
tersebut mengingat setiap hari sebelum memulai jam pelajaran di MAN 3 Kediri telah
diadakan kegiatan mengaji bersama yang dipandu dari kantor sekolah melalui pengeras suara.
3. Media artistis, adalah program dakwah islamiyah dengan menggunakan media seni, yakni
dalam hal ini adalah nasyid, untuk sebuah ekspresi dan visualisasi seni islam. Tujuannya
adalah untuk mengembalikan simpati generasi muda islam kepada seni musik islam (Nasyid)
dan juga media dakwah dengan senandung-senandung yang menyuarakan amar maruf nahi
munkar. Namun dalam kegiatan ini masjid sekolah bukan pengelola utama, pengelola utama
kegiatan ini adalah ekstrakurikuler kesenian sekolah.
4. Ceramah agama, adalah kegiatan yang diadakan oleh masjid sekolah dimana pembicaranya
adalah siswa sekolah itu sendiri secara bergilir perkelas yang tujuannya adalah melatih siswa.
c. Program Tahunan
1. Pondok ramadhan, adalah kegiatan semarak ramadhan yang disetting untuk mempertajam
ketaqwaan kepada Allah, atau memompa spiritual para generasi muda islam.
2. Istighosah menjelang UAN, adalah kegiatan yang diadakan oleh sekolah yakni berdoa agar
siswa diberi kemudahan dalam menghadapai UAN. Acara ini diikuti oleh para siswa dan juga
guru di sekolah tersebut.
3. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), adalah kegiatan yang diadakan untuk memperingati
hari besar islam, misalnya peringatan Isra Miraj, Maulid Nabi, dan lain sebagainya.
d. Program Insidental
Adalah program/kebijakan yang diambil jika di suatu saat ada hal-hal yang insidental dan
menyangkut binayah Islamiyyah, maka diadakan sebuah langkah kerja atau Aplikasi. Bentuk
aplikasinya bisa berupa:
1. Penggalangan dana kemanusiaan & bencana alam
2. Kegiatan yang tidak direncanakan sebelumnya
Selain program-program tersebut di atas masjid At-taqwa juga memiliki program Taman
Pendidikan Al-quran (TPQ). TPQ tersebut dilaksanakan setiap hari pada jam 15.30-17.00
WIB dimana ustadz dan ustadzahnya diambilkan dari siswa-siswi MAN 3 Kediri yang dipilih
melalui penyeleksian. Sedangkan siswa-siswi TPQ adalah anak-anak di sekitar MAN 3
Kediri.
B. Gereja
1. Keberadaan Gereja beserta Peranannya di Sekolah

Pendidikan adalah salah satu aspek yang sangat penting dan strategis bagi kehidupan
manusia. Sebagai sesuatu yang khas dan spesifik bagi manusia, pendidikan berperan amat
signifikan dalam membekali manusia untuk menyongsong masa depan yang akan dijalani
yang diwarnai dengan berbagai tantangan dan perubahan.
Menurut Sairin (2005) gereja-gereja di Indonesia telah sejak lama memahami bahwa sekolahsekolah kristen adalah wahana yang paling strategis tidak saja dalam konteks pencerdasan
kehidupan bangsa, tetapi juga dalam memperkenalkan membagikan serta mentransfer nilainilai kristiani kepada para peserta didik. Sekolah-sekolah merupakan ujung tombak tatkala
gereja dan komunitas kristen berinteraksi denagn masyarakat luas. Sekolah-sekolah kristen
sepanjang sejarahnya telah turut membentuk pola pikir, wawasan, sikap perilaku para peserta
didik, sehingga ketika mereka telah menjadi pemimpin dalam suatu organisasi atau
komunitas, wawasan dan kebijakan mereka amat dipengaruhi oleh proses pendidikan yang
telah mereka alami di sekolah-sekolah kristen tersebut.
Dalam konteks itu, di masa depan hubungan gereja dengan sekolah harus terus menerus
dipelihara, dibina dan dikembangkan. Gereja tidak boleh apatis dan membiarkan sekolah
berjalan sendiri, lepas dari visi dan misi yang diemban oleh gereja. Gereja juga harus terusmenerus memantau agar sekolah kristen tidak terpenjara pada kekristenan simbolik serta
kekristenan ornamental artinya sebuah kekristenan yang hanya dipresentasi melalui
pengadaan kebaktian dan doa, pada hiasan-hiasan ayat Alkitab yang terpampang di dinding,
tapi kekristenan yang menjadi norma, standar, roh dari kehidupan dalam sekolah tersebut.
Dan hal itulah yang harus menjadi agenda gereja dan sekolah di masa depan. Penyiapan para
pemimpin bangsa, pemimpin umat takbisa tidak harus menjadi bagian dari agenda sekolahsekolah kita itu berarti mutu sekolah akan memegang peranan penting (Sairin, 2005)
C. Kesimpulan
Layanan rumah peribadatan merupakan sebuah layanan yang diberikan sekolah dengan
maksud agar layanan tersebut bisa digunakan untuk beribadah maupun melaksanakan
kegiatan keagamaan lainnya, serta bisa membentuk kerohanian bagi peserta didik khususnya
dan pihak sekolah lain pada umumnya agar bisa menjadi manusia yang baik dan beriman.
Adapun layanan rumah peribadatan yang biasanya ada di sekolah adalah masjid dan gereja.
Masjid sekolah merupakan suatu tempat yang berfungsi sebagai pusat kegiatan peribadatan
baik bagi peserta didik, guru, maupun pihak sekolah lainnya dengan tujuan meningkatkan
iman dan taqwa serta membentuk kepribadian yang baik. Dengan adanya masjid di sekolah
maka semua warga sekolah dapat memanfaatkan keberadaannya dan menggunakannya
sebagaimana fungsinya. Masjid di sekolah juga harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang menunjang, seperti tempat wudlu, peralatan shalat, dan sebagainya.
Peranan masjid di sekolah atau madrasah benar-benar sangat diperlukan dalam artian untuk
pelengkap sarana belajar seperti ruangan-ruangan lain yang bisa dijadikan tempat belajar.
Adapun program masjid di sekolah secara umum terdiri dari program harian, mingguan,
bulanan, tahunan, dan insidental.
Sekolah hubungan gereja dengan sekolah harus terus menerus dipelihara, dibina dan
dikembangkan. Gereja tidak boleh apatis dan membiarkan sekolah berjalan sendiri, lepas dari
visi dan misi yang diemban oleh gereja. Gereja juga harus terus-menerus memantau agar
sekolah kristen tidak terpenjara pada kekristenan simbolik serta kekristenan ornamental

artinya sebuah kekristenan yang hanya dipresentasi melalui pengadaan kebaktian dan doa,
pada hiasan-hiasan ayat Alkitab yang terpampang di dinding, tapi kekristenan yang menjadi
norma, standar, roh dari kehidupan dalam sekolah tersebut.
Daftar Rujukan
Armi, J. 2009. Fungsi Masjid, (Online),
(http://jalaludinarmi.blogspot.com/2009/12/fun
gsi-masjid.html, diakses 23 April 2010).
Dana. 2005. Peranan Masid dalam Pembinaan
Mental Siswa, (Online), (http://www.man2cms.sch.id/index.php?option=com_content&t
ask=view&id=17&Itemid=19, diakses 23 April
2010).
Mubarak, Z. 2009. Manajemen Pengelolaan Masjid,
(Online), (http://www.dmi-jakarta.org/?pilih=
news&mod=yes&aksi=lihat&id=19, diakses 23
April 2010).
Sadali, A, dkk. 1984. Islam untuk Disiplin Ilmu
Pendidikan: Buku Dasar Pendidikan Agama
Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta:
Proyek Pembinaan Pendidikan Agama Islam
pada Perguruan Tinggi Umum.
Sairin, W. 2005. Memaknai Relasi Gereja dengan
Sekolah, (Online),(http://www.christianpost.
co.id/opinion/opinions/20051021/1815/mem
aknai-relasi-gereja-dengan-sekolah/index.
html, diakses 23 April 2010)
Lampiran
LAYANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)
A. Pengertian Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsa-bangsa
(PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan
kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, intelektual,
emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun
1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa Kesehatan Sekolah diselenggarakan
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat
sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal
sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas.

Menurut Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan orang tua memperhatikan
lingkungan yang sehat dan makan makanan yang bergizi, sehingga akan tercapai manusia
soleh, berilmu dan sehat (SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran
berorientasi pada head, heart dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan
keterampilan. Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik
memiliki 4 H (head, heart, hand dan health).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan mengembangkan
kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara
menyeluruh (komprehensif) dan terpadu (integrative). Untuk optimalisasi program UKS perlu
ditingkatkan peran serta peserta didik sebagai subjek dan bukan hanya objek. Dengan UKS
ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat pada dirinya sendiri dan
mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS dikenal pula dengan child to
child programme. Program dari anak, oleh anak, dan untuk anak untuk menciptakan anak
yang berkualitas.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program kesehatan anak usia
sekolah. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6 21 tahun, yang sesuai dengan proses
tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok, yakni pra remaja (6-9 tahun) dan
remaja (10-19 tahun). Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup bersih dan
sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah
B. Tujuan Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta
didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta
didik. Selain itu juga menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan
manusia Indonesia berkualitas. Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah menciptakan
lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan
membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat dan mandiri. Di samping itu juga
meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan
rumah tangga serta lingkungan masyarakat, meningkatkan keteramplan hidup sehat agar
mampu melindungi diri dari pengaruh buruk lingkungan.
Bila disimpulkan tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dapat dibagi menjadi dua tujuan,
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan siswa serta
menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal
2. Tujuan khusus
Memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan derajat kesehatan
siswa, yang mencakup:
a. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih
dan sehat serta berpratisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah
perguruan agama, di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat.

b. Sehat fisik, mental maupun sosial.


c. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan NAPZA.
C. Masalah Kesehatan yang dihadapi Sekolah
Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat mengancam
kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku tidak sehat,
seperti lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam,
rendah serat, meningkatkan risiko hipertensi, diabetes melitus dan obesitas, dan sebagainya.
Apalagi sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan
masukkan bibit penyakit ke dalam tubuh. Selain itu meningkatnya perokok pemula, usia
muda, atau usia peserta didik sekolah sehingga risikonya akan mengakibatkan penyakit
degeneratif. Perilaku tidak sehat lainnya yang mengkhawatirkan adalah melakukan pergaulan
bebas, sehingga terjerumus ke dalam penyakit masyarakat seperti penggunaan narkoba atau
tindakan kriminal.
Apalagi perilaku tidak sehat ini, disebabkan lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang
bersihnya rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakatnya. Tantangan lain tentang perilaku
tidak sehat muncul dari diri peserta didik sendiri. Aktifitas fisik mereka kurang bergerak,
olahraga pun kurang, malas sehingga tidak bergairah baik di rumah maupun atau di sekolah.
Peserta didik pun cenderung lebih menyukai dan banyak menonton televisi, bermain
videogames, dan play station, sehingga mengakibatkan fisiknya kurang bugar. Akibatnya
mereka rentan mengalami sakit dan beresiko terhadap berbagai penyakit degeneratif di usia
dini. Untuk itu diperlukan fasilitas dan program pendidikan jasmani atau olah raga memadai
dan terprogram dengan baik, di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar.
Hal ini sangat mendukung dan memungkinkan peserta didik untuk bergerak, berkreasi, dan
berolah raga dengan bebas, menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran
fisiknya. Kesehatan fisik peserta didik berkorelasi positif terhadap kematangan emosi
sosialnya. Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang penting bagi peserta didik yaitu
menciptakan kematangan emosi-sosialnya agar dapat berhasil dalam menghadapi segala
macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik. Peserta didik pun
akan mampu mengendalikan stress yang dialaminya, karena jika stress tidak dikendalikan
akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan akan menjadi kendala untuk
keberhasilan belajarnya.
Untuk menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya
tersebut sekolah memilkki peran yang penting untuk menciptakan dan meningkatkan
kesehatan peserta didik. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menciptakan lingkungan
Sekolah Sehat (Health Promoting School/HPS) melalui UKS. Konsep inilah yang oleh
Badan Kesehatan Dunia WHO disebut HPS (Health Promoting Schools) atau Sekolah
Promosi Kesehatan sehingga a health setting for living, learning and working dengan
tujuan (goal) Help School Become Health Promoting Schools. Program UKS ini
hendaknya dilaksanakan dengan baik sehingga sekolah menjadi tempat yang dapat
meningkatkan atau mempromosikan derajat kesehatan peserta didiknya.
Menurut WHO (Depkes, 2008) ada enam ciri utama sekolah yang dapat mempromosikan atau
meningkatkan kesehatan, yaitu:
1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, yaitu peserta
didik, orang tua, dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat.
2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, meliputi sanitasi dan
air yang cukup, bebas dari segala macam bentuk kekerasan, bebas dari pengaruh negatif dan

penyalahgunaan zat-zat berbahaya, suasana yang mempedulikan pola asuh, rasa hormat dan
percaya. Diciptakannya pekarangan sekolah yang aman, adanya dukungan masyarakat
sepenuhnya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan dengan mengembangkan kurikulum yang mampu
meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan, serta dapat
mengembangkan berbagai keterampailan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan
sosial. Selain itu, memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun
orang tua.
4. Memberikan akses (kesempatan) untuk dilaksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah,
yaitu penyaringan, diagnose dini, pemantauan dan perkembangan, imunisasi, serta
pengobatan sederhana. Selain itu, mengadakan kerja sama dengan puskesmas setempat, dan
mengadakan program-program makanan begizi dengan memperhatikan keamanan
makanan.
5. Menerapkan kebijakan-kebijakan dan upaya-upaya di sekolah untuk mempromosikan atau
meningkatkan kesehatan, yaitu kebijakan yang didukung oleh seluruh staf sekolah termasuk
mewujudkan proses pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat
bagi seluruh masyarakat sekolah. Kebijakan berikutnya memberikan pelayanan yang ada
untuk seluruh peserta didik. Terakhir. kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok,
penyalahgunaan narkotika termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk
kekerasan/pelecehan.
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan
cara memperhatikan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Cara lainnya
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat.
D. Peran Sekolah dalam Meningkatkan Kesehatan melalui Layanan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS)
Upaya mengembangkan Sekolah Sehat (Health Promoting School/HPS) melalui program
UKS perlu disosialisasikan dan dilakukan dengan baik. melalui pelayanan kesehatan (yankes)
yang didukung secara mantap dan memadai oleh sektor terkait lainnya, seperti partisipasi
masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses
pembelajaran harus menjadi HPS, yaitu sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan
warga sekolahnya. Upaya ini dilakukan karena sekolah memiliki lingkungan kehidupan yang
mencerminkan hidup sehat. Selain itu, mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal,
sehingga terjamin berlangsungnya proses pembelajaran dengan baik dan terciptanya kondisi
yang mendukung tercapainya kemampuan peserta didik untuk beperilaku hidup sehat.
Semua upaya ini akan tercapai bila sekolah dan lingkungan dibina dan dikembangkan.
Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilakukan melalui pemeliharaan sarana fisik dan
lingkungan sekolah, melakukan pengadaan sarana sekolah yang mendukung terciptanya
lingkungan yang bersih dan sehat, melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah
yang mengandung lingkungan besih dan sehat, dan melakukan penataan halaman,
pekarangan, apotik hidup dan pasar sekolah yang aman.
Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan sekolah sehat dan promosi gaya
hidup sehat melalui pendekatan life skills education atau pendidikan kecakapan hidup. Setiap
individu akan mengalami kehidupan yang sehat fisik dan mentalnya apabila dapat
menuntaskan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Implikasi tugas
perkembangan ini terhadap pendidikan adalah bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan

perlu disusun struktur kurikulum yang muatannya dapat memfasilitasi perkembangan


kesehatan sebagai suatu kecakapan hidup (life skills).
Kecakapan hidup adalah kecakapan yang diperlukan untuk hidup. yang meliputi
pengetahuan, mental, fisik, sosial, dan lingkungan untuk mengembangkan dirinya secara
menyeluruh untuk bertahan hidup dalam berbagai keadaan dengan berhasil, produktif,
bahagia, dan bermartabat. WHO atau World Health Organization mendefinisikan kecakapan
hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif,
yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam
kehidupan secara lebih efektif. Selain itu, dapat membantu seseorang menarik keputusan
yang tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangun keterampilan mengelola diri
sendiri yang dapat membantu mereka mencapai hidup yang sehat dan produktif. Sedangkan
UNICEF memberikan definisi tentang kecakapan hidup yang merujuk pada kecakapan psikososial dan interpersonal yang dapat membantu orang untuk mengambil keputusan yang tepat,
berkomunikasi secara effektif, memecahkan masalah, mengatur diri sendiri, dan
mengembangkan sikap hidup sehat dan produktif.
Pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa peserta didik perlu learning to be
(belajar untuk menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar) atau learning to know
(belajar untuk mengetahui), learning to live with others (belajar untuk hidup bersama), dan
learning to do (belajar untuk melakukan). Berdasarkan konsep ini, kecakapan hidup terbagi
atas empat kategori yaitu kecakapan hidup personal learning to be), kecakapan hidup social
(learning live with others), kecakapan hidup akademik (learning to learn/ learning to know),
dan kecakapan hidup vokasional (learning to do).
Kecakapan personal (personal skill), meliputi kecakapan dalam memahami diri (self
awareness skill) dan kecakapan berfikir (thinking skill). Bagi peserta didik mempraktekkan
kecakapan personal penting untuk membangun rasa percaya diri, mengembangkan akhlak
yang mulia, mengembangkan potensi, dan menanamkan kasih sayang dan rasa hormat kepada
orang lain. Kecakapan sosial (social skill), meliputi kecakapan berkomunikasi
(communication skill) dan kecakapan bekerja sama (collaboration skill). Mempraktekkan
kecakapan sosial penting untuk membantu peserta didik mengembangkan hubungan yang
positif, secara konstruktif mengelola emosi dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan
yang menguntungkan masyarakat.
Kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual. Mempraktekkan
kecakapan akademik penting untuk membantu peserta didik memperoleh kecakapan ilmiah,
teknologi dan analitis yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam lembaga
pendidikan formal dan tempat kerja. Kecakapan vokasional (vocational skill) atau
kemampuan kejuruan terbagi atas kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan
kecakapan vokasional khusus (occupational skill). Mempraktekkan kecakapan vokasional
penting untuk membekali peserta didik dengan kecakapan teknis dan sikap yang dituntut oleh
perusahaan atau lembaga yang menyediakan lapangan kerja.
Keempat jenis kecakapan hidup itu menghasilkan individu yang memiliki kesehatan jasmani
dan rokhani, lahir atau bathin yang diperlukan untuk bertahan dalam lingkungan apa pun.
Peserta didik memiliki kemampuan untuk memanfaatan semua sumber daya secara optimal,
sehingga akan meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas hidupnya. Kecakapan hidup
yang diperoleh oleh peserta didik melalui proses belajar bukan terjadi begitu saja, dapat
dipraktekkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya dengan diberi contohnya

oleh guru, orang tua dan anggota masyakarat. Kecakapan hidup membantu peserta didik
secara positif dan adaptif mengatasi situasi dan tuntutan hidup sehari-hari. Untuk itu sekolah
mengembangan kecakapan hidup peserta didik antara lain menciptakan lingkungan sekolah
yang sehat, bekerja sama dengan masyarakat menyediakan berbagai keperluan sekolah
menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta didiknya, baik fisik maupun non fisik.
E. Program Pelaksanaan Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
1. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di ruang UKS antara lain:
a. Dipan lengkap dengan kasur, sprei, bantal dan sarung bantal
b. Almari obat yang berisi obat-obatan dan perawatan rawat luka
c. Timbangan beserta alat pengukur tinggi badan
d. Tensimeter, stetoskop dan termometer
e. Tandu
f. Wastafel dan kamar mandi
2. Kegiatan di ruang UKS
Kegiatan yang ada di ruang UKS adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan kesehatan (rawat luka, mengukur tekanan darah, memberikan obat-obatan
ringan)
b. Penimbangan BB dan pengukuran TB, LL
c. Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan oleh petugas
3. Administrasi UKS
Segala kegiatan yang dilaksanakan dalam UKS ini dicatat dan dibukukan secara tertib dan
teratur. Buku-buku administrasi tentang kegiatan UKS ini antara lain
a. Buku pemeriksaan kesehatan:
Buku ini berisi tentang nama siswa beserta keluhan dan obatnya. Buku pemeriksaan
kesehatan diisi setiap hari, Namun siswa yang sakit tidak dicatat semua.
b. Buku daftar pasien
Buku daftar pasien berisi tentang daftar nama pasien yang sakit, kelas dan keterangan untuk
minta obat, istirahat atau pulang.
c. Buku daftar absensi siswa sakit
Buku daftar absensi siswa sakit berisi daftar nama-nama siswa yang sakit setiap bulannya.
d. Buku rujukan siswa sakit
Buku ini digunakan jika ada siswa sakit yang tidak bisa ditangani di UKS, biasanya siswa
dirujuk ke Rumah Sakit atau klinik terdekat.
e. Buku penerimaan barang
Buku ini memuat tentang daftar barang yang masuk di UKS baik yang berupa barang subsidi
maupun mandiri.
f. Buku agenda surat masuk dan surat keluar
Buku agenda surat masuk berisi tentang surat yang masuk dan surat yang dikeluarkan oleh
UKS.

g. Buku inventaris UKS


Buku inventaris UKS berisi tentang daftar barang yang ada di UKS.
h. Buku belanja obat
Buku ini berisi tentang obat yang baru dibeli beserta stok sebelumnya.
i. Buku permintaan surat dokter
Buku permintaan surat dokter berisi tentang daftar nama anak yang meminta surat dokter,
baik surat keterangan sehat maupun surat keterangan sakit.
j. Buku pengukuran TB dan penimbangan BB
Buku ini berisi tentang hasil penimbangan BB dan pengukuran TB siswa kelas satu yang
dilaksanakan setiap 4 bulan sekali.
k. Buku laporan kegiatan UKS
Setiap akhir semester dan setiap tengah semester UKS perlu membuat laporan semua
kegiatan yang diadakan oleh UKS.
l. Buku tamu
Setiap tamu dari luar yang berkunjung ke UKS harus mengisi buku tamu yang disediakan.
Selain di buku, administrasi kegiatan UKS juga dibuat dalam bentuk agenda kegiatan yang
ditempel di dinding dan juga data yang berupa; program tahunan kegiatan UKS, struktur
organisasi dan alur pengobatan.
F. Sasaran Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi peserta didik sebagai sasaran primer,
guru pamong belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP
UKS di setiap jenjang sebagai sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah lembaga
pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah/TK/RA sampai SLTA/MA, termasuk satuan
pendidikan luar sekolah dan perguruan tinggi agama serta pondok pesantren beserta
lingkungannya. Sasaran lainnya adalah sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan
pelayanan kesehatan. Sasaran tertier lainnya adalah lingkungan yang meliputi lingkungan
sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar sekolah.
Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan kesehatan yang
baik. Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan bagi
peserta didik merupakan sangat menentukan keberhasilan belajarnya di sekolah, karena
dengan kesehatan itu peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara terus menerus. Kalau
peserta didik tidak sehat bagaimana bisa belajar dengan baik. Oleh karena itu kita mencermati
konsep yang dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa salah satu
indikator kualitas sumber daya manusia itu adalah kesehatan, bukan hanya pendidikan.
Ada tiga kualitas sumber daya manusia, yaitu pendidikan yang berkaitan dengan berapa lama
mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan sumber daya manusianya, dan ekonomi yang
berkaitan dengan daya beli. Untuk tingkat ekonomi Indonesia masih berada pada urutan atau
ranking yang sangat rendah yaitu 108 pada tahun 2008, dibandingkan dengan negara-negara
tetangga. Kemajuan ekonomi suatu bangsa biasanya berkorelasi dengan tingkat kesehatan

masyarakatnya. Semakin maju perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula tingkat
kesehatannya. Oleh karena itu, jika tingkat ekonomi masih berada di urutan yang rendah,
maka tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya belum sesuai dengan harapan. Begitu
pula dengan sumber daya manusianya yang diharapkan berkualitas masih memerlukan proses
dan usaha yang lebih keras lagi.
G. Penerapan Konsep Berbudaya Hidup Sehat
Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan, yaitu memiliki pengetahuan tentang isu
kesehatan, memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat, memiliki
keterampilan dalam pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan, memiliki kebiasaan
hidup sehat, mampu menularkan perilaku hidup sehat, peserta didik tumbuh kembang secara
harmonis, menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit, memiliki daya tangkal terhadap
pengaruh buruk dari luar, memiliki kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal Tujuan
pendidikan kesehatan tersebut akan tercapai dengan melakukan berbagai cara
pelaksanaannya.
Cara melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah dilakukan melalui penyajian dan
penanaman kebiasaan. Cara penyajian pendidikan lebih menekankan peran aktif peserta didik
melalui kegiatan ceramah, diskusi, demonstrasi, pembimbingan, permainan, dan penugasan.
Cara penanaman kebiasaan dilakukan melalui penugasan untuk melalukan cara hidup sehat
sehari-hari dan pengamatan terus menerus oleh guru dan kepala sekolah. Keberhasilan
pendidikan kesehatan ditentukan dengan adanya keteladanan dan dorongan dari kepala
sekolah, guru, pegawai sekolah, dan orang tua. Keberhasilan itu juga ditentukan adanya
hubungan guru dengan orang tua peserta didik, apa yang diberikan oleh guru di sekolah
hendaknya juga didukung oleh orang tua di rumah.
Materi pendidikan kesehatan yang diajarkan di sekolah berbeda-beda disesuaikan dengan
jenjang pendidikannya. Materi pendidikan itu antara lain demam berdarah, flu burung,
pelayanan gizi, kesehatan gigi dan mulut, pengelolaan sampah, pengelolaan tinja, sarana
pembuangan limbah, pengelolaan air bersih, penyediaan air bersih, air dan sanitasinya,
pegenalan pada penyakit menular dan pencegahannya. Khusus untuk peserta didik SMP/MTs
dan SMA/SMK/MA ditambah dengan kesehatan reproduksi, bahaya rokok dan deteksi dini
penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, minuman keras, dan bahan-bahan yang berbahaya
serta zat adiktif (NAPZA) dan HIV/AIDS.
UKS dilaksanakan mulai dari TK/RA sampai SLTA/MA, serta dilaksanakan secara berjenjang
dari sekolah/madrasah sampai pusat secara terkoordinasi baik antara sekolah dengan Tim
Pembina, Tim Pembina UKS di bawahnya dengan yang di atasnya maupun antar sesama Tim
Pembina UKS yang sejajar. Kegiatan UKS di lingkungan sekolah meliputi beberapa kegiatan,
yang pertama adalah rapat koordinasi baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten serta tim
Pembina. Semua dilakukan dengan mengundang para anggota tim Pembina UKS baik dari
bidang kesehatan dalam negeri maupun dari pendidikan nasional. Kedua, memberikan
bantuan peningkatan kualitas kesehatan madrasah, kemudian orientasi dokter kecil untuk MI,
dan kader kesehatan remaja untuk MTs dan MA. Pembinaan UKS oleh TPUKS (Tim
Pembina UKS) masih rendah dan belum merata. Pendidikan kesehatan berbasis kesehatan
dengan program usaha kesehatan sekolah atau pelaksanaan sekolah sehat ini, diharapkan
menjadi bagian dari pelaksanaan pendidikan, bukan hanya di madrasah tetapi juga di sekolah.
H. Penerapan Konsep Dasar Trias UKS

Ada tiga program pokok UKS yang sering disebut Trias UKS, yaitu pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
1. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan yang meliputi pengetahuan tentang dasar-dasar
hidup sehat; sikap tanggap terhadap persoalan kesehatan; latihan atau demonstrasi cara hidup
sehat; penanaman kebiasaan hidup sehat; dan upaya peningkatan daya tangkal terhadap
pengaruh buruk dari luar.
Pendidikan kesehatan dilakukan secara intra kurikuler dan ekstra kurikuler. (1) Kegiatan intra
kurikuler adalah melaksanakan pendidikan pada saat jam pelajaran berlangsung sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Pendidikan ini tidak hanya diberikan pada saat mata
pelajaran Pendidikan Jasmani saja, namun bisa juga secara integratif pada saat mata pelajaran
lainnya disampaikan kepada peserta didik. (2) Kegiatan ekstrakurikuler adalah melaksanakan
pendidikan di luar jam pelajaran yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah. Misalnya,
melaksanakan penyuluhan tentang, gizi, narkoba, dan sebagainya terhadap peserta didik, guru
dan orangtua. Melaksanakan pelatihan UKS bagi peserta didik, guru pembina UKS dan kader
kesehatan. Melaksanakan pendidikan dan kebiasaan hidup bersih melalui program sekolah
sehat.
2. Pelayanan kesehatan dilakukan secara komprehensif dan terpadu meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitasi. Promotif adalah peningkatan penyuluhan dan latihan
keterampilan pelayanan kesehatan. Preventif adalah layanan kesehatan untuk mencegah
sebelum timbulnya penyakit. Kuratif adalah penyembuhan penyakit yang diderita.
Rehabilitasi adalah pemulihan pada keadaan kesehatan awal dari penyakit yang telah diderita.
Pelayanan kesehatan lingkungan sekolah untuk menciptaan lembaga pendidikan yang dapat
menunjang berlangsungnya proses pembelajaran.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam bentuk pemeriksaan murid atau penjaringan
kesehatan; pengobatan ringan dan P3K; pencegahan penytakit; penyuluhan kesehatan;
pengawasan warung sekolah; perbaikan gizi; pencatatan dan pelaporan penyakit; dan rujukan
kesehatan.
3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat baik fisik, mental maupun sosial yang
meliputi pelaksanaan 5K; pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan; dan
pembinaan kerja sama antar masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai sekolah, orang tua
murid, dan masyarakat sekitar sekolah).
Pada pelaksanaan Trias UKS di lapangan nampaknya dapat dijalankan secara saling
berhubungan erat dan saling menunjang satu dengan lainnya.
Adapun pelaksanaan Trias UKS di lapangan dapat berupa:
1. Peningkatan sarana dan prasarana UKS sehingga ruang UKS, perlengkapan, bahan dan
menejemen UKS sesuai dengan ketentuan misalnya tata ruang UKS dan yang memenuhi
syarat kesehatan, menejemen dan administrasi UKS yang tertib.
2. Penyuluhan kesehatan bagi warga sekolah baik saat upacara (amanat pembina upacara oleh
tenaga kesehatan) maupun penyuluhan kesehatan terjadwal lainnya yang oleh tenaga
kesehatan, penceramah agama atau ahli lainnya yang berhubungan dengan kesehatan fisik,
mental dan sosial.
3. Pelatihan dokter remaja.
4. Penyuluhan dan pengawasan warung sehat bagi pemilik warung sekolah yang dapat
dilaksanakan sekali atau dua kali sebulan.

5. Pelayanan kesehatan oleh dokter remaja untuk pengobatan ringan dan P3K.
6. Pengadaan klinik sekolah yang dilayani oleh tenaga medis dan para medis dari Puskesmas
pembina UKS setempat. Klinik sekolah dibuka sekali seminggu antara pukul 10.00 12.00
WITA. Klinik sekolah dapat pula dibuka lebih dari satu kali seminggu.
7. Penjaringan kesehatan dapat dilakukan setahun sekali atau dengan intensitas yang lebih
sering. Penjaringan kesehatan dapat berupa pemeriksaan golongan darah, tes buta warna, gizi,
kesehatan gigi, kulit, THT, dan lain-lain. Hasil penjaringan kesehatan dapat menunjukkan
kondisi dan tingkat kesehatan peserta didik.
8. Setiap pelayanan kesehatan oleh UKS perlu pencatatan dalam buku khusus.
9. Bagi siswa yang mengalami sakit cukup serius yang tidak dapat ditangani oleh dokter
remaja UKS maka perlu dirujuk ke puskesmas atau ke rumah sakit setempat.
10. Pelaksanaan 5K yang dikoordinir oleh tim khusus dapat menunjang tercapainya 5K di
sekolah tersebut. Keberhasilan pelaksanaan 5K sangat ditunjang juga dengan lomba 5K antar
kelas.
11. Pembuatan toga (tanaman obat keluarga) atau apotik hidup dalam rangka menambah
pengetahuan dan penyediaan tanaman obat agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan seharihari.
12. Usaha-usaha lainnya yang turut menunjang UKS dapat berupa partisipasi warga sekolah
untuk mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan seperti penataran
dan pelatihan guru pembina UKS, seminar kesehatan bagi guru dan lomba yang berhubungan
dengan kesehatan bagi siswa.
I. Evaluasi Program Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Kesehatan merupakan salah satu hal sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, sehat
merupakan modal utama untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas,
produktif dan mempunyai etos kerja yang tinggi. Salah satu upaya pemerintah adalah
memasukkan pendidikan kesehatan di sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat
lanjutan dengan membentuk kebiasaan hidup sehat para siswa melalui kegiatan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS).UKS yang baik diawali dengan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan evaluasi. Jika salah satu program tidak terlaksana maka akan
mempengaruhi program yang lainnya. Program kerja UKS meliputi pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Agar kegiatan UKS tetap
terlaksana, maka diadakanlah lomba UKS.
Daftar Rujukan
Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Pelatihan Kader
Kesehatan di Sekolah. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Departemen Kesehatan. 1992.Undang Undang tentang
Kesehatan Sekolah. Jakarta: Departemen
Kesehatan ( pasal 45 )
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional,
Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri. Nomor 26 Tahun 2003 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah.

Sumantri, M. 2007. Pendidikan Wanita. Dalam Ali, M.,


Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., dan Rasjidin, W.
(Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Handbook.. Bandung: Pedagogiana Press
Lampiran
MANAJEMEN LAYANAN
LABORATORIUM SEKOLAH (LS)
A. Pengertian Laboratorium Sekolah
Salah satu sarana penunjang pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah adalah
laboratorium sekolah. Laboratorium ini sangat banyak ragamnya, bergantung pada jurusan
yang ada di sekolah tersebut. Di laboratorium ini peserta didik dapat melaksanakan praktek
eksperimentasi, meneliti, membuktikan teori-teori yang didapatkan di buku dan sebagainya.
Dengan demikian peserta didik akan mempunyai keyakinan yang mendalam bahwa apa yang
ia dapatkan secara teoritik memang dapat dibuktikan secara empirik.
Berikut ini ada beberapa definisi tentang laboratorium sekolah:
1. Laboratorium adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Tempat ini dapat
merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun. Dalam
pengertian yang terbatas Laboratorium ialah suatu ruangan yang tertutup tempat melakukan
percobaan dan penyelidikan.
2. Laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian
yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat Laboratorium serta adanya infrastruktur
Laboratorium yang lengkap
3. Pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah
Laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya
terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum
4. Menurut Ali Imron (1994: 177) Laboratorium adalah suatu tempat baik tertutup maupun
terbuka yang dipergunakan untuk melakukan penyelidikan, percobaan, pemratekkan,
pengujian, dan pengembangan. Laboratorium sekolah adalah sarana penunjang proses belajar
mengajar baik tertutup maupun terbuka yang dipergunakan untuk melaksanakan dan bahkan
pembakuan. Laboratorium ini bisa terbuka dan bisa tertutup. Laboratorium terbuka misalnya
kebun percobaan di sekolah, kolam sekolah, masyarakat sekitar lingkungan sekolah.
Sedangkan yang tertutup adalah yang umumnya dibatasi oleh empat dinding atau di dalam
gedung dan tidak tidak dapat dilihat secara bebas dari luar.
5. Laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang dapat
menghasilkan pengalaman belajar dimana siswa berisi teraksi dengan berbagai alat dan bahan
untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajari jadi suatu laboratorium sekolah mempunyai peranan yang
sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu serta sistem pengajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (http://smileboys.blogspot.com/2008/05/pengertian-laboratorium.html)
6. Dari definisi operasional, laboratorium merupakan perangkat kelengkapan akademik di
luar laboratorium dan studio, seperti seminar, diskusi kelompok, panel dan panel forum,
debat, dan sebagainya. Laboratorium tidak hanya berupa sebagai tempat untuk melakukan
kegiatan, tetapi termasuk juga personil dengan kualifikasi yang meliputi keahlian,
keterampilan, serta wawasan yang luas yang menjangkau hari depan dan kemampuan
mengadakan transaksi sosial yang tinggi.
7. Laboratorium ialah suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian. Tempat ini dapat

merupakan ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, atau kebun. Dalam pengertian
yang terbatas, laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup di mana
percobaan/eksperimen dan penelitian dilakukan.
B. Masalah dan Kebutuhan Laboratorium di Sekolah.
Dalam mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah peserta didik banyak mempelajari
konsep-konsep, teori-teori, mengujicobakan sesuatu, mempraktekkan sesuatu, dan bahkan
menirukan sesuatu serta mengecek kebenaran sesuatu. Hal demikian tidak akan cukup
manakala sekedar dilaksanakan di ruangan kelas yang segalanya serba terbatas. Oleh karena
itu, diperlukan sarana penunjang yang disebut dengan laboratorium.
Ketika peserta didik ingin membuktikan, bagaimana sebuah sel berkembang biak dengan
membelah diri, yang bersangkutan dapat membuktikan dan atau mengadakan eksperimentasi
di laboratorium. Dengan cara demikian, ia akan yakin dengan kebenaran teori yang ia
pelajari. Demikian juga ketika peserta didik ingin melihat seberapa pengaruh nitrogen
terhadap pertumbuhan tanaman ia akan dapat membuktikannya melalui laboratorium.
Peserta didik yang ingin mengenal lebih jauh mengenai bahasa pemrograman komputer, tentu
tidak cukup sekedar diceritai oleh gurunya mengenai bahasa tersebut, melainkan harus
mempraktekkannya sekaligus di laboratorium. Peserta didik yang ingin dapat menuturkan
kata atau kalimat-kalimat bahasa asing dari penutur aslinya, tentu juga tidak efisien kalau
setiap mata pelajaran bahasa senantiasa menghadirkan penutur aslinya. Laboratorium
tampaknya bisa mengatasi hal demikian melalui penyetelan seperangkat alat dimana penutur
asli tersebut menuturkan kata atau kalimat, bahkan menyuruh peserta didik untuk menirukan.
C. Tujuan dan Fungsi Laboratorium Sekolah
Tujuan umum dari Laboratorium sekolah adalah sebagai layanan khusus yang diberikan
sekolah kepada siswa untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Sedangkan tujuan secara
khususnya adalah sebagai berikut:
1. Menunjang penguasaan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru
2. Memupuk keberanian pribadi sesuai dengan hak dan hakekat kebenaran dalam segala
aspek yang terdapat dalam lingkungan hidupnya
3. Melatih dan mengembangkan keterampilan guru dan siswa dalam mengembangkan
profesianya
4. Melatih dan membiasakan siswa belajar secara inovatif baik secara individual maupun
kelompok
Secara umum, fungsi laboratorium sekolah yaitu sebagai sumber belajar dan mengajar,
sebagai metode pengamatan dan metode percobaan, sebagai prasarana pendidikan atau
sebagai wadah dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan fungsi laboratorium secara khusus adalah sebagai berikut:
1. Alat atau tempat untuk menguatkan atau memberikat kepastian informasi
2. Alat atau tempat untuk menentukan hubungan sebab akibat
3. Alat atau tempat untuk membuktikan benar tidaknya (vertifikasi) faktor-faktor atau gajalagejala tertentu
4. Alat atau tempat untuk mempraktekkan sesuatu yang diketahui
5. Alat atau tempat untuk mengembangkan keterampilan

6. Alat atau tempat untuk untuk memberikan latihan


7. Alat atau tempat untuk membentuk siswa belajar menggunakan metode ilmiah dalam
pemecahan masalah
8. Alat atau tempat untuk melanjutkan atau melaksanakan penelitian perseorangan atau
kelompok
D. Jenis-Jenis Laboratorium Sekolah
Macam-macam laboratorium di sekolah sangat bergantung pada jumlah jurusan yang ada di
sekolah dan kemampuan sekolah untuk menyediakan peralatannya. Pada sekolah-sekolah
yang lebih banyak jurusannya, tentu lebih banyak membutuhkan laboratorium dibandingkan
sekolah yang sedikit jurusannya. Berikut ini ada beberapa jenis laboratorium sekolah
diantaranya:
1. Laboratorium Komputer
Laboratorium Komputer merupakan salah satu komponen Instrumental Input dalm
melaksankan prosses belajar mengajar yang efektif yang urgensinya sangat dominan dalam
upaya meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan pada umumnya yang pada
akhirnya bermuara pada peningkatan mutu lulusan yang optimal.
2. Laboratorium IPA
Alat laboratorium IPA merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA
yang dapat dipergunakan berulang ulang. Contoh alat laboratorium IPA : pinset, pembakar
spiritus, thermometer, stopwatch, tabung reaksi, gelas ukur jangka sorong dan mikroskop.
Alat yang digunakan secara tidak langsung di dalam praktikum merupakan alat bantu
laboratorium, seperti tang, obeng, pemadam kebakaran dan kotak Pertolongan Pertama.
Bahan di laboratorium IPA merupakan zat kimia yang digunakan dalam kegiatan di
laboratorium IPA yang bersifat habis pakai. Bahan kimia ada yang padat, cair maupun gas.
Contoh bahan di laboratorium yang berbentuk padat: NaOH, Garam dapur (NaCl), amilum,
serbuk besi, kapur (CaCO3) dan organ tumbuh-tumbuhan (daun, bunga, akar, dll).
Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kagiatan pembelajaran IPA
secara praktik yang memmerlukan peralatan khusus. Berdasarkan Permendiknas RI No. 24
tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana, laboratorium IPA harus memiliki sarana
diantaranya kursi, meja peserta didik, meja demonstrasi, meja persiapan, lemari alat, lemari
bahan, bak cuci, mistar, jangka sorong, timbangan, stop watch, roll meter, termometer, gelas
ukur, massa logam, multimetor AC/DC, batang magnet, globe, model tata surya, garpu tala,
bidang miring, dinamo meter, katrol tetap, katrol bergerak, balok kayu, percobaan muai
panjang, percobaan ragkaian listrik, gelas kimia, model molekul sederhana, pembakar
spiritus, cawang penguapan, kaki tiga, plat tetes, pipet tetes + karet, mikroskop monokuler,
kaca pembesar, poster genetika, model kerangka manusia, model tubuh manusia,
gambar/model pencernaan manusia, gambar atau model sistem peredaran darah manusia,
gambar/model sistem pernafasan manusia, gambar/model jantung manusia, gambar/model
mata manusia, gambar/model telinga manusia, gambar/model tenggorokan manusia, petunjuk
percobaan, papan tulis, kotak kontak, alat pemadam kebakaran, peralatan P3K, tempat
sampah, dan jam dinding.
3. Laboratorium IPS
Laboratorium IPS merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPS secara
praktik yang memerlukan peralatan khusus.

4. Laboratorium Bahasa
Pengertian laboratorium bahasa adalah sebuah laboratorium yang dibuat untuk
mempermudah penyampaian materi apapun di sebuah ruangan, pada umumnya digunakan
untuk materi bahasa, baik bahasa inggris, bahasa Indonesia, bahasa asing lainnya. Sedangkan
menurut Artikel Pendidikan Network sebuah Laboratorium bahasa mengacu kepada
seperangkat peralatan elektronik audio video yang terdiri atas instructor console sebagai
mesin utama, dilengkapi dengan repeater language learning machine, tape recorder, DVD
Player, video monitor, headset dan students booth yang dipasang dalam satu ruang kedap
suara. Banyak sekali komponen yang ada di dalam ruangan lab bahasa, dan sebagaian besar
adalah perlengkapan elektronik yang terintegrasi sehingga menjadi sebuah kesatuan. Selain
itu terdapat juga perlengkapan lain yang tidak kalah penting, misanya karpet dan meja
laboratorium bahasa (http://labbahasadigital.com/laboratorium.bahasa/definisi-laboratoriumbahasa/).
Pada sekolah-sekolah yang mempunyai jurusan IPA, tentu membutuhkan laboratorium IPA.
Laboratorium IPA ini mempunyai sub-sub laboratorioum biologi, fisika, dan kimia. Oleh
karena itu di dalam prakteknya antara masing-masing sub ini sering kali tidak dapat
dipisahkan. Antara satu sub dengan sub yang lain saling membutuhkan.
Pada sekolah-sekolah yang mempunyai jurusan IPS dan bahasa, membutuhkan laboratorium
IPS dan bahasa. Pada laboratorium IPS, dapat terdiri dari sub-sub laboratorium geografi,
kapendudukan, sejarah, ekonomi, dan bahkan perkantoran, sedangkan laboratorium bahasa
terdiri dari sub-sub laboratorium bahasa yang dipelajari di sekolah tersebut, baik bahasa
Indonesia, Daerah, maupun bahasa asing.
Pada saat ini sekolah-sekolah banyak yang mempunyai laboratorium komputer sebagai pusat
sumber belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memanfaatkan teknologi
informasi.
E. Perencanaan Program Laboratorium Sekolah
Untuk perencanaan program laboratorium perlu dilakukan pengadaan gedung dan juga
pengadaan alat dan bahan. Pengadaan gedung harus memperhatikan tata letak laboratorium
diantaranya:
1. Lokasi dan ukuran.
Syarat umum lokasi :
a. Tidak terletak di arah angin,yaitu untuk menghindari polusi terhadap kamar lain
b. Mempunyai jarak cukup jauh terhadap sumber air, untuk menghidari pencemaran air.
c. Mempunyai saluran pembuangan tersendiri untuk menghindari pencemaran penduduk.
d. Mempunyai jarak cukup jauh terhadap bangunan lain untuk memberikan ventilasi yang
cukup dan penerangan alami yang optimum.
e. Terletak pada bagian yang mudah dikontrol
2. Luas Ukuran Laboratorium
Untuk 40 orang siswa ukuran laboratorium yang baik : lebar 8-9 meter dan panjang 11-12
meter atau untuk setiap siswa digunakan lebih kurang 2,5 m2.
Selain itu dalam perencanaan program laboratorium yang harus dilakukan adalah pengadaan
alat dan bahan untuk pengadaan alat-alat laboratorium diperoleh dari:
a. Proyek penyediaan fasilitas laboratorium sekolah Diknas.
b. Dari pembelian sekolah.

Sebelum pembelian alat dan bahan laboratorium perlu dipikirkan hal-hal yang berikut :
a. Percobaan apa yang akan dilakukan
b. Alat/bahan apa yang akan dibeli
c. Pengetahuan tentang penggunaan alat yang dibeli
d. Adanya dana
e. Jenis ukuran alat/bahan yang akan dibeli
f. Prosedur pembelian
g. Pelaksanaan pembelian
Adapun fasilitas laboratorium terdiri dari sebagai berikut:
a. Perabot, yang terdiri dari meja, kursi, bangku, rak, alat, dan bahan
b. Perkakas yang terdiri dari pisau, sabit, bendo, berang, gunting, palu, obeng, pelubang,
gergaji, gabung, kikir, pengungkit, pemotong, pengepres, dan sebagainya.
c. Alat peraga yang terdiri dari model, bagan, gelas, buku, peta, gambar, instrumen, skenario,
film, foto, dan sebagainya.
d. Kotak obat, lengkap dengan obat-obatan yang lazim dibutuhkan bila misalnya saja, ada di
antara peserta didik yang mengalami kecelakaan ketika bekerja di laboratorium
e. Alat pemadam kebakaran, yang dipergunakan sewaktu-waktu bila terjadi kebakaran.
F. Pelaksanaan Program Laboratorium Sekolah
Dalam pelaksanaan program laboratorium, hendaknya diperhatikan mengenai administrasi
dan pemeliharaan alat/bahan di laboratorium.
1. Administrasi Alat/Bahan
Tujuan dari administrasi alat/bahan ialah agar mudah mengetahui posisi dan pengambilannya
dalam penggunaannya.Dalam hal ini yang perlu diasdministrasikan yaitu:
a. Jenis alat/bahan yang ada
b. Jumlah masing-masing alat/bahan
c. Jumlah pembelian dan tambahan
d. Jumlah yang pecah/hilang dan habis
Untuk keperluan administrasi ini diperlukan beberapa buku antara lain : buku Stok, buku
kumpulan daftar pembelian/penerimaan, buku catatan barang-barang yang pecah/rusak/hilang
dan habis, buku harian (http://windywindylagi.wordpress.com/ 2010/04/01/manajemenlayanan-khusus/#comments).
2. Pemeliharaan Alat/Bahan
Masalah penyimpanan alat/bahan biasanya ditentukan oleh: keadaan laboratorium, susunan
laboratoroum, keadaan perabot laboratorium serta adanya gudang dan raung persiapan.
Sedangkan untuk mempermudah dalam pertanggungjawaban dan pemakaian laboratorium,
maka diperlukan struktur organisasi laboratorium agar jelas tugas dan tanggungjawabnya.
Struktur organisasi laboratorium melibatkan:
a. Kepala sekolah
b. Wakil Kepala Sekolah
c. Tata Usaha
d. Guru (Pengelola dan Pembimbing)

Personal di atas bertugas dan berfungsi:


a. Merencanakan pengadaan alat /bahan laboratorium
b. Menyusun jadwal dan tata tertib laboratorium
c. Mengatur pengeluaran dan pamasukan /pinjaman alat laboratotium
d. Mempersiapkan peralatan/bahan yang dipergunakan pada praktikum
e. Mendaftarkan alat/bahan laboratorium yang habis
f. Mengiventarisasi dan mengadministrasikan pinjaman alat-alat
g. Membuat daftar katalog sesuai dengan jenis alat/bahan
h. Memelihara dan memperbaiki alat-alat
i. Menyusun pelaksanaan kegiatan laboratorium
G. Keselamatan Kerja di Laboratorium
Pada saat proses pelaksanaan kegiatan di laboratorium hal yang perlu diperhatikan adalah
keselamatan kerja pengguna laboraturium, mengingat alat dan bahan-bahan yang terdapat di
laboratorium sangat berbahaya untuk keselamatan pengguna laboratorium. Kecelakaan yang
sering terjadi dilaboratorium antara lain:
1. Luka oleh benda tajam,pecahan kaca dan kena bakar
2. Terkena/percikan oleh cairan zat kimia (karosif/asam/basa pekat)
3. Tertelan zat-zat beracun
4. Gigitan hewan peliharaan
5. Pingsan disebabkan bau gas yang memusingkan
6. Terkena kejutan listrik
7. Kebakaran yang disebabkan peletusan yang terjadi dari hasil percobaan.
Untuk bentuk kecelakaan diatas maka perlu diambil tindakan pertama pada waktu memberi
pertolongan pada sipenderita yaitu:
1. Membawa sipenderita ke tempat yang baik dan tenang
2. Bila pendarahan terjadi pada sipenderita usahakanlah darah yang keluar itu dihentikan
dengan jalan mengangkat bagian tubuh yang luka, sehinga yang luka itu berada di atas
jantung
3. Usahakan sipenderita terbaring seleluasa mungkin,pakaian dilonggarkan
4. Jangan memberi makanan pada penderita yang sedang pingsan
5. Segeralah minta pertolongan dokter
H. Program Laboratorium Sekolah dan kaitannya dengan Peningkatan Belajar
Di dalam proses belajar mengajar sering ditemukan guru hanya melaksanakan kegiatan
pengajaran dengan menggunakan metode ceramah dan jarang melakukan praktikum di
Laboratorium. Penggunaan metode ceramah mengakibatkan ide dan keterampilan psikomotor
siswa sulit disalurkan, sehingga kemampuan siswa tidak berkembang dan tujuan belajar yang
dicapai kurang optimal. Dengan demikian guru perlu merancang kegiatan belajar mengajar
yang lebih mengarah kepada keterlibatan siswa baik fisik maupun psikis. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rustaman (2003:123-124) yang menyatakan bahwa penggunaan metode
ceramah membuat siswa kurang dirangsang kreativitasnya dan tidak membuat siswa aktif
mengemukakan pendapat, serta tidak dibiasakan mencari dan mengolah informasi.
Kegiatan belajar mengajar yang dapat menuntut keterlibatan siswa secara aktif diantaranya
dengan menggunakan metode mengajar eksperimen, ekspositori/ pameran dan demonstrasi
yang merupakan kegiatan Laboratorium. Dengan metode ini siswa dapat belajar melalui

pengamatan dan pengalaman langsung peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala alam. Kegiatan


Laboratorium juga dapat melatih keterampilan berfikir ilmiah, mengikutsertakan mental
siswa dan bukan sekedar menerima ilmu saja. Di samping itu siswa akan merasa dirinya
berperan, sehingga membangkitkan minat dan semangat belajar mereka. Senada dengan ini,
DIKNAS (2003:12) mengungkapkan bahwa kita belajar hanya10% dari apa yang kita baca,
20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan
dengar, 70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan.
Jadi persentase penyerapan pelajaran oleh siswa yang lebih banyak adalah jika siswa katakan
dan lakukan sendiri yaitu sebesar 90%, hal ini sama sifatnya dengan kegiatan Laboratorium
yang juga meningkatkan daya serap siswa terhadap apa yang dipelajari. Menurut Direktorat
Pendidikan Menengah Umum (1995:7), suatu sekolah yang mengajarkan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) hendaknya mempunyai Laboratorium. Karena dalam pelajaran IPA siswa tidak
hanya sekedar mendengarkan keterangan dari guru, tetapi harus melakukan kegiatan sendiri
untuk mencari keterangan lebih lanjut tentang ilmu yang dipelajarinya. Oleh karena itu
diperlukan ruang khusus yaitu Laboratorium. Dengan adanya Laboratorium, diharapkan
pengajaran IPA dapat dilaksanakan menurut yang seharusnya. Begitu juga dengan pelajaran
IPS, bahasa dan komputer. Ketiga pelajaran ini juga membutuhkan laboratorium untuk
menungkatkan daya serap terhadap pelajaran yang dipelajari
(http://cahyonopublikasi.blogspot.com/2007/11/tinjauan-pelaksanaan-kegiatan.html).
I. Tata Tertib dan Administrasi Laboratorium Sekolah
Perlunya tata tertib ini agar dapat menjaga keamanan pemakai, memelihara kenyamanan
kerja di laboratorium dan memelihara fasilitas yang ada agar tidak mudah rusak. Adapun tata
tertib pemekaian laboratorium adalah sebagai berikut:
1. Pahamilah dahulu tentang tata cara masuk dan memakai laboratorium (lazimnya
disediakan pamflet oleh laboratorium).
2. Sebelum memakai laboratorium, mintalah izin terlebih dahulu kepada kepala laboratorium.
Tunjukkkan identitas, misalnya kartu siswa untuk memberi keyakinan kepada kepala
laboratorium, bahwa para siswa yang menggunakan laboratorium adalah benar-benar berasal
dari sekolah yang bersangkutan.
3. Mengisi dan manandatangani daftar hadir, daftar pemakai, atau formulir yang telah
disediakan.
4. Saat memakai fasilitas laboratorium, bacalah petunjuk pemakaian. Jika tidak mengerti
mungkin karena manual yang ada dengan menggunakan bahasa Inggris, mintalah petunjuk
pada laboran atau teknisi yang ada.
5. Upayakan agar fasilitas yang dipakai tidak rusak apalagi hilang.
6. Pakailah fasilitas tersebut menurut batasan waktu yang telah ditentukan.
7. Jangan memakai peralatan diluar izin laboran atau kepala laboratorium.
8. Jika bermaksud membawa peralatan ke luar ruangan, mintalah izin kepada kepala
laboratorium, teknisi atau laboran.
9. Setelah memakai fasilitas, kemasi peralatan dan kembalikan ke tempat semula dengan
sepengatuhan laboran atau teknisinya.
10. Jangan meninggalkan ruang laboratorium sebelum diketahui oleh petugas bahwa siswa
telah mengembalikan kepadanya atau mengembalikan ke tempatnya.
J. Evaluasi Program Laboratorium Sekolah
Untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan laboratorium dapat dilakukan dengan 3 cara
sebagai berikut:

1. Laporan merupakan rekaman atas apa yang dilakukan siswa selama melalui kegiatan
praktikum. Tujuan adanya laporan ini yaitu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi praktikum dan kemampuan siswa dalam merangkai data hasil percobaan
serta analisisnya.
2. Tes kegiatan laboratorium. Tes kegiatan laboratorium digunakan sebagai bahan untuk
evaluasi.
3. Pengamatan langsung. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kinerja siswa pada saat
melakukan kegiatan praktikum, misalnya untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
memilih alat yang sesuai, merangkai alat, menggunakan alat, sikap siswa pada saat
melakukan praktikum.
Hal ini menunjukkan bahwa suatu penilaian tidak hanya dilakukan dengan melihat hasil akhir
seperti laporan, tetapi harus mencakup hasil akhir dan proses untuk mencapai hasil itu,
termasuk di dalamnya kinerja siswa, sehingga guru dapat memiliki informasi yang lengkap
tentang siswa.
Daftar Rujukan
Badan Standart Nasional Pendidikan. 2007.
Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Standar Sarana dan Prasarana. Jakarta: BSNP.
http://cahyono-publikasi.blogspot.com/2007/11/tinjauanpelaksanaan-kegiatan.html, diakses 22 April
2010.
http://labbahasadigital.com/laboratorium.bahasa/definisilaboratorium-bahasa/, diakses 22 April 2010.
http://smileboys.blogspot.com/2008/05/pengertianlaboratorium.html, diakses 22 April 2010.
Imron, A. 1994. Manajemen Peserta Didik di Sekolah.
Malang: IKIP Malang
_____________,Pengelolaan di Laboratorium, (Online),
(http://windywindylagi.wordpress.com/2010/04/0
1/manajemen-layanan-khusus/#comments,
diakses 22 April 2010)
Lampiran
Tentang iklan-iklan ini

Terkait
MANAJEMENdalam "Pendidikan"
MANAJEMEN PENDIDIKANdalam "Pendidikan"

Bahasa Lawakdalam "Warna-Warni"


Ditulis dalam Manajemen
10 TIPS SUKSES BERWIRAUSAHA

Responses
1.
Terimakasih atas Postingannya, sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas

By: catatanimanku on Februari 6, 2014


at 2:09 pm
Balas

o
sama-sama. terima kasih juga udah memilih postingan saya sebagai bahan ajar
saudara

By: aryawiga on Februari 11, 2014


at 2:34 pm
Balas

By: catatanimanku on Februari 20, 2014


at 10:30 pm

Berikan Balasan

Kategori

Manajemen

Pendidikan

Warna-Warni

Adm Pendidikan

Teguh Triwiyanto

Novia Trianna

Darwis Jatmiko

Ririn Septianinga

Rusita Purna Putri

Sherly Maya

Yudhagedhel

Wyndy Wyndy Lagi

Mashuditok

Syaimasya

Lazuardi Wyenda

Iftitaarika

Bagasum

Irawan Benny

Sofi Ainur

Nawaafila

Devianti Putri

Wahyu Maulita

Nerita Veronika

Anik

Amie

Citra Ratna

Helmi

kadalmesirbersaudara

Febriana Sari

Revy

Dicky

Ria

Ilma

Shellrossalia

Galih Purnama

selvyvaselina

Mustofa

Fitri

Kategori

Manajemen (1)

Pendidikan (6)

Warna-Warni (8)

Halaman

About Me

Foto

Februari 2012
K

Jun
6
13
20
27

7
14
21
28

1
8
15
22
29

2
9
16
23

3
10
17
24

4
11
18
25

Flickr Photos
Lebih Banyak Foto

Arya Wiga

Mendaftar

Masuk log

RSS Entri

RSS Komentar

WordPress.com

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. | Tema Ocean Mist.
Ikuti

Ikuti
Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.
Buat situs dengan WordPress.com

5
12
19
26

S-ar putea să vă placă și