Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
com weblog
About Me
Foto
Konseling 39
G. Evaluasi Program Bimbingan dan
Konseling 41
Daftar Rujukan 48
LAYANAN KOPERASI SEKOLAH 50
A. Pengertian Koperasi Sekolah 50
B. Masalah dan Kebutuhan Koperasi
Sekolah 51
C. Tujuan dan Fungsi Koperasi Sekolah 53
D. Perencanaan Program Koperasi
Sekolah 54
E. Organisasi Koperasi Sekolah 56
F. Pelaksanaan Program Koperasi
Sekolah 57
G. Program Koperasi Sekolah dan
Kaitannya Dengan Peningkatan Belajar 58
H. Tata Tertib dan Administrasi Koperasi
Sekolah 59
I. Evaluasi Program Koperasi Sekolah 61
Daftar Rujukan 62
LAYANAN KEAMANAN DAN
PERPARKIRAN SEKOLAH (KPS) 63
A. Pengertian Layanan Keamanan dan
Perparkiran Sekolah (KPS) 63
B. Masalah dan Kebutuhan Keamanan
dan Sarana Perparkiran di Sekolah
(KPS) 65
C. Tujuan dan Fungsi Keamanan dan
Perparkiran Sekolah (KPS) 65
D. Perencanaan Program Keamanan dan
Perparkiran Sekolah (KPS) 68
E. Pelaksanaan Program Keamanan dan
Perparkiran Sekolah (KPS) 70
F. Program Keamanan dan Perparkiran
Sekolah (KPS) dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar 72
G. Tata Tertib dan Administrasi Keamanan
dan Perparkiran Sekolah (KPS) 73
H. Evaluasi Program Keamanan dan
Perparkiran Sekolah (KPS) 76
Daftar Rujukan 77
MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS
KAFETARIA SEKOLAH 79
A. Pengertian Kafetaria Sekolah 79
B. Masalah dan Kebutuhan Kafetaria
Sekolah 80
C. Tujuan dan Fungsi Kafetaria Sekolah 81
B. Gereja 152
C. Kesimpulan 153
Daftar Rujukan 155
Lampiran 156
LAYANAN USAHA KESEHATAN
SEKOLAH (UKS) 157
A. Pengertian Layanan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) 157
B. Tujuan Layanan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) 158
C. Masalah Kesehatan yang dihadapi
Sekolah 160
D. Peran Sekolah dalam Meningkatkan
Kesehatan melalui Layanan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) 163
E. Program Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) 167
F. Sasaran Layanan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) 170
G. Penerapan Konsep Berbudaya Hidup
Sehat 172
H. Penerapan Konsep Dasar Trias UKS 173
I. Evaluasi Program Layanan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) 177
Daftar Rujukan 178
Lampiran 179
MANAJEMEN LAYANAN
LABORATORIUM SEKOLAH (LS) 180
A. Pengertian Laboratorium Sekolah 180
B. Masalah dan Kebutuhan Laboratorium
di Sekolah 182
C. Tujuan dan Fungsi Laboratorium
Sekolah 183
D. Jenis-Jenis Laboratorium Sekolah 184
E. Perencanaan Program Laboratorium
Sekolah 188
F. Pelaksanaan Program Laboratorium
Sekolah 190
G. Keselamatan Kerja di Laboratorium 191
H. Program Laboratorium Sekolah dan
kaitannya dengan Peningkatan Belajar 192
I. Tata Tertib dan Administrasi
Laboratorium Sekolah 194
J. Evaluasi Program Laboratorium Sekolah 195
Daftar Rujukan 196
Lampiran 198
penting dari penyelenggaraan sekolah secara keseluruhan. Kepala sekolah harus membantu
staf non-edukatif untuk mencapai sikap tersebut, dengan memberikan kesempatan
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Perhatian kepala sekolah akan hal ini dapat
dilihat dari kemauannya untuk mengundang mereka dalan pertemuan-pertemuan lainnya.
Disamping pendekatan psikologis dalam mengadministrasi personil, ada pendekatan lain
yang dapat dipergunakan oleh kepala sekolah, yakni pendekatan analisis bidang. Dalam
pendekatan ini, kepala sekolah harus mengetahui tanggung jawab dari masing-masing
personil yang terlibat, disamping membantu mengklarifikasikan tanggungjawab tersebut
melalui pemahaman atau saling pengertian. Dalam hal ini perlu dikembangkan suatu
pendekatan team-work didalam pengelolaan layanan khusus atau layanan bantuan melalui
penegasan tugan hubungannya dengan personil, baik bidang pengajaran maupun non
pengajaran.
Kepala sekolah yang baik harus memanfaatkan ketrampilan kepemimpinannya akan
menunjukan tindakan yang menghasilkan organisasi dan manajemen yang efisien atas
layanan khusus. Ini akan menghasilkan pengalaman yang sangat bernilai dalam kehidupan
kelompok, baik bagi anak didik maupun bagi personil sekolah. Peran kepala sekolah sangat
signifikan dalam usaha pemenuhan dan pemanfaatan unit layanan khusus di sekolah dan
merupakan stimulator dan fasilitator
C. Prinsip-Prinsip Layanan Khusus Sekolah
Prinsip-prinsip layanan khusus sekolah terdiri atas prinsip-prinsip yang berhubungan dengan
siswa, pembimbing dan orgnisasi dan administrasi.
1. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan siswa yang dibimbing:
a. Pelayanan bimbingan harus diberikan kepada seluruh peserta;
b. Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan bimbingan kepada siswa. Diperlukan
suatu alat pengukur yang cermat agar dapat dibedakan siswa yang mana yang harus
didahulukan;
c. Program bimbingan hrus dipusatkan kepada siswa;
d. Pelayanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan individu yang
bersangkutan;
e. Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing.
Pembimbing bertugas membantu siswa untuk menenggulangi masalah dengan berbagai
aternatif keputuasan, sehingga pengembalian keputusan pada siswa sendiri; dan
f. Individu yang mendapat bimbingan harus dapat berangsur-angsur dapat membingan dirinya
sendiri.
2. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pembimbing:
a. Petugas-petugas bimbingan harus melakukan tugasnya sesuai dengan kemampuan dan
kewajiban masing-masing;
b. Petugas-petugas bimbingan di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi keperibadian,
pendidikan, pengalaman dan kemampuan;
c. Petugas bimbingan harus mendapat kesempatan untuk memperkembangkan diri serta
kealhlliannya melalui berbagai latihan;
d. Petugas bimbingan hendaknya mempergunakan informasi yang tersedia mengenai individu
yang dibimbing beserta lingkungannya sebagai bahan untuk membuat individu yang
bersangkutan kea rah penyesuaian diri yang lebih baik;
e. Petugas bimbingan harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang
1. Memiliki kamar tidur yang cukup luas, yang dapat menampung semua penghuni asrama
beserta pengawas-pengawasnya, yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah penghuni.
2. Memiliki kamar pakaian yang dilengkapi almari pakaian serta rak sepatu/sandal yang
jumlahnya disesuaikan dengan jumlah penghuni, dan apabila tidak mungkin kedua kamar
(kamar tidur dan kamar pakaian) dipisahkan, maka kedua kamar tersebut dapat disusun
menjadi satu kamar dengan pengaturan yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi masingmasing.
3. Memiliki ruang makan yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang sesuai dengan jumlah
penghuni yang menggunakannya.
4. Memiliki kamar mandi dan WC yang memadai dengan jumlah pemakai ( kira-kira 1/5 dari
jumlah penghuni), serta dilengkapi dengan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan.
5. Memiliki kamar belajar yang cukup luas dan dapat diselaraskan dengan kebutuhan belajar
para penghuninya, misalnya apabila asrama diadakan selokasi dengan sekolah, maka kegiatan
belajar dapat dilaksanakan atau menempati kelas-kelas yang ada.
6. Memiliki tempat mencuci pakaian yang memadai dengan kebutuhan para penghuninya,
serta dengan persediaan air yang cukup dan alat-alat yang diperlukan.
7. Memiliki halaman yang dapat dipergunakan untuk sekedar rekreasi atau bersantai dikala
istirahat sehabis menjalankan kegiatan yang melelahkan.
8. Memiliki lapangan olah raga dan atau bangsal olahraga, yang juga dapat dipergunakan
untuk latihan kesenian, senam, dan kegiatan lainya yang memerlukan bangsal.
9. Memiliki tempat ibadah, yang disesuaikan dengan kebutuhan beribadah para penghuninya.
10. Memiliki ruang untuk menerima tamu.
11. Memiliki perpustakaan beserta ruang baca yang memadai.
12. Memiliki ruangan khusus untuk mereka yang sedang menderita sakit untuk memudahkan
pelayanan dan memungkinkan penularan penyakit dapat dicegah.
C. Fungsi dan Tujuan Asrama
Penghuni asrama adalah individu-individu siswa yang berasal dari latar belakang yang
berbeda-beda, baik dari segi segi pendidikan orang tua, status sosial ekonomi, dan adat
istiadat. Oleh karena itu perlu disusun etos kehidupan asrama yang mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut di atas. Sahertian (dalam Kusmintardjo, 1992) menguraikan tentang
hakekat dan fungsi asrama sekolah sebagai berikut:
1. Hakekat kehidupan asrama sekolah
Hakekat kehidupan asrama bukan sekedar pembentukan kebiasaan (habits formation) dan
kesan-kesan sensoris, namun suatu proses pembentukan nilai. Dengan kata lain, hidup di
asrama pada hakekatnya adalah pembentukan nilai-nilai yaitu: (a) nilai keagamaan; (b) nilai
kebenaran; (c) nilai kebersamaan (sosial); (d) nilai keindahan; (e) nilai ekonomis; (f) nilai
yuridis, dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam kehidupan di asrama diperlukan adanya saling menghargai, saling
mengakui, saling menerima dan memberi, dan saling mengembangkan diri sendiri.
2. Fungsi Kehidupan Asrama Sekolah
Sejalan dengan hakekat kehidupan asrama adalah pembentukan nilai, maka fungsi kehidupan
asrama harus mengandung hal-hal sebagai berikut:
a. Kehidupan asrama sekolah harus dapat menciptakan suasana home.
Dalam hal ini, kultur kehidupan di asrama harus berisi suasanahome dalam pengertian
sebagai berikut:
Lingkungan penuh kasih sayang, jauh dari suasana perselisihan (a world striffe shut cut, a
world of love shutin).
Tempat dimana yang kecil merasa dibesarkan dan yang besar merasa kecil (the place where
the small are great,and the great are small).
Tempat dimana kita tidak banyak menggerutu dan diperlakuakan dengan sebaik-baiknya (the
place where we grumble most and treated the best).
Tempat dimana kita makan tiga kali sehari sekenyang-kenyangnya dan memuaskan diri
seribu kali (the place where stomach gets three squere meals a day and our heart a
thousands).
Pusat pertumbuhan dwi tunggal antara peri kasih sayang dan angan-agan pribadi (the centre
of our affection round which our heart best wishes twine).
b. Kehidupan asrama harus dapat mejadi laboraratorium
Sosiologis, dimana hubungan-hubungan manusia merupakan kunci utama. Artinya dalam
kehidupan asrama di sekolah harus diusahakan berbagai pengalaman belajar (learning
activity) sebagai persiapan untuk hidup di masyarakat.
Selaras dengan hakekat dan fungsi kehidupan asrama sekolah, maka secara umum tujuan
diselenggarakannya asrama sekolah adalah untuk menunjang keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan di sekolah. Sedangkan secara khusus tujuan penyelenggaraan asrama adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan bimbingan kepada siswa (penghuni asrama sekolah) dan menanamkan rasa
disiplin pada diri siswa;
2. Membiasakan para siswa untuk mencintai belajar bersama-sama dengan teman sebayanya;
3. Membantu para siswa agar dapat menyesuaikan diri pada kehidupan sosial dalam
lingkungan sebaya;
4. Membantu siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui penghayatan dan
pengembangan nilai-nilai kekecerdasan dan ketrampilan;
5. Membantu memberikan tempat penginapan bagi para siswa yang rumahnya jauh dari
sekolah.
Tujuan diselenggarakannya asrama sekolah secara umum adalah untuk menunjang
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, sedangkan secara khusus tujuan
penyelenggaraan asrama adalah sebagai berikut:
a. Menanamkan rasa disiplin pada diri siswa
b. Membiasakan para siswa untuk mecintai belajar bersama-sama dengan teman sebayanya
c. Membantu para siswa agar dapat menyesuaikan diri pada kehidupan social dalam
lingkungan sebayanya
d. Membantu para siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui penghayatan dan
pengembangan nilai- nilai kecerdasan dan ketrampilan.
(http://windywindylagi.wordpress.com/)
D. Perencanaan Program Asrama
Pengertian perencanaan mempunyai beberapa definisi rumusan yang berbeda satu dengan
lainnya. Cuningham dalam Junaidi (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah
menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang
akan datang dengan tujuan menvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan
kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan
dalam penyelesaian. Perencanaan dalam pengertian ini menitikberatkan kepada usaha untuk
menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta
usaha untuk mencapainya.
E. Pelaksanaan Program Asrama
Kehidupan dalam asrama biasanya selalu dibuat teratur serta selalu mengikuti peraturanperaturan yang dijunjung tinggi untuk dipatuhi dan dijalankan secara tepat dengan penuh
kesadaran oleh para penghuninya. Oleh karena itu, kegiatan pengelolaan dan
penyelenggaraan asrama sekolah perlu mendapat perhatian yang serius dari pihak yang
terkait dengan keberadaan asrama sekolah. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
mengelola asrama sekolah adalah sebagai berikut:
1. Sesuai dengan tujuan menyelenggarakan asrama, maka perlu diingat bahwa asrama
bukanlah tempat pondokan atau indekost, namun merupakan suatu hunian sekolompok
individu yang relatif sama, baik dalam usia, jenis kelamin maupun profesi;
2. Ide-ide pengelolaan asrama sekolah tidak akan terlepas dari lokasi, lingkungan dan situasi
sekolah. Maksudnya, bahwa ketiga hal tersebut sangat mempengaruhi cara mengelola asrama
sekolah;
3. Dalam asrama sekolah hendaknya diciptakan suatu suasana home, yaitu suatu situasi di
mana para penghuni asrama merasa berada di rumahnya sendiri sehingga mereka selalu
bersikap wajar dan merasa turut memiliki asrama tersebut.
4. Asrama hendaknya memberikan pengaruh positif dalam pembentukan dan penanaman
sikap serta kebiasaan-kebiasaan yang baik pada diri siswa.
5. Asrama perlu menetapkan tata tertib dan disiplin yang disertai usaha pengawasan untuk
membantu pertumbuhan sikap yang baik bagi para penghuninya.
6. Pengawasan di asrama hendaknya dilakukan secara bersahabat dan kekeluargaan sehingga
para penghuni tidak merasa selalui diawasi.
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan asrama sekolah, yaitu: aspek
sarana (hard ware), dan aspek pengelola asrama (soft ware).
1. Pengelolaan Sarana Fisik (hard ware)
Agar pengelolaan asrama sekolah dapat berjalan dengan lancar, diperlukan fasilitas-fasilitas
yang menunjang penyelenggaraan asrama, misalnya: pengadaan sarana yang sangat
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar, bermain, makan, dan sebagainya.
Di samping itu hal yang juga perlu diperhatikan adalah pengaturan sarana serta lokal asrama.
Di dalam upaya mengatur sarana dan lokal-lokal tersebut, hendaknya pertimbangan lebih
difokuskan pada gagasan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tempat-tempat itu masingmasing dapat mencapai hasil yang maksimal. Jangan sampai terjadi kegiatan-kegiatan yang
satu dapat menghambat kemajuan kegiatan lain yang juga sama pentingnya. Selain itu ada
juga beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kehidupan di asrama sekolah, diantaranya:
a. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat-bakat, seperti bakat kesenian dan
bakat-bakat di bidang lain, dari penghuni asrama sekolah.
b. Memberikan kesempatan yang cukup untuk mengerjakan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianut oleh para penghuni asrama.
c. Memberikan kesempatan kepada para penghuni asrama untuk bergaul dengan masyarakat
atau organisasi/perkumpulan di luar, sehingga mereka tidak canggung-canggung dalam
pergaulan, misalnya melalui pertandingan persahatan dalam bidang olah raga, dan
sebagainya.
2. Aspek Pengelola Asrama (soft-ware)
Yang dimaksud pengelola asrama adalah pengurus asrama dan pelaksana asrama sekolah.
Pengurus asrama dapat berjumlah 5 sampai 7 orang, yang terdiri atas guru dan anggota
Dharma Wanita sekolah yang bersangkutan serta diketuai oleh wakil kepala sekolah (urusan
kesiswaan). Masa kerja pengurus asrama dapat 3-5 tahun, dan setelah itu perlu ada pilihan
lagi. Untuk itu, sebaiknya kepengurusan asrama sekolah diatur dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD ART) yang ditetapkan oleh sekolah. Karena pengurus asrama
ini merupakan salah satu bagian dari system sekolah, maka pengurus asrama dalam
melaksanakan kegiatannya bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah. Sedangkan
pelaksana asrama terdiri atas pegawai tetap sekolah yang berkantor dan bertempat tinggal di
asrama. Mereka dibantu oleh beberapa pembantu pelaksana operasional yang bertugas dalam
bidang kebersihan dan keamanan.
Adapun tugas dari pengelola asrama sekolah adalah sebagai berikut:
a. Membuat peraturan-peraturan penyelenggaraan asrama, misalnya:
1. Menentukan beberapa syarat dalam penerimaan (atau pelepasan) para siswa untuk dapat
diterima sebagai penghuni asrama sekolah.
2. Menentukan biaya yang minimum (tidak komersial) dalam arti bahwa penentuan tarif
biaya disini adalah untuk mendidik para penghuni asrama agar dapat bertanggung jawab,
mandiri dan mengahargai diri.
3. Menentukan waktu pembayaran sewa, misalnya ditarik setiap satu semester sekali atau
setiap bulan.
4. Mengatur atau memberi sanksi kepada penghuni asrama yang melanggar peraturan.
5. Menyusun rencana anggaran belanja untuk pengelolaan pertahun, misalnya:
a. Menentukan besarnya biaya untuk pemeliharaan gedung, termasuk pengecatan dan
perbaikan kerusakan-kerusakan ringan.
b. Menentukan besarnya biaya untuk menjaga kebersihan gedung da halaman asrama sekolah
termasuk peralatannya;
6. Membuat peraturan yang berkaitan dengan keamanan asrama sekolah, misalnya:
a. Kunci kamar harus disimpan di kantor asrama, apabila penghuni hendak pergi ke sekolah
atau bepergian untuk suatu keperluan, dan sebaiknya di kantor asrama disediakan tempat
kunci tersendiri yang masing-masing kunci diberi kode monor kunci.
b. Masing-masing para penghuni asrama sekolah harus memiliki gembok/kunci almari sendiri
dan anak kunci di bawa sndiri-sendiri oleh penghuni asrama;
c. Membuata jadwal piket jaga asrama sekolah secara bergiliran selama 24 jam, dimana
masing-masing 6 jam.
7. Menyusun peraturan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban petugas pelaksana
termasuk pembantu-pembantunya.
F. Program Asrama dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar
Program asrama merupakan salah satu perwujudan program sekolah. Pelaksanaannya
disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa yang tinggal di asrama. Program asrama di bagi
kepada dua bagian sebagai contoh pada Madrasah Tsanawiyah Thowalib:
Dalam pelaksanaan evaluasi program kegiatan asrama tidak dilakukan sekali dalam satu
periode melainkan dilakukan bertahap sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Sebagai contoh kegiatan yang diadakan hanya satu kali dalam satu periode (pelatihan
kewirausahaan) biasanya setelah kegiatan berlangsung tetapi untuk kegiatan yang dilakukan
selama satu periode tersebut maka evaluasinya dilakukan secara kontinu setiap bulan.
Evaluasi dilakukan oleh perencana kegiatan dengan melibatkan seluruh warga asrama. Hal ini
dilakukan agar kesalahan yang muncul dapat dihindari supaya tidak terulang kembali.
Daftar Rujukan
Good, C. V. 1959. Dictionaryof Education. New York
Toronto-London: Mc Graw Hill Book Company.
Inc.
Junaidi, W. 2009. Definisi Perencanaan. (Online),
(http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/
definisi-perencanaan.html, diakses 26 April 2009)
Kusmintardjo. 1993. Pengelolaan Layanan Khusus di
Sekolah.(Jilid 2). Malang: OPF IKIP Malang.
Sutisna, O. 1983. Administrasi Pendidikan: Dasar
Teoritis untuk Praktik Profesional. Bandung :
Penerbit Angkasa.
Tanpa nama. 2009. Asrama. (Online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/Asrama, diakses 26
April 2010).
Tanpa nama. 2010. Program Asrama Madrasah
Thowalib. (Online), http://thawalibparabek.tripod.
com/asrama.htm, diakses 26 April 2010)
Wakhinuddin, 2009. Definisi Evaluasi (Dalam Konteks
Program dan Pendidikan). (Online),
(http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/14/def
inisi-evaluasi, diakses 26 April 2009)
Wyndi. 2010. Manajemen Layanan Khusus. (Online),
(http://windywindylagi.wordpress.com/, diakses 26
April 2010)
Lampiran
MANAJEMEN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan
pada sekolah tersebut. Biasanya lulusan bimbingan dan konseling mengkoodinir bimbingan
dan konseling di sekolah.
3. Masalah sikap terhadap bimbingan dan konseling, tampaknya guru-guru dan kepala
sekolah masih kaku sikapnya terhadap bimbingan dan konseling di sekolah. Banyak diantara
mereka yang beranggapan bahwa bimbingan dan konseling adalah mengurus para siswa yang
melanggar peraturan. Guru pembimbing dianggap sebagai polisi sekolah. Dampaknya adalah
guru pembimbing seperti dijauhi siswa. Guru-guru dan kepala sekolah kurang memberikan
dorongan dan apresiasi terhadap lembaga bimbingan dan konseling di sekolah. Akibatnya,
bimbingan dan konseling kurang efektif dalam menanggulangi masalah-masalah siswa, dan
dianggap sepi perannya di sekolah.
Disamping masalah-masalah yang dihadapi seperti tersebut diatas, Rochman Natawijaya
dalam Willis (2004) melihat bahwa sering terjadi salah pengertian terhadap bimbingan dan
konseling, baik dikalangan para guru atau masyarakat umum. Kesalahan-kesalahan tentang
bimbingan dan konseling itu diungkapkan sebagai berikut:
1. Bimbingan identik dengan pendidikan
Pengertian ini sangat keliru karena bimbingan merupakan bagian dari pendidikan. Dapat
dikatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah alat pendidikan dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan yakni kedewasaan anak.
2. Bimbingan dan konseling adalah cara untuk membantu murid-murid yang salah.
Bimbingan dan konseling tidak hanya diberikan kepada anak yang salah saja, akan tetapi
kepada semua murid termasuk murid yang potensial.
3. Bimbingan dan konseling berarti bimbingan pekerjaan atau karier, bimbingan dan
konseling bukan hanya untuk karier akan tetapi untuk membantu murid dalam segala aspek
pribadinya.
4. Bimbingan dan konseling adalah usaha memberi nasehat sebab kebanyakan dalam nasehat
unsur paksaan amat menonjol. Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada individu untuk mencapaia pemahaman diri dimana tidak dapat unsur
paksaan.
5. Bimbingan menghendaki kepatuhan dalam perilaku yang dikehendaki sebagai hasil
bimbingan dan konseling bukanlah kepatuhan, tetapi penyesuaian diri yang baik. Kepatuhan
tidak sama dengan penyesuaian diri.
6. Bimbingan adalah tugas para ahli dalam penyusunan program BK dan melaksanakan
konseling khusus, memang tugas para ahli (pakar). Akan tetapi tidak semua tugas bimbingan
adalah tugas para ahli melainkan guru-guru juga memberikan tugas dalam hal bimbingan dan
konseling.
C. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah sesuaia dengan tujuan pendidikan
sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun
1989 yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan
bertakwa kepada Tuhan Yng Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, meiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, keperibadian yang amantap dan mandiri,
serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kengasaan (Depdikbud, 1994:5).
Secara umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mengenal bakat,
minat, dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaiakan diri dengan kesempatan
pendidikan untuk merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Sesuai dengan hakekat bimbingan sebagai upaya untuk membantu perkembangan
kepribadian siswa secara optimal, maka secara umum layanan bimbingan di sekolah dasar
harus dikaitkan dengan kegiatan pendidikan, karena itu tujuan akhir bimbingan adalah
mengembangkan potensi siswa secara optimal agar mampu meningkatan perannya dalam
rangka menjawab tantangan kehidupan masa depan. Secara khusus layanan layanan
bimbingan bertujua membantu siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang
meliputi aspek pribadi-sosial, pendidikan dan karier sesuai dengan tuntutan lingkungan
(Depdikbud, 1994).
Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat
mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek dibawah ini, yaitu;
a. Dalam aspek perkembangan pribadi-sosial, layanan bimbingan bertujuan membantu siswa
agar;
1. Memiliki pemahaman sendiri
2. Dapat mengembangkan sikap positif
3. Membantu kegiatan secara sehat
4. Mampu mengahrgai orang lain
5. Memilki rasa tanggungjawab
6. Mengembangkan keterampilan hubungan pribadi
7. Dapat menyelesaikan masalah
8. Dapat membuat keputusan secara baik
b. Dalam aspek perkembangan pendidikan, layanan bimbingan membantu siswa agar;
1. Dapat melaksanakan cara-cara belajar yang benar
2. Dapat menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
3. Dapat mencapai prestasi belajar secara optimal, sesuai bakat dan kemampuan
4. Memilki ketermpilan untuk menghadapi ulangan atau ujian
c. Dalam aspek perkembangan karier layanan bimbingan membantu siswa agar dapat;
1. Mengenal macam-macam dan cirri-ciri dari berbagai jenis pekerjaan yang ada
2. Merencanakan masa depan
3. Membantu arah pekerjaan
4. Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan minat dengan jenis pekerjaan
5. Membantu mencapai cita-cita
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan pengertian dan tujuan bimbingan yang ingin dicapai, layanan bimbingan dapat
berfungsi sebagai berikut:
a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman diri yang
meliputi;
1. Pemahaman diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orangtua siswa, guru dan pembimbing;
2. Pemahaman tentang lingkungan siswa (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat),
terutama oleh siswa sendiri, orangtua siswa, guru, dan pembimbing;
3. Pemahaman tentang informasi (informasi pendidikan, karier, dan budaya/nilai-nilai)
terutama oleh siswa.
b. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan yang akan mengahsilkan terhindarnya siswa
dari berbagai permasalahan yang dapat mengahambat atau menimbulkan masalah dalam
proses perkembangan siswa.
c. Fungsi perbaikan, yaitu meskipun fungsi pemahaman dan pencegahan telah dilaksanakan,
Pada ketiga pola organisasi bimbingan di atas, tugas kepala sekolah adalah mengelola dan
membina penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di sekolahnya sehingga
pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah dituangkan dalam programprogramnya. Adapun bila dilihat dari statusnya, baik di sekolah maupun dalam organisasi
bimbingan konseling pada khususnya, maka fungsi kepala sekolah adalah sebagai
administrator dan supervisor. Sebagai administrator, kepala sekolah bertanggungjawab
terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah umumnya, khususnya program
layanan bimbingan dan konseling di sekolahnya. Karena posisinya yang sentral di dalam
sekolah, kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam pengembangan atau
peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolahnya.
a. Peranan dan Fungsi Guru Bidang Studi dalam Bimbingan Konseling
Tugas utama guru adalah mengajar, tetapi untuk keberhasilannya ia perlu bekerja sama
dengan petugas-petugas pupil personnel. Tugas guru dalam program bimbingan yang
sangat penting adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan murid-murid dapat
menyesuaikan diri dengan baik, di samping menciptakan lingkungan yang menyenangkan
bagi murid-murid. Menurut Santoso (2009:19) sehubungan dengan usaha menciptakan
lingkungan sekolah/kelas yang sesuai dengan azas-azas kesejahteraan jiwa, maka tugas guru
bidang studi adalah:
1. Menciptakan suasana kelas yang memungkinkan murid-murid merasa bebas untuk
menyatakan dirinya dan menunjukan usahanya sebagai individu maupun sebagai anggota
kelompok;
2. Mengembangkan rasa harga diri pada anak-anak dengan menghargai pekerjaan yang baik;
3. Mempunyai pengertian bahwa tingkah laku itu ada sebabnya (bisa dari sekolah, keluarga
dan masyarakat);
4. Mempunyai pengertian mengenai tingkah laku murid sehingga dapat menangani masalahmasalah disiplin dengan tepat;
5. Menghindari pemberian penghargaan yang berlebihan terhadap murid yang taat pada
peraturan dan menyadari bahwa murid yang tidak menimbulkan kesulitan mungkin
mengalami konflik emosional yang serius;
6. Mengetahui mana tingkah laku yang normal, mana yang kronis , dan bersedia untuk
menyerahkan murid yang kronis tersebut kepada spesialis;
7. Bersedia menerima kenyataan bahwa tiapmurid adalah berbeda dan ia akan mencapai hasil
sebanyak-banyaknya apabila ia mengetahui, memahami, dan merencanakan kegiatankegiatannya sesuai dengan kebutuhan itu.
8. Sedangkan tugas guru bidang studi yang berkenaan dengan pelaksanaan bimbingan di
sekolah adalah:
9. Mendeteksi adanya kesulitan yang dihadapi muridnya dalam penyesuaian diri dan
melaporkannya;
10. Membantu mengumpulkan informasi/data untuk cumulative record
11. Menjadi penghubungan antara sekolah dan orang tua murid;
12. Menghubungkan pelajaran dengan pekerjaan yang dicita- citakan murid;
13. Berpartisipasi dalam konferensi kasus (case-conference);
14. Memberikan informasi kepada murid-murid tentang hal-hal yang berkenaan dengan
program bimbingan.
b. Tugas dan Fungsi Konselor Sekolah
Jones dalam Dharma (2008:23) mengatakan bahwa tugas utama seorang konselor adalah
melakukan konseling. Apabila diberikan tugas-tugas lain maka akan mengaburkan sebutan
konselor itu sendiri. Beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang konselor anatar lain:
1. Pengetahuan dalam informsi mengenai pekerjaan, pendidikan dan sosial dan bagaimana
menggunakannya dengan counselee; Pendidikan dalam hal psikologis dan pandangan yang
luas mengenai sifat dan sebab-sebab dari kesulitan murid-murid;
2. Ketrampilan dalam menggunaka alat-alat dan teknik yang dipergunakan dalam analisis
individu; Membantu peserta didiknya untuk memahami kekuatan, kelemahan serta
kesempatan yang ada pada dirinya;
3. Untuk mendapatkan informasi mengenai individu-individu yang berguna bagi perencanaan
dan memimpin kegiatan kelas;
4. Dalam menggunkan test dan teknik-teknik evaluasi;
5. Menyelenggarakan bimbingan kelompok dalam merencanakan dan memimpin kegiatan
semacam itu;
6. Bekerja sama dengan guru-guru lain dalam memecahkan masalah-masalah murid;
7. Berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum sekolah;
8. Berpartisipasi dalam membantu program penataran bimbingan di sekolah;
9. Membantu sekolah dalam bekerjasama dengan masyarakat, yang meliputi;
10. Bertindak sebagai penguhubung antara sekolah dan masyarakat untuk mengusahakan agar
sumber-sunber pelayanan yang ada di masyarakat dapat dipergunakan oleh murid-murid dan
guru-guru;
11. Menginterpretasikan program sekolah terutama program bimbingan kepada masyarakat.
c. Tugas dan Fungsi Psikolog Sekolah
Tugas utama psikolog sekolah adalah melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan
diagnosis dan penyembuhan masalah atau kesulitan belajar yang nampak pada kurangnya
penyesuaian dalam belajar atau penyesuaian pribadi-sosial;
1. Bekerjasama dengan orang tua murid untuk memperbaiki hubungan orang tua dengan
anaknya;
2. Memberikan pelayanan-pelayanan khusus bagi anak yang berkelainan;
3. Menyelenggarakan in servis training bagi guru-guru mengenai aplikasi kesejahteraan jiwa
di sekolah;
4. Mengadakan riset, terutama mengenai pendekatan- pendekatan praktis terhadap masalahmasalah sekolah;
5. Berpartisipasi secara aktif dalam merumuskan kebijakan- kebijakan mengenai program
kesehatan sekolah dan membantusekolah dalam mengembangkan dan mengelola program
kesehatan;
6. Mengkoordinasikan penilaian kesehatan dari semua siswa dan mengidentifikasi kebutuhan
kesehatan siswa yang dapat menganggu belajarnya;
7. Mengkoordinasikan penyediaan P3K di sekolah
8. Mengkoordinasikan program sekolah dengan keseluruhan program kesehatan masyarakat.
F. Penerapan Program Bimbingan dan Konseling
Penenerapan program bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan kurikulum sangat
menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam
pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang dirumuskan. Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran
guru dalam kegiatan Bimbingan dan konseling, yaitu:
1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium,
studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lainlain.
3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement
untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta
(kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajarmengajar.
Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan.
5. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
6. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Evaluator, guru
mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun
tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau
tidak.
G. Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Penilaian suatu program berarti mengadakan pertimbangan secara sistematis tentang
efektifitas suatu kegiatan yang berkitan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan norma yang
khusus. Penilaian sistematis suatu program menghasilkan beberapa nilai terhadap individu
yang berhubungannya dengan sebuah layanan sering juga pengembangan program itu sendiri.
Karena itu bimbingan masa depan sangat tergantung pada dat-data kongkrit mengenai
keuntungan dan keterbatasannya. Evaluasi program bimbingan bersifat keharusan karena
efektivitasnya harus diketahui dan program itu sendiri harus dikemabngkan. Karena itu
penilaian secara kontinu harus diadakan karena kepeutusan mengenai personel, waktu,
aktifitas dan lainnya harus dibuat. Penilaian secara sistematis sangat diperlukan sebagai dasar
pengembangan program itu sendiri.
Selanjutnya Sukardi (1990:47) menyatakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah dimaksudkan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk
menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksaan program
bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan
tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan. Berdasarkan pengertian
tersebut, dapatlah dirumuskan bahwa;
1. Evaluasi pelaksanakan program bimbingan dn konseling merupakan suatu usaha untuk
menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling demi peningkatan mutu
program bimbingan dan konseling.
2. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling ialah suatu usaha penelitian,
dengan cara mengumpulkan data secara sistematis, menarik kesimpulan atas dasar data yang
diperoleh secara onjektif, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah
perbaikan, pengembangan, dan pengarahan staf.
Secara umum penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
bertujuan untuk:
1. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
2. Mengetahui tingkat efesiensi dan efektivitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
a. Jenis Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling di Sekolah
1. Evaluasi Peserta didik (input)
Untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan konseling di sekolah,
maka pemahaman terhadap peserta didik yang mendapatkan bimbingan dan konseling
penting dan perlu. Pemahaman mengenai peserta didik perlu dilakukan sedini mungkin.
Dengan pemahaman terhadap peserta didik ini dapat dipakai untuk mempertimbangkan hasil
pelaksanaan program bimbingan bila dibandingkan dengan produk yang dicapai. Evaluasi ini
mulai dari layanan pengumpulan data pada saat peserta didik diterima di sekolah
bersangkutan.
2. Evaluasi Program
Jenis evaluasi program ini dilakukan demi untuk peningkatan mutu program bimbingan dan
konseling sekolah. penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dibagi menjadi
beberapa kegiatan layanan, yaitu; (1) layanan kepada peserta didik, (2) layanan kepada guru,
(3) layanan kepada kepala sekolah, (4) layan kepada orang tua siswa/ masyarakat. Jenis
evaluasi pelaksanaan program ini memerlukan alat-alat/instrumen evaluasi yang baik.
3. Evaluasi Proses
Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam program bimbingan dan konseling di
sekolah, dituntut proses pelaksaan program bimbingan yang mengarah kepada tujuan yang
diharapkan.
4. Evaluasi Hasil
Jenis evaluasi pelaksanaan program ini diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang
diperoleh seseorang yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan bimbingan dan melalui
peninjauan terhadap kegiatan itu sendiri. Peninjauan evaluatif itu memusatkan perhatian pada
efek-efek yang dihasilkan sesuai dengan tujuan-tujuan bimbingan yang dikenal dengan nama
evaluasi produk atau evaluasi hasil. Jadi untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan
dari pelkasanaan program bimbingan di sekolah dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
b. Prinsip-prinsip Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Menurut Gibson dan Mitchell (1981), mengemukakan seberapa prinsip yang semestinya
diperankan dalam penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling,
sebagai berikut:
1. Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan terhadap tujuan-tujuan program.
2. Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria pengukuran yang jelas.
3. Evaluasi yang melibatkan berbagai unsur yang profesional.
4. Evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan, berarti bahwa evaluasi
program bimbingan dan konseling bukan merupakan kegiatan yang bersifat isidental,
melainkan proses kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan.
c. Metode/pendekatan Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan konseling
Pendekatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan
berbagai cara dan kegiatan. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelenggarakan
evaluasi pelaksanaan program bimbingan konseling diantaranya:
1. Metode survei, metode ini dimaksudkan guna mendapatkan data tentang lingkungan,
pengelolaan, sikap dan pandangan personel sekolah, sikap dan pandangan siswa terhadap
program bimbingan. Jadi, metode survei ini merupakan usaha untuk mengenal keadaan
sesunggguhnya dari suatu sekolah dengan secara menyeluruh sebagaimana adanya.
2. Metode observasi, sebelum melaksanakan observasi dibutuhkan suatu rencana yang terinci,
yang mencakup perilaku-perilaku siswa yang diamati oleh siapa akan diamati, akan direkam
dengan cara yang bagaimana, dan akan diberi interpretasi evaluatif menurut apa. Dengan
demikian, perencanaan yang rinci, pembuatan pedoman atau kriteria dan keterlibatan lebih
dari satu orang dalam observasi akan diperoleh data yang lebih terarah, tepat, dan objektif.
3. Metode eksperimental, metode ini dimaksudkan untuk mempelajari satu kelompok atau
lebih yang menyangkut apakah tujuan layanan yang diharapkan itu dapat tercapai atau belum
dan apakah layanan tersebut efektif dan efisien atau tidak.
4. Metode studi kasus, metode ini digunakan untuk mengumpulkan dta mengenai keadaan
seseorang siswa dijadikan objek studi kasus. Metode ini cukup banyak memakan waktu, akan
tetapi memiliki beberapa keuntungan tertentu.
d. Sumber Data/informasi Kriteria Penilaian Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling
Adapun sumber data yang perlu dihubungi, sangat tergantung pada jenis data atau informasi
yang diperlukan. Sumber-sumber data yang dapat dihubungi diantaranya:
1. Kepala sekolah
2. Wakil kepala sekolah
3. Koordinator bimbingan dan konseling
4. Konselor sekolah
5. Guru mata pelajaranaa
6. Personel sekolah lainnya
7. Siswa dan teman dekatnya
8. Orang tua dan masyarakat
9. Para ahli atau lembaga-lembaga yang terkait.
e. Hambatan-hambatan dalam Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Koseling di
Sekolah.
Ada beberapa hambatan yang dirasa sampai saat ini dalam evaluasi pelaksanaan program
bimbingan dan koseling di skolah diantaranya:
1. Pelaksana-pelaksana bimbingan di sekolah tidak mempunyai waktu yang cukup memadai
untuk melaksanakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan koseling.
2. Pelaksana-pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah memiliki latar belakang
pendidikan yang sangat bervareasi baik ditinjau dari segi jenjang mauapun programnya,
sehingga kemampuannyapun dalam mengevaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling sangat bervaresi termasuk dalam menyusun, membakukan dan mengembangkan
instrumen evaluasi.
3. Belum tersedianya alat-alat atau instrumen evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah yang valid, reliabel, dan objektif.
4. Belum diselenggarakannya penataran, pendidikan atau pelatihan khusus yang berkaitan
tentang evaluasi pelaksaan program bimbingandan konseling pada umumnya, dan
penyusunan dan pengembangan instrumen evaluasi pelaksaan program bimbingan dan
konseling di sekolah.
5. Penyelenggaraan evaluasi membutuhkan banyak waktu dan uang.
6. Belum adanya guru inti atau instruktur bimbingan dan konselinga yang ahli dalam bidang
evaluasi pelaksaan program bimbingan dan koseling di sekolah.
Daftar Rujukan
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah DiRektorat
Pendidikan Umun.1994. Kurikulum SLTP:
Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Depdikbud.
Dharma, Surya. 2008. Bimbingan dan konsleing di
Sekolah. Jakarta:Direktorat Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional.
Djoko Budi Santoso. 2006. Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling di sekolah. Malang: UM FIP Program
Studi Bimbingan dan Konseling.
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan
Program Bimbingan Konseling di Sekolah.
Jakarta:Rineka Cipta.
Depdiknas. 2007. Manajemen Layanan Khusus Sekolah.
Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Kusmintardjo. 1992. Pengelolaan Layanan Khusus di
Sekolah (Jilid 1). Malang:OPF IKIP Malang.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2001. Buku Ajar
Manajemen Layanan Khusus di Sekolah.
Malang:Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu
Pendidikan Jurusan Administrasi Pendidikan.
LAYANAN KOPERASI SEKOLAH
A. Pengertian Koperasi Sekolah
Menurut istilah koperasi berasal dari bahasa Inggris : Coperation sedangkan, Coperation
berasal dari dua kata: Co yang artinya bersama dan Operation yang artinya usaha. Jadi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggota orang seseorang atau badan hokum koperasi
dengan melandaskan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.
Tetapi jika ditinjau dari sejarah perkembangan koperasi, pengertian koperasi ini menyangkut
masalah yang lebih luas, tidak hanya sekedar kumpulan orang-orang yang dengan kerjasama
membentuk perserikatan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Orang yang
masuk dalam kelompok itu sebenarnya masing-masing mempunyai masalah, yaitu masingmasing dalam kesulitan ekonomi yang tidak bisa diatasi sendiri-sendiri. Alasannya mudah
sekali, karena jika mereka sendiri bisa mengatasi kesulitannya maka mereka tidak
membutuhkan kerjasama dengan membentuk perserikatan.
Jadi ditinjau dari beberapa pengertian tentang koperasi dapat diambil kesimpulan tentang
pengertian koperasi sekolah yaitu sebuah organisasi yang dibentuk yang beranggotakan
semua warga sekolah dan mempunyai tujuan untuk memberdayakan anggotanya dan
dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
B. Masalah dan Kebutuhan Koperasi Sekolah
1. Masalah
Koperasi sekolah merupakan layanan yang dibentuk oleh sekolah dan sebagai alat untuk
berlatih siswa untuk menjalankan perekonomian sebelum terjun dimasyarakat. Sehingga
dalam hal ini biasanya yang menjadi masalah penting untuk menjalankan koperasi sekolah
merupakan masalah pembiayaan atau permodalan karena koperasi tersebut sebagian besar
anggotanya masih berstatus pelajar yang notabenenya belum bisa menghasilkan uang. Jadi
oleh karena itu permodalan utama biasanya menggunakan iuran sukarela dari para anggota,
tetapi jika mulai masuk anggota harus mengeluarkan uang yang disebut simpanan wajib,
simpanan wajib tersebut merupakan jaminan jika anggota yang bersangkutan itu keluar maka
simpanan wajib tersebut akan dikembalikan.
Kebanyakan faktor penyebab kegagalan sebuah koperasi adalah tidak adanya transparansi
dari pengurus inti koperasi dalam memberikan laporan tentang keuangan sehari-hari yang
menyebabkan timbulnya kecurigaan dari pada anggota koperasi yang lain.
2. Kebutuhan Koperasi Sekolah
Barang yang sangat dibutuhkan untuk melengkapi dalam membangun sebuah koperasi
sekolah.
a. Makanan makanan yang harganya mampu dijangkau oleh para siswa, buku tulis, buku
gambar,pinsil,sitip,penggaris,dan alat-alat gambar lainnya.
b. Adanya foto copy dan alat-alat lainnya untuk membuat kliping-kliping.
c. Data nama barang dan harga barang yang dibutuhkan dalam koperasi sekolah
Nama Barang Harga Barang
Pulpen 2500
Pensil 1000
Keruan 1000
Penghapus 1500
Buku 2500
Stipo 3500
Busur 1000
Jangka 7000
Penggaris 1000
Buku Kotak-kotak 2500
Stabilo 3500
Spidol 6000
Spidol Permanen 5500
Penggaris Ujian 1000
Pulpen Kaligrafi 12000
Gunting 2500
Kartun 2000
Kertas HVS 10 lembar 1000
Kertas Jeruk 1000
Tulang Sampul 500
Sampul Buku 5 lembar 500
Sampul Plastik 5 lembar 500
C. Tujuan dan Fungsi Koperasi Sekolah
1. Tujuan Kopersi Sekolah
Tujuan koperasi sekolah adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tata perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan pembentukan koperasi sekolah
di kalangan Guru dan siswa dilaksanakan dalam rangka menunjang pendidikan siswa dan
latihan berkoperasi. Dengan demikian, tujuan pembentukannya tidak terlepas dari tujuan
pendidikan dan program pemerintah dalam menanamkan kesadaran berkoperasi sejak dini.
Dan tujuan koperasi juga ada yaitu sebagai berikut:
a. Mendidik dan menanamkan kesadaran hidup bergotong royong serta memupuk rasa setia
kawan di kalangan siswa
b. Memupuk rasa cinta kepada sekolah dan menanam sifat disiplin dikalangan siswa.
c. Menanamkan rasa tanggung jawab dikalangan siswa dan membiaakan hidup bergotong
royong di masyarakat.
d. Mengembangkan dan mempertinggi pengetahuan dan ketrampilan para siswa dalam
berkoperasi.
e. Memelihara hubungan baik dan kekeluargaan dilingkungan siswa.
f. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi para siswa
2. Manfaat Koperasi
Bila mendapatkan barang yang kita perlukan untuk keperluan sekolah dengan adanya
koperasi sekolah, kita bisa menjaga hubungan kebersamaan dan kekurangan. Dan adanya
koperasi sekolah secara tidak langsung akan membantu siswa dalam rangka meningkatkan
belajar. Contohnya jika siswa memerlukan peralatan sekolah maka siswa tersebut dapat
membelinya dikopearsi sekolah, disamping siswa tidak kehilangan waktu dan jarak untuk
membeli peralatan tersebut koperasi sekolah juga bisa melatih anggotanya untuk menjalankan
Daftar Rujukan
Ali, Rahmat. 1983. Koperasi. Jakarta. PT. Sastra Hudaya.
Arifin, Tamy. 2010. Pers, koperasi sekolah.
http://www.google.com. (diakses pada hari jumat
tanggal 23 April 2010)
M. D. Sagimun. 1984. Koperasi Sokoguru Ekonomi
nasional Indonesia. Jakarta. PT Inti Idayu
Press, dan Yayasan Masagung.
Sitio, Arifin. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta.
Erlangga
LAYANAN KEAMANAN DAN PERPARKIRAN SEKOLAH (KPS)
A. Pengertian Layanan Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)
Menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin sangatlah penting agar siswa dapat
mencapai prestasi yang terbaik dan guru dapat menampilkan kinerja yang terbaik. Sekolah
yang aman, nyaman dan disiplin adalah sekolah yang warga sekolah yang bebas dari rasa
takut, kondusif untuk belajar dan hubungan antar warga sekolahnya positif. Sekolah yang
aman, nyaman, dan disiplin menyediakan lingkungan fisik (gedung, kelas, halaman) sekolah
yang bersih dan aman. Selain aspek keamanan fisik, kenyamanan atau disebut iklim sekolah,
yaitu menyangkut atmosfir, perasaan, lingkungan keseluruhan secara sosial dan emosional
sekolah juga harus diciptakan secara positif. Faktor yang mempengaruhi kenyamanan atau
iklim sekolah ini adalah hubungan atau keterikatan antar warga sekolah, interaksi antar warga
sekolah, rasa saling mempercayai dan saling menghargai antar warga sekolah. Bila keadaan
faktor-faktor tersebut tinggi maka semakin positif iklim sekolah tersebut.
Keamanan, kenyamanan dan kedisiplinan suatu sekolah ditentukan oleh nilai-nilai dan sikap
warga sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, komite sekolah. Pada
sekolah yang aman, warga sekolah mempunyai komitmen yang mendalam dalam
menciptakan dan menjaga sekolah. Insiden intimidasi, kekerasan diselesaikan dengan cepat,
efektif dan pemulihan hubungan antar warga sekolah cepat dipulihkan. Layanan Keamanan
sekolah adalah suatu bentuk layanan yang di berikan sekolah untuk mengamankan
lingkungan sekolah saat jam pelajaran berlangsung. Layanan keamanan merupakan salah satu
layanan yang penting dibutuhkan oleh peserta didik karena rasa aman saat berada di sekolah
akan berdampak pada proses belajar peserta didik. Salah satu bentuknya menurut Georgy R.
Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan melalui
kegiatan orang lain. Layanan keamanan adalah adanya satpam sekolah. Layanan ini, dapat
membantu peserta didik dalam hal menyangkut keamanan di sekolah.
Setiap orang pasti selalu melakukan perjalanan dalam kegiatan sehari-hari, sehingga orang
juga memerlukan kendaraan dalam setiap kegiatan perjalanannya, apabila berhubungan
dengan kendaraan maka tidak bisa terlepas dari layanan perparkiran yang memungkinkan
orang dapat melakukan kegiatannya dengan lancar tanpa binggung dengan kendaraannya,
selain itu layanan perparkiran juga dapat menata kendaraan agar terlihat lebih tertib dan agar
terlihat lebih tertata dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa layanan perparkiran
sekolah merupakan suatu layanan atau tempat untuk menitipkan sepeda maupun kendaraan
bermotor selama berada di sekolah. Perparkiran sekolah yang baik dapat terwujud jika ada
penataan kendaraan bermotor yang baik dan teratur sehinnga dengan penataan yang baik.
Pihak keamanan sekolah yang menjaga kendaraan bermotor (satpam) harus brtanggung jawab
untuk menjaga parkiran agar tidak ada kehilangan kendaraan bermotor, helm, spion, dan
sebagainya.
B. Masalah dan Kebutuhan Keamanan dan Sarana Perparkiran di Sekolah (KPS)
Pada mulanya layanan keamanan dan perparkiran di sekolah timbul karena adanya masalahmasalah seperti berikut ini:
1. Kurang amannya sistem keamanan sekolah sehingga sering terjadinya kehilangan
2. Kendaraan bermotor maupun sepeda belum tertata dengan baik sehingga terlihat tidak rapi
dan tertib
3. Kurangnya petugas ketertiban yang menertibkan siswa
4. Terkadang para petugas keamanan sekolah (satpam) lalai, ceroboh dan kurang bertanggung
jawab dalam menjalankan tugas
5. Kurangnya pengawasan terhadap peserta didik di luar kelas pada saat jam pelajaran
berlangsung
6. Tidak adanya pihak yang dapat bertanggung jawab mengenai ancaman dari pihak luar
sekolah.
7. Pengorganisasian tempat parkir yang membedakan tempat parkir guru dan siswa sehimgga
tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
C. Tujuan dan Fungsi Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)
Keamanan, kenyamanan dan kedisiplinan suatu sekolah ditentukan oleh nilai-nilai dan sikap
warga sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, dan komite sekolah. Pada
sekolah yang aman, warga sekolah mempunyai komitmen yang mendalam dalam
menciptakan dan menjaga sekolah. Insiden intimidasi, kekerasan diselesaikan dengan cepat,
efektif dan pemulihan hubungan antar warga sekolah cepat dipulihkan.
Dibawah ini ada beberapa tujuan keamanan di sekolah, yaitu:
1. Mengembangkan budaya sekolah yang positif dan fokusnya adalah pada keamanan di
lingkungan sekitar sekolah.
2. Membangun komunitas sekolah dengan cara saling menghargai, adil, menerapkan azas
persamaan dan inklusi agar tercipta suasana aman, tentram dan damai disekitar lingkungan
sekolah.
3. Mengatur dan mengkomunikasikan secara konsisten perilaku yang diharapkan.
4. Mengajar, memberi contoh dan mendorong prilaku sosial yang bertanggung jawab yang
memberi kontribusi terhadap komunitas sekolah
5. Memecahkan masalah secara damai menghargai perbedaan dan mengedepankan hak asasi
manusia.
6. Bertanggung jawab, dan bermitra dengan masyarakat, untuk memecahkan masalah
keamanan yang penting.
7. Berkerjasama untuk memahami bersama isu-isu tentang kekerasan terhadap siswa yang
lebih lemah, hukuman fisik, rasisme, ketidakadilan gender, dan berbagai ketakutan lainnya.
8. Merespon secara konsisten dan adil terhadap berbagai insiden dan menggunakan intervensi
untuk memperbaiki kerusakan fisik maupun psikis dan memperkuat hubungan dan
stakeholders yang lain perlu dilibatkan agar dapat didengar bagaimana pengalaman mereka
sehubungan dengan mewujudkan sekolah yang aman.
Tugas pertama dari komite ini adalah melakukan needs assessment mengenai keadaan
sekolah saat ini ditinjau dari segi keamanan. Berdasarkan penilaian awal ini, komite dapat
memperoleh pengetahuan mengenai kekuatan dan kelemahan sekolah dalam hal keamanan.
Berdasarkan hal ini rencana untuk mewujudkan sekolah yang aman. Untuk meningkatkan
keamanan sekolah, upaya harus difokuskan pada bangunan fisik sekolah, tata letak dan
kebijakan dan prosedur yang ada untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari dan
menyelesaikan masalah yang mungkin timbul.
Sekolah membuat atau mengadakan ekstrakurikuler Patroli Keamanan Sekolah (PKS) yang
merupakan wadah untuk belajar para peserta didik dalam mencari akar masalah keselamatan
dan keamanan maupun solusinya (pemecahan) di lingkungan sekolah dalam rangka
mendukung Proses Belajar Mengajar (PBM) unuk membangun jiwa solidaritas maupun
kepekaan sosial guna mewujudkan rasa aman dan nyaman pada kegiatan belajar mengajar.
Patroli Keamanan Sekolah (PKS) tugasnya sebagai pengawas atau pemantau tindakantindakan negatif para siswa, bila sudah keterlaluan dilaporkan kepada pihak guru. Tetapi PKS
sekarang juga ditugaskan sebagai pengatur lalu lintas, tetapi hanya di tempat-tempat dan jamjam tertentu. Jadi anggota PKS harus mengetahui peraturan-peraturan lalu lintas.
Pihak sekolah juga dapat menyelenggarakan seminar tentang pentingnya keamanan sekolah.
Seminar tersebut biasanya bisa dilakukan jika ada usulan dari pengurus OSIS kepada pihak
sekolah untuk menekankan betapa pentingnya keamanan sekolah dijaga oleh seluruh lapisan
warga sekolah.
E. Pelaksanaan Program Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)
Untuk mewujudkan sekolah yang aman perlu dilakukan beberapa langkah. Pertama, tugas
pertama dari komite ini adalah melakukan needs assessment mengenai keadaan sekolah saat
ini ditinjau dari segi keamanan. Berdasarkan penilaian awal ini, komite dapat memperoleh
pengetahuan mengenai kekuatan dan kelemahan sekolah dalam hal keamanan. Berdasarkan
hal ini rencana untuk mewujudkan sekolah yang aman. Untuk meningkatkan keamanan
sekolah, upaya harus difokuskan pada bangunan fisik sekolah, tata letak dan kebijakan dan
prosedur yang ada untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari dan menyelesaikan masalah yang
mungkin timbul. Bangunan sekolah, kelas, ruang lab, kantor, perpustakaan, lapangan olah
raga dan halaman sekolah harus direview. Selain itu, berbagai kebijakan dan prosedur juga
akses masuk sekolah harus dinilai kembali. Penggunaan teknologi untuk mencegah orang
masuk penyusup masuk dari luar seperti alarm, pagar, teralis harus dipertimbangkan.
Pencegahan ini harus distandarkan oleh sekolah dan standar-standar lain untuk mencegah halhal yang tidak diinginkan harus dibuat seperti membawa benda-benda tajam atau bendabenda lain yang berbahaya. Jalur komunikasi dan prosedur yang harus diikuti bila terjadi
kejadian pencurian atau pelanggaran lainnya harus dibuat.
Patroli Keamanan Sekolah (PKS) dapat menjalankan tugasnya dengan cara mengawasi atau
memantau tindakan-tindakan negatif para siswa, bila sudah keterlaluan PKS dapat
melaporkan kepada pihak guru. Tetapi PKS juga ditugaskan sebagai pengatur lalu lintas,
tetapi hanya di tempat-tempat dan jam-jam tertentu saja.
Dalam pelaksanaan layananan keamanan dan perparkiran di sekolah, maka pihak sekolah
perlu menciptakan suatu keamanan sekolah dengan cara:
1. Tata tertib sekolah tersosialisasi dengan baik dan ditegakkan.
2. Mewujudkan sekolah yang bersih dan sehat bagi warga sekolah melalui budaya sadar
bersih di sekolah.
3. Membina kerukunan antar warga sekolah melalui silaturahmi dan program kegiatan
bersama.
4. Meningkatkan keamanan sekolah selama 24 jam setiap hari.
5. Menjalin kerja sama yang erat dengan warga dan aparat setempat dalam menjaga
keamanan dan kekeluargaan.
6. Melaksanakan kegiatan sosial dalam lingkungan masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan lingkungan sekolah:
1. Halaman dijaga sedemikian rupa sehingga tidak ada batu-batu tajam, pecahan kaca yang
dapat membahayakan anak
2. Letak lapangan olah raga jangan terlalu jauh dari gedung sekolah dan jangan terlalu dekat
dengan jalan besar
3. Semua candela dan pintu diatur sedemikian rupa agar membuka kearah keluar
F. Program Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS) dan Kaitannya dengan Peningkatan
Belajar
Dalam program keamanan dan perparkiran, sekolah harus memperhatikan kenyamanan,
keamanann dan kedisiplinan agar dapat memperlancar Proses Belajar Mengajar (PBM).
Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Warga sekolah saling mendukung dan menghargai
2. Semua warga menerapkan disiplin yang efektif
3. Sekolah memberikan pembelajaran terbaik
4. Warga sekolah mengembangkan sikap persamaan, keadilan, dan saling pengertian
5. Perilaku dan sikap yang diharapkan sekolah diajarkan
6. Strategi pengelolaan prilaku yang menyimpang sifatnya supportif terhadap siswa
7. Adanya program penyembuhan/terapi
8. Adanya pemodelan/ contoh prilaku dan sikap yang diharapkan dari semua staf sekolah
9. Adanya hubungan yang baik antara sekolah dan orang tua, komite sekolah dan masyarakat.
Dengan karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam sekolah yang aman, nyaman,
dan disiplin dapat meningkatan peningkatan belajar pada peserta didik, dan guru juga dapat
lebih mudah dalam menjalankan tugas mengajar.
Dalam program keamanan dan perparkiran ini sekolah juga membentuk PKS agar lebih
membantu dan mempermudah kegiatan belajar mengajar dengan fungsinya sebagai
membantu mengkondisikan suasana belajar yang kondusif. Membantu menjadikan warga
belajar agar berperilaku tertib dan disiplin.
G. Tata Tertib dan Administrasi Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)
1. Peraturan Umum
a. Siswa wajib taat pada agama & mengamalkannya, harus membiasakan diri bertanggung
jawab, tekun belajar, memelihara kerukunan, tolong-menolong sesamanya, berdasarkan
kendaraan
f. Jika terjadi kecelakaan, razia dan yang lainnya maka hal itu di luar tanggung jawab sekolah
H. Evaluasi Program Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)
Berikut dapat dipertimbangkan untuk dipergunakan dalam mengevaluasi layanan keamanan
dan perparkiran sekolah sebagai salah satu kegiatan dari pengelolaan layanan sekolah:
1. Sekolah seharusnya mengoprasikan system keamanan dan perparkiran sendiri lebih baik
daripada mengadakan kontrak dengan pelayanan umum
2. Program keamanan dan perparkiran harus diarahkan oleh seorang pegawai yang
mempunyai kemampuan dan mempunyai cukup waktu untuk membantu semua operasi
3. Pada keadaan tertentu seharusnya ada orang lain menggantikan seorang penjaga parkir
4. Pengklasifikasian atau pengaturan pegawai-pegawai yang baik-baik yang seharusnya
digunakan guru-guru untuk menjaga keamanan sekolah
5. Semua peraturan dan semua ketentuan yang ditetapkan oleh pembuat peraturan harus
dipegang dan ditaati
6. Inspeksi oleh bagian petugas keamanan seharusnya dijadikan pedomandan semua
rekomendasi seharusnya juga digunakan
7. Pengaturan pegawai yang bertugas sebagai penjaga disekolah secara teratur seharusnya
diberikan ijin jika ada kepentingan lain
8. Sebuah rencana yang cukup memadai sebagai pedoman untuk mengerjakan atau
memperbaiki area parkir disekolah
9. Tentang pengaturan keamanan dan perparkiran sekolah siswa seharusnya diangkat oleh
dewan sekolah dan berguna dalam sertifikan dan pengklasifikasian pegawai
10. Tak seorangpun dari siswa disekolah ditunjuk supervisi, harus diijinkan untuk
mengamankan parkiran di dalam sekolah tersebut
Daftar Rujukan
Google. Layanan Perparkiran Dan Keamanan di Sekolah,
(Online), (http://Goggle.com/layanan /perparkiran/
keamanan/sekolah. diakses 22 April 2010)
Kusmintardjo. 1991. Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah
(Jilid1). Malang: UPT PUSTAKAAN UNIVERSITAS
NEGERI MALANG.
Paringadi. Djono. 2006. MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG
AMAN, NYAMAN DAN DISIPLIN, (Online), (http://media.
diknas.go.id/media/document/5117.pdf. diakses 22 April
2010)
Wikipedia. Keamanan Sekolah, (Online), (http://wikipedia.
com/keamanan/sekolah/2304. diakses 22 April 2010)
MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS
KAFETARIA SEKOLAH
A. Pengertian Kafetaria Sekolah
kafetaria tersebut tersedia informasi mengenai makanan yang tersedia hari ini dan esok
beserta kandungan gizinya. Sambil makan, peserta didik juga sekaligus dapat mengingat
kandungan gizi yang terdapat pada berbagai jneis makanan yang tersedia di kafetaria.
C. Tujuan dan Fungsi Kafetaria Sekolah
Tujuan layanan kafetaria secara umum adalah tersedianya wahana bagi peserta didik untuk
memenuhi energinya pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Secara khusus, tujuan
layanan kafetaria peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Agar peserta didik dengan mudah mendapatkan makanan dan minuman yang terjamin
kebersihan dan kesehatannya serta memadai kandungan gizinya.
2. Agar peserta didik dengan mudah mendapatkan makanan dan minuman yang sesuai
dengan daya jangkau uang sakunya
3. Agar peserta didik terhindar dari efek-efek negative yang ditimbulkan atau sebagai akibat
tersedianya warung-warung disekitar sekolah yang tidak dapat dikontrol oleh sekolah
4. Agar peserta didik dapat bersama-sama dengan teman sebayanya memanfaatkan kafetaria
sekolah sebagai wahana untuk belajar dan mendalami materi-materi yang diajarkan.
5. Agar tersedia wahana bagi peserta didik guna merancang kegiatan-kegiatan konsrtuktif
untuk mereka sendiri diluar wahana kelas
6. Agar peserta didik mengenal jenis makanan sederhana dan murah harganya tetapi tinggi
dan memadai kandungan gizinya.
7. Agar dapat dikembangkan cara-cara makan yang sesuai dengan etika pergaulan setempat.
Adapun fungsi layanan kafetaria sekolah meliputi fungsi normatif, edukatif, dan preventif.
Fungsi normative layanan kafetaria sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat dilatih cara makan yang baik sesuai dengan
etika setempat.
2. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat memahami cara makan dan etika maka yang
dianut oleh peserta didik lain yang berlainan kultur dengannya
3. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat dijaga agar makan dan minum yang tidak
terlarang
Fungsi edukatif kafetaria sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Melalui kafetaria sekolah peserta didik akan tau cara makan yang sehat.
2. Melalui kafetaria sekolah peserta didik akan tau jenis makanan murah yang mempunyai
kandungan gizi yang memadai.
3. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat dilatih makan dan minum dengan baik.
4. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat mengembangkan keterampilan sosialnya
sambil makan dan diminum
5. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat merancang kegiatan konstruktif.
6. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat mendiskusikan materi pelajaran dalam rangka
pendalaman
7. Melalui kafetaria sekolah peserta didik mendapatkan informasi dan pengetahuan baru yang
konstruktif dari temannya, dari koran, dan dari kafetaria itu sendiri.
Fungsi preventif layanan kafetaria sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mencegah peserta didik agar tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak dapat
dijamin kebersihan dan kesehatannya.
2. Mencegah peserta didik agar tidak menjadikan warung disekitar sekolah sebagai tempat
untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran
3. Mencegah peserta didik tidak mengkonsumsi makanan dan minuman terlarang yang dapat
mengganggu dan membahayakan kesehatan mereka.
4. Menempatkan peserta didik pada tempat yang mudah pengontrolannya.
D. Prinsip-Prinsip Kafetaria Sekolah
Ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam layanan kafetaria antara lain (Imron,
1995: 172):
1. Prinsip keterjangkauan. Makanan dan minuman yang disediakan di kafetaria sekolah
haruslah terjangkau oleh uang saku peserta didik dengan aneka ragam latar belakang
ekonomi. Prinsip ini harus dipedomani, karena jika tidak bisa bertentangan dengan misi
layanan kepada peserta didik.
2. Prinsip pendidikan. Dimana layanan kafetaria yang disediakan kepada peserta didik
haruslah dalam kerangka pendidikan kepada peserta didik. Berarti, layanan kafetaria peserta
didik tidak banyak diorientasikan ke profit atau sekedar mencari keuntungan. Pedoman atas
prinsip pendidikan ini membawa implikasi luas dalam pelayanan kafetaria. Ia harus
senantiasa menjadikan peserta didik semakin baik dilihat dari sisi pendidikan dalam
pengertian seluas-luasnya.
3. Prinsip kooperatif. Penyelenggaraan layanan kafetaria haruslah memungkinkan kerjasama
yang baik antara peserta didik dengan pengelola yang terdiri dari personalia sekolah atau
orang lain yang ditunjuk. Pedoman prinsip ini, menjadikan penyebab harga-harga yang
ditawarkan oleh kafetaria kepada peserta didik haruslah didasarkan atas kesepakatankesepakatan yang dibangun sebelumnya. Kafetaria tidak menentukan harga sepihak,
sebaliknya peserta didik juga tidak boleh mengadakan penawaran sepihak yang menyebabkan
kafetaria rugi dan tidak dapat melanjutkan usahanya.
4. Prinsip membantu peserta didik. Kafetaria yang diadakan oleh sekolah bermaksud
memberikan layanan kepada peserta didik. Jika prinsip ini tidak dapat dijalankan dengan
baik, maka sebaiknya jika kafetaria ditiadakan. Pemedoman prinsip ini akan menjadikan
peserta didik dapat memesan makanan dan minuman justru disaat-saat mereka membutuhkan.
5. Prinsip kesehatan. Prinsip ini menekankan agar makanan dan minuman yang tersedia
haruslah terjamin kebersihan dan kesehatannya. Makanan yang terjamin kesehatan dan
kebersihannya dapat menjadikan peserta didik terdukung kegiatan belajarnya. Pemedoman
prinsip ini menjadikan penyebab bahwa kafetaria sekolah tidak akan menjual rokok,
minuman keras dan yang mempunyai kadar alcohol serta makanan lain yang tidak baik untuk
kesehatan.
E. Pelaksanaan Program Kafetaria Sekolah
Pelaksanaan program kafetaria sekolah dapat diterapkan dengan jenis layanan kafetaria yang
dapat dikembangkan di sekolah antara lain:
1. Sistem dilayani, sistem ini peserta didik dapat memesan makanan atau minuman yang ia
inginkan. Kelebihan dari sistem layanan ini adalah bahwa keamanan makanan dan minuman
dari mereka yang nakal akan terjamin, oleh karena peserta didik hanya dapat mengambil
makanan berdasarkan apa yang ia pesan kepada petugas. Sistem dilayani ini ada dua macam
yaitu:
a. Pemesan duduk ditempat sedangkan petugas kafetaria mengantarkan jenis makanan dan
minuman kemeja dan tempat duduk pemesan. Setelah makan dan minum pemesan kemudian
membayar ke tempat kasir setelah membayar pemesan kemudian boleh keluar dari kafetaria.
b. Pemesan membawa baki sendiri kedepan petugas kafetaria, kemudian petugas kafetaria
meletakkan jenis makanan dan minuman yang dipesan diatas baki. Selanjutnya pemesan
membawa baki yang diatasnya sudah ada makanan dan minuman kearah kasir untuk
membayar. Setelah membayar, pemesan membawa makanan dan minuman yang ada dibaki
ke meja dan tempat duduk yang telah tersedia. Selesai makan dan minum pemesan kemudian
keluar dari kafetaria.
2. Sistem melayani sendiri atau swalayan (Self Service). Sistem melayani sendiri adalah suatu
sistem dimana peserta didik dapat mengambil makanan sendiri yang ia sukai dan tersedia di
kafetaria tersebut. Ada dua macam sistem ini, yaitu:
a. Sistem memasukkan koin, dimana disuatu tempat telah tersedia makanan dan minuman,
untuk mengambilnya harus dengan memasukkan sejumlah uang atau koin. Jika sejumlah koin
yang ditentukan dimasukkan ketempat yang ditunjuk, maka keluarlah makanan dan minuman
yang diinginkan, sebaliknya jika koin atau uang yang dimasukkan masih kurang ia akan
keluar lagi sebagai tanda penolakkan dari mesin yang telah disediakan.
b. Sistem dimana peserta didik dapat mengambil makanan dan minuman yang disediakan.
Makanan dan minuman yang sudah diambil, harus ditempatkan pada suatu tempat ( misalnya:
piring) dan kemudian dibawa ke kasir untuk dibayar. Setelah membayar, peserta didik dapat
membawanya ketempat duduk dan meja yang tersedia. Barulah ia boleh memakannya.
Setelah makan, peserta didik bebas keluar dari kafetaria.
3. Sistem warung, ialah suatu sistem yang lazim berlaku pada warung-warung. Dalam sistem
ini, ada beberapa jenis makanan dan minuman yang memesan dahulu sebelum memakan dan
meminumnya, tetapi sebaliknya ada jenis makanan tertentu yang tinggal mengambil saja
tanpa memesan terlebih dahulu. Bahkan ada yang sebagian mengambil sendiri dan sebagian
dipesan meskipun dalam satu porsi. Pembayaran dilakukan menurut kehendak pembeli, jika
pembeli mau membayar setelah makan tidak apa-apa, sebaliknya jika pembeli menyerahkan
uangnya terlebih dahulu juga diperbolehkan. Pada sekolah-sekolah kita, sistem warung ini
yang paling banyak dipergunakan. Alasannya selain lebih mudah ternyata memang sudah
menjadi kebiasaan masyarakat kita.
4. Sistem Bon. Dalam sistem ini peserta didik bebas makan dan minum di kafetaria dan tidak
harus membayar pada saat itu juga. Dalam sistem ini, setelah memesan makan dan minum
kemudian ia mencatat dibuku yang telah disediakan setelah sebelumnya ia bertanya kepada
petugas mengenai harganya. Atau melapor kepada petugas mengenai makanan dan minuman
yang baru saja dimakan dan diminum. Kemudian petugas menginformasikan harganya dan
mencatat pada buku yang tersedia. Sistem pembayaran dapat dilakukan terlebih dahulu dan
dapat dilakukan kemudian. Sistem pembayaran terdahulu dilakukan dengan cara: peserta
didik menitipkan sejumlah uang yang kira-kira cukup untuk satu bulan. Sistem pembayaran
kemudian dilakukan dengan cara: peserta didik haru membayar sejumlah uang sesuai dengan
rekening tagihannya.
F. Program Kafetaria Sekolah dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar
Kafetaria/warung/kantin sekolah secara tidak langsung mempunyai kaitan dengan proses
belajar-mengajar di sekolah. Adakalanya proses belajar-mengajar tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya karena siswa lapar dan haus. Ketika proses pendidikan di sekolah
banyak sekali energy yang dikeluarkan oleh peserta didik. Energi tersebut tidak hanya
bersifat fisik melainkan juga untuk kegiatan fisikis. Aktifitas pikir yang dilakukan oleh
peserta didik untuk mencerna materi-materi pelajaran yang diberikan dan buku-buku teks
yang ditunjuk banyak menyita tenaga dan energi peserta didik. Oleh karena itu tidak jarang
setelah aktifitas belajar-mengajar berlangsung khusunya istirahat, peserta didik merasa lapar.
Hal demikian diperlukan pemberian layanan kafetaria kepada peserta didik.
Di kantin-kantin dan warung sekitar sekolah tidak jarang dijadikan pos bagi peserta didik
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak edukatif. Karena ada larangan merokok di
sekolah, peserta didik sering merokok di kantin atau warung sekitar sekolah, bahkan peserta
didik seringkali mengadakan rencana-rencana yang tidak edukatif di warung-warung sekitar
sekolah. ada juga mereka yang mombolos yang bersembunyi di kantin atau warung sekitar
sekolah, bahkan mereka terkadang juga terlibat minuman keras di warung yang tidak mudah
dikontrol oleh lingkungan sekolah. Oleh karena itu layanan kafetaria kepada peserta didik
dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan yang sering terjadi diluar
pengawasan sekolah. Kafetaria sekolah sangat bagus jika disediakan koran atau majalah
sehingga dapat dibaca oleh mereka yang beristirahat dan ingin mengisi waktu istirahatnya
sambil menikmati makanan yang tersedia. Sehingga peserta didik dapat memperoleh
tambahan pengetahuan dari berita dan artikel-artikel yang ia baca. Selain itu juga makanan
yang tersedia di kafetaria terjamin atas gizi dan kebersihannya sehingga dapat meningkatkan
semangat belajar siswa.
G. Tata Tertib dan Administrasi Kafetaria Sekolah
Kafetaria/warung/kantin sekolah tidak harus diadministrasikan oleh sekolah, tetapi dapat
diadministrasikan oleh pribadi di luar sekolah atau oleh darma wanita sekolah. Namun
kafetaria/warung/kantin sekolah ini tidak boleh terlepas dari perhatian kepala sekolah. Kepala
sekolah harus memikirkan atau mengupayakan kehadiran kafetaria/warung/kantin sekolah itu
mempunyai sumbangan positif dalam proses belajar-mengajar anak di sekolah.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam administrasi kafetaria itu adalah (Darwoto,
2010):
1. Administrasi kafetaria/warung/kantin sekolah harus menjaga kesehatan (higienitas)
masakan-masakan yang dijajakan kepada siswa.
2. Kebersihan tempat juga harus menjadi pertimbangan utama, karena kebersihan diharapkan
dapat menjauhkan penyebaran hama penyakit.
3. Makanan-makanan yang disediakan hendaknya makanan yang bergizi tinggi, dan bilamana
perlu dapat menambahkan vitamin-vitamin yang diperlukan siswa pada umumnya.
4. Harga makanan-makanan hendaknya dapat dijangkau atau sesuai dengan kondisi ekonomi
siswa.
5. Usahakan agar kafetaria/warung/kantin sekolah tidak memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlama-lama atau nongkrong. Kondisi yang demikian akan menyokong
munculnya perilaku-perilau negatif.
Daftar Rujukan
Pandiangan, Ernest. 2009. Kantin Sekolah Al-Azhar
Sehat dengan Menu Bervariasi. (http://ernest.alazhar.wordpress.com. Diakses tanggal 2April 2010)
Darwoto. 2010. Administrasi Pelayanan Khusus. (http://
darwoto.wordpress.com/2010/03/17/administrasipelayanan-khusus/, diakses pada tanggal 23 April
2010).
Imron, Ali. 1995. Manajemen Peserta Didik di Sekolah.
Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang,
Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas.
Lampiran
MANAJEMEN LAYANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
A. Pengertian Perpustakaan Sekolah
Menurut Kusmintardjo (1992/1993: 25) menjelaskan bahwa perpustakaan berasal dari
pustaka dalam bahasa Jawa Kawi yang berarti buku, naskah, karya tulis. Perpustakaan
berarti: dibukukan, ditulis. Pustaka mendapat awalan per- dan akhiran an, juga berarti
tempat, atau kumpulan. Perpustakaan dalam bahasa Inggris disebut Library, juga berasal dari
kata liber atau libri (Latin), yang berarti kulit dari batang pohon di bawah kulit luar atau
kitab, risalah. Veterum libri adalah kitab-kitab klasik. Dalam bahasa Perancis, perpustakaan
disebut Bibliotheque. Dalam bahasa Jerman dinamakan Bibliothek, dan dalam bahasa
Belanda dinamakan Bibliotheek. Kalimat-kalimat tersebut berasal dari kata Biblos (Yunani)
yang berarti Papyrus (rumput yang ditumbuk, dikeringkan menjadi bahan untuk ditulisi),
kemudian berubah menjadi Biblion yang artinya tempat. Jadi, Bibliotheke berarti tempat atau
kumpulan buku.
Banyak pendapat tentang apa yang disebut perpustakaan atau library, tetapi dalam prinsipnya
memiliki arti yang sama. Dalam Encyclopedia Britania, dijelaskan bahwa perpustakaan
adalah koleksi buku-buku, baik yang dicetak ataupun dalam bentuk tulisan. Dalam
Encyclopedia Americana, dijelaskan bahwa perpustakaan adalah kumpulan buku-buku yang
terdiri dari bermacam-macam nama dan ditulis dalam bermacam-macam bahasa.
Elizabeth H. Thomson dalam bukunya ALA Glassary of Library terms, mengatakan bahwa:
perpustakaan adalah suatu ruangan atau gedung tempat menyimpan koleksi buku-buku dan
sejenisnya, yang diorganisir dan diadministrasi sebagai bahan bacaan, memperoleh informasi
dan belajar.
Sedangkan Moxam dalam bukunya tentang ilmu perpustakaan mengatakan perpustakaan
adalah tempat pengumpulan pustaka atau kumpulan pustaka yang disusun dan diatur dengan
sistem tertentu dan tiap-tiap tulisan, sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat diketemukan
dengan mudah dan cepat. Dengan demikian, bukan sembarang kumpulan buku dapat kita
sebut perpustakaan, dan bukan sembarang tempat pengumpulan buku kita sebut
perpustakaan. Namun, kumpulan buku dan bahan pustaka lainnya itu harus diatur dan disusun
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang mempunyai tujuan tertentu. Bahan pustaka dapat
berupa buku, naskah, gambar, foto, slide, film, rontal, dan sebagainya.
Pengertian perpustakaan SMKN 1 Probolinggo adalah suatu tempat yang bertujuan untuk
menyimpan koleksi buku-buku yang diinginkan oleh pengguna. Jadi, perpustakaan sekolah
merupakan pusat masyarakat sekolah dalam mencari sumber informasi dan ilmu
pengetahuan.
B. Masalah dan Kebutuhan Perpustakaan di SMKN 1 Probolinggo
Masalah yang berkenaan dengan Perspustakaan di SMKN 1 Probolinggo yaitu sebagai
berikut:
1. Kekurangan buku referensi.
2. Peminjaman siswa dan guru tidak sama (masa peminjamannya tidak sama).
3. Buku-buku lama yang sudah tidak digunakan lagi, karena buku tersebut memakan tempat
antara lain:
1. Penyediaan infrastruktur
a. Lokasi dan Ruang
Perpustakaan adalah sebuah pusat kegiatan dan pusat belajar, oleh karena itu harus
memungkinkan untuk dapat mengakomodasi berbagai macam aktivitas intruksional pada
waktu yang bersamaan.
Selain ruang baca utama, tempat-tempat khusus yang mesti ada di perpustakaan adalah
sebagai berikut:
1. Ruang referensi (reference area)
2. Ruang bercerita (booktalking/storytelling area)
3. Ruang komputer (computer/technology area)
4. Ruang kelas (instructional/classroom area)
5. Ruang santai (quiet study/recreational reading area)
6. Ruang produksi ( multimedia production area)
7. Ruang pengolahan bahan pustaka (storage/processing workroom).
Akan lebih baik apabila perpustakaan memiliki ruang seminar atau konferensi serta ruang
kepanitiaan yang bisa menjamin privasi. Papan pengumuman/informasi serta ruang pamer
(display) sangat penting sebagai media informasi untuk menampilkan program-program
perpustakaan. Beberapa pertimbangan (standar) yang harus dipenuhi dalam membangun
infrastruktur perpustakaan sekolah:
1. Lokasi terpusat atau sentral, usahakan berada di lantai dasar
2. Akses dan kedekatan, dekat semua kawasan pengajaran
3. Pengawasan dan keamanan yang baik
4. Faktor kebisingan, paling sedikit di perpustakaan tersedia beberapa bagian yang bebas dari
kebisingan dari luar
5. Pencahayaan yang baik dan cukup, baik lewat jendela maupun lampu penerangan. Dengan
catatan cahaya tidak membuat silau dan sinar matahari tidak langsung
6. dekorasi cat yang menyejukan dan tidak membuat silau
7. Sirkulasi udara yang baik
8. Suhu ruangan yang tepat (misalnya, adanya pengatur suhu ruangan ataupun ventilasi yang
mencukupi, dianjurkan suhu ruangan sekitar 22 drajat Celcius dan kelembapan 45-50%)
untuk menjamin kondisi bekerja yang baik sepanjang tahun di samping preservasi koleksi
disain yang sesuai guna memenuhi kebutuhan penderita cacad fisik
9. Ukuran ruang yang cukup untuk penempatan koleksi buku, fiksi dan non-fiksi, buku
sampul tebal maupun tipis, suratkabar dan majalah, sumber non-cetak serta penyimpanannya,
ruang belajar, ruang baca, ruang komputer, ruang pameran, ruang kerja tenaga dan meja
perpustakaan
10. fleksibitas untuk memungkinkan keserbaragaman kegiatan serta perubahan kurikulum
dan teknologi pada masa mendatang
11. ruang baca mampu menampung 10 persen dari jumlah siswa
12. luas ruang diskusi: 2/3 x 10 persen x jumlah siswa x 1,5 meter persegi
13. ruang belajar: 2/9 x 10% x jumlah siswa x 2 meter persegi
14. ruang membaca santai: 1/9 x 10% x jumlah siswa x 1 meter persegi
15. ruang koleksi buku.Luas ruangan: jumlah eksemplar buku/400 x 1 meter (Sudah termasuk
jarak antar-rak)
16. ruang Penerbitan Berkala. Luas ruangan: jumlah eksemplar/76 x 1 meter persegi
b. Perabot dan Peralatan
Disain perpustakaan sekolah memainkan peran utama menyangkut bagaimana perpustakaan
melayani sekolah. Penampilan estetis perpustakaan sekolah memberikan rasa nyaman dan
merangsang komunitas sekolah untuk memanfaatkan waktunya di perpustakaan.
Perpustakaan sekolah yang dilengkapi secara tepat hendaknya memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Rasa aman
2. Pencahayaan yang baik
3. Didisain untuk mengakomodasi perabotan yang kokoh, tahan lama dan fungsional, serta
memenuhi peryaratan ruang, aktivitas dan pengguna perpustakaan
4. Didisain untuk menampung persyaratan khusus populasi sekolah dalam arti cara paling
restriktif.
5. Didisain untuk mengakomodasi perubahan pada program sekolah, program pengajaran,
serta perkembangan teknologi audio, video dan data yang muncul.
6. Didisain untuk memungkinkan penggunaan, pemeliharaan serta pengamanan yang sesuai
menyangkut perabotan, peralatan, alat tulis kantor dan materi.
7. Dirancang dan dikelola untuk menyediakan akses yang cepat dan tepat waktu ke aneka
ragam koleksi sumber daya yang terorganisasi.
8. Dirancang dan dikelola sehingga secara estetis pengguna tertarik dan kondusif dalam
hiburan serta pembelajaran, dengan panduan dan tanda-tanda yang jelas dan menarik
2. Penyediaan koleksi pustaka
IFLA (International Federation Library Association) membuat standar yang mesti dipernuhi
oleh perpustakaan sekolah, diantaranya adalah koleksi buku yang sesuai hendaknya
menyediakan sepuluh buku per murid. Sekolah terkecil hendaknya memiliki paling sedikit
2.500 judul materi perpustakaan yang relevan dan mutakhir agar stok buku berimbang untuk
semua murid. Paling sedikit 60% koleksi perpustakaan terdiri dari buku nonfiksi yang
berkaitan dengan kurikulum. Di samping itu, perpustakaan sekolah hendaknya memiliki
koleksi untuk keperluan hiburan seperti novel populer, musik, dolanan, komputer, VCD,
majalah dan poster. Materi semacam itu dipilihselain oleh guru, kepala sekolah, dan
pustakawanjuga bekerja sama dengan murid agar koleksi perpustakaan mencerminkan
minat dan budaya mereka, tanpa melintasi batas wajar standar etika.
3. Pengelola perpustakaan (SDM)
Pustakawan sekolah adalah tenaga kependidikan berkualifikasi serta profesional yang
bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaaan perpustakaan sekolah, didukung oleh
tenaga yang mencukupi, bekerja sama dengan semua anggota komunitas sekolah dan
berhubungan dengan perpustakaan umum dan lain-lainnya. Pade fase awal cukup diperlukan
pustakawan yang memiliki keterampilan dasar perpustakaan, seperti berikut:
a. Administrasi bahan pustaka (mulai dari stampling sampai pada shelfing)
b. Klasifikasi
c. Katalogisasi
d. Sirkulasi
e. Administrasi anggota
f. Statistik sirkulasi
4. Penerapan Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan Sekolah
6. Membuat suasana perpustakaan SMKN1 Probolinggo nyaman, bersih dan rapi gunanya
untuk memancing pengunjung agar betah di perpustakaan
G. Tata Tertib dan Administrasi di SMKN 1 Probolinggo
Agar maksud pendidikan disekolah dapat tercapai, maka layanan perpustakan peserta didik
haruslah senantiasa teratur, tertib dan memudahkan kepada peserta didik.hal demikian dapat
dicapai manakala para penggna perpustakaan yaitu peserta didik, guru dan karyawan bersedia
mentaati tata tertib perpustakaan. Apa saja yang harus tercantum dalam tata tertib
perpustakaan? yang harus tercantum adalah: persyaratan menjadi anggota dan pengguna
koleksi bahan pustaka, tata cara peminjaman, koleksi bahan pustaka,ketentuan mengenai
kapan perpustakaan dibuka dan ditutup ketentuan tentang jenis-jenis pelanggaran yang
dilakukan oleh pengguna berikut sangsinya, larangan-larangan yang harus di perhatikan oleh
pengguna perpustakaan dan sebagainya
Adapun persyaratan menjadi anggota perpustakaan sekolah lazimnya sebagai berikut
1. Peserta didik sekolah tersebut, yang di buktikan dengan kartu siswa.
2. Mendaftarkan diri kepada pustakawan sekolah,dengan mengisi formulir yang telah di
sediakan.
3. Melampirkan pasfoto untuk keperluan kartu tanda anggota, kartu peminjaman, dan arsip
4. Menandatangani surat perjanjian yang bersi bersedia menerima sanksi bila ternyata
pengguna perpustakaan melakukan pelanggaran.
5. Tata tertib peminjaman bahan pustaka adalah sebaga berikut:
a. Peminjam adalah anggota perpustakaan yang bersangkutan, atau mereka yang secara
khusus mendapatkan ijin dari kepala perpustakaan dan kepala sekolah.
b. Membawa kartu peserta didik atau siswa
c. Meminjam pada hari dan jam yang telah di tentukan
d. Maksimal koleksi bahan pustaka yang dipinjam sebanyak 2 buah
e. Batas pengembalian harus di perhatikan, misalnya 2 minggu
f. bersedia menjaga kebersihan dan keutuhan
g. Tidak boleh memberikan coretan pada koleksi bahan pustaka dalam bentuk apapun
h. Tidak di perkenankan menggunakan kartu anggota orang lain
i. Koleksi bahan pustaka referensi, tidak boleh di pinjam hanya diperkenankan di baca di
tempat.
j. Pelanggaran atas tata tertib dikenakan sanksi.
Adapun tata tertib yang ada di perpustakan SMKN 1 Probolinggo adalah sebagai berikut:
1. Pengunjung wajib mengisi Buku Daftar Kunjungan yang telah disediakan.
2. Pengunjung tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman saat di dalam
perpustakaan.
3. Berpakaian rapi dan sopan saat berkunjung ke perpustakaan SMKN 1 Probolinggo.
4. Tidak diperbolehkan memakai topi, jaket, serta membawa tas di dalam ruang perpustakaan.
5. Bagi pengunjung perpustakaan wajib ikut menjaga kebersihan selama di dalam ruangan
perpustakaan.
6. Perpustakaan SMKN 1 Probolinggo:
a. Buka pada jam 06.45-13.00 (untuk hari senin s/d sabtu)
b. Buka pada jam 06.45-11.00 (untuk hari jumat)
Sedangkan administrasi yang ada di perpustakaan SMKN 1 Probolinggo adalah sebagai
berikut:
atau guru untuk mempermudah akses ke dan dari sekolah. Ada beberapa masalah yang timbul
dalam pemenuhan sarana trasnportasi sekolah tersebut. Masalah-masalah tersebut antara lain
sebaai berikut:
a. Minimnya anggaran dalam memenuhi kebutuhan transportasi sekolah.
Dengan anggaran yang minim sulit bagi sekolah untuk mewujudkan adanya tranportasi
sekolah yang diharapkan karena kendala tersebut menjadi dasar untuk merealisasikan adanya
tranportasi sekolah. Meskipun ada anggaran, namun anggaran tersebut tidak diprioritaskan
untuk transportasi sekolah saja malainkan masih banyak kebutuhan-kebutuhan yang lain yang
membutuhkan anggaran.
b. Kurangnya armada transportasi sekolah.
Penambahan armada dan trayek itu juga sebagai langkah optimalisasi transportasi sekolah
karena sebagian besar para pelajar masih menggunakan angkutan umum sebagai media
transportasi mereka ke sekolah. Untuk itu, sekolah menilai keberadaan tranportasi sekolah
cukup membantu para pelajar. Dengan adanya rencana penambahan tranportasi sekolah maka
diharapkan banyaknya pelajar yang dapat menikmati layanan tranportasi sekolah tersebut
namun kenyataannya, tidak sedikit pelajar yang tidak terangkut akibat minimnya jumlah
armada tranportasi sekolah.
c. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya mengenai transportasi sekolah.
Secara prinsip program layanan tranportasi sekolah sangat baik karena untuk menunjang
kesejahteraan peserta didik, namun karena mahalnya biaya pengoprasian layanan tersebut
dapat menambah beban masyarakat yang harus menanggung biaya transportasi putra-putrinya
untuk pergi-pulang sekolah. Sehingga masih kurang berminatnya antusias masyarakat dalam
meningkatkan kualitas sekolah khususnya mengenai layanan transportasi sekolah.
d. Belum meratanya layanan transportasi sekolah disetiap sekolah.
Pengoperasian transportasi sekolah itu sebagai salah satu bentuk pelayanan yang diberikan
sekolah kepada siswa dalam wujud alat transportasi antar-jemput bagi peserta didik menuju
sekolah maupun pulang kerumahnya masing-masing. Disamping itu, masih banyak juga
sekolah yang belum mempunyai layanan transportasi sekolah sendiri. Hal ini merupakan
masalah yang harus segera diselesaikan oleh sekolah tersebut, guna memberikan layanan
transportasi yang diberikan kepada peserta didik secara maksimal. Dalam meningkatkan
kualitas pendidikan, pengoperasian transportasi sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan
pelayanan kepada pelajar dalam hal pemenuhan sarana transportasi sekolah, baik pada waktu
menuju ke sekolah maupun setelah selesai sekolah, sebab selama ini banyak pelajar yang
terlantar dalam perjalanannya menuju sekolah akibat harus berebut angkutan umum dengan
masyarakat. Oleh karena itu, sekolah harus berupaya memberikan layanan transportasi
sekolah agar peserta didik tidak lagi terlambat datang ke sekolah.
e. Mahalnya biaya layanan tranportasi sekolah bagi siswa yang tidak mampu.
Layanan transportasi sekolah dari segi biaya yang diberikan atau dikenakan kepada peserta
didik cukup mahal. Mahalnya biaya tersebut dikarenakan pengoperasian layanan transportasi
sekolah serta alat-alat onderdil dan biaya servis alat transportasi yang juga mahal. Hal ini
dapat menambah beban peserta didik yang harus menanggung biaya transportasi tersebut
untuk pulang-pergi sekolah. Sehingga masih kurang berminatnya antusias peserta didik
dalam meningkatkan kualitas sekolah khususnya mengenai layanan transportasi sekolah. Hal
ini dikarenakan, masih banyaknya peserta didik yang kondisi ekonominya lemah yang
menjadikan kendala bagi sekolah untuk mewujudkan layanan transportasi sekolah.
pada saat para peserta didik akan berangkat ke sekolah dan diakhiri dengan pemulangan para
peserta didik ke rumah masing-masing setelah selesai melaksanakan seluruh kegiatan belajar
di lingkungan sekolah. Dengan adanya layanan ini diharapkan para peserta didik bisa
berangkat sekolah dengan tepat waktu dan juga pulang sekolah sesuai dengan jam akhir
sekolah.
Untuk mengoptimalkan fungsi bus sekolah dalam memudahkan para pelajar menuju ke
sekolahnya yaitu dengan penambahan armada dan trayek itu juga sebagai langkah
optimalisasi bus sekolah. Selain itu tingkat keamana juga harus diperhatikan oleh karena itu
diharapkan, adanya lembaga yang ditunjuk untuk mengawasi pelaksanaan Bus Sekolah agar
berjalan sesuai tujuan dan fungsinya, dan yang terpenting adakah prosedur standar untuk
mencegah terjadinya kecelakaan. Dewan Transportasi Kota dan Komisi Nasional
Keselamatan Transportasi sudah memiliki standar pengawasan bus-sekolah?
Tentu harus ada standar untuk inspeksi, dan adalah sangat penting untuk memberi
pemahaman kepada para pelaksana pengawasan bahwa setiap kelalaian dalam menginspeksi.
Misalnya, hanya melihat kertas tanpa memeriksa keadaan fisiknya merupakan ancaman
serius bagi keselamatan penumpang bus-sekolah: anak-anak dan adik-adik kita.
Barangkali saja dari situ akan tercipta sistem yang ideal untuk dijadikan standar. Jika
dijadikan standar nasional, kalau belum cukup sebagai motivasi, siapkan saja aturan untuk
hak patent dan royaltinya.
Saat mencari contoh di negara lain, ada School Bus Safety Inspection yang diterbitkan oleh
Bus Safety Program Advisory Committee dari Motor Carrier Safety Bureau, Department of
Transportation, New York Amerika Serikat. Buku yang berisi checklist itu diperuntukkan
bagi para operator bus sekolah. Maka saat operator menyerahkan kendaraan untuk diperiksa
tidak ada tawar-menawar lagi, harus sesuai dengan checklist.
New York berada di posisi teratas dalam standar keamanan untuk bus-penumpang di Amerika
Serikat. Keberhasilannya disebabkan oleh banyak hal, di antaranya: dedikasi para individu
yang mengoperasikan, memelihara, dan menginspeksi kendaraan. Didukung juga dengan
adanya undang-undang seperti prosedur pengujian rem, kewajiban pengusaha untuk
menyediakan tempat kerja yang aman dari kecelakaan.
Inspeksi dilaksanakan secara periodik, sertifikatnya berlaku 6 bulan sejak diterbitkan dengan
kewajiban adanya proses maintenance dalam interval yang waktunya ditentukan dan diajukan
tertulis oleh operator kepada Komite. Di dalamnya juga tercakup prosedur pemeriksaan
sehari-hari oleh pengemudi.
Sebelum diserahkan untuk inspeksi, kendaraan harus sudah memenuhi standar ready for
passenger (barangkali label ini dikeluarkan oleh lembaga lain lagi), tidak boleh ada
perbaikan dan penyesuaian selama inspeksi berlangsung.
Jika memang sudah ada lembaga yang mengawasi pelaksanaan Bus Sekolah, ada baiknya
untuk diumumkan keberadaannya dan standar seperti apa yang digunakan. Akan banyak
manfaatnya bagi masyarakat. Masyarakat bisa ikut mengawasi karena mengetahui betul
standar apa yang harus diikuti operator; menumbuhkan kepercayaan orangtua; menjadi
pembelajaran bagi anak-anak untuk memahami praktek dan makna sesungguhnya dari suatu
peraturan dan undang-undang.
3. Administrator sekolah lokal harus menetapkan kendaraan penumpang poin bongkar muat
di sekolah yang terpisah dari zona sekolah bus loading.
G. Tata Tertib dan Administrasi Transportasi Sekolah
Berikut ini adalah beberapa tata tertib yang ada dalam tramportasi sekolah, yaitu:
1. Yang berhak menggunakan bus sekolah adalah guru, karyawan dan murid.
2. Bus sekolah beroperasi setiap hari kerja.
3. Waktu Operasi : Senin-Sabtu
Jam Operasi Bus Sekolah :
a. Pagi : 05.30 07.00
b. Siang : 11.00-13.00 (Jumat : 11.00-14.00)
c. Sore : 15.00-18.00
4. Pengunjung dilarang merokok, membawa senjata tajam dan minuman serta makanan pada
saat didalam bus sekolah.
5. Tidak diperkenankan mencorat coret atau merusak fasiltas yang ada didalam bus sekolah.
6. Dilarang membuat keramaian atau kegaduhan dalam bus sekolah karena akan menganggu
ketenangan pelajar lainnya.
7. Pelajar yang ingin naik bus sekolah harus menunjukkan KARTU PELAJAR.
8. Pelajar yang menggunakan KARTU PELAJAR BUS milik orang lain tidak dilayani.
9. Setiap pelajar harus duduk dengan rapi sesuai dengan tempat duduk yang disediakan.
10. Setiap pelajar harus antri dengan tertip pada saat mau menaiki maupun turun bus sekolah.
11. Setiap pelaja harus tepat waktu pada saat penjemputan dan berada pada halte yang telah
disediakan.
H. Evaluasi Program Transportasi Sekolah
1. Evaluasi Program Standar
Rekomendasi
a. Mengurangi jumlah kompensasi pekerja cedera terkait dengan menciptakan sebuah komite
peninjau administrator pihak ketiga, konsultan pencegahan kerugian dan manajemen untuk
menganalisis seperti klaim; sehingga, membuat presentasi untuk meninjau dengan tenaga
kerja yang mungkin mengidentifikasi strategi dan pencegahan. Memperbarui rincian
deskripsi kerja semua persyaratan yang dibutuhkan untuk secara efektif kebutuhan layanan
rute khusus akan memastikan bahwa semua karyawan dapat memenuhi fisik persyaratan yang
dibutuhkan dan mungkin mengurangi jumlah klaim kompensasi pekerja untuk aktivitas
pekerjaan sehari-hari.
b. Bekerja sama dengan Departemen Sumber Daya Manusia untuk mempercepat pemrosesan
karyawan baru akan memungkinkan departemen untuk lebih cepat mengisi posisi yang
kosong personil.
c. Mempersiapkan armada yang memenuhi kebutuhan siswa terus menjadi fokus utama pada
menentukan rotasi realistis / jadwal penggantian untuk mempertahankan armada bus
cadangan yang layak untuk memenuhi setiap rute
d. Ukuran atau kebutuhan. spesifikasi armada saat ini telah terus-menerus dimodifikasi untuk
memenuhi kebutuhan yang terus perubahan kebutuhan siswa. Adalah penting bahwa
memasukkan anggaran pemeliharaan meningkat jumlah uang untuk pembelian alat-alat baru
dan peralatan toko ke alamat keselamatan staf
e. Peralatan keprihatinan terkait dengan usia dan keandalan saat ini.
f. Staf transportasi akan terus bekerja sama dengan departemen teknis kabupaten itu untuk
memonitor dan meningkatkan konversi data siswa basis data yang diperlukan. Distrik
pelatihan departemen sering akan mengadakan sesi pelatihan dengan sekretaris kabupaten
dan transportasi staf untuk memastikan data siswa selalu diperbarui untuk mencerminkan
siswa baru yang paling IEP
g. Persyaratan. Selain itu, meningkatkan mutu perangkat lunak routing untuk lebih menerima
dan proses mahasiswa data akan mendorong lebih efektif dan efisien routing.
h. Mendidik staf dan menggabungkan suasana di sepanjang Distrik Sekolah Khusus yang
mendorong hubungan erat dengan departemen transportasi untuk memastikan bahwa IEP
didorong layanan yang diminta dapat dipenuhi realistis dan dengan hilangnya waktu minimal
pendidikan.
i. Mengharuskan semua permintaan masyarakat pembelajaran berbasis lokasi kerja dan
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari transportasi departemen sebelum
mengamankan situs tersebut.
j. Dalam menghadapi orang-orang kabupaten yang memanfaatkan penjadwalan blok,
pengambil keputusan perlu menyadari dampaknya terhadap transportasi dan memecahkan
masalah dengan tim IEP siswa jadwal yang sebelum penjadwalan lebih dari satu lokasi atau
berbagai pickup / drop off kali. Disetujui Dewan: 2009/04/14
Daftar Rujukan
__________. 2007. Transportasi. (Online).
(http://www.ssd.k12.mo.us/about_SSD/program_
eval/assets/0709/Transportation.pdf, diakses pada
21 April 2010)
__________. 2007. Congress bush administration
designate school bus service qmass
transportation. (Online). (http://stnonline.com
/resources/security/related-security-articles/1259congress-bush-administration-designate-schoolbus-service-qmass-transportationq, diakses pada
21 April 2010)
__________. 2007. Transportasi. (Online).
(http://www.vbschools.com/transportation/faq.
asp, diakses pada 21 April 2010)
__________. 2007. Schoolbus. (Online).
(http://www.house.leg.state.mn.us/hrd/pubs/
schoolbus.pdf, diakses pada 21 April 2010)
__________. 2007. Bus Sekolah 2008. (Online).
(http://bus-sekolah.blogspot.com/, diakses
pada 21 April 2010)
Lampiran
MANAJEMEN LAYANAN
RUMAH PERIBADATAN SEKOLAH
Di setiap sekolah, layanan rumah peribadatan sangat diperlukan. Layanan rumah peribadatan
merupakan sebuah layanan yang diberikan sekolah dengan maksud agar layanan tersebut bisa
digunakan untuk beribadah maupun melaksanakan kegiatan keagamaan lainnya, serta bisa
membentuk kerohanian bagi peserta didik khususnya dan pihak sekolah lain pada
umumnya.agar bisa menjadi manusia yang baik dan beriman.
Adanya sebuah layanan rumah peribadatan di sekolah sangat menunjang terhadap proses
pembelajaran mengingat bahwa pembelajaran bisa dilakukan dimana saja termasuk salah
satunya adalah di rumah peribadatan di sekolah. Adapun layanan rumah peribadatan yang
biasanya ada di sekolah adalah masjid dan gereja. Adanya masjid di sekolah juga sangat
bermanfaat bagi peserta didik maupun warga sekolah lainnya. Mereka bisa melakukan ibadah
di masjid tersebut ketika masih berada di sekolah maupun melakukan kegiatan keagamaan
lainnya. Begitu juga dengan adanya gereja di sekolah, juga bisa dimanfaatkan peserta didik
maupun warga sekolah lainya yang non muslim. Berikut akan diuraikan mengenai layanan
rumah peribadatan sekolah yakni masjid dan gereja.
A. Masjid
1. Pengertian Masjid Sekolah
Masjid berasal dari kata kerja sajada artinya duduk (Sadali, 1984:213). Kata masjid
menunjukkan arti nama tempat yaitu tempat duduk. Masjid dilihat dari sudut bahasa berasal
dari akar kata bahasa Arab sajada yasjudu sujudan yang berarti tempat sujud, tempat shalat
atau tempat menyembah Allah SWT. Masjid dilihat dari sudut bahasa berasal dari bahasa arab
yang artinya tempat sujud, tempat shalat atau tempat ibadah kepada Allah SWT (Armi, 2009).
Dalam perkembangan sejarah Islam pengertian masjid mengalami perubahan. Tidak saja
sebagai tempat shalat atau ibadah semata melainkan juga sebagai pusat kegiatan umat Islam.
Hal ini ditunjukan oleh Rosulullah SAW ketika beliau mengajarkan dan menerangkan
hukum-hukum Islam atau memecahkan masalah-masalah duniawi di dalam masjid.
Masjid sebagai bangunan tempat shalat memiliki bentuk dan daerah tertentu yang diadakan
karena fungsinya, antara lain segi empat yang menampung shaf-shaf yang diatur dari baris
termuka sampai ke belakang. Dinding depan yang dihadapi jamaah disebut mihrab. Bagian
bangunan lain yang mesti ada pada bangunan masjid yaitu ruang tempat wudlu yang
bersambung dengan kamar mandi.
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa masjid sekolah merupakan suatu tempat yang
berfungsi sebagai pusat kegiatan peribadatan baik bagi peserta didik, guru, maupun pihak
sekolah lainnya dengan tujuan meningkatkan iman dan taqwa serta membentuk kepribadian
yang baik. Dengan adanya masjid di sekolah maka semua warga sekolah dapat memanfaatkan
keberadaannya dan menggunakannya sebagaimana fungsinya.
2. Kebutuhan Masjid di Sekolah
Masjid sekolah idealnya dapat menampung sekitar empat ratus orang. Untuk mendukung
pelayanan terhadap siswa, masjid hendaknya dilengkapi dengan peralatan sound system yang
memadai serta fasilitas audio visual, sehingga jamaah dapat beribadah dengan baik dan
khusuk. Di beberapa sekolah masjid tidak hanya diperuntukkan bagi siswa saja tetapi juga
dapat digunakan oleh masyarakat sekitar yang ingin salat berjamaah di masjid tersebut.
Masjid idealnya memiliki berbagai fasilitas yang menunjang kegiatan masjid tersebut,
diantaranya peralatan shalat seperti mukena, sound system, lemari perpustakaan yang
digunakan untuk menyimpan Al-quran serta kitab-kitab lainnya serta lemari administrasi
untuk menyimpan arsip, disamping itu juga tersedia AL-Quran, buku-buku keagamaan
lainnya yang tersimpan dilemari.
3. Fungsi Masjid
Disamping sebagai tempat shalat, masjid juga memiliki fungsi-fungsi lain. Di dalam masjid,
jamaah juga bermusyawarah, baik secara formal terarah, maupun secara spontan antara
individu dengan individu atau per kelompok. Berbagai macam pendidikan juga terselenggara
di masjid.
Adapun fungsi masjid lainnya, diantaranya:
a. Masjid sebagai pusat kegiatan budaya muslim
Aqidah, syariat, ibadah muamalah, serta akhlaq adalah dicakup oleh Islam sebagai satu
kesatuan rangkuman yang tidak terpisah-pisahkan. Dengan demikian kegiatan budaya bagi
muslim adalah ibadah yang masti didasarkan motifnya dan dilaksanakan selaras dengan atau
mempergunakan nilai-nilai yang diajarkan Islam. Karena masjid juga merupakan pusat
informasi, maka layak bagaimana kegiatan budaya berpusat di tempat rujukan nilai-nilai itu
dapat diperoleh sewaktu-waktu diperlukan, makin dekat makin baik.
b. Masjid sebagai pusat informasi
Bagi seorang muslim, informasi tertinggi adalah yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits
atau Sunnah, serta fikiran-fikiran yang diambil atau berasal dari kedua sumber tadi, yang
diutarakan oleh pribadi-pribadi di dalam lingkungan masjid melalui bentuk lisan seperti
khutbah-khutbah, kuliah-kuliah dhuha, maupun kursus-kursus yang diselenggarakan dalam
forum-forum yang diorganisasikan di masjid. Di samping itu, di masjid juga disediakan
kepustakaan, yang digunakan sebagai rujukan tempat bertanya dalam rangka mencari
informasi dan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya.
c. Masjid sebagai pusat organisasi kegiatan masyarakat
Dengan diwajibkannya kepada jamaah yang bermukim di sekitar masjid khususnya shalat
seperti yang kita ketahui macam dan caranya di masjid, masing-masing dapat mengadakan
deteksi tentang rekan potensi manusia itu berbeda-beda. Dengan satu organisasi dapatlah
varietas potensi itu digunakan sebaik-baiknya bagi kepentingan masyarakat yang didasarkan
pada kerja sama dengan suasana ukhuwah serta menggunakan cara-cara yang diridlai Allah
SWT. Namun yang jelas, kegiatan kemasyarakatan disitu akan diwarnai lagi oleh nilai-nilai
serta memiliki norma-norma yang hanya layak di lingkungan pusat (masjid) kalaupun
kegiatan dilakukan di tempat berjauhan, maka fungsi masjid adalah pusat penggeraknya.
d. Masjid sebagai pusat pendidikan
Sebenarnya masjid juga memiliki potensi sebagai pusat pendidikan. Misalnya khutbah dan
kuliah subuh (dhuha) melalui pelaksanaan serta pengorganisasian sajian tertentu sudah dapat
digolongkan pada pendidikan, yaitu usaha yang secara sadar dan sengaja merubah pengikut
(anak didik) dari satu keadaan kepada keadaan lain yang menyangkut berfikir, bersikap,
merasa, beriman, bertindak dan sebagainya, walaupun proses belajar dan dididiknya bisa saja
secara tak sadar, tak disengaja ataupun tak langsung. Masjid adalah tempat dimana AlQuran, sebagai sumber petunjuk hidup manusia, disuarakan, diartikan, ditafsirkan dan cara
lain untuk menggali isinya, sesuai dengan kamampuan yang menangani (Sadali, 1984:217).
Bila Al-Quran disuarakan serta pendengar menangkap isinya, maka sesungguhnya disana
menara dapat sangat ramping karena memerlukan daya pikul untuk seperangkat sound system
pengeras suara saja. Sedangkan muadzin berada di lantai masjid.
c. Persyaratan kesehatan
Tata nilai Islam mengajarkan mengagungkan Allah SWT itu langsung didampingkan dengan
mensucikan pakaian yang diperluas menjadi lingkungan. Ini berarti pentingnya muslim
mengatur kebersihan diri serta lingkungan-lingkungan termasuk lingkungan khusus yang
bernama Baitullah.
Dalam mendesaign arsitektur masjid akan ingat mengenai sistem penghawaan yang sebaikbaiknya, penjernihan air wudlu dan mandi, tempat wudlu, halaman yang penuh dengan hijauhijauan yang menyegarkan dan sebagainya, sehingga jamaah terjaga kesehatannya, di
samping terjamin kesenangannya berada di dalam dan di lingkungan masjid. Jamaah dan
pengurus masjid akan selalu mengusahakan agar kebersihan fasilitas, terutama tempat wudlu
dijaga secara teratur. Masjid di setiap sekolah juga harus memenuhi persyaratan terkait
dengan hal kesehatan, diantaranya mengenai kebersihannya baik dari segi fasilitas, tempat
wudlu, dan yang lainnya.
5. Keberadaan Masjid beserta Peranannya di Sekolah
Pada dasarnya pembangunan masjid tidak hanya di perumahan atau di permukiman, di setiap
lembaga pendidikan dalam (sekolah atau madrasah) sama-sama memiliki bangunan masjid
atau paling tidak mushola. Hal ini membawa arah baru dan situasi yang sangat kondusif
untuk menciptakan proses pembelajaran ke arah yang lebih positif dan bernuasa keagamaan.
Telah disadari bahwa proses pendidikan tidak semata-mata menciptakan suasana belajar yang
memisahkan antara ilmu dan agama.
Boleh dikatakan sekolah yang di masa sekarang tidak memiliki masjid yang representatif
termasuk sekolah atau madrasah yang sarana atau fasilitas belajarnya dipandang masih belum
lengkap dan kurang. Bahkan dalam penilaian akreditasi, masjid merupakan salah satu
pendukungnya. Oleh karena itu, peranan masjid di sekolah atau madrasah benar-benar sangat
diperlukan dalam artian untuk pelengkap sarana belajar seperti ruangan-ruangan lain yang
bisa dijadikan tempat belajar (Dana, 2005).
Berkaitan dengan pemikiran di atas, maka masjid memiliki peranan yang sangat penting
dalam pembinaan mental siswa yaitu berfungsi:
a. Fungsi Ibadah atau Pembinaan Iman dan Taqwa
Fungsi ini sesuai dengan arti kata mesjid itu sendiri yaitu tempat sujud kepada Allah. Tetapi
pengertian tempat ibadah di sini tidak hanya menyangkut ibadah yang bersifat individual
seperti Iktikaf, shalat wajib dan sunat, membaca Al Quran, melainkan juga ibadah yang
bersifat jamaah yang dilaksanakan secara bersama-sama seperti shalat Jumat dan lain-lain.
Dengan demikian, siswa akan biasa terlatih apabila kegiatan-kegiatan keagamaan yang
bersifat individual maupun jamaah kalau di sekolah atau di madrasah sudah biasa
dilaksanakan.
b. Fungsi Sosial Kemasyarakatan
Disamping sebagai tempat ibadah, mesjid juga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial
kemasyarakatan. Seperti kegiatan berorganisasi, musyawarah, kebersihan dan sebagainya.
Siswa harus benar-benar diberi pemahaman tentang bagaimana hidup di tengah-tengah
masyarakat, sebab suatu saat nanti siswa akan kembali kemasyarakat.
Lembaga pendidikan sebagai pusat pengkajian ilmu dan sebagai pembaharu terhadap
perkembangan kehidupan sosial, harus tetap memiliki komitmen dalam perubahan
sebagaimana sebuah kaidah Al-muhatazatu ilal qodimis wal akdzu bil jadidil aslah
(mempertahankan prinsip lama yang masih relevan dan mengambil prisip baru yang masih
relevan). Perubahan dimasyarakat akan berubah ke arah yang lebih positf apabila dilembaga
pendidikan terjadi proses internalisasi nilai-nilai yang sesuai dengan norma-norma agama,
budaya sehingga jati diri sebagai insan beragama benar-benar lahir.
c. Fungsi Pendidikan
Kegiatan belajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi dapat pula dilaksanakan
diberbagai tempatyang kira-kira dianggap efektif untuk terciptanya suasana belajar. Mesjid
juga merupakan salah satu tempat yang bisa dijadikan tempat belajar mengajar. Khususnya
pelajaran Agama, ( pelajaran Quran Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlak dan lain-lain). Materi itu
akan lebih bermakna dan mudah-mudahan lebih bermamfaat bagi siswa untuk masa yang
akan datang.
d. Fungsi Ekonomi
Jangan disangka mesjid tidak memiliki peran secara ekonomi. Mungkin orang lupa tentang
berbagai kegiatan seperti pengelolaan kas mesjid, infak, sodaqoh,zakat dan lain-lain. Ini
semua berkaitan dengan masalah perekonomian. Misalnya dengan meberdayakan infak,
sodaqoh (kencleng, kotak amal) meski uang kencringan lama-lama menjadi banyak. Hasilnya
bisa dipakai membeli sajadah, karpet dan sebagainya. Kalau benar-benar dikelola dengan
baik bisa dijadikan bekal pengalaman untuk kegiatan yang cakupannya lebih luas dari
lingkungan mesjid. Maka sepantasnyalah sejak dini guru mendidik dan mengajarkan kepada
siswanya agar mesjid dijadikan salah satu tempat belajar yang menyenangkan.
6. Program Masjid di Sekolah
Adapun program masjid di sekolah secara umum terdiri dari program harian, mingguan,
bulanan, tahunan, dan insidental. Berikut adalah uraian kegiatan dari masing-masing
program, diantaranya:
a. Program Harian
1. Agenda dhuhur, yaitu satuan kegiatan untuk mengisi waktu dhuhur dengan rohani seperti:
tilawah quran, tausyiah, dan sholat dzuhur berjamaah
2. Program masjid bersih, yaitu program kegiatan yang mengupayakan piket kebersihan
masjid
b. Program Mingguan
1. Media education, adalah program yang dirancang untuk pengembangan tarbiyah dan
keilmuan keislaman, dengan target Memberantas Buta Huruf AlQuran. Adapun spesialisasi
ilmu yang akan dipelajari dan diajarkan, diantaranya:
a. Ulumul Quran (tajwid, makharijul huruf dan tahsinul quran)
b. Quraatul Quran (seni membaca alquran)
c. IQRO (Dasar-dasar pembelajaran cara membaca Alquran)
d. Ulumuddin (tarikh, tafsir dan fiqih sholat)
2. Media artistic, adalah program dakwah islamiyah dengan menggunakan media seni, yakni
dalam hal ini adalah nasyid, untuk sebuah ekspresi dan visualisasi seni islam. Tujuannya
adalah untuk mengembalikan simpati generasi muda islam kepada seni musik islam (Nasyid)
dan juga media dakwah dengan senandung-senandung yang menyuarakan amar maruf nahi
munkar
c. Program Bulanan
1. Bedah buku, adalah kegiatan yang diadakan oleh masjid sekolah untuk memberikan
informasi maupun pengetahuan mengenai buku yang bernuansa islami maupun yang lainnya
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta mempertebal iman siswa. Dalam hal
ini pemateri bedah buku tidak harus berasal dari luar ataupun pengarang buku tersebut tetapi
dapat berasal dari lingkup sekolah, misalnya guru agama dari sekolah tersebut ataupun guru
yang lainnya.
2. Ceramah agama, adalah kegiatan yang diadakan oleh masjid dimana pematerinya adalah
guru agama di sekolah tersebut. Di setiap bulannya diadakan secara bergilir per kelas.
d. Program Tahunan
1. Ramadhan berprestasi, adalah kegiatan semarak ramadhan yang disetting untuk
mempertajam ketaqwaan kepada Allah, atau memperbaharui semangat jihad fi sabillah atau
memompa spiritual para generasi muda islam, dan sebagainya.
2. Istighosah bersama menjelang UAN, adalah kegiatan yang diadakan oleh sekolah yakni
berdoa agar siswa diberi kemudahan dalam menghadapai UAN. Acara ini diikuti oleh para
siswa dan juga guru di sekolah tersebut.
3. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), adalah kegiatan yang diadakan untuk memperingati
hari besar islam, misalnya peringatan Isra Miraj, Maulid Nabi, dan lain sebagainya.
e. Program Insidental, adalah program/kebijakan yang diambil jika di suatu saat ada hal-hal
yang insidental dan menyangkut binayah islamiyah, maka diadakan sebuah langkah kerja
atau aplikasi. Bentuk aplikasinya bisa berupa:
1. Penggalangan dana kemanusiaan & bencana alam
2. Kegiatan yang tidak direncanakan sebelumnya
7. Manajemen Pengelolaan Masjid
Pada dasarnya, pengelolaan masjid harus dilaksanakan secara profesional dan menuju pada
sistem manajemen modern, sehingga dapat mengantisipasi perkembangan yang terus berubah
dalam kehidupan masyarakat yang maju dan berkualitas. Menurut Mubarak (2009),
pengelolaan atau idarah masjid disebut juga Manajemen masjid yang garis besarnya dibagi
menjadi dua bagian, yaitu manajemen pembinaan fisik masjid (physical management) dan
pembinaan fungsi masjid (functional management). Manajemen pembinaaan fisik masjid
meliputi kepengurusan, pembangunan dan pemeliharaan fisik masjid, pemeliharaan
kebersihan dan keanggunan masjid pengelolaan taman dan fasilitas-fasilitas yang tersedia.
Pembinaan fungsi masjid adalah pendayagunaan peran masjid sebagai pusat ibadah, dawah
dan peradaban Islam sebagaimana masjid yang dicontohkan oleh Rasulullah saw (Mubarak,
2009)
Sebagai pusat ibadah mahdhah, masjid disiapkan sedemikian rupa sehingga pelaksaan ibadah
itu seperti shalat lima waktu, shalat jumat dan shalat-shalat sunnah berjalan dengan baik
sesuai dengan ajaran Islam. Pengelolaan pelaksanaan zakat, ibadah shiyam dan ibadah haji
diberikan bimbingan pelaksanaannya melalui masjid. Kegiatan dan pengelolaan masjid
memerlukan dana yang besar. Organisasi masjid dengan berbagai kebijaksanaannya termasuk
masalah keuangan harus dikelola secara transparan.
Berhasil atau gagalnya pengelolaan suatu masjid, sangat bergantung pada kepengurusan yang
dibentuk dan sistem yang diterapkan dalam manajemen dan orgnanisasinya
1. Agenda dzhuhur, yaitu satuan kegiatan untuk mengisi waktu dzhur dengan ruhani seperti
tilawah quran, tausyiah, dan sholat dzuhur berjamaah
2. Program mesjid bersih, yaitu program kegiatan yang mengupayakan piket kebersihan
masjid
b. Program Mingguan
1. Program infaq jumat, yaitu suatu kegiatan pengumpulan dana dari siswa dan seluruh
warga sekolah serta selurruh jamaah salat jumat dimana pengumpulan dana tersebut hanya
dilakukan setiap hari jumat.
2. Qiraatul Quran, adalah pengembangan pendidikan Al-quran bagi peserta didik yang
diadakan setiap hari sabtu yang memperdalam dalam mempelajari tajwid, makharijul huruf
dan tahsinul quran, serta seni membaca Al-quran. Namun kegiatan ini sifatnya tidak wajib
diikuti oleh seluruh siwa melainkan hanya siswa-siswi yang berminat mengikuti acara
tersebut mengingat setiap hari sebelum memulai jam pelajaran di MAN 3 Kediri telah
diadakan kegiatan mengaji bersama yang dipandu dari kantor sekolah melalui pengeras suara.
3. Media artistis, adalah program dakwah islamiyah dengan menggunakan media seni, yakni
dalam hal ini adalah nasyid, untuk sebuah ekspresi dan visualisasi seni islam. Tujuannya
adalah untuk mengembalikan simpati generasi muda islam kepada seni musik islam (Nasyid)
dan juga media dakwah dengan senandung-senandung yang menyuarakan amar maruf nahi
munkar. Namun dalam kegiatan ini masjid sekolah bukan pengelola utama, pengelola utama
kegiatan ini adalah ekstrakurikuler kesenian sekolah.
4. Ceramah agama, adalah kegiatan yang diadakan oleh masjid sekolah dimana pembicaranya
adalah siswa sekolah itu sendiri secara bergilir perkelas yang tujuannya adalah melatih siswa.
c. Program Tahunan
1. Pondok ramadhan, adalah kegiatan semarak ramadhan yang disetting untuk mempertajam
ketaqwaan kepada Allah, atau memompa spiritual para generasi muda islam.
2. Istighosah menjelang UAN, adalah kegiatan yang diadakan oleh sekolah yakni berdoa agar
siswa diberi kemudahan dalam menghadapai UAN. Acara ini diikuti oleh para siswa dan juga
guru di sekolah tersebut.
3. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), adalah kegiatan yang diadakan untuk memperingati
hari besar islam, misalnya peringatan Isra Miraj, Maulid Nabi, dan lain sebagainya.
d. Program Insidental
Adalah program/kebijakan yang diambil jika di suatu saat ada hal-hal yang insidental dan
menyangkut binayah Islamiyyah, maka diadakan sebuah langkah kerja atau Aplikasi. Bentuk
aplikasinya bisa berupa:
1. Penggalangan dana kemanusiaan & bencana alam
2. Kegiatan yang tidak direncanakan sebelumnya
Selain program-program tersebut di atas masjid At-taqwa juga memiliki program Taman
Pendidikan Al-quran (TPQ). TPQ tersebut dilaksanakan setiap hari pada jam 15.30-17.00
WIB dimana ustadz dan ustadzahnya diambilkan dari siswa-siswi MAN 3 Kediri yang dipilih
melalui penyeleksian. Sedangkan siswa-siswi TPQ adalah anak-anak di sekitar MAN 3
Kediri.
B. Gereja
1. Keberadaan Gereja beserta Peranannya di Sekolah
Pendidikan adalah salah satu aspek yang sangat penting dan strategis bagi kehidupan
manusia. Sebagai sesuatu yang khas dan spesifik bagi manusia, pendidikan berperan amat
signifikan dalam membekali manusia untuk menyongsong masa depan yang akan dijalani
yang diwarnai dengan berbagai tantangan dan perubahan.
Menurut Sairin (2005) gereja-gereja di Indonesia telah sejak lama memahami bahwa sekolahsekolah kristen adalah wahana yang paling strategis tidak saja dalam konteks pencerdasan
kehidupan bangsa, tetapi juga dalam memperkenalkan membagikan serta mentransfer nilainilai kristiani kepada para peserta didik. Sekolah-sekolah merupakan ujung tombak tatkala
gereja dan komunitas kristen berinteraksi denagn masyarakat luas. Sekolah-sekolah kristen
sepanjang sejarahnya telah turut membentuk pola pikir, wawasan, sikap perilaku para peserta
didik, sehingga ketika mereka telah menjadi pemimpin dalam suatu organisasi atau
komunitas, wawasan dan kebijakan mereka amat dipengaruhi oleh proses pendidikan yang
telah mereka alami di sekolah-sekolah kristen tersebut.
Dalam konteks itu, di masa depan hubungan gereja dengan sekolah harus terus menerus
dipelihara, dibina dan dikembangkan. Gereja tidak boleh apatis dan membiarkan sekolah
berjalan sendiri, lepas dari visi dan misi yang diemban oleh gereja. Gereja juga harus terusmenerus memantau agar sekolah kristen tidak terpenjara pada kekristenan simbolik serta
kekristenan ornamental artinya sebuah kekristenan yang hanya dipresentasi melalui
pengadaan kebaktian dan doa, pada hiasan-hiasan ayat Alkitab yang terpampang di dinding,
tapi kekristenan yang menjadi norma, standar, roh dari kehidupan dalam sekolah tersebut.
Dan hal itulah yang harus menjadi agenda gereja dan sekolah di masa depan. Penyiapan para
pemimpin bangsa, pemimpin umat takbisa tidak harus menjadi bagian dari agenda sekolahsekolah kita itu berarti mutu sekolah akan memegang peranan penting (Sairin, 2005)
C. Kesimpulan
Layanan rumah peribadatan merupakan sebuah layanan yang diberikan sekolah dengan
maksud agar layanan tersebut bisa digunakan untuk beribadah maupun melaksanakan
kegiatan keagamaan lainnya, serta bisa membentuk kerohanian bagi peserta didik khususnya
dan pihak sekolah lain pada umumnya agar bisa menjadi manusia yang baik dan beriman.
Adapun layanan rumah peribadatan yang biasanya ada di sekolah adalah masjid dan gereja.
Masjid sekolah merupakan suatu tempat yang berfungsi sebagai pusat kegiatan peribadatan
baik bagi peserta didik, guru, maupun pihak sekolah lainnya dengan tujuan meningkatkan
iman dan taqwa serta membentuk kepribadian yang baik. Dengan adanya masjid di sekolah
maka semua warga sekolah dapat memanfaatkan keberadaannya dan menggunakannya
sebagaimana fungsinya. Masjid di sekolah juga harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang menunjang, seperti tempat wudlu, peralatan shalat, dan sebagainya.
Peranan masjid di sekolah atau madrasah benar-benar sangat diperlukan dalam artian untuk
pelengkap sarana belajar seperti ruangan-ruangan lain yang bisa dijadikan tempat belajar.
Adapun program masjid di sekolah secara umum terdiri dari program harian, mingguan,
bulanan, tahunan, dan insidental.
Sekolah hubungan gereja dengan sekolah harus terus menerus dipelihara, dibina dan
dikembangkan. Gereja tidak boleh apatis dan membiarkan sekolah berjalan sendiri, lepas dari
visi dan misi yang diemban oleh gereja. Gereja juga harus terus-menerus memantau agar
sekolah kristen tidak terpenjara pada kekristenan simbolik serta kekristenan ornamental
artinya sebuah kekristenan yang hanya dipresentasi melalui pengadaan kebaktian dan doa,
pada hiasan-hiasan ayat Alkitab yang terpampang di dinding, tapi kekristenan yang menjadi
norma, standar, roh dari kehidupan dalam sekolah tersebut.
Daftar Rujukan
Armi, J. 2009. Fungsi Masjid, (Online),
(http://jalaludinarmi.blogspot.com/2009/12/fun
gsi-masjid.html, diakses 23 April 2010).
Dana. 2005. Peranan Masid dalam Pembinaan
Mental Siswa, (Online), (http://www.man2cms.sch.id/index.php?option=com_content&t
ask=view&id=17&Itemid=19, diakses 23 April
2010).
Mubarak, Z. 2009. Manajemen Pengelolaan Masjid,
(Online), (http://www.dmi-jakarta.org/?pilih=
news&mod=yes&aksi=lihat&id=19, diakses 23
April 2010).
Sadali, A, dkk. 1984. Islam untuk Disiplin Ilmu
Pendidikan: Buku Dasar Pendidikan Agama
Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta:
Proyek Pembinaan Pendidikan Agama Islam
pada Perguruan Tinggi Umum.
Sairin, W. 2005. Memaknai Relasi Gereja dengan
Sekolah, (Online),(http://www.christianpost.
co.id/opinion/opinions/20051021/1815/mem
aknai-relasi-gereja-dengan-sekolah/index.
html, diakses 23 April 2010)
Lampiran
LAYANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)
A. Pengertian Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsa-bangsa
(PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan
kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, intelektual,
emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun
1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa Kesehatan Sekolah diselenggarakan
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat
sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal
sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas.
Menurut Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan orang tua memperhatikan
lingkungan yang sehat dan makan makanan yang bergizi, sehingga akan tercapai manusia
soleh, berilmu dan sehat (SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran
berorientasi pada head, heart dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan
keterampilan. Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik
memiliki 4 H (head, heart, hand dan health).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan mengembangkan
kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara
menyeluruh (komprehensif) dan terpadu (integrative). Untuk optimalisasi program UKS perlu
ditingkatkan peran serta peserta didik sebagai subjek dan bukan hanya objek. Dengan UKS
ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat pada dirinya sendiri dan
mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS dikenal pula dengan child to
child programme. Program dari anak, oleh anak, dan untuk anak untuk menciptakan anak
yang berkualitas.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program kesehatan anak usia
sekolah. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6 21 tahun, yang sesuai dengan proses
tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok, yakni pra remaja (6-9 tahun) dan
remaja (10-19 tahun). Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup bersih dan
sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah
B. Tujuan Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta
didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta
didik. Selain itu juga menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan
manusia Indonesia berkualitas. Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah menciptakan
lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan
membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat dan mandiri. Di samping itu juga
meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan
rumah tangga serta lingkungan masyarakat, meningkatkan keteramplan hidup sehat agar
mampu melindungi diri dari pengaruh buruk lingkungan.
Bila disimpulkan tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dapat dibagi menjadi dua tujuan,
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan siswa serta
menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal
2. Tujuan khusus
Memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan derajat kesehatan
siswa, yang mencakup:
a. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih
dan sehat serta berpratisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah
perguruan agama, di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat.
penyalahgunaan zat-zat berbahaya, suasana yang mempedulikan pola asuh, rasa hormat dan
percaya. Diciptakannya pekarangan sekolah yang aman, adanya dukungan masyarakat
sepenuhnya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan dengan mengembangkan kurikulum yang mampu
meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan, serta dapat
mengembangkan berbagai keterampailan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan
sosial. Selain itu, memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun
orang tua.
4. Memberikan akses (kesempatan) untuk dilaksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah,
yaitu penyaringan, diagnose dini, pemantauan dan perkembangan, imunisasi, serta
pengobatan sederhana. Selain itu, mengadakan kerja sama dengan puskesmas setempat, dan
mengadakan program-program makanan begizi dengan memperhatikan keamanan
makanan.
5. Menerapkan kebijakan-kebijakan dan upaya-upaya di sekolah untuk mempromosikan atau
meningkatkan kesehatan, yaitu kebijakan yang didukung oleh seluruh staf sekolah termasuk
mewujudkan proses pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat
bagi seluruh masyarakat sekolah. Kebijakan berikutnya memberikan pelayanan yang ada
untuk seluruh peserta didik. Terakhir. kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok,
penyalahgunaan narkotika termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk
kekerasan/pelecehan.
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan
cara memperhatikan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Cara lainnya
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat.
D. Peran Sekolah dalam Meningkatkan Kesehatan melalui Layanan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS)
Upaya mengembangkan Sekolah Sehat (Health Promoting School/HPS) melalui program
UKS perlu disosialisasikan dan dilakukan dengan baik. melalui pelayanan kesehatan (yankes)
yang didukung secara mantap dan memadai oleh sektor terkait lainnya, seperti partisipasi
masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses
pembelajaran harus menjadi HPS, yaitu sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan
warga sekolahnya. Upaya ini dilakukan karena sekolah memiliki lingkungan kehidupan yang
mencerminkan hidup sehat. Selain itu, mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal,
sehingga terjamin berlangsungnya proses pembelajaran dengan baik dan terciptanya kondisi
yang mendukung tercapainya kemampuan peserta didik untuk beperilaku hidup sehat.
Semua upaya ini akan tercapai bila sekolah dan lingkungan dibina dan dikembangkan.
Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilakukan melalui pemeliharaan sarana fisik dan
lingkungan sekolah, melakukan pengadaan sarana sekolah yang mendukung terciptanya
lingkungan yang bersih dan sehat, melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah
yang mengandung lingkungan besih dan sehat, dan melakukan penataan halaman,
pekarangan, apotik hidup dan pasar sekolah yang aman.
Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan sekolah sehat dan promosi gaya
hidup sehat melalui pendekatan life skills education atau pendidikan kecakapan hidup. Setiap
individu akan mengalami kehidupan yang sehat fisik dan mentalnya apabila dapat
menuntaskan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Implikasi tugas
perkembangan ini terhadap pendidikan adalah bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan
oleh guru, orang tua dan anggota masyakarat. Kecakapan hidup membantu peserta didik
secara positif dan adaptif mengatasi situasi dan tuntutan hidup sehari-hari. Untuk itu sekolah
mengembangan kecakapan hidup peserta didik antara lain menciptakan lingkungan sekolah
yang sehat, bekerja sama dengan masyarakat menyediakan berbagai keperluan sekolah
menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta didiknya, baik fisik maupun non fisik.
E. Program Pelaksanaan Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
1. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di ruang UKS antara lain:
a. Dipan lengkap dengan kasur, sprei, bantal dan sarung bantal
b. Almari obat yang berisi obat-obatan dan perawatan rawat luka
c. Timbangan beserta alat pengukur tinggi badan
d. Tensimeter, stetoskop dan termometer
e. Tandu
f. Wastafel dan kamar mandi
2. Kegiatan di ruang UKS
Kegiatan yang ada di ruang UKS adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan kesehatan (rawat luka, mengukur tekanan darah, memberikan obat-obatan
ringan)
b. Penimbangan BB dan pengukuran TB, LL
c. Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan oleh petugas
3. Administrasi UKS
Segala kegiatan yang dilaksanakan dalam UKS ini dicatat dan dibukukan secara tertib dan
teratur. Buku-buku administrasi tentang kegiatan UKS ini antara lain
a. Buku pemeriksaan kesehatan:
Buku ini berisi tentang nama siswa beserta keluhan dan obatnya. Buku pemeriksaan
kesehatan diisi setiap hari, Namun siswa yang sakit tidak dicatat semua.
b. Buku daftar pasien
Buku daftar pasien berisi tentang daftar nama pasien yang sakit, kelas dan keterangan untuk
minta obat, istirahat atau pulang.
c. Buku daftar absensi siswa sakit
Buku daftar absensi siswa sakit berisi daftar nama-nama siswa yang sakit setiap bulannya.
d. Buku rujukan siswa sakit
Buku ini digunakan jika ada siswa sakit yang tidak bisa ditangani di UKS, biasanya siswa
dirujuk ke Rumah Sakit atau klinik terdekat.
e. Buku penerimaan barang
Buku ini memuat tentang daftar barang yang masuk di UKS baik yang berupa barang subsidi
maupun mandiri.
f. Buku agenda surat masuk dan surat keluar
Buku agenda surat masuk berisi tentang surat yang masuk dan surat yang dikeluarkan oleh
UKS.
masyarakatnya. Semakin maju perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula tingkat
kesehatannya. Oleh karena itu, jika tingkat ekonomi masih berada di urutan yang rendah,
maka tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya belum sesuai dengan harapan. Begitu
pula dengan sumber daya manusianya yang diharapkan berkualitas masih memerlukan proses
dan usaha yang lebih keras lagi.
G. Penerapan Konsep Berbudaya Hidup Sehat
Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan, yaitu memiliki pengetahuan tentang isu
kesehatan, memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat, memiliki
keterampilan dalam pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan, memiliki kebiasaan
hidup sehat, mampu menularkan perilaku hidup sehat, peserta didik tumbuh kembang secara
harmonis, menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit, memiliki daya tangkal terhadap
pengaruh buruk dari luar, memiliki kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal Tujuan
pendidikan kesehatan tersebut akan tercapai dengan melakukan berbagai cara
pelaksanaannya.
Cara melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah dilakukan melalui penyajian dan
penanaman kebiasaan. Cara penyajian pendidikan lebih menekankan peran aktif peserta didik
melalui kegiatan ceramah, diskusi, demonstrasi, pembimbingan, permainan, dan penugasan.
Cara penanaman kebiasaan dilakukan melalui penugasan untuk melalukan cara hidup sehat
sehari-hari dan pengamatan terus menerus oleh guru dan kepala sekolah. Keberhasilan
pendidikan kesehatan ditentukan dengan adanya keteladanan dan dorongan dari kepala
sekolah, guru, pegawai sekolah, dan orang tua. Keberhasilan itu juga ditentukan adanya
hubungan guru dengan orang tua peserta didik, apa yang diberikan oleh guru di sekolah
hendaknya juga didukung oleh orang tua di rumah.
Materi pendidikan kesehatan yang diajarkan di sekolah berbeda-beda disesuaikan dengan
jenjang pendidikannya. Materi pendidikan itu antara lain demam berdarah, flu burung,
pelayanan gizi, kesehatan gigi dan mulut, pengelolaan sampah, pengelolaan tinja, sarana
pembuangan limbah, pengelolaan air bersih, penyediaan air bersih, air dan sanitasinya,
pegenalan pada penyakit menular dan pencegahannya. Khusus untuk peserta didik SMP/MTs
dan SMA/SMK/MA ditambah dengan kesehatan reproduksi, bahaya rokok dan deteksi dini
penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, minuman keras, dan bahan-bahan yang berbahaya
serta zat adiktif (NAPZA) dan HIV/AIDS.
UKS dilaksanakan mulai dari TK/RA sampai SLTA/MA, serta dilaksanakan secara berjenjang
dari sekolah/madrasah sampai pusat secara terkoordinasi baik antara sekolah dengan Tim
Pembina, Tim Pembina UKS di bawahnya dengan yang di atasnya maupun antar sesama Tim
Pembina UKS yang sejajar. Kegiatan UKS di lingkungan sekolah meliputi beberapa kegiatan,
yang pertama adalah rapat koordinasi baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten serta tim
Pembina. Semua dilakukan dengan mengundang para anggota tim Pembina UKS baik dari
bidang kesehatan dalam negeri maupun dari pendidikan nasional. Kedua, memberikan
bantuan peningkatan kualitas kesehatan madrasah, kemudian orientasi dokter kecil untuk MI,
dan kader kesehatan remaja untuk MTs dan MA. Pembinaan UKS oleh TPUKS (Tim
Pembina UKS) masih rendah dan belum merata. Pendidikan kesehatan berbasis kesehatan
dengan program usaha kesehatan sekolah atau pelaksanaan sekolah sehat ini, diharapkan
menjadi bagian dari pelaksanaan pendidikan, bukan hanya di madrasah tetapi juga di sekolah.
H. Penerapan Konsep Dasar Trias UKS
Ada tiga program pokok UKS yang sering disebut Trias UKS, yaitu pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
1. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan yang meliputi pengetahuan tentang dasar-dasar
hidup sehat; sikap tanggap terhadap persoalan kesehatan; latihan atau demonstrasi cara hidup
sehat; penanaman kebiasaan hidup sehat; dan upaya peningkatan daya tangkal terhadap
pengaruh buruk dari luar.
Pendidikan kesehatan dilakukan secara intra kurikuler dan ekstra kurikuler. (1) Kegiatan intra
kurikuler adalah melaksanakan pendidikan pada saat jam pelajaran berlangsung sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Pendidikan ini tidak hanya diberikan pada saat mata
pelajaran Pendidikan Jasmani saja, namun bisa juga secara integratif pada saat mata pelajaran
lainnya disampaikan kepada peserta didik. (2) Kegiatan ekstrakurikuler adalah melaksanakan
pendidikan di luar jam pelajaran yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah. Misalnya,
melaksanakan penyuluhan tentang, gizi, narkoba, dan sebagainya terhadap peserta didik, guru
dan orangtua. Melaksanakan pelatihan UKS bagi peserta didik, guru pembina UKS dan kader
kesehatan. Melaksanakan pendidikan dan kebiasaan hidup bersih melalui program sekolah
sehat.
2. Pelayanan kesehatan dilakukan secara komprehensif dan terpadu meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitasi. Promotif adalah peningkatan penyuluhan dan latihan
keterampilan pelayanan kesehatan. Preventif adalah layanan kesehatan untuk mencegah
sebelum timbulnya penyakit. Kuratif adalah penyembuhan penyakit yang diderita.
Rehabilitasi adalah pemulihan pada keadaan kesehatan awal dari penyakit yang telah diderita.
Pelayanan kesehatan lingkungan sekolah untuk menciptaan lembaga pendidikan yang dapat
menunjang berlangsungnya proses pembelajaran.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam bentuk pemeriksaan murid atau penjaringan
kesehatan; pengobatan ringan dan P3K; pencegahan penytakit; penyuluhan kesehatan;
pengawasan warung sekolah; perbaikan gizi; pencatatan dan pelaporan penyakit; dan rujukan
kesehatan.
3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat baik fisik, mental maupun sosial yang
meliputi pelaksanaan 5K; pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan; dan
pembinaan kerja sama antar masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai sekolah, orang tua
murid, dan masyarakat sekitar sekolah).
Pada pelaksanaan Trias UKS di lapangan nampaknya dapat dijalankan secara saling
berhubungan erat dan saling menunjang satu dengan lainnya.
Adapun pelaksanaan Trias UKS di lapangan dapat berupa:
1. Peningkatan sarana dan prasarana UKS sehingga ruang UKS, perlengkapan, bahan dan
menejemen UKS sesuai dengan ketentuan misalnya tata ruang UKS dan yang memenuhi
syarat kesehatan, menejemen dan administrasi UKS yang tertib.
2. Penyuluhan kesehatan bagi warga sekolah baik saat upacara (amanat pembina upacara oleh
tenaga kesehatan) maupun penyuluhan kesehatan terjadwal lainnya yang oleh tenaga
kesehatan, penceramah agama atau ahli lainnya yang berhubungan dengan kesehatan fisik,
mental dan sosial.
3. Pelatihan dokter remaja.
4. Penyuluhan dan pengawasan warung sehat bagi pemilik warung sekolah yang dapat
dilaksanakan sekali atau dua kali sebulan.
5. Pelayanan kesehatan oleh dokter remaja untuk pengobatan ringan dan P3K.
6. Pengadaan klinik sekolah yang dilayani oleh tenaga medis dan para medis dari Puskesmas
pembina UKS setempat. Klinik sekolah dibuka sekali seminggu antara pukul 10.00 12.00
WITA. Klinik sekolah dapat pula dibuka lebih dari satu kali seminggu.
7. Penjaringan kesehatan dapat dilakukan setahun sekali atau dengan intensitas yang lebih
sering. Penjaringan kesehatan dapat berupa pemeriksaan golongan darah, tes buta warna, gizi,
kesehatan gigi, kulit, THT, dan lain-lain. Hasil penjaringan kesehatan dapat menunjukkan
kondisi dan tingkat kesehatan peserta didik.
8. Setiap pelayanan kesehatan oleh UKS perlu pencatatan dalam buku khusus.
9. Bagi siswa yang mengalami sakit cukup serius yang tidak dapat ditangani oleh dokter
remaja UKS maka perlu dirujuk ke puskesmas atau ke rumah sakit setempat.
10. Pelaksanaan 5K yang dikoordinir oleh tim khusus dapat menunjang tercapainya 5K di
sekolah tersebut. Keberhasilan pelaksanaan 5K sangat ditunjang juga dengan lomba 5K antar
kelas.
11. Pembuatan toga (tanaman obat keluarga) atau apotik hidup dalam rangka menambah
pengetahuan dan penyediaan tanaman obat agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan seharihari.
12. Usaha-usaha lainnya yang turut menunjang UKS dapat berupa partisipasi warga sekolah
untuk mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan seperti penataran
dan pelatihan guru pembina UKS, seminar kesehatan bagi guru dan lomba yang berhubungan
dengan kesehatan bagi siswa.
I. Evaluasi Program Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Kesehatan merupakan salah satu hal sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, sehat
merupakan modal utama untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas,
produktif dan mempunyai etos kerja yang tinggi. Salah satu upaya pemerintah adalah
memasukkan pendidikan kesehatan di sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat
lanjutan dengan membentuk kebiasaan hidup sehat para siswa melalui kegiatan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS).UKS yang baik diawali dengan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan evaluasi. Jika salah satu program tidak terlaksana maka akan
mempengaruhi program yang lainnya. Program kerja UKS meliputi pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Agar kegiatan UKS tetap
terlaksana, maka diadakanlah lomba UKS.
Daftar Rujukan
Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Pelatihan Kader
Kesehatan di Sekolah. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Departemen Kesehatan. 1992.Undang Undang tentang
Kesehatan Sekolah. Jakarta: Departemen
Kesehatan ( pasal 45 )
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional,
Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri. Nomor 26 Tahun 2003 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah.
merupakan ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, atau kebun. Dalam pengertian
yang terbatas, laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup di mana
percobaan/eksperimen dan penelitian dilakukan.
B. Masalah dan Kebutuhan Laboratorium di Sekolah.
Dalam mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah peserta didik banyak mempelajari
konsep-konsep, teori-teori, mengujicobakan sesuatu, mempraktekkan sesuatu, dan bahkan
menirukan sesuatu serta mengecek kebenaran sesuatu. Hal demikian tidak akan cukup
manakala sekedar dilaksanakan di ruangan kelas yang segalanya serba terbatas. Oleh karena
itu, diperlukan sarana penunjang yang disebut dengan laboratorium.
Ketika peserta didik ingin membuktikan, bagaimana sebuah sel berkembang biak dengan
membelah diri, yang bersangkutan dapat membuktikan dan atau mengadakan eksperimentasi
di laboratorium. Dengan cara demikian, ia akan yakin dengan kebenaran teori yang ia
pelajari. Demikian juga ketika peserta didik ingin melihat seberapa pengaruh nitrogen
terhadap pertumbuhan tanaman ia akan dapat membuktikannya melalui laboratorium.
Peserta didik yang ingin mengenal lebih jauh mengenai bahasa pemrograman komputer, tentu
tidak cukup sekedar diceritai oleh gurunya mengenai bahasa tersebut, melainkan harus
mempraktekkannya sekaligus di laboratorium. Peserta didik yang ingin dapat menuturkan
kata atau kalimat-kalimat bahasa asing dari penutur aslinya, tentu juga tidak efisien kalau
setiap mata pelajaran bahasa senantiasa menghadirkan penutur aslinya. Laboratorium
tampaknya bisa mengatasi hal demikian melalui penyetelan seperangkat alat dimana penutur
asli tersebut menuturkan kata atau kalimat, bahkan menyuruh peserta didik untuk menirukan.
C. Tujuan dan Fungsi Laboratorium Sekolah
Tujuan umum dari Laboratorium sekolah adalah sebagai layanan khusus yang diberikan
sekolah kepada siswa untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Sedangkan tujuan secara
khususnya adalah sebagai berikut:
1. Menunjang penguasaan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru
2. Memupuk keberanian pribadi sesuai dengan hak dan hakekat kebenaran dalam segala
aspek yang terdapat dalam lingkungan hidupnya
3. Melatih dan mengembangkan keterampilan guru dan siswa dalam mengembangkan
profesianya
4. Melatih dan membiasakan siswa belajar secara inovatif baik secara individual maupun
kelompok
Secara umum, fungsi laboratorium sekolah yaitu sebagai sumber belajar dan mengajar,
sebagai metode pengamatan dan metode percobaan, sebagai prasarana pendidikan atau
sebagai wadah dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan fungsi laboratorium secara khusus adalah sebagai berikut:
1. Alat atau tempat untuk menguatkan atau memberikat kepastian informasi
2. Alat atau tempat untuk menentukan hubungan sebab akibat
3. Alat atau tempat untuk membuktikan benar tidaknya (vertifikasi) faktor-faktor atau gajalagejala tertentu
4. Alat atau tempat untuk mempraktekkan sesuatu yang diketahui
5. Alat atau tempat untuk mengembangkan keterampilan
4. Laboratorium Bahasa
Pengertian laboratorium bahasa adalah sebuah laboratorium yang dibuat untuk
mempermudah penyampaian materi apapun di sebuah ruangan, pada umumnya digunakan
untuk materi bahasa, baik bahasa inggris, bahasa Indonesia, bahasa asing lainnya. Sedangkan
menurut Artikel Pendidikan Network sebuah Laboratorium bahasa mengacu kepada
seperangkat peralatan elektronik audio video yang terdiri atas instructor console sebagai
mesin utama, dilengkapi dengan repeater language learning machine, tape recorder, DVD
Player, video monitor, headset dan students booth yang dipasang dalam satu ruang kedap
suara. Banyak sekali komponen yang ada di dalam ruangan lab bahasa, dan sebagaian besar
adalah perlengkapan elektronik yang terintegrasi sehingga menjadi sebuah kesatuan. Selain
itu terdapat juga perlengkapan lain yang tidak kalah penting, misanya karpet dan meja
laboratorium bahasa (http://labbahasadigital.com/laboratorium.bahasa/definisi-laboratoriumbahasa/).
Pada sekolah-sekolah yang mempunyai jurusan IPA, tentu membutuhkan laboratorium IPA.
Laboratorium IPA ini mempunyai sub-sub laboratorioum biologi, fisika, dan kimia. Oleh
karena itu di dalam prakteknya antara masing-masing sub ini sering kali tidak dapat
dipisahkan. Antara satu sub dengan sub yang lain saling membutuhkan.
Pada sekolah-sekolah yang mempunyai jurusan IPS dan bahasa, membutuhkan laboratorium
IPS dan bahasa. Pada laboratorium IPS, dapat terdiri dari sub-sub laboratorium geografi,
kapendudukan, sejarah, ekonomi, dan bahkan perkantoran, sedangkan laboratorium bahasa
terdiri dari sub-sub laboratorium bahasa yang dipelajari di sekolah tersebut, baik bahasa
Indonesia, Daerah, maupun bahasa asing.
Pada saat ini sekolah-sekolah banyak yang mempunyai laboratorium komputer sebagai pusat
sumber belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memanfaatkan teknologi
informasi.
E. Perencanaan Program Laboratorium Sekolah
Untuk perencanaan program laboratorium perlu dilakukan pengadaan gedung dan juga
pengadaan alat dan bahan. Pengadaan gedung harus memperhatikan tata letak laboratorium
diantaranya:
1. Lokasi dan ukuran.
Syarat umum lokasi :
a. Tidak terletak di arah angin,yaitu untuk menghindari polusi terhadap kamar lain
b. Mempunyai jarak cukup jauh terhadap sumber air, untuk menghidari pencemaran air.
c. Mempunyai saluran pembuangan tersendiri untuk menghindari pencemaran penduduk.
d. Mempunyai jarak cukup jauh terhadap bangunan lain untuk memberikan ventilasi yang
cukup dan penerangan alami yang optimum.
e. Terletak pada bagian yang mudah dikontrol
2. Luas Ukuran Laboratorium
Untuk 40 orang siswa ukuran laboratorium yang baik : lebar 8-9 meter dan panjang 11-12
meter atau untuk setiap siswa digunakan lebih kurang 2,5 m2.
Selain itu dalam perencanaan program laboratorium yang harus dilakukan adalah pengadaan
alat dan bahan untuk pengadaan alat-alat laboratorium diperoleh dari:
a. Proyek penyediaan fasilitas laboratorium sekolah Diknas.
b. Dari pembelian sekolah.
Sebelum pembelian alat dan bahan laboratorium perlu dipikirkan hal-hal yang berikut :
a. Percobaan apa yang akan dilakukan
b. Alat/bahan apa yang akan dibeli
c. Pengetahuan tentang penggunaan alat yang dibeli
d. Adanya dana
e. Jenis ukuran alat/bahan yang akan dibeli
f. Prosedur pembelian
g. Pelaksanaan pembelian
Adapun fasilitas laboratorium terdiri dari sebagai berikut:
a. Perabot, yang terdiri dari meja, kursi, bangku, rak, alat, dan bahan
b. Perkakas yang terdiri dari pisau, sabit, bendo, berang, gunting, palu, obeng, pelubang,
gergaji, gabung, kikir, pengungkit, pemotong, pengepres, dan sebagainya.
c. Alat peraga yang terdiri dari model, bagan, gelas, buku, peta, gambar, instrumen, skenario,
film, foto, dan sebagainya.
d. Kotak obat, lengkap dengan obat-obatan yang lazim dibutuhkan bila misalnya saja, ada di
antara peserta didik yang mengalami kecelakaan ketika bekerja di laboratorium
e. Alat pemadam kebakaran, yang dipergunakan sewaktu-waktu bila terjadi kebakaran.
F. Pelaksanaan Program Laboratorium Sekolah
Dalam pelaksanaan program laboratorium, hendaknya diperhatikan mengenai administrasi
dan pemeliharaan alat/bahan di laboratorium.
1. Administrasi Alat/Bahan
Tujuan dari administrasi alat/bahan ialah agar mudah mengetahui posisi dan pengambilannya
dalam penggunaannya.Dalam hal ini yang perlu diasdministrasikan yaitu:
a. Jenis alat/bahan yang ada
b. Jumlah masing-masing alat/bahan
c. Jumlah pembelian dan tambahan
d. Jumlah yang pecah/hilang dan habis
Untuk keperluan administrasi ini diperlukan beberapa buku antara lain : buku Stok, buku
kumpulan daftar pembelian/penerimaan, buku catatan barang-barang yang pecah/rusak/hilang
dan habis, buku harian (http://windywindylagi.wordpress.com/ 2010/04/01/manajemenlayanan-khusus/#comments).
2. Pemeliharaan Alat/Bahan
Masalah penyimpanan alat/bahan biasanya ditentukan oleh: keadaan laboratorium, susunan
laboratoroum, keadaan perabot laboratorium serta adanya gudang dan raung persiapan.
Sedangkan untuk mempermudah dalam pertanggungjawaban dan pemakaian laboratorium,
maka diperlukan struktur organisasi laboratorium agar jelas tugas dan tanggungjawabnya.
Struktur organisasi laboratorium melibatkan:
a. Kepala sekolah
b. Wakil Kepala Sekolah
c. Tata Usaha
d. Guru (Pengelola dan Pembimbing)
1. Laporan merupakan rekaman atas apa yang dilakukan siswa selama melalui kegiatan
praktikum. Tujuan adanya laporan ini yaitu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi praktikum dan kemampuan siswa dalam merangkai data hasil percobaan
serta analisisnya.
2. Tes kegiatan laboratorium. Tes kegiatan laboratorium digunakan sebagai bahan untuk
evaluasi.
3. Pengamatan langsung. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kinerja siswa pada saat
melakukan kegiatan praktikum, misalnya untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
memilih alat yang sesuai, merangkai alat, menggunakan alat, sikap siswa pada saat
melakukan praktikum.
Hal ini menunjukkan bahwa suatu penilaian tidak hanya dilakukan dengan melihat hasil akhir
seperti laporan, tetapi harus mencakup hasil akhir dan proses untuk mencapai hasil itu,
termasuk di dalamnya kinerja siswa, sehingga guru dapat memiliki informasi yang lengkap
tentang siswa.
Daftar Rujukan
Badan Standart Nasional Pendidikan. 2007.
Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Standar Sarana dan Prasarana. Jakarta: BSNP.
http://cahyono-publikasi.blogspot.com/2007/11/tinjauanpelaksanaan-kegiatan.html, diakses 22 April
2010.
http://labbahasadigital.com/laboratorium.bahasa/definisilaboratorium-bahasa/, diakses 22 April 2010.
http://smileboys.blogspot.com/2008/05/pengertianlaboratorium.html, diakses 22 April 2010.
Imron, A. 1994. Manajemen Peserta Didik di Sekolah.
Malang: IKIP Malang
_____________,Pengelolaan di Laboratorium, (Online),
(http://windywindylagi.wordpress.com/2010/04/0
1/manajemen-layanan-khusus/#comments,
diakses 22 April 2010)
Lampiran
Tentang iklan-iklan ini
Terkait
MANAJEMENdalam "Pendidikan"
MANAJEMEN PENDIDIKANdalam "Pendidikan"
Responses
1.
Terimakasih atas Postingannya, sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas
o
sama-sama. terima kasih juga udah memilih postingan saya sebagai bahan ajar
saudara
Berikan Balasan
Kategori
Manajemen
Pendidikan
Warna-Warni
Adm Pendidikan
Teguh Triwiyanto
Novia Trianna
Darwis Jatmiko
Ririn Septianinga
Sherly Maya
Yudhagedhel
Mashuditok
Syaimasya
Lazuardi Wyenda
Iftitaarika
Bagasum
Irawan Benny
Sofi Ainur
Nawaafila
Devianti Putri
Wahyu Maulita
Nerita Veronika
Anik
Amie
Citra Ratna
Helmi
kadalmesirbersaudara
Febriana Sari
Revy
Dicky
Ria
Ilma
Shellrossalia
Galih Purnama
selvyvaselina
Mustofa
Fitri
Kategori
Manajemen (1)
Pendidikan (6)
Warna-Warni (8)
Halaman
About Me
Foto
Februari 2012
K
Jun
6
13
20
27
7
14
21
28
1
8
15
22
29
2
9
16
23
3
10
17
24
4
11
18
25
Flickr Photos
Lebih Banyak Foto
Arya Wiga
Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. | Tema Ocean Mist.
Ikuti
Ikuti
Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.
Buat situs dengan WordPress.com
5
12
19
26