Sunteți pe pagina 1din 4

J,f---

w - uu uviaararsc &It/v.&gvlto

L113C OGJ 1.U14JGU Uy UULUIL

!ailed Typhus Abdominalis,Typhoid fever or Enteric


fever,
j
!nvironment in 2006 reported that typhoid was to
be
public!
mortality rate from typhoid was 500 per 100.000
people,
any
tudy is to find prevalence of typhoid and the
relatied
with

rsed cross-sectional design with descriptive


analysis
on
r
prevalence in Indonesia in 2007. The research
sample
is
" yphus. Collected data with direct quesioner.
Determinant
j
(emografi status, economy status, and environment.
The
resu)
,5%, with range prevalence (0,4% - 2,6%).
Dominant
fn
which are sex variable with OR = 1,142 on
male group, in

ears that was 1,449 (1,164-1,804)). The education


variable
)R=1,746, responden who have child under five
5
years
n

!, 368, variable area according to island in


Indonesia,
NTH
!ccording to administration area have OR = 1,283
(1,169-1,,
proffesional health service have OR = 1, 420 on group
who)

me to' acces community health service have OR


=1,2261;
)R= 1,273 for responden have not water
sufficient,
variabi
esource OR = 1, 097, and the variable of the
water
quality
,arbage place have OR= 1,180 on responden didn't
have
a
;
Ming the waste pipeline in responden home, group
responde
1,098. The result shown prevalency of clinical typhoid a

6%). Dominan factors on the typhoid morbidity


there
were
-ariable, 3. consist of Child under five years in family 4.
educ
dministration area variable 7, length of time to acces to pp

'tees to profesional health intergrated health care post, 9. v

oil source paround drinking water source, 11. variable


,arbage place, 13. variable of having the waste pipeline in resa

Ley words : Factor Determinant, Typhus, Basic Health


Resear

Puslitbang Biomedis dan Farmasi

ledia Penelit. dan Pengembang. Kesehat. Volume XIX


Nomor 4 Tah

ahuluan

--

ifoid dikenali dengan nama lain yaitu


Typhus Abdominalis,Typhoid fever atau
Enteric fever' 2.3.4.
Tifoid,
adalah

skit infeksi perut yang disebabkan oleh


)nella typhii. Gejala Tifoid ditandai dengan

m, suhu badan meningkat mulai sore hari


menurun pada pagi hari, sakit kepala,
ukaan lidah kotor dan tebal, berwarna putih
iingan dengan pinggiran lidah berwarna

h disertai dengan gangguan pencernaan


)a diare atau buang air besar sulit.
Data survey mortalitas subdit ISPA pada 1
2005 di 10 provinsi, menyatakan bahwa
kematian bayi karena tifoid menduduki

gkat ke 9

yaitu 1,2%, sedang AKABA

ka Kematian Balita) data terakhir pada basil


I 2002-2003 yaitu 46 per 1000 kelahiran
). Tetapi dari hasil mortalitas penyakit Tifoid
luduki peringkat ke 6 yaitu sebesar 3,8 % 7).

rig data morbiditas dari


pencatatan dan
Doran rumah sakit memberi informasi bahwa
pola 10 penyakit rawat inap tahun 2005,
.m tifoid/paratifoid mencapai 81.116 kasus

%) menduduki tempat kedua dari 10


skit'.
Profil

pengendalian

penyakit

pola
dan

-hatan lingkungan 2006, melaporkan bahwa


menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hal
apat dilihat dari tingginya angka kesakitan
kematian karena tifoid. Angka kesakitan
I adalah 500 per 100.000 penduduk, dengan
itian 0,65%. Masalah tifoid di Indonesia
'abkan antara lain karena faktor kebersihan

anan,

kebersihan

pribadi

maupun

ungan), maupun masalah klinis seperti

'eksi dengan penyakit lain, resistensi


iotika, serta belum adanya vaksin yang
if.
Laporan Profil Kesehatan Indonesia 2007
.rtemen Kesehatan Republik Indonesia,
la

2008, mempelihatkan bahwa gambaran

,nyakit terbanyak pada pasien rawat inap di


h sakit tahun 2006 memperlihatkan bahwa

kode DTD (2) dan kode ICD (Al) adalah


)4(angka nominal) dengan persentase 3,26%,

luduki peringkat ke 3 setelah penyakit diare


astroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu
tis inf) dan demam berdarah dengue'.
Konperensi
Tingkat
Tinggi
(KTT)
snium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
September 2000 yang dihadiri 189 negara
ota menyepakati dan mengadopsi tujuan
ium atau (MDGs), salah satunya adalah

erangi penyakit menular, sebagai bagian dari

Depkes maka Badan Litbangkes D


mengadakan Riset Kesehatan Dasar tahun
sebagai unsur penunjang penyedian data
dari community based data8.
Sesuai dengan pernyataan-pernyataan
maka peneliti bermaksud untuk memap
penyakit tifoid dan determinannya.
Sebenarnya
data-data
lain
Riskesdas juga tersedia seperti angka kes;
penduduk yang berasal dari masy;
(community based data) yang diperoleh m
studi morbiditas, dan hasil pengumpulan dat
dinkes kabupaten/kota serta dari sarana pela,

kesehatan (facility based data) yang diperole


pencatatan dan pelaporan. Data yang d
diatas kurang lengkap dan belum didi

adanya data determinan penyakit tifoid,


dengan mempertimbangkan data riskesdas
lengkap,
maka dilakukan analisis deter

penyakit

tifoid

hubungannya

morbiditasnya di Indonesia
Determinan karakteristik individu

dipakai adalah jenis kelamin, beberapa lit


menyatakan jenis kelamin perlu diukur se
determinan karena ada beberapa teori gen
menyebutkan adanya perbedaan strukur gen
laki-laki dan perempuan akan dapat menyeb
respon terhadap suatu penyakit, atau
kemungkinan terjadi perbedaan aktivitas an

kelompok tersebut, sedang umur, hal ini


mengetahui resiko yang terjadi dari
golongan umur, seperti umur tua diyakini i
banyak terpapar berbagai macam el
menular, dan imunitas semakin turun, '0
juga diyakini adanya perbedaan pola hidu:
aktivitas.

Beberapa literatur menyebutkan I


penyakit ini dapat mengenai siapa saja tida
perbedaan antara jenis kelamin lelaki

perempuan. Umumnya penyakit itu lebih


diderita anak-anak. Sedangkan orang d
sering mengalami dengan gejala yang tidak
kemudian menghilang atau sembuh sendiri"'
Determinan karakteristik keluarga mE
pendidikan, pekerjaan, pengeluaran perkapit;
jumlah balita dalam keluarga. Variabel pendi

merupakan, suatu indikator yang kerap di


dalam mengukur tingkat pembangunan m
suatu negara, melalui pengetahuan dan pendi
ada beberapa perilaku yang berkontribusi ter

derajat kesehatan. Pada variabel pek


dipercaya
ada beberapa penyakit
berhubungan dengan pekerjaan karena
sekelompok pekerja tersebut diyakini be
terpapar agent penyakit sehingga kalau im

Media
Penelit
dan
VolumeX1XNomor 4 Tahui

Pengembang.

Kesehat.

iereka turun akan sangat beresiko untuk sakit.


edang pengeluaran perkapita dipakai sebagai
kuran kesejahteraan suatu keluarga atau sosial
konomi, variabel ini berguna untuk menentukan

:eberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara,


ubungannya dengan derajat kesehatan adalah
osial ekonomi sangat menentukan perilaku

eseorang dalam menerapkan kesehatan, karena


.danya desakan atau faktor prioritas kebutuhan
idup seseorang disamping pertimbangan

Bahan dan Cara Kerja


Penelitian ini adalah penelitian

lanjut data riskesdas 2007

yang dila

seluruh Indonesia, sedang desain penelit:


dipakai adalah crosseksional, dengan
analitik.

Populasi dan sampel adalah


riskesdas kesmas 2007-2008 adalah sam

susenas 2007, yaitu penduduk Indone

:esehatan, hal ini terbukti adanya beberapa

terpilih dalam sampling susenas secara s


random; yaitu terpilih 278.352 rumah tan

enyakit yang sangat banyak terjadi pada


:elompok sosial ekonomi rendah. Determinan

tersebar di 17.397 BS (blok sensus) d


kabupaten atau kota di Indonesia. Cara I

umlah balita dalam rumah tangga dianggap


ebagai faktor adanya resiko sakit didalam suatu
:eluarga, karena makin banyak balita maka makin

sample susenas 20007 dilakukan dengan


sejumlah blok sensus secara PPS (pi

wyak anak yang sangat bergantung pada orang


ewasa, jumlah balita yang ideal adalah 1
:eluarga terdapat I balita, sehingga perhatian

Prang tua fokus dalam memelihara kesehatan dan


umbuh kembang balita, apabila dalam keluarga

Proportional to size) dari kerangka san


sensus, kemudian memilih 16 rumal
secara sistematik random sampling dari
sensus biasa; untuk blok sensus besar,
terlebih dahulu subblok sensus secara

kemudian baru memilih 16 rumah tang;

S-ar putea să vă placă și