Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
POLA TANAM
Pekarangan
Disusun Oleh:
Kelas A
Kelompok 8
Achmad Ibrahim T
135040100111029
135040100111064
Anindita Dwi L
135040101111006
Naufal Habib I
135040101111018
Khaula Khairini K
135040107111010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tanpa hambatan yang berarti.
Makalah tentang Pekarangan kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Namun kami menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami memohon
maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini dan kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat berdampak positif dan
bermanfaat bagi pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I: PENDAHULUAN
1
1
2
5
6
6
8
8
9
11
13
4.1 Kesimpulan
13
4.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk menghasilkan hasil panen yang maksimal, salah satu faktor yang
harus di perhatikan adalah pola tanam. Pelaksanaan pola tanam juga harus
mengondisikan tempat atau lokasi, dimana tanaman itu akan tumbuh nantinya.
Budidaya yang dilakukan bertujuan untuk menghasilkan produksi yang dapat
memenuhi kebutahan sehari hari. Salah satu jenis pola tanam dengan sistem
budidaya di penggunaan lahan pekarangan dapat menjadi alternatif untuk
melakukan budidaya yang hanya memiliki lahan yang sedikit yang berada di
belakang rumah atau dekat dengan rumahnya.
Di daerah pedesaan, pekarangan (homegarden) telah berkembang secara
lansekap dengan model yang bercirikan etnis, bergaya alami-tropis, dan
sebagai apotik hidup. Dalam konteks lansekap pedesaan, pekarangan dapat
pula berfungsi sebagai homegarden intercropping system yang menyediakan
produk/jasa berupa subsistensi dan komersial secara bersama dengan
mengkombinasikan berbagai macam tanaman pertanian dan hewan. Berikut
makalah ini akan menyajikan penjelasan terkait pekarangan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan pekarangan?
2. Bagaimana fungsi, manfaat, keuntungan serta kendala dari budidaya
3.
4.
5.
6.
7.
pekarangan?
Bagaimana macam macam tanaman di pekarangan?
Bagaimana perkembangan jenis jenis tanaman pekarangan?
Bagaimana bagian bagian dari pekarangan?
Bagaimana pola pemanfaatan pekarangan?
Bagaimana sistem pekarangan di Indonesia?
1.3 Tujuan
Bersadarkan perumusan masalah di atas, maka dikemukakan tujuan dari
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian pekarangan
budidaya pekarangan
Untuk mengetahui macam macam tanaman di pekarangan
Untuk mengetahui perkembangan jenis jenis tanaman pekarangan
Untuk mengetahui bagian bagian dari pekarangan
Untuk mengetahui pola pemanfaatan pekarangan
Untuk mengetahui sistem pekarangan di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pekarangan
Sajogyo (1994) mendefinisikan pekarangan sebagai sebidang tanah di
sekitar rumah yang masih diusahakan secara sambilan. Menurut Terra (1948),
pekarangan berasal dari kata karang yang berarti tanaman tahunan
(perennial crops). Oleh karena itu, pekarangan harus dicirikan oleh adanya
rumah tinggal yang tetap, sehingga tidak berlaku untuk pemukiman yang
berpindah-pindah (nomaden settelment) atau untuk usaha pertanian yang
tidak menetap.
Menurut Simatupang dan Suryana (1989) cukup sulit untuk
mendifinisikan pekarangan secara jelas dan tidak ambigu. Kesulitan ini
timbul karena secara faktual usaha di pekarangan bersifat kontinu dan
merupakan bagian perluasan (extended) dari penggunaan lahan pertanian.
Disamping itu, pekarangan tidak hanya berfungsi sebagai homestead (rumah
dan pekarangan) tetapi sebagai tempat untuk berkebun dan kegiatan usaha
tani lainnya.
Sementara, menurut Mardikanto (1994), pekarangan diartikan sebagai
tanah sekitar perumahan, kebanyakan berpagar keliling, dan biasanya
ditanami tanaman padat dengan beraneka macam tanaman semusim maupun
tanaman tahunan untuk keperluan sehari-hari dan untuk diperdagangkan.
Pekarangan kebanyakan saling berdekatan, dan bersama-sama membentuk
kampung, dukuh atau desa.
Adapun Hartono et al (1985) dalam Rahayu dan Prawiroatmodjo
(2005), mendefinisikan pakarangan sebagai sebidang tanah yang mempunyai
batas-batas tertentu, yang di atasnya terdapat bangunan tempat tinggal dan
mempunyai hubungan fungsional baik ekonomi, biofisik maupun sosial
budaya
dengan
penghuninya.
Pengertian
lain
tentang
pekarangan
skala kecil untuk dan oleh anggota keluarga rumah tangga dan merupakan
ekosistem tajuk berlapis.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Fungsi Pekarangan
Ditinjau dari fungsinya, Terra (1948) mengemukaan fungsi pekarangan
sebagai berikut:
1. Penghasil bahan pangan tambahan bagi hasil sawah dan ladang (padi,
jagung) sebagai penganan, lauk-pauk dan buah.
2. Penghasil uang tunai harian (musim panenan saja bagi sawah dan ladang)
atau mengurangi belanja dapur sehingga disebut sebagai lumbung hidup
(kelapa, pisang, nangka, pepaya dan lain-lain).
3. Penghasil bumbu-bumbu, rempah-rempah, obat-obatan atau jamu-jamuan,
dan wangi-wangian, sehingga disebut apotik hidup (tanaman obat
keluarga).
4. Penghasil bahan bangunan seperti: bambu, jeunjing dan lain-lain.
5. Penghasil kayu bakar, dari ranting-ranting pohon yang perlu dipangkas,
pelepah kelapa dan lain-lain.
6. Penghasil bahan baku kerajinan tangan atau industri rumah, industri kecil
seperti bambu untuk kipas, kukusan dan anyaman lain, kayu, batok kelapa
untuk arang dan lain-lain.
Menurut Kristanti (2012) pekarang disekitar rumah dapat memiliki
berbagai fungsi sesuai peruntukannya. Adapun funsgi pekarangan secara garis
besar dapat dikelompokkkan :
1. Daerah umum (public area). Pekarangan dapat dilihat dan dinikmati oleh
penghuni rumah juga oleh siapa saja yang lewat di depan atau disekitar
rumah kita.
2. Daerah kesibukan (service area). Pekarangan ini diperuntukkan bagi
penghuni rumah, misalnya tempat bermain, mencuci pakaian, mencuci
piring atau lainnya. Area ini dapat ditanam tanaman bumbu-bumbuan,
sayur-sayuran atau tempat menanam tanaman obat-obatan.
3. Daerah pribadi (private area). Daerah ini diperuntukkan untuk pribadi,
misalnya tempat ibu atau bapak menanam tanaman hobbinya tempat
bertukang, melakukan penelitian yang paling hemat, aman, setiap saat
dapat diamati.
4. Daerah famili (family area). Daerah ini dapat dibuat taman untuk
kepentingan keluarga, atau tempat berolah raga, atau tempat keluarga
berkumpul, camping dan lainnya. Arean ini biasanya ditempatkan di lokasi
yang strategis.
3.2 Perkembangan Jenis Jenis Tanaman Pekarangan
Menurut Terra (1948), perkembangan jenis-jenis tanaman yang
dikembangkan dalam pekarangan, ternyata sangat dipengaruhi oleh:
agroklimat, agroekonomi dan budaya.
a. Agroklimat
Di dataran tinggi aneka jenis tanaman pekarangan kurang berkembang
dibanding di dataran rendah, demikian pula di daerah beriklim kering
keanekaragaman kurang disbanding daerah beriklim basah.
b. Agroekonomi
Ditentukan oleh jauh dekatnya dengan pasar. Di daerah dekat pasar, untuk
mencapai efisiensi produksi dan pemasaran cenderung untuk monokultur,
sehingga keanekaragaman berkurang. Sebaliknya di daerah yang jauh
pasar,
produksi
lebih
bersifat
untuk
tujuan
subsisten,
maka
Tabel daftar berbagai macam tanaman di pekarangan petani di kelurahan Sampel, dikelompokkan
menurut fungsinya (Kecamatan Kalasan).
No
Golongan Tanaman
Macam Tanamannya
.
I
2. Tanaman sayuran
3. Buah-buahan
II
III
IV
4. Lain-lain
Tanaman perdagangan
Rempah-rempah, obat-obatan.
Kayu-kayuan:
Sirih.
Kelapa, cengkeh, rambutan.
Jahe, laos, kunir, kencur, dll.
1. Kayu bakar
2. Bahan bangunan
3. Bahan kerajinan
Sumber: Danoesastro, 1978.
bermain anak dan lainnya. Bagian pinggir rumah yang berada di samping kiri
dan kanan, yaitu pipir. Pipir ini biasanya digunakan untuk tempat
perabot/alat-alat pertanian, seperti garu, gasrok, grendel, dan lainnya, tetapi
biasanya disimpan di belakang rumah. Jarian , biasanya terletak dibelakang
rumah atau di bagian belakang, berfungsi sebagai tempat membuang sampah
yang dibakar dan dijadikan pupuk. Panyaweran adalah garis pembatas antara
buruan dan dinding rumah. Digunakan untuk menyimpan sementara hasil
panen atau barang-barang lainnya.
Selain struktur bangunan dan struktur tanaman, di pekarangan juga
ditemukan bangunan-bangunan lain seperti lumbung/gudang, lesung, warung,
sumur, dan kamar mandi, masjid, WC/kakus, kuburan, kolam, kandang
ternak, dan lain sebagainya. Kolam pekarangan (empang lembur), suatu ciri
khas pekarangan masyarakat Sunda biasanya dipekarangan dipelihara
beragam jenis ikan tawar. Beberapa jenis adalah ikan mas (Cyprinus carpio),
tawes (Puntius javanicus), sepat siem (Trichogaster pectoralis), gurame
(Osphrenemus
gouramy),
lele
(Clarias
batracus),
mujair
(Tilapia
ialah
sempitnya
lahan
pekarangan
sehingga
pembangunan
yang
berkelanjutan
dan
berwawasan
10
Karena
luas
pekarangan
yang
relatif
sempit
dan
11
atau
tempelan
(okulasi).
Buah-buahan
yang
biasanya
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pekarangan merupakan lahan yang berada disekitar rumah dengan
luasan tertentu yang biasanya digunakan pemilik rumah sebagai halaman
rumah, tempat menjemur hasil panen, tempat beraktivitas dan sekaligus
sebagai sambilan dalam menanam tanaman tertentu dan tempat penelitian
kecil yang mudah diakses oleh pemilik rumah itu sendiri. Di berbagai daerah
terdapat berbagai macam fungsi khusus dari pekarangan rumah. Sebagian
besar orang-orang Aceh, Minangkabau, Jawa dan Bali memanfaatkan
pekarangan rumahnya untuk menanam berbagai macam komoditas tanaman,
mulai dari tanaman kayu, sayuran, buah dan tanaman obat keluarga atau toga.
Pekarangan rumah terbagi atas 4 bagian, yaitu Buruan atau bagian depat,
Pipir atau bagian samping, Jarian atau bagian belakang dan Panyaweran atau
garis pembatas antara buruan dan dinding rumah dengan fungsinya masingmasing.
4.2 Saran
Untuk para pembaca agar memanfaatkan pekarangan rumahnya sebaik
mungkin sebagaimana sudah dijelaskan dalam pembahasan apabila
pemanfaatan pekarangan yang bauk untuk komoditas pertanian dengan nilai
jual maka pemanfaatan pekarangan akan menjadi salah satu sumber
matapencaharian sampingan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Andhika,
J.
2009.
Pemanfaatan
Lahan
Pekarangan
Secara
Optimal.
Konsep
Program
Gerakan
Dinas
Pertanian
Kota
14