Sunteți pe pagina 1din 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumber daya
manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya
yang sungguh-sungguh dan terus menerus dilakukan untuk mewujudkan
manusia

Indonesia

seutuhnya.

Sumberdaya

yang

berkualitas

akan

menentukan mutu kehidupan pribadi,masyarakat, dan bangsa dalam rangka


mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang
terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan
menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan
kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran,
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lain, dan peningkatan mutu
manajemen sekolah, namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan
belum menunjukkan peningkatan yang memadai.
Upaya peningkatan mutu kualitas pendidikan di Indonesia tidak
pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Upaya itu antara lain
dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidik,
pengembangan materi ajar, serta pengembangan pradigma baru metodologi
pengajaran.
Pendidikan IPA seharusnya dilaksanakan dengan baik dalam proses
pembelajaran

disekolah

mengingat

pentingnya

pelajaran

tersebut.

Pembelajaran IPA dikatakan berhasil apabila semua tujuan pembelajaran yang


telah ditentukan dapat tercapai yang terungkap dalam hasil belajar IPA.
Namun dalam kenyataannya, masih ada sekolah yang memiliki hasil belajar
IPA yang rendah karena belum mencapai standar ketuntasan yang telah
ditentukan. Sehingga dalam hal ini terjadi pada sekolah penulis sendiri karena

pada mata pelajaran IPA dari hasil ujian nasional nilai rata-rata selalu rendah
dan peringkatnya pun selalu berada dibawah urutan ke 45.
Bedasarkan masalah diatas penulis bersama teman sejawat
berusaha mengidentifikasi masalah sabagai berikut :
1. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran.
2. Siswa kurang bergairah untuk belajar.
3. Siswa kurang aktif dalam belajar.
Dari identifikasi masalah di atas, penulis dibantu teman sejawat
mencoba menganalisis masalah sebagai beikut adalah :
1. Metode yang digunakan hanya satu arah .
2. Media pembelajaran yang digunakan belum maksimal.
3. Membuat strategi belajar.
Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil belajar khususnya pada
mata pelajaran IPA, dengan menggunakan metode demontrasi bagi siswa
kelas IV. Metode ini diterapkan agar dapat membantu guru khususnya dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas, penulis terdorong untuk mengadakan
penelitian tindakan ( PTK) dengan judul upaya meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV SD. Muhammadiyah Pangkalpinang tentang gaya benda di air
melalui metode demontrasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas Maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut : Bagaimanakah upaya meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas IV SD. Muhammadiyah Pangkalpinang Tentang gaya benda di air
melalui penerapan metode demontrasi?

C. Tujuan Penelitian perbaikan pembelajaran


1.

Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas


IV SD.Muhammadiyah Pangkalpinang tentang gaya benda di air
melalui penerapan metode demontrasi.

2.

Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan keaktifan siswa kelas IV


SD.Muhammadiyah Pangkalpinang tentang gaya benda di air melalui
penerapan metode demontrasi.

D. Manfaat penelitian
1. Bagi Siswa
a. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran
IPA dengan metode demontrasi.
b. Untuk memberikan warna yang baru dengan metode-metode
mengajar yang sudah ada.
c. Untuk meningkatkan minat belajar, motivasi dan kreativitas siswa
dalam proses belajar mengajar IPA.

2. Bagi Guru
a. Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
pelajaran IPA.
b. Sebagai umpan balik bagi guru yang ingin melakukan penelitian
yang sama.
c. Menjadikan guru sebagai idola dan bentuk contoh yang patut ditiru
oleh siswa.
d. Meningkatkan

rasa

percaya

diri

terhadap

proses

dalam

menyampaikan materi pelajaran.

3. Bagi Sekolah
a. Sebagai bahan tambahan literature untuk guru-guru yang ingin
melakukan penelitian serupa.

b. Meningkatkan mutu pendidikan untuk proses dalam belajar


mengajar.
c. Meningkatkan prestasi mata pelajaran IPA dalam mempersiapkan
ujian akhir sekolah.
d. Menjadikan

lingkungan

sekolah

sebagai

tempat

yang

menyenangkan untuk proses belajar mengajar bagi guru dan siswa.


e. Mendorong efektifitas dan efisiensi kerja guru dan staf disekolah.
f. Memberikan kesempatan mengembangkan pembelajaran yang
fleksibel dengan prinsip pendidikan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar
Menurut Surya (1981), definisi belajar adalah suatu proses usaha
yang di lakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya

dengan

lingkungan.

Sedangkan

abdillah

(2002)

belajar

merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingka laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspekaspek kognetif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Selanjutnya menurut sujana (1998) belajar sebagai suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang siswa. Perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya dan lain lain
aspek yang ada pada individu siswa.
Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan mampu sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah di pelajari. Kegiatan
belajar tersebut ada yang di lakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain
seperti museum, di laboratorium, di hutan, dan dimana saja. Belajar
5

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan


maka belajar hanya di alami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu
terjadinya atau tidaknya proses belajar. Sehingga belajar merupakan sebuah
proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Dengan demikian belajar adalah perubahan tingkah laku pada
individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan
penambahan

ilmu

pengetahuan,

tetapi

juga

berbentuk

kecakapan,

keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian.


B. Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2006), hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi di capai
melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitip dan afektif.
Perinciannya adalah sebagai berikut :
1. Ranah kognitif
Belajar kognitif adalah belajar dengan tujuan membangun struktur
kognitif siswa. Belajar kognitif terkait dengan pemerosotan informasi
dalam benak siswa dan juga berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri- dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi
lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang
dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan

pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud


pada jenis jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi
guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Hasil belajar

digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau

kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai
apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan
tingkah laku yang lebih baik lagi.
Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses tidak dapat terlepas dari
faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah (2006)
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil siswa terdiri dari dua
faktor yang datang dari individu siswa (internal faktor), dan faktor faktor
yang datang dari luar diri individu siswa (eksternal individu). Keduanya dapat
dijelaskan sebagai berkut :
1. Faktor internal anak, meliputi :
a) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti
pelajaran.
b) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek
psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil
belajar siswa antara lain : 1) intelegensi, 2) sikap, 3) bakat, 4) minat
dan 5) motivasi
2. Faktor eksternal anak, meliputi :
a) Faktor lingkungan sosial seperti para guru, sikap para guru, staff
administrasi dan teman-teman sekelas.
b) Faktor lingkungan no-sosial seperti sarana dan prasarana sekolah
belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan
waktu belajar yang digunakan anak.
c) Faktor pendekatan belajar yaitu cara guru mengajar, maupun
metode, modul, dan media pembelajaran yang digunakan.
Keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi pemahaman
guru terhadap hakikat belajar. Fungsi pemahaman guru terhadap hakikat
belajar adalah supaya dalam pelaksanaannya guru dapat mengelola dan
membimbing proses pembelajaran sesuai dengan kaidah-kaidah belajar serta
dapat memberikan tindak lanjut dalam kegiatan belajar.
7

Pembelajaran didalam kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui


kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar,
memberikan umpak atau perbaikan proses belajar mengajar melalui penilaian
dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran
dan keberhasilan belajar peserta didik, guru serta proses pembelajaran itu
sendiri.
Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan
yang telah dilakukan berulang-ulang guna untuk mencapai keberhasilan
dalam proses belajar mengajar didalam kelas sehingga dapat tercapai tujuan
ingin dicapai guru dan siswa. Hasil belajar biasanya dinyatakan dengan skor
yang diperoleh dari satu tes

hasil belajar yang diadakan setelah selesai

mengikuti program pembelajaran. Hal ini sesuai dengan dimensi hasil belajar
yang terdiri atas dimensi tipe isi (produk), dimensi tipe kinerja (proses), dan
dimensi tipe sikap (sikap ilmiah). Penguasaan produk ilmiah mengacu pada
seberapa besar siswa mengalami perubahan dalam pengetahuan dan
pemahamannya tentang ipa baik berupa fakta, konsep, prinsip, hukum,
maupun teori.
Aspek produk IPA dalam pembelaaran di sekolah dikembangkan
dalam pokok-pokok bahasan yang menjadi target program pembelajaran yang
harus dikuasai. Aspek produk seperti fakta, konsep dan prinsip,

hukum

maupun teori sering disajikan dalam bentuk pengetahuan yang sudah jadi.
Penguasaan proses ilmiah mengacu pada sejauh mana siswa mengalami
perubahan dalam kemampuan proses keilmuan yang terdiri atas keterampilan
proses sains dasar dan keterampilan proses terintegrasi. Untuk tingkat
pendidikan dasar di SD maka penguasaan proses sains di fokuskan pada
keterampilan proses sains dasar (basic science process skills) yang meliputi
keterampilan

mengamati

(observasi),

menggolongkan

(klasifikasi),

menghitung (kuantifikasi), meramalkan (prediksi), menyimpulkan (infrensi)


dan mengkomunikasikan (komunikasi). Penguasaan sikap ilmiah dan sikap
sains merujuk pada sejauh mana siswa mengalami perubahan dalam sikap dan
system nilai dalam proses keilmuan. Sikap ilmiah sangat penting yang
dimiliki pada semua tingkatan pendidikan. Sains adalah hasrat ingin tahu,

menghargai kenyataan (fakta dan data), ingin menerima ketidakpastian,


refleksi kritis dan hati-hati, tekun, ulet, tabah, kreatif, untuk penemuan baru,
berfikir terbuka, sensitif terhadap lingkungan sekitar, bekerja sama dengan
orang lain.
C. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Menurut Darmodjo dan kologis (1992) Ilmu pengetahuan alam adalah
pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dan segala
isinya. Sedangkan Vesel dalam bundu (2006) mengartikan Ilmu Pengetahuan
Alam sebagai suatu hal atau apa yang dikerjakan para ahli sains (scientis).
Namun menurut M.Iskandar (1997) Ilmu Pengetahuan Alam perlu diajarkan
bagi anak-anak sesuai dengan struktur kognitif anak. Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di SD diharapkan dapat melatih keterampilan proses dan
sikap ilmiah siswa, maka hendaknya dimodifikasi sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif SD. Adapun tujuan pembelajaran IPA adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menekankan pemahaman tentang pengetahuan dan konsekonsep IPA yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Untuk membangun imajinasi dan rasa ingin tahu siswa dan agar
bersikap positif menanggapi tujuan sain dan teknologi.
3. Untuk meningkatkan kompetensi siswa untuk menyelidiki alam
sekitarnya, memecahkan masalah dan kesimpulan.
4. Ikut serta dan memelihara dan menjaga lingkungan hidup.
Pendek kata untuk mencapai kesuksesan dalam pembelajaran IPA
guru, siswa, alat peraga adalah faktor penting yang sangat
mendukung

keberhasilan,

selain

itu

penggunaan

strategi

pembelajaran yang relevan atau sesuai dengan materi pembelajaran


juga merupakan faktor penunjang untuk bisa memahami materi
pembelajaran yang di sampaikan oleh guru.

Mata pelajaran IPA berfungsi member pengetahuan tentang berbagai


jenis lingkungan alam dalam kaitan dan manfaatnya bagi kehidupan sehari
hari adalah
a. Mengembangkan keterampilan proses.
b. Mengembangkan wawasan sikap dan nilai yang berguna siswa untuk
kualitas kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi.
Dalam proses pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan alam
terdapat ruang lingkup IPA. Adapun ruang lingkup IPA adalah
1. Mahkluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan tumbuhan,
dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
2. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi

cair, gas, dan

padat.
3. Energy dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, magnet, listrik, cahaya,
dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi tata surya dan benda-benda langit
lainnya.
Pembelajaran IPA harus menerapkan proses ilmiah. Pembelajaran
harus berlangsung menggunakan proses-proses yang telah digunakan oleh
para ilmuan IPA. Proses-proses tersebut dinamakan keterampilan proses.
Untuk siswa SD, keterampilan proses dapat dikembangkan dengan
mengembangkan keterampilan mengamati, mengelompokkan, mengukur,
mengkomunikasikan, meramalkan dan menyimpulkan.
Hal yang penting diperhatikan guru dalam pembelajaran IPA adalah
berusaha agar siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran. Selama siswa

10

melakukan kegiatan ilmiah, dalam pembelajaran IPA diharapkan dapat


menemukan suatu pengetahuan baru yang disebut dengan produk ilmiah.
Melalui proses ilmiah, siswa diharapkan dapat mempelajari pengetahuanpengetahuan tentang IPA. Produk ilmiah yang berupa konsep, hukum, dan
teori untuk anak usia SD sudah disusun dalam kurikulum. Didalam kurikulum
sudah dijelaskan mengenai standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indicator, yang harus dicapai oleh siswa.
Pembelajaran yang menerapkan proses ilmiah akan membentuk suatu
sikap yang disebut sikap ilmiah. Agar pengetahuan IPA yang didapat adalah
pengetahuan yang benar, maka siswa-siswi harus menerapkan sikap ilmiah.
Sikap ilmiah tersebut meliputi ingin tahu, hati-hati, objektif, dan jujur.
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari tentang
fenomena alam dan segala sesuatu yang ada dialam. IPA mempunyai beberapa
pengertian dari pengertian IPA itu sendiri, cara berpikir IPA, cara penyelidikan
IPA sampai objek kajian IPA. Karena Ilmu Pengetahuan Alam merupakan
mata pelajaran yang membahas tentang alam secara sistematis untuk
menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses, penemuan, dan
membangun diri siswa untuk memiliki sikap ilmiah.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan alam merupakan pengetahuan yang mempelajari tentang alam
semesta dan segala isinya sehingga dapat melatih keterampilan proses dan
sikap ilmiah dengan menerapkan tahap pengetahuan, menemukan dan meneliti
bahwa hal tersebut benar sehingga dapat menjadi bukti yang nyata.

D. Metode Pembelajaran Demontrasi


Sebagai seorang guru kemampuan memilih metode bukanlah persoalan
yang asing baginya, karena bagi seorang guru yang professional, setiap
memberikan sesuatu materi ia harus menggunakanmetode yang sesuai dengan
materi yang disampaikan, agar proses pembelajaran dapat berjalan secara

11

optimal. Kerancuan sering terjadi dikalangan guru, apabila disekolah dimana


tempat ia bertugas tidak tersedianya fasilitas seperti : media pembelajaran,
sumber belajar, alat peraga dan metode pembelajaran. Kebanyakan guru-guru
tidak paham akan istilah-istilah tersebut.
Untuk itu penulis perlu menyampaikan hal tersebut dengan membuat
batasan pengertian yang tegas tentang apa yang dimaksud dengan media
pembelajaran dan metode pembelajaran. Metode adalah alat yang dipakai
sebagai satuan (Channel) untuk menyampaikan suatu proses (Message) atau
informasi dari suatu sumber (Resource). Dalam pembelajaran pesan atau
informasi berasal dari guru, sedangkan penerima pesan adalah peserta didik.
Pesan dan informasi yang dikomunikasikan tersebut berupa sejumlah
kemampuan yang perlu dikuasai oleh peserta didik.
Kondisi pembelajaran IPA dalam metode yang disajikan guru secara
umum masih belum tepat sasaran bahkan cenderung menerapkan seadanya
sesuai dengan konteks buku yang disodorkan tanpa terlebih dahulu
menganalisis rambu-rambu kurikulum sebagai induk dari kelengkapan
pembelajaran . Akibat penerapan pembelajaran yang seadanya itulah, maka
pembelajaran tidak efektif, yang akan menimbulkan verbalisme dalam diri
peserta didik serta rendahnya hasil belajar siswa. Kegiatan pembelajaran IPA
dalam dunia pendidikan Indonesia terkesan sulit, mahal, dan serius.
Penggunaan media demonstrasi diupayakan kesulitan siswa dalam memahami
konsep yang dipelajari dapat teratasi.
Menurut Djamarah (2002) metode demontrasi adalah metode yang
digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja sesuatu benda
yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
Langkah-langkah metode demontarasi adalah :
a. Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan adalah :

12

1. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kejadian


yang diharapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi
berakhir.
2. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demontrasi yang
akan dillaksanakan
3. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
4. Selama demontrasi berlangsung guru harus intropeksi diri :
Apakah keterangan-keterangan dapat didengar oleh siswa.
Apakah semua media yang digunakan telah ditempatkan pada
posisi yang baik, sehingga semua siswa dapat melihat dengan jelas.
b. Pelaksanaan
Hal-hal yang mesti dilakukan adalah :
1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya.
2. Melakukan demontrasi dengan menarik perhatian siswa.
3. Mengingatkan pokok materi yang akan didemontrasikan agar
mencapai sasaran.
4. Memperhatikan keadaan siswa, apakah semuanya mengikuti
demontrasi dengan baik.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa agar lebih aktif.
6. Menghindari ketegangan.
Manfaat Metrode Demontrasi adalah :
1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih
melekat dalam diri siswa.
13

Aspek penting penggunaan metode demonstrasi adalah :


a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila
alat yang di demonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama
oelh siswa.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh
aktifitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.
c. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena sebab
alat yang terlalu besar atau berada di tempat lain yang
tempatnya jauh dari kelas.
Kelebihan dan kekurangan metode demontrasi menurut Djamarah
(2000) antara lain:
Kelebihan adalah :
1. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu
proses dalam pembelajaran.
2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
3. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkrit, dengan
menghadirkan objek sebenarnya.
Kekurangan adalah :
1. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang
akan dipertunjukkan.
2. Tidak semua benda dapat didemontrasikan.
3. Sukar di mengerti bila di demontrasikan.
Dengan menerapkan metode demontrasi ini agar dapat membantu
anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses dalam pembelajaran,
mengamati objek yang sebenarnya sehingga anak cepat mengerti dalam proses
pembelajaran, sehingga anak lebih aktif dalam proses pembelajaran .
E. Media Pembelajaran

14

Media pembelajaran memiliki cakupan yang sangat luas yaitu


termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang
membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau
sikap. Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk
melakukan komunikasi dalam pembelajaran, sehingga bentuknya bias berupa
perangkat keras(Hardware), seperti computer, tv, projector, dan praktek
lunak(software) yang digunakan pada keras itu.
Lataheru (1988), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah
bahan, alat, atau tehnik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan maksud agar proses interaksi komunikasiedukasi antara guru dan
siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan
definisi tersebut media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam
menugaskan

siswa

mempelajari

materi

pelajaran.

Hamalik

(1980)

mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan media pendidikan adalah alat,


metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan
komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan pada fungsi pembelajaran adalah sebagai
berikut :
1. Media sebagai sumber belajar.
Belajar adalah proses aktif dan konstruktif melalui suatu pengalaman
dalam memperoleh informasi. Dalam proses aktif tersebut, media
pembelajaran berperan sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa .
artinya melalui media peserta didik memperoleh pesan dan informasi
sehingga membentuk pengetahuan baru pada siswa. Dalam batas terlalu
media dapat menggantikan fungsi guru sebagai sumber informasi
pengetahuan bagi peserta didik. Media pembelajaran yang meliputi pesan,
orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, yang dapat mempengaruhi hasil
belajar peserta didik.
2. Fungsi sematik

15

Sematik bekaitan dengan meaning atau arti dari suatu kata, istilah, tanda
atau symbol.
3. Fungsi manipulative
Fungsi manipulative adalah kemampuan media dalam menampilkan
kembali suatu benda/peristiwa, dengan berbagai cara, sesuai kondisi,
situasi, tujuan dan sasarannya.
4. Fungsi fiksatif
Fungsi fiksatif adalah fungsi yang berkenaan dengan kemampuan suatu
media untuk menangkap, menyimpan kembali suatu objek atau kejadian
yang sudah lama terjadi.
5. Fungsi ditributif
Fungsi ditributif media pembelajaran berarti bahwa dalam sekali
penggunaan satu materi objek atau kejadian, dapat diikuti oleh peserta
didik dalam jumlah besar (tak terbatas) dan dalam jangkauan yang sangat
luas sehingga dapat meningkatkan efisiensi baik waktu maupun biaya.
6. Fungsi psikologis
Dari segi psikologis, media pembelajaran memiliki beberapa fungsi seperti
fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi imajinatif dan fungsi
motivasi.
Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik
perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan
belajar siswa.
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar
mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan pembelajar sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar.

16

Batasan ini cukup luas dan mendalam mencangkup pengertian


sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan
pembelajaran /pelatihan.
Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar .
segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan atau keterampilan pembelajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar mengajar.
Terdapat beberapa jenis media yang digunakan oleh seorang dalam
proses pembelajaran di kelas yaitu :
1. Teks
Teks merupakan elemen dasar bagi menyampaikan sustu informasi
yang mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya member
daya tarik dalam penyampaian informasi.
2. Media Audio
Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan dan
membantu meningkatkan daya tarikan terhadap suatu persembahan. Jenis
audio termasuk suara latar, music, atau rekaman suara.
3. Media Visual
Media yang dapat memberikan rangsangan. Rangsangan visual
seperti gambar atau foto, sketsa, diagram, bagian grafik, karton, poster,
papan buletin. Media visual adalah media yang hanay melibtkan indera
penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media ini adalah
media cetak verbal, media cetak grafis, dan media visual non verbal.
a. Media visual verbal adalah media visual yang memuat pesan verbal
(pesan linguistic berbentuk tulisan).

17

b. Media visual non verbal grafis adalah beberapa simbol-simbol visual


atau unsur-unsur grafis (sketsa, lukisan, dan dan foto), gambar,
diagram, bagan dan peta.
c. Media visual non verbal tiga dimensi adalah media visual yang
memiliki

tiga dimensi, berupa model seperti miniature, mock up,

specimen, dan dramatis.


4. Media Proyeksi Gerak
Termasuk didalamnya film gerak, film gelang, program TV, video
kaset (CD, VCD, Atau DVD).
5. Benda-benda miniatur
Seperti benda-benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan diraba
oleh siswa.Media ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik objek
maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.

6. Manusia
Termasuk didalamnya guru, siswa atau pakar atau ahli dibidang
atau materi tertentu.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik
yang bersifat visual audio, projected still media maupun projected motion
media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja
multimedia.

18

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu
Subjek yang menjadi tempat penulis melakukan penelitian tindakan
kelas (PTK) adalah siswa kelas IV SD.Muhammadiyah Jl.Kh.Abdul Hamid.
Dengan jumlah siswa 33 orang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 18 siswa
perempuan yang memiliki latar belakang yang berbeda baik tempat tinggalnya,
kemampuan orang tuanya, status sosialnya, daya serapnya, prestasinya dan
hasil belajarnya. Pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam penulis
mempertimbang alasan untuk melakukan penelitian di sekolah itu. Alasan itu
antaranya lokasinya merupakan tempat bertugas penulis sebagai pengajar di
sekolah tersebut, sehingga mempermudah mencari/mengumpulkan data yang di
perlukan oleh penulis. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksamnakan selama
2 (Dua) bulan, dimulai tanggal 21 Oktober 2013 sampai dengan 30 oktober
2013.
Tabel. I

19

Jadwal pelaksanaan pembelajaran


No

Mata
Pelajaran

IPA

Siklus

Hari/tanggal

28- 10- 2013

II

04- 11 - 2013

III

11 11 - 2013

Materi

Keterangan
33 Siswa

Gaya benda
di air

L= 15
P=18

Pihak yang membantu penulis dalam melakukan penelitian tindakan


kelas ini adalah :
1. Fenta Atriandri,S.SI.M.Pd selaku supervisor.
2. Rudy Sutarmo,SE selaku kepala sekolah SD.Muhammadiyah.
3. Rina Yuniarsih,S.Pd selaku teman sejawat.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas
(PTK) dilakukan saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung, pelaksanaan
perbaikan mata pelajaran IPA dilakukan masing-masing 3 siklus, tiap siklus
melalui 4 tahap kegiatan yaitu : perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
pengamatan, dan tahap refleksi.
Siklus I
1. Perencanaan
a. Menyusun RPP siklus I.
b. Menyiapkan Instrumen penelitian untuk guru dan siswa.
c. Menyiapkan format evaluasi.
d. Menyiapkan sumber belajar dan media belajar.
e. Menyiapkan LKS.
2. Pelaksanaan
a.

mengucapkan salam pembuka dan memberi persepsi kepada siswa.

b.

menyampaikan materi pelajaran.

c.

mengeluarkan alat peraga yang berupa objek langsung antara lain


benda padat, benda cair, batu, gabus,kelereng, bola pimpong, plastisin.
20

d.

membagi siswa menjadi 5 kelompok.

e.

membagi tugas kepada setiap kelompok.

f.

berkeliling memperhatikan siswa yang bekerja dalam kelompoknya.

g.

membaca hasil kerja kelompok didepan kelas.

h.

memberi tanggapan terhadap kerja kelompok.

i.

menyimpulkan pelajaran.

j.

memberi tindak lanjut.

3. Observasi
a. Mengamati kegiatan siswa , saat proses pembelajaran berlangsung.
b. Melihat keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan.
4. Refleksi
a. Kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
b. Kurangnya keterampilan guru bertanya, sehingga siswa terkesan pasif.
c. Siswa masih banyak merasa kesulitan dalam memahami pelajaran.
d. Secara garis besar kegiatan belajar mengajar pada siklus I perlu
dibenahi agar mencapai hasil yang baik.
e. Masih perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus berikut.
Siklus II
1. Perencanaan
a. Menyusun RPP siklus II.
b. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran.
c. Menyiapkan Lks.
d. Menyusun format evaluasi.
e. Membuat skenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
disampaikan.
f. Guru member tugas untuk membaca materi dalam rangka pendalaman
baik disekolah maupun dirumah.
2. Pelaksanaan

21

a. Memberi apersepsi sebagai pendahuluan.


b. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
c. Mengeluarkan alat peraga yang terdiri dari : gelas, air, batu, gabus,
kelereng, plastisin, bola pimpong.
d. Membagikan kelompok.
e. Membagikan tugas pada setiap kelompok .
f. Melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap kerja kelompok.
g. Memasukkan hasil pengamatanya pada table pengamatan.
h. Membaca hasil kerja kelompok.
i. Memberi penghargaan terhadap hasil kerja.
j. Menyimpulkan hasil pengamatan.
k. Menutup pelajaran dengan melakukan evaluasi terhadap materi
pelajaran.
l. Memberikan tindak lanjut.
3. Observasi
a. Mengamati kegiatan siswa, saat proses pembelajaran berlangsung.
b. Melihat keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan.
4. Refleksi
a. Antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah baik, tapi
masih ada siswa yang belum memanfaatkan waktu dan kurang
memperhatikan dalam mengikuti proses pembelajaran.
b. Keterampilan guru dalam bertanya sudah baik, sehingga siswa menjadi
lebih aktif.
c. Terdapat 15 siswa belum mencapai ketuntasan belajar, atau belum
mencapai KKM yang ditetapkan setelah siswa melaksanakan tugas
mandiri dalam mengerjakan instrument soal secara tertulis.
d. Masih perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus berikut.
Siklus III
1. Perencanaan

22

a. Menyusun RPP siklus III.


b. Menyiapkan Instrumen penelitian.
c. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran.
d. Menyiapkan Lks.
e. Menyiapkan format evaluasi.
f. Membuat skenario pembelajaran.
g. Guru member tugas membaca materi dalam rangka pendalaman, baik
di sekolah maupun di rumah.
2. Pelaksanaan
a. Apersepsi dengan materi pelajaran yang akan di pelajari.
b. Menjelaskan materi pelajaran mengenai gaya benda di air.
c. Mengeluarkan alat peraga untuk melakukan demontrasi.
d. Menjelaskan langkah-langkah demontrasi.
e. Membagi siswa menjadi 5 kelompok.
f. Memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok.
g. Mengawasi siswa yang sedang berdiskusi.
h. Membaca hasil kerja kelompok.
i. Memberi penguatan kepada kelompok yang hasilnya paling bagus.
j. Memberi pujian kepada siswa yang mendapat nilai yang bagus.
k. Memberikan tindak lanjut.
l. Mengakhiri pelajaran dengan memberi salam.
3. Observasi
a. Mengamati kegiatan siswa, soal proses pembelajaran berlangsung.
b. Melihat keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan.
4. Refleksi
a. Pada siklus III terjadi kemajuan yang segnifikan antusias dalam
mengikuti nproses pembelajaran sangat baik.
b. Siswa sudah baik memanfaatkan waktu juga perhatian siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
c. Hasil nilai tes formatif sudah Baik.

23

C. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh berasal dari hasil observasi dan tes hasil
belajar siswa, sehingga data yang diperoleh untuk setiap siklus dianalissi
dalam tiga tahap yaitu :
1. Rata-rata
Nilai rata-rata dari sekumpul data yang berupa angka itu pada
umumnya mempunyai berkecenderungan untuk berada disekitar titik pusat
penyebaran data angka tersebut, karena itulah nilai rata-rata atau ukuran ratarata juga dikenal dengan istilah ukuran tendasi pusat. Nilai rata-rata juga
dikenal dengan istilah ukuran nilai pertengahan, sebab nilai rata-rata itu pada
umumnya merupakan nilai pertengahan dari nilai-nilai yang ada. Selain itu,
karena nilai rata-rata itu biasanya berposisi pada sekitar sentral penyebaran
nilai yang ada., maka nilai rata-rata itu pun dikenal dengan nama ukuran posisi
pertengahan. Rata-rata digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam
satu kelas dan untuk mengetahui poin peningkatan hasil belajar dengan
membandingkan rata-rata nilai hasil belajar masing-masing siklus dengan
menggunakan rumus :
M

x
n

Keterangan :
M

: nilai rata rata

: Jumlah nilai siswa

: banyak siswa

2. Persentase ketuntasan
Persentase digunakan untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar
disetiap siklus dengan menggunakan rumus :

PT

xt
X 100
n

24

Keterangan:
PT

: persentase tuntas

xt

: Jumlah siswa nilai tuntas

: banyak siswa

3. Persentase keaktifan
Dengan mengetahui keaktifan dan membuat anak sering bertanya
kepada guru tentang matei yang sedang dipelajari sehingga tujuan
pembelajaran yang diharapkan akan tercapai untuk itu penulis dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :

PA

xt
X 100
n
Keterangan:

PA

: persentase keaktifan

xt

: Jumlah siswa yang aktif

: banyak siswa

25

\
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Evaluasi dilakukan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui
sejauh mana perbaikan yang dilakukan berhasil mencapai target yang telah
ditetapkan. Dari hasil yang dilakukan diperoleh gambaran secara jelas
terjadinya peningkata yang signifikan dari proses pembelajaran serta
kompetensi yang dicapai siswa, hal ini terlihat pada perolehan nilai siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran per siklus yaitu siklus I, siklus II,
siklus III. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.1. dibawah ini :

26

80

72.69
68.22

70
61.66
60

56

50
40
30
20
10
0
Pra siklus

siklus I

siklus II

siklus III

Gambar 4.1. nilai rata-rata siswa setiap tahapan siklus


Data hasil tes tertulis sebelum perbaikan diketahui sebagian besar
siswa belum mampu memahami materi tentang gaya benda di air dengan baik,
hal ini terlihat dari data hasil tes yang telah dilakukan, masih banyak siswa
yang memperoleh nilai dibawah KKM 60, yaitu sebanyak 15 orang siswa atau
setara dengan 56% dari 33 orang siswa. Setelah dilakukan perbaikan
pembelajaran dapat dilihat kenaikan nilai rata-rata siswa dari siklusI, siklus II,
siklus III dari nilai rata-rata sebelum perbaikan nilai rata-rata 61,66 Menjadi
68,22 dan 72,69

27

100

91

90

82

80

70

70
60
50

55
44

40

Persentase

30

Tuntas
Tidak Tuntas

30

20
8

10

Gambar 4.2. ketuntasan belajar siswa


Grafik diatas menunjukkan hasil pembelajaran yang dipoleh siswa
mulai dari pra siklus, siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dideskripsikan
sebagai berikut :
1. Pada pra siklus, siswa yang tuntas dalam belajar berjumlah 18 Orang
siswa atau 55% dan yang belum tuntas sebanyak 15 Orang siswa atau
45%.
2. Pada siklus I, siswa yang tuntas dalam belajar berjumlah menjadi 23
orang siswa atau 70% dan belum tuntas sebanyak 10 orang siswa atau
30 %.
3. Pada siklus II, siswa yang tuntas belajar bertambah lagi menjadi 27
orang siswa atau 82% dan belum tuntas sebanyak 6 orang siswa atau
8%.
4. Pada siklus III, siswa yang tuntas belajar bertambah lagi sebanyak 30
orang siswa atau 91% dan yang belum tuntas berkurang sebanyak 3
orang siswa atau 9%.
28

100%

94%

90%
76%

80%
70%
60%
50%
Persentase

61%
51%
49%
Aktif

39%

40%

Pasif

30%

24%

20%
6%

10%
0%

Gambar 4.3. keaktifan siswa dalam pembelajaran


Pada gambar terlihat bahwa persentase keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran sebelum diadakan perbaikan pembelajaran
siswa yang aktif hanya 16 orang siswa atau 49% dan siswa yang pasif
hanya 17 orang siswa atau 51%. Dalam perbaikan siklus I, siswa yang
aktif bertambah menjadi 20 orang siswa atau 61%. Dan yang pasif
berkurang menjadi 13 orang siswa atau 39%.

Siklus II penulis

mengadakan perbaikan pembelajaran dengan memberikan arahan,


motivasi, dan reward (penghargaan) kepada siswa yang masih merasa
kesulitan dalam belajar, hasil yang diperoleh dari perbaikan ini diketahui
adanya kemajuan dari segi keaktifan siswa hanya 25 orang siswa atau 76%
dan yang pasif hanya 8 orang siswa atau 24%. Siklus III mengalami
peningkatan keaktifan siswa dalam menerima pembelajaran yang
diberikan oleh guru dengan menggunakan metode demonstrasi dapat
dihasilkan siswa yang aktif hanya 31 orang siswa atau 94% dan siswa
yang pasif hanya 2 orang siswa atau 6%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
29

Pada bagian ini, penulis akan memaparkan secara umum gambaran


tentang jalannya proses pembelajaran hasil perbaikan yang dilakukan melalui
3 tahapan atau siklus, hanya perbaikan pembelajaran secara jelas
menunjukkan adanya perubahan yang positif terutama dalam proses
pembelajaran itu sendiri, seperti yang diuraikan pada pada penjelasan setiap
siklus I, siklus II, siklus III. Pada siklus I adanya permasalahan yang dialami
siswa akan tetapi hal ini merupakan akibat dari pendekatan dan penerapan
yang dilakukan oleh guru yang kurang tepat, metode yang digunakan secara
monoton hanya menggunakan satu atau dua metode saja. Pada siklus II,
meskipunmasih terdapat siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, akan
tetapi dapat dinyatakan bahwa pada siklus ini mulai terbiasa dalam metode
dalam pembelajaran. Demikianlah juga halnya pada siklus III, siswa
mengalami perubahan yang sangat baik yakni terciptanya

suasana

pembelajaran yang kondusif, dan siswa terlihat lebih kreatif.


Dari grafik I, peningkatan nilai rata-rata yang diketahui dari hasil
evaluasi tertulis ternyata mengalami peningkatan dari pra siklus sebesar 49
menjadi 61,66 pada siklus I. Pada siklus II sebesar 68,22 dan pada siklus III
sebesar 72,69. Sedangkan peningkatan presentase ketuntasan belajar pada
setiap siklus juga mengalami peningkatan dari pra siklus sebesar 55% atau 18
orang siswa menjadi 70% atau 23 orang siswa. Pada siklus II, sebesar 82%
atau 27 orang siswa dan pada siklus III, sebesar 91% atau 30 orang siswa.
Kemudian peningkatan persentase keaktifan siswa juga mengalami peningkata
dari pra siklus sebesar 49 % atau 16 orang siswa menjadi 61% atau 20 orang
siswa. Pada siklus II sebesar 76% atau 25 orang siswa dan pada siklus III
sebesar 94% atau 31 orang siswa.
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Metode demonstrasi yang digunakan oleh penulis dapat meningkatkan proses
pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Djamarah (2002) bahwa metode demontrasi adalah metode yang
digunakan untuk membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu
proses dalam pembelajaran, sehingga dapat diadakan perbaikan pembelajaran
pada mata pelajaran IPA kelas IV SD.Muhammadiyah Pangkalpinang tentang

30

gaya benda di air dengan menggunakan metode demontrasi dapat berhasil


dengan baik.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan

31

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, dapat


disimpulkan sebagai berikut :
1. Penggunaan metode demontrasi pada mata pelajaran IPA tentang gaya
benda di air dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD
Muhammadiyah. Ini terbukti dengan nilai rata-rata pra siklus adalah 56,
siklus I adalah 61,66, siklus II adalah 68,22, siklus III meningkat
menjadi 72,69.
2. Penggunaan metode demontrasi pada mata pelajaran IPA tentang gaya
benda di air juga dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SD
Muhammadiyah. Ini dibuktikan dengan adanya nilai keaktifan siswa
pada pra siklus 45%, siklus I mencapai 61%, siklus II meningkat
menjadi 76%, siklus III mengalami peningkatan menjadi 94%.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa hal berikut yang
dapat penulis sarankan adalah :
1. Di harapkan kepada semua guru untuk lebih memperhatikan siswa yang
memiliki kekurangan atau keterbelakangan dalam belajar dan siswa
tersebut mendapat pembelajaran secara khusus dan intensif.
2. Sekolah dapat menyediakan sarana yang dibutuhkan oleh seorang guru
dalam proses pembelajaran.
3. Mengembangkan kerjasama dan kolaborasi antara guru dan siswa
sehingga pembelajaran dapat berjalan secara aktif dan kreatif.
4. Memberikan dorongan kepada guru agar lebih berpariasi metode
pembelajaran sehingga tidak monoton.
5. Guru memberikan perhatikan lebih kepada siswa yang mendapat nilai
terendah mengenai tingkah laku dan aktifitasnya selama berada di
sekolah.

32

DAFTAR PUSTAKA
Abitur A. (2004). Sain untuk SD Kelas IV. Jakarta: Tropika.
Andayani,dkk.

(2009). Pemantapan
Universutas Terbuka.

Kemampuan

Profesional.

Jakarta:

Hamalik, O. (2006). Pengertian Hasil Belajar. http://infokus. Blogspot.


Com/2012/07/pengertian-hasil-belajar-menurut-para ahli-html, di
akses tanggal 15 Oktober 2013.
Hendro.D dan Kaligis, Jenny. (1992). Pengertian IPA SD. http://intaniarizkyu
0808. Blospot. Com/2013/02/definisi-ipa-html.
Haryales Mana, D (2008). Media Pembelajaran IPA. http://apadefinisinya.
Blogspot. Com/2008/05/media-pembelajaran. Html, di akses
tanggal 08 Oktober 2013.
Higgard dan Sanjaya. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Mudjiono. (1999). Penelitian Hasil Belajar. http://juprimakno.blogspot.Com /
2013/02/definisi-IPA-html.
Syah, M. (2006). Psikologis Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suyono. (2011). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar beljar.
Jakarta :PT Remaja Rosdakarya.
Nasution,et al. (2007). Pendidikan IPA . hal 1.17 2.4 Jakarta: Universitas
Terbuka.
Saadah, S. (2004). Sains. Bandung: Titian Ilmu (Mono).
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Sutarno, N (2009). Materi dan pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sutrisno, L. ( 2008). Belajar dan Pembelajaran. Hal. 25 Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Suyono.

(2009). Penilaian Hasil


RemajaRusda Karya.

Proses

Belajar

Mengajar.

Bandung:

Wardani, IGAK.dkk. (2013). Pemantapan Kemampuan Professional. Jakarta:


Universitas Terbuka.

33

Tim Redaksi Nuansa Aulia. (2006). Undang undang RI Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: CV Nuansa
Aulia.

34

S-ar putea să vă placă și