Sunteți pe pagina 1din 3

Nama

: Angga Febriandi
Kelas
: Ekonomi Syariah
Semester : VI

Asuransi Syariah
Pegertian Asuransi Syariah
Dalam Undang-Undang Hukum Dagang pasal 246 disebutkan:Asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan nama seorang penanggung
mengikat diri kepada seorang tertanggung dengan menerima premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena satu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tertentu.
Dari diatas, dapat diketahui setidaknya ada tiga unsur yang ada di asuransi.
Pertama, bahaya yang dipertanggungkan; kedua, premi pertanggungan; ketiga
sejumlah uang ganti rugi pertanggungan.
Mayoritas ulama mengatakan bahwa praktik asuransi yang demikian hukumnya
haram menurut Islam, karena:
1. Adanya unsur gharar, yaitu unsur ketidakpastian tentang hak pemegang polis
dan sumber daya yang dipakai menutup klaim.
2. Adanya unsur maysir, yaitu unsur judi karena dimungkinkan ada pihak yang
diuntungkan diatas kerugian orang lain.
3. Adanya unsur riba, yaitu diperolehnya pendapatan dari membungakan.
Asuransi syariah adalah asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Menurut Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/III/2002 tentang asuransi syariah, yaitu usaha
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang /pihak melaui
investasi dalam bentuk asset/dan tabarru/ yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah.
Jadi dasar didirikannya asuransi syariah adalah penghayatan terhadap
semangat saling bertanggung jawab, kerjasama dan perlindungan dalam kegiatankegiatan masyarakat , demi terciptanya kesejahteraan umat dan masyarakat
umumnya. Sebagai seorang muslim, kita wajib percaya bahwa segala hal yang
terjadi diatas tidak terlepas dari qadha dan qadhar Allah Swt. terhadap hambahambanya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang berbunyi
Dan tiada seorangpun dapat mengetahui dengan pasti apa yang diusahakannya
esok, dan tiada seorangpun yang mengetahui dibumi mana ia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS Luqman[31]:34)
Sejarah Asuransi Syariah
Secara historis, asuransi tidak pernah ada pada zaman Nabi Muhammad
Saw, sahabat dan tabiin. ia pertama kali terjadi pada tahun 1182 m. ketika orangorang yahudi diusir dari Prancis, untuk menjamin resiko barang-barang mereka yang
diangkut lewat laut. Pada tahun 1680 , di London didirikan lembaga asuransi
kebakaran karena kebakaran yang terjadi pada tahun 1666 yang menghanguskan
sekitar 13 ribu rumah dan 100 buah gereja.

Dalam Al Quran dan hadits terdapat tuntutan bermuamalah yang benar dan
baik , yaitu terhindar dari kesamaran (al gharar) , untung-untungan (maysir), dan
riba. Oleh karena itu, hukum asuransi adalah boleh selama terhindar dri samar,
untung-untungan, dan riba. Dengan kata lain, hukum asuransi itu boleh selama
mengandung unsur:
1. saling bertanggung jawab,
2. saling membantu/ kerjasama, dan
3. saling melindungi penderitaan satu sama lain.
Kebutuhan akan kehadiran jasa asuransi yang berdasarkan syariah diawali
dengan mulai beroperasinya bank-bank syariah. Hal tersebut sesuai dengan UU No.
7 tahun 1992 tentang perbankkan dan ketentuan pelaksanaan bank syariah. Untuk
itulah pada tanggal 27 Juli 1993, ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
melalui Yayasan Abdi Bangsa Tugu Mandiri sepakat memprakarsai pendirian
Asuransi Takaful, dengan menyusun Tim Pembentukan asuransi Takaful
Indonesia(TEPATI).
FUNGSI ASURANSI SYARIAH

Sebagai protection, investation and saving

Tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa sepenanggungan di antara anggota.

Implementasi dari anjuran Rasulullah SAW agar umat Islam saling tolong
menolong.

Jauh dari bentuk-bentuk muamalat yang dilarang syariat.

Secara umum dapat memberikan perlindungan-perlindungan dari resiko


kerugian yang diderita satu pihak.

Juga meningkatkan efesiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan


pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan
banyak tenaga, waktu, dan biaya.

Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang


jumlahnya tertentu, dan tidak perlu mengganti/ membayar sendiri kerugian yang
timbul yang jumlahnya tidak tertentu dan tidak pasti.

Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar pada pihak asuransi akan
dikembalikan saat terjadi peristiwa atau berhentinya akad.

Menutup Loss of corning power seseorang atau badan usaha pada saat ia
tidak dapat berfungsi(bekerja).
Perbedan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional
Tabel Perbedaan Asuransi syariah Dan Asuransi Konvensional
Keterangan
Pengawasan
Dewan Syariah
(PDS)
Akad
Investasi Dana

Asuransi Syariah
Asuransi Konvensional
Adanya Dewan Pengawas
Tidak ada
Syariah.
Fungsinya
mengawasi
produk
yang
dipasarkan dan investasi
dana
Tolong menolong (takaful)
Jual beli
Investasi dana berdasarkan Infestasi dana berdasarkan
syariah dengan system bagi
bunga

hasil (mudharabah)
Dana yang terkumpul dari
nasabah (premi) merupakan
milik peserta. Perusahaan
hanya memegang amanah
untuk mengelola.
Pembayaran
Dan rekening tabarru (dana
Klaim
kebajikan) seluruh peserta;
sejak awal sudah diikhlaskan
oleh peserta untuk keperluan
tolong menolong bila terjadi
musibah.
Keuntungan
Dibagi antara perusahaan
dengan peserta sesuai prinsip
bagi hasil (Al-mudharabah)
Sumber: Tafakul. 2002
Kepemilikan
Dana

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.

Dana yang terkumpul dari


nasabah (premi) menjadi
milik perusahaan ;
perusahaan bebas
menentukan investasinya
Dari rekening dana
perusahaan

Seluruhnya menjadi milik


perusahaan

Kendala Pengembangan Asuransi Syariah


Dalam perkembangannya, asuransi syariah menghadapi beberapa kendala,
di antaranya:
Rendahnya tigkat perhatian masyarakat terhadap keberadaan asuransi syariah.
Asuransi bukanlah bank yang banyak berpeluang untuk bisa berhubungan dengan
masyarakat dalam hal pendanaan atau pembiayaan.
Asuransi syariah, sebagaimana bank dan lembaga keuangan syariah lain, masih
dalam proses mencari bentuk
Rendahnya profesionalisme sumber daya manusia (SDM) menghambat laju
pertumbuhan asuransi syariah.
Strategi Pengembangan Asuransi Syariah
Adapun srategi yang diperlukan untuk mengembangkan asuransi syariah
diantaranya sebagai berikut:
Perlu strategi pemasaran yang lebih terfokus kepada upaya untuk memenuhi
pemahaman maasyarakat tentang asuransi syariah.
Sebagai lembaga keuangan yang menggunakan sistem syariah tentunya aspek
syiar Islam merupakan bagian dari operasi asuransi tersebut.
Dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah , ulama, akademisi dan
masyarakat diperlukan untuk memberikan masukan dalam penyelenggaraan operasi
asuransi syariah.
http://palmery.blogspot.co.id/2015/08/makalah-pengertian-asuransi-syariah.html
https://affgani.wordpress.com/ekonomi-islam/asuransi-syariah/

S-ar putea să vă placă și