Sunteți pe pagina 1din 5

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER PARU


A. Pendahuluan
Sekalipun kanker paru merupakan penyakit yang relatif baru di Indonesia dan baru
dilaporkan oleh Bonne pada tahun 1935, serta tidak termasuk dalam laporan Vos (1934),
akan tetapi insiden dari kanker paru semakin meningkat di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia. Faktor-faktor etiologi dari kanker paru antara lain: rokok, polusi udara, jenis
pekerjaan (asbestosis), faktor paru (fibrosis, berbagai faktor benda asing, dan
tuberkulosis).
B. Klasifikasi Kanker Paru
Secara histopatologi, kanker paru dapat digolongkan menjadi 4 tipe, yakni
karsinoma epidermoid (25%), karsinoma sel kecil (25%), adenokarsinoma (30%), dan
karsinoma sel besar (15%). Sisanya merupakan tipe yang jarang didapat, yakni
karsinoid bronkhial, mukoepidermoid, dan karsinoma edenoskuamosa.
Disamping itu masih ada pembagian dengan cara lain yang terdiri atas Small Cell
Lung Cancer (SCLC) dan Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC), dimana satu sama
lain mempunyai sifat biologis yang berbeda.
C. Stadium Kanker Paru
Klasifikasi yang dilakukan oleh Joint Committee of Lung Cancer dari Amerika
Serikat adalah sebagai berikut:
Tumor Primer (T):
TIS

: Karsinoma in situ

T1

: Tumor dengan diameter 3 cm atau kurang, dikelilingi oleh paru atau pleura
viseralis, dan tanpa bukti adanya invasi proksimal ke bronkus lobaris pada
bronkoskopi.

T2

: Tumor dengan diameter lebih dari 3 cm, atau tumor dengan ukuran apapun
yang menginvasi pleura viseralis, atau disertai dengan atelektasis atau
pneumonitis obstruktif yang meluas ke daerah hilus. Pada bronkoskopi, tumor
yang menyebar ke proksimal harus terlihat berada di dalam bronkus lobaris

atau paling sedikit 2 cm di sebelah distal dari karina. Atelektasis atau


pneumonitis obstruktif yang terjadi harus mengenai kurang dari satu paru, dan
tidak boleh ada efusi pleura.
T3

: Tumor dengan ukuran apapun yang menyebar secara langsung pada struktur
yang berdekatan, seperti pleura parietalis atau dinding toraks, diafragma, atau
mediastinum dan isinya, atau tumor yang mengenai bronkus utama yang dapat
diperlihatkan dengan bronkoskopi dengan ukuran kurang dari 2 cm di sebelah
kiri distal karina, atau setiap tumor yang berhubungan dengan terjadinya
atelektasis atau pneumonitis obstruktif pada seluruh lapangan paru, atau
terdapatnya efusi pleura (dengan atau tanpa ditemukan sel-sel ganas).

Nodus limfatikus regional (N):


N0

: Tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.

N1

: Terdapat metastasis ke nodus limfatikus peribronkial atau hilus sisi ipsilateral,


atau keduanya. Termasuk penyebaran langsung.

N2

: Metastasis ke nodus limfatikus di dalam mediastinum.

Metastasis jauh (M):


M0

: Tidak ada metastasis jauh.

M1

: Ada metastasis jauh di tempat-tempat tertentu, yakni skalenus, servikalis, atau


nodus limfatikus hilus kontralateral, atau metastasis ke otak, tulang, hati,
jaringan lunak, atau paru-paru sisi kontralateral, dan sebagainya.

Penentuan stadium kanker paru:


Stadium I

: TIS N0 M0, T1 N0 M0, T1 N0/N1 M0, T1 N1 M0, T2 N0 M0

Stadium II

: T2 N1 M0

Stadium III

: T3 dengan N apapun, N2 dengan T apapun, M1 dengan T atau N


apapun

D. Gejala-gejala Klinis
Gejala klinis yang terjadi disebabkan oleh:
1. Tumor itu sendiri, yaitu batuk, nyeri dada dan hemoptisis.

2. Obstruksi tumor pada bronkus, yakni mengi (wheezing), stridor, atelektasis atau
dispnea.
3. Pertumbuhan tumor ke pleura, yakni nyeri pleura dan gejala-gejala efusi pleura.
4. Metastasis ke kelenjar mediastinum, yaitu:
- Suara serak
- Sindroma vena cava superior
- Hemiparese diafragma
- Disfagia
- Efusi pericardial
- Bronkialgia
5. Metastasis jauh:
- Metastasis ke serebral dapat menimbulkan kejang.
- Metastasis ke medulla spinalis dapat menimbulkan parese dan nyeri punggung.
6. Keluhan yang termasuk di dalam sindroma paraneoplastik, yaitu gejala-gejala yang
secara sistematik mempunyai hubungan dengan semua organ tubuh, seperti
sindroma Cushing, hiperkalsemia, dan sebagainya.
E. Diagnosis Dini
1. Klinis
Keluhan klinis yang dapat terjadi pada kanker paru dapat berupa batuk produktif,
sesak nafas, nyeri dada, batuk berdarah, dan dispnea.
2. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya resiko imunologi
terhadap sel tumor.
3. Pemeriksaan radiologi
Merupakan pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk menegakkan
diagnosa pada kanker paru, terutama pada kelompok resiko tinggi.
4. Pemeriksaan sitologi sputum
5. Bronkoskopi
6. Biopsi
Dilakukan untuk 2 hal, yakni:
- Untuk mengetahui jenis histopatologi dari sel kanker

- Untuk mengetahui metastasis dari sel kanker paru, kecuali pada tindakan biopsi
transtorakal dan transbronkial.
7. Scaning paru
8. Angiografi
F. Terapi
1. Operasi
Dilakukan pada tumor yang terlokalisir
2. Radioterapi
- Dilakukan pada pasien yang tidak mau operasi
- Tindakan dilakukan atas pertimbangan untuk menekan metastasis
- Digunakan sebagai terapi paliatif terhadap gejala-gejala obstruksi dan hemoptisis
G. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. inflamasi dan obstruksi jalan nafas
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake yang tidak
adekuat
3. Intoleransi aktivitas b.d. isolasi respirasi
4. Kurang pengetahuan b.d. perawatan klien pulang
H. Daftar Pustaka
1. Rab, Tabrani. 1996. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates
2. University IOWA. NIC and NOC Project. 1991. Nursing Outcome Classifications.
Philadelphia, USA
3. McCloskey & Bulechek. 1996. Nursing Interventions Classifications 2nd edition.
Mosby-Year Book Inc, Newyork
4. NANDA.

2001-2002.

Philadelphia, USA

Nursing

Diagnosis:

Definitions

and

Classification.

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


KANKER PARU
Bangsal: Bougenville 4 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Pembimbing Akademik: Haryani, S.Kp.

Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:
Zahrah Failasuf Fitri
02/155007/KU/10268

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2007

S-ar putea să vă placă și