Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya
bibit penyakit kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati
urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat
disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif
Mansjur, 2000).
Di USA ensefalitis sering terjadi pada usia 0-3 tahun, sekitar 10-20 %
di USA, persentase lebih tinggi dibandingkan negara-negara yang belum
berkembang. Ada banyak tipe-tipe dari ensefalitis, kebanyakan darinya
disebabkan oleh infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-virus. Ensefalitis
dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan
dari otak. Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala,
muntah-muntah lethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada
penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.
Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan
saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan
menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara. Salah satunya adalah pada
jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan ensefalitis. Berdasarkan
faktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi
enam tipe, yaitu : ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus,
ensefalitis karena fungus, ensefalitis karena parasit, dan riketsiosa serebri.
Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi dari infeksi HSV
( Herpes Simplek Virus ) yang mempunyai mortalitas dan morbiditas yang
tinggi terutama pada neonates. EHS (Encephalitis Herpes Simplek ) yang
tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80% setelah 30 hari dan
meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir
akan menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih sering ditemukan
dan lebih berat pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan
yang lebih dari 4 hari memberikan prognosis buruk, demikian juga koma,
Enchepalitis.
f) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostic
Enchepalitis.
g) Mahasiswa
dapat
Enchepalitis.
h) Mahasiswa dapat
Enchepalitis.
menjelaskan
menjelaskan
tentang
teori
penatalaksanaan
Asuhan
Keperawatan
i) Mahasiswa
dapat
memahmi
dalam
melakukan
Asuhan
Keperawatan Enchepalitis.
C. Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah hanya membahas tentang
Asuhan Keperawatan Anak dengan Enchepalitis meliputi pengertian,
gejala umum, etiologi, patofisiologi, perangkat diagnostic, penatalaksanaan,
pencegahan, dan komplikasi pada anak dengan Enchepalitis dan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
D. Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi
kepustakaan dengan tujuan mendapatkan gambaran secara tepat tentang
asuhan keperawatan anak dengan Enchepalitis,
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari 3 BAB yaitu :
BAB I :
Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan yang
terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, ruang lingkup,
BAB II :
etiologi,
tanda
dan
gejala,
patofisiologi
terdiri
dari
BAB II
TINAJAUAN TEORITIS
2. Etiologi
a. Untuk
mengetahui
penyebab
encephalitis
perlu
pemeriksaan
Berbagai
macam
mikroorganisme
dapat
dan
virus.
Bakteri
penyebab
ensefalitis adalah
inkubasi
yang
berlangsung
berminggu-minggu
atau
berbulan-bulan.
f) Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus
Blastomyces dermatitidis, biasanya menyerang pria yang bekerja
di luar rumah. Tempat masuknya melalui paru-paru atau lesi pada
kulit.
3. Patofisiologi
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui
peredaran darah, saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan berkembang
biak menimbulkan proses peradangan. Kerusakan pada myelin pada
akson dan white matter dapat pula terjadi . Reaksi peradangan juga
mengakibatkan perdarahan , edema, nekrosis yang selanjutnya dapat
terjadi peningkatan tekanan intracranial. Kematian dapat terjadi karena
adanya herniasi dan peningkatan
Wartonah, 2007).
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran npas, dan saluran cerna.
Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh
dengan beberapa cara :
7. Komplikasi
Komplikasi pada ensefalitis berupa :
a. Retardasi mental
b. Iritabel
c. Gangguan motorik
d. Epilepsi
e. Emosi tidak stabil
f. Sulit tidur
g. Halusinasi
h. Enuresis
i. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor
register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini
digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau
memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
keluhan utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku
kuduk, gangguan kesadaran, demam dan kejang.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan
hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang
pernah dialami sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal
berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam,s akit kepala,
pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstrimitas dan
pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya
tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala terebut
berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan perilaku,
gangguan kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai tanda
dan
keluarga
anak
sangat
mendukung
terhdap
neurologis.
Ruang
lingkup
pengkajian
fisik
hospitalisasi
yang
lama,
kemungkinan
terjadinya
dengan
ketidakmampuan
menelan,
keadaan
hipermetabolik
e. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kejang, perubahan
status mental, dan penurunan tingkat kesadaran
f. Resiko kejang berulang
g. Nyeri yang berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
h. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran,
kerusakan persepsi/kognitif
i. Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan
penerima rangsang sensorik, tranmisi sensorik, dan integrasi sensori.
j. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif,
Rasional
1. Untuk mencegah nyeri
perubahan tekanan
intrakranial
dilaporkan ke dokter
menandakan ada
perubahan tekanan
intrakranial dan penting
untuk intervensi awal
dokter.
4. Untuk mencegah
4. Hindari posisi tungkai ditekuk
atau gerakan-gerakan klien,
anjurkan untuk tirah baring.
5. Tinggikan sedikit kepala klien
peningkatan tekanan
intrakranial
5. Untuk mengurangi
tekanan intrakranial
6. Untuk mencegah
keregangan otot yang
gerakan-gerakan klien.
dapat menimbulkan
peningkatan tekanan
intrakranial
7. Untuk mengurangi
8. Untuk merujuk ke
rehabilitasi
9. Untuk
9. Kolaborasi pemberian steroid
menurunkan
tekanan intrakranial.
osmotik.
Intervensi
Rasional
komplikasi potensial.
Pengkajian fungsi
dengan cepat
2. Peninggian kepala tempat
tidur memudahkan
pernapasan, meningkatkan
ekspansi dada,
meningkatkan batuk lebih
efektif
3. Klien berada pada resiko
2500 ml/hari
dijalan napas
mempertahankan kepatenan
jalan napas menjadi bersih
dengan
ketidakmampuan
menelan,
keadaan
hipermetabolik.
Tujuan
: kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam waktu 5x24 jam.
Kriteria hasil : turgor baik, asupan dapat masuk sesuai kebutuhan,
terdapat kemampuan menelan, sonde dilepas, berat badan meningkat
1 kg, Hb dan albumin dalam batas normal.
Intervensi
Rasional
kulit.
2. Lakukan oral hygene
klien
2. Kebersihan mulut
pengeluaran.
4. Observasi posisi dan
keberhasilan sonde
5. Tentukan kemampuan klien
dalam mengunyah, menelan,
dan refleks batuk.
6. Kaji kememuan klien dalam
menelan, batuk, dan adanya
sekret.
nutrisi klien
4. Untuk menghindari resiko
infeksi/ iritasi
5. Untuk menetapkan jenis
makanan yang akan
diberikan pada klien.
6. Dengan mengkaji faktorfaktor dapat menentukan
kemampuan menelan klien
dan mencegah resiko
aspirasi.
7. Fungsi gastrointestinal
bergantung pada kerusakan
bising usus.
makanan.
9. Menurunkan resiko
meninggikan kepala.
10. Letakkan posis kepala lebih
sesudah makan
11. Stimulasi bibir untuk menutup
gravitasi.
11. Membantu dalam melatih
meningkatkan kontrol
muskular.
melalui slang.
memberikan cairan
pengganti dan juga makan
jika klien tidak mampu untuk
memasukan segala sesuatu
melalui mulut.
Intervensi
Rasional
muka lainnya.
komplikasi
2. Melindungi klien bila
kejang terjadi
3. Mengurangi resiko
jatuh/cedera jika terjadi
vertigo dan ataksia
4. Untuk mencegah atau
mengurangi kejang. Catatan:
fenobarbital dapat
menyebabkan depresi
Intervensi
1. Usahakan membuat
Rasional
1. Menurunkan reaksi terhadap
tenang.
vasokontriksi pembuluh
darah otak
3. Membantu menurunkan
(memutuskan) stimulasi
sensasi nyeri
4. Dapat membantu relaksasi
otot-otot yang tegang dan
dapat menurunkan nyeri/rasa
tidak nyaman
5. Mungkin diperlukan untuk
menurunkan rasa sakit.
Intervensi
1. Tinjau kemampuan fisik dan
kerusakan yang terjadi
2. Kaji tingkat imobilisasi,
gunakan skala ketergantungan
Rasional
1. Mengidentifikasi kerusakan
fungsi dan menentukan
pilihan intervensi
2. Tingkat ketergantungan
minimal care (hanya
memerlukan bantuan
minimal)
dekubitus
4. Mencegah terjadinya
kontraktur atau footdrop,
serta dapat mempercepat
pengembalian fungsi tubuh
nantinya.
5. Memfasilitasi sirkulasi dan
mencegah gangguan
integritas kulit
6. Melindungi mata dari
sesekali
7. Kaji adanya nyeri, kemerahan,
bengkak pada area kulit
g. Cemas
yang
berhubungan
ancaman,
kondisi
sakit,
dan
perubahan kesehatan.
Tujuan : mengakui dan mendiskusikan rasa takut. Mengungkapkan
keakuratan
pengetahuan
tentang
situasi.
Tampak
rileks
dan
Rasional
1. Gangguan tingkat kesadaran
dapat mempengaruhi
tidak menyangkal
keberadaannya. Derajat
ansietas akan dipengaruhi
bagaimana informasi
6. Meningkatkan perasaan
sumber-sumbner penyokong
yang ada, seperti keluarga,
konselor professional dan
sebagainya
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik
Tahapan pelaksanaan terdiri dari :
a. Persiapan
Kesiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan
a) Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan.
b) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
diperlukan.
c) Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin
timbul.
d) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
e) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan
tindakan yang dilakukan.
f) Mengidentifikasi aspek hukum dan etika terhadap resiko dari
potensial tindakan.
b. Implementasi adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan
untuk
memenuhi
kebutuhan
fisik
dan
emosional.
Tindakan
dan
kuantitas
pelayanan
tindakan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen, yang
dapat disebabkan karena virus, bakteri, jamur dan parasit. Encephalitis
karena bakteri dapat masuk melalui fraktur tengkorak. Sedangkan pada
virus disebabkan karena gigitan serangga, nyamuk (arbo virus) yang
kemudian masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah.
Pemberian imunisasi juga berpotensi mengakibatkan encephalitis seperti
pada imunisasi polio. Encephalitis karena amuba diantaranya amuba
Naegleria fowleri, acantamuba culbertsoni yang masuk melalui kulit yang
terluka.( Dewanto, 2007).
b. Untuk mengetahui penyebab encephalitis perlu pemeriksaan bakteriologik
dan virulogik pada spesimen feses, sputum, serum darah ataupun cairan
serebrosspinalis yang harus diambil pada hari-hari pertama. Berbagai
macam
mikroorganisme
dapat
menimbulkan ensefalitis,
misalnya
Wartonah, 2007).
d. Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih
kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria
diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari
demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai
kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan
pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).
e. Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau
mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada
keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social anak. Tahuntahun pertama pada anak merupakan tahun emas untuk kehidupannya.
Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk
mencapai
tugas
tugas
pertumbuhan
selanjutnya.
Pengkajian
DAFTAR PUSTAKA