Sunteți pe pagina 1din 15

ATRESIA ESOFAGUS

DISUSUN OLEH:
1. A F R I L I N D A
2. A N G G R I A N I
3. A Y U S U R Y A N T I
4. D I N A R A Y U M I R U N G G A N S A R I
5. F I T R I H I D A Y A T I
6. I S N A A M A L I A
7. S U S I U M A Y A H
8. V I V I T H E R I A Z U L F A

Pengertian
Atresia

esofagus adalah suatu kondisi medis


kongenital (lahir cacat) yang mempengaruhi saluran
pencernaan.
Atresia esofagus adalah perkembangan embrionik
abnormal esofagus yang menghasilkan pembentukan
suatu kantong (blind pouch), atau lumen berkurang
tidak memadai yang mencegah perjalanan
makanan/sekresi dari faring ke perut.

Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu

keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu),


pada esofagus. Pada sebagian besar kasus atresia
esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada 1/3
kasus
lainnya
esofagusbagian
bawah
berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut
sebagai atresia esofagus dengan fistula).

Epidemiologi
Atresia esofagus terjadi pada sekitar 1 dari 4.425
kelahiran hidup. Secara embriologis abnormali ini
terjadi akibat:
1. Diferensiasi usus depan yang tidak sempurna
dalam memisahkan diri masing-masing untuk
menjadi esofagus dan trakea.
2. Perkembangan sel entodermal yang tidak lengkap
sehingga menyebabkan terjadinya atresia.
3. Perlekatan dinding lateral usus depan yang tidak
sempurna sehingga terjadi fistula trecheoesofagus.
Faktor genetik tidak berperan dalam patogenesis kelainan ini.

Etiologi
Etiologi dari atresia esofagus yaitu kegagalan pada fase
embrio terutama pada bayi yang lahir prematur.

Klasifikasi
Kalasia
Adalah kelainan yang terjadi pada bagian bawah
esofagus (pada persambungan dengan lambung)
yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi
sering regurgitasi bila dibaringkan.
2. Akalasia
Merupakan kebalikan dari kalasia. Pada akalasia
bagian distal esofagus tidak dapat membuka
dengan baik sehingga terjadi keadaan seperti
stenosis atau atresia.
1.

Faktor Predisposisi
Faktor obat, salah satu obat yang dapat
menyebabkan kelainan kongenital adalah thali
domine.
2. Radiasi, radiasi pada permulaan kehamilan
mungkin dapat menimbulkan kelainan kongenital
pada janin yang dapat mengakibatkan mutasi gen.
3. Gizi ibu sewaktu hamil.
1.

Tanda dan Gejala


Ditemukan riwayat polihidramnion pada ibu.
Kateter yang dipakai untuk resusitasi tidak dapat

masuk ke lambung.
Terdapat banyak sekresi mulut pada bayi.
Bayi tersedak, batuk atau sianotik pada saat diberi
minum.

Patofisiologi
Respiratory primordium muncul sebagai tonjolan ke arah

ventral. Pada dasar dari postpharyngeal forgut pada awal


minggu ke-4 kehamilan.
Trakea yang terletak di ventral menjadi terpisah dengan
esofagus yang terletak di dorsal.
Pemisahan epitel forgut ditandai dengan peningkatan jumlah
sel yang mengalami apoptosis.
Perubahan ventral ke dorsal ekspresi forgut ke arah kranial.
Defek primer adalah adanya forgut tak terpisah yang
persisten, sebagai hasil dari kegagalan pertumbuhan trakea
atau kegagalan trakea yang sudah terbentuk saat memisahkan
diri dari esofagus.

Diagnosis
Dalam pemeriksaan USG pada UK sekitar 26 minggu
ditemukan polihidramnion tetapi pembesaran perut
ibu tidak sesuai dengan umur kehamilan (lebih kecil).
2. Terdapat kesulitan memasukkan kateter ke dalam
lambung, biasanya kateter akan berhenti pada jarak
10-11 cm dari gusi atas.
3. Kadang-kadang foto polos toraks memperlihatkan
gambaran khas esofagus yang berdilatasi karena terisi
udara, terlihatnya udara dalam lambung atau usus
menandakan adanya fistula antara trakea dan esofagus
bagian distal.
1.

Komplikasi
1. Pneumonia aspirasi yang disebabkan karena usaha
makan.
2. Atelaktasis pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun
bronkiolus) atau akibat pernapasan yang sangat dangkal.
3. Dismotilitas esofagus, terjadi karena kelemahan dinding
otot esofagus.
4. Gastrosophagus refluks atau asam lambung naik.
5. Fistula tracheoesofagus berulang.
6. Disfangia atau kesulitan menelan.

Penatalaksanaan
1. Pada anak segera dipasang kateter ke dalam esofagus
dan bila mungkin dilakukan penghisapan terus menerus.
2. Sebelum operasi bayi harus ditidurkan telungkup untuk
mencegah isi lambung masuk ke paru.
3. Pemberian antibiotik pada kasus dengan resiko infeksi.
4.
kadang-kadang
keadaan
bayi
memerlukan
dilakukannya tindakan bedah dalam 2 tahap. Tahap 1
berupa pengikatan fistula serta pemasangan pipa
gastrostomi untuk pemberian makanan, tahap 2 berupa
tindakan anastomosis kedua ujung esofagus.

TERIMA KASIH

S-ar putea să vă placă și