Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah perdarahan yang terjadi di
saluran cerna yang dimulai dari mulut hingga ke 2/3 bagian dari duodenum.
Perdarahan SCBA adalah perdarahan lumen saluran cerna yang terjadi di sebelah
proksimal ligamentum treitz. Mulai dari esofagus, gaster, duodenum sampai pada
bagian atas dari jejunum. Penyebab utama perdarahan SCBA di Indonesia adalah
varises karena sirosis hati, sedangkan di Negara Eropa dan Amerika penyebab
terbanyak berasal dari ulkus peptikum.
Manifestasi klinik yang timbul berupa hematemesis, melena, perdarahan
tersamar dan gejala atau tanda kehilangan darah misalnya anemia, sakit kepala,
sinkop, angina atau sesak nafas. Faktor risiko perdarahan SCBA adalah usia, jenis
kelamin, pemakaian Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), pemakaian obat
antiplatelet, mengkonsumsi alkohol, merokok, riwayat gastritis, diabetes mellitus,
dan infeksi bakteri Helicobacter pylori.
Pemeriksaan endoskopi merupakan pilihan utama dalam mendiagnosis
dengan akurasi diagnosis >90%. Tindakan endoskopi selain digunakan untuk
kepentingan diagnostik dapat digunakan sebagai terapi.
1.2 Tujuan
Bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca umumnya dan penulis
khususnya mengenai perdarahan saluran cerna bagian atas, mulai dari definisi
sampai pada penatalaksanaannya.
1.3 Manfaat
a. Bagi penulis
Meningkatkan
pengetahuan
dan
kemampuan
dalam
mempelajari,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
2.2 Epidemiologi
Di Indonesia sebagian besar ( 70 80 % ) perdarahan SCBA berasal dari
pecahnya varises esophagus akibat penyakit sirosis hati. Dari 1673 kasus
perdarahan saluran cerna bagian atas di SMF penyakit dalam RSU DR. Sutomo
Surabaya, penyebabnya 76,9% pecahnya varises esofagus, 19,2 % gastritis
esophagus, 1 % tukak peptic, 0,6% kanker lambung, dan 2,6 % karena sebabsebab lain. Laporan dari RS pemerintah di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta
urutan ketiga terbanyak perdarahan SCBA sama dengan RSU dr. Sutomo
Surabaya. Sedangkan laporan RS pemerintah di Ujung Pandang, tukak peptik
menempati urutan pertama penyebab perdarahan SCBA. Di negara barat, tukak
peptik menempati urutan pertama penyebab perdarahan SCBA dengan frekuensi
sebesar
50%. Walaupun
pengelolaan
SCBA telah
berkembang
namun
mortalitasnya relatif tidak berubah, masih berkisar 8-10%. Hal ini dikarenakan
bertambahnya kasus perdarahan dengan usia lanjut dan akibat komorbiditas yang
menyertai.
yang lama. Sekuele yang terjadi akibat refluks adalah peradangan, perdarahan,
dan pembentukan jaringan parut dan striktur.
6. Sindroma Mallory-Weiss
Hematemesis atau melena yang secara khas mengikuti muntah-muntah berat
yang berlangsung beberapa jam atau hari, dapat ditemukan satu atau beberapa
laserasi mukosa lambung mirip celah, terletak memanjang di atau sedikit
dibawah esofagogastrikum junction.
7. Keganasan
Keganasan, misalnya kanker lambung.
8. Angiodisplasia
Angiodisplasia ialah kelainan vaskular kecil, seperti yang terdapat pada
traktus intestinalis.
1.
Inhibisi dari COX-1 dan Gastroprotektif PG Ada dua isoform dari COX,
yaitu COX-1 dan COX-2, yang memiliki fungsi yang berbeda. Enzim
COX-1 bertanggung jawab terhadap proteksi normal fisiologis dari
mukosa lambung. COX-1 penting untuk sintesis dari prostaglandin, yang
mana melindungi lambung dari pengeluaran asam, mengatur aliran darah
di mukosa lambung, dan menghasilkan bikarbonat. Isoform lain, COX-2,
dipicu oleh kerusakan sel, sitokin proinflamatori yang bervariasi, dan
faktor turunan tumor. Kebanyakan gastropati yang terjadi disebabkan
oleh inhibisi oleh COX-1 oleh OAINS
2.
30-40% dari pasien yang menggunakan NSAID secara jangka panjang (>
6 minggu), memiliki keluhan dispepsia yang tidak dalam korelasi dengan hasil
studi endoskopi, hamper 40% dari pasien dengan tidak ada keluhan GI telah luka
parah mengungkapkan pada studi endoskopi, dan 50% dari pasien dengan keluhan
GI memiliki integrias mukosa normal.
Gastropati NSAID dapat diungkapkan dengan tidak hanya dispepsia tetapi
juga dengan gejala sakit, juga mungkin memiliki onset tersembunyi dengan
penyebab mematikan seperti ulcer perforasi dan perdarahan.
2.6 Diagnosis
Anamnesis
1. Identitas pasien :
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, perkawinan, alamat,
agama, suku.
2. Keluhan utama :
Muntah darah (hematemesis) dan buang air besar berdarah (melena).
3. Riwayat penyakit sekarang :
-
Apakah ada demam? Demam biasanya tidak tinggi, tetapi suhu dapat
mencapai 103o F (39,5o C).
10
Pemeriksaan Fisik
11
Pemeriksaan rektal untuk massa, darah, melena, dan darah samar pada
feses.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap : Hb, Ht, golongan darah, jumlah eritrosit,
leukosit, trombosit, waktu perdarahan, waktu pembekuan, PT, APTT,
morfologi darah tepi, fibrinogen, dan crossmatch jika diperlukan transfusi.
Perdarahan baru atau masih berlangsung dengan hemoglobin < 10 g% atau
hematokrit < 30 %.
Pemeriksaan ureum dan kreatinin :
Perbandingan BUN (Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin serum dapat
dipakai untuk memperkirakan asal perdarahan. Nilai puncak biasanya
dicapai
dalam
24-48
jam
sejak
terjadinya
perdarahan.
Normal
12
b.
Endoskopi
Endoskopi
digunakan
untuk
membantu
menegakkan
diagnosis,
2.7 Penatalaksanaan
13
a. Pemeriksaan awal
Langkah awal pada semua kasus perdarahan saluran makanan adalah
menentukan beratnya perdarahan dengan memfokuskan pada status hemodinamik.
Pemeriksaannya meliputi : 1) tekanan darah dan nadi, 2) perubahan ortostatik
tekanan darah dan nadi, 3) ada tidaknya akral dingin, 4) respiratory rate 5) tingkat
kesadaran, 6) produksi urin.
b. Stabilisasi hemodinamik
Pada kondisi hemodinamik tidak stabil, berikan infus cairan kristaloid dan
pasang monitor CVP (central venous pressure). Tujuannya untuk memulihkan
tanda-tanda vital dan mempertahankan tetap stabil.
Penderita dengan perdarahan 500 1000 cc perlu diberi infus Dextrose
5%, Ringer laktat atau Nacl 0,9%. Pemberian transfusi darah dipertimbangkan
pada keadaan berikut ini:
1. Perdarahan pada kondisi hemodinamik tidak stabil (tanda tanda syok).
2. Perdarahan baru atau masih berlangsung dan diperkirakan jumlahnya 1
liter atau lebih.
3. Perdarahan baru atau masih berlangsung dengan hemoglobin < 10 g% atau
hematokrit < 30 %.
4. Terdapat tanda tanda oksigenasi jaringan yang menurun.
14
Perdarahan SCBA
Perdarahan SCBB
Manifestasi klinik pada Hematemesis dan atau
Hematokesia
umumnya
melena
Aspirasi nasogastrik
Berdarah
Jernih
Ratio ( BUN/kreatinin )
Meningkat > 35
< 35
Auskultasi usus
Hiperaktif
Normal
d. Terapi
1. Non-Endoskopis
Pemberian Vitamin K
Boleh diberikan dengan pertimbangan tidak merugikan dan relatif murah.
Vasopressin
Menghentikan perdarahan saluran cerna bagian atas lewat efek
vasokostriksi pembuluh darah splanknik, menyebabkan aliran dan tekanan vena
porta menurun. Dapat digunakan pada pasien perdarahan akut varises esofagus.
Terdapat dua bentuk sediaan yaitu, pitresin (vasopressin murni) dan preparat
pituitary gland (vasopressin dan oxcytocin). Pemberian vasopressin dengan
mengencerkan sediaan vasopressin 50 unit dalam 100 ml dekstrose 5%, diberikan
0.5-1 mg/menit/iv selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3-6 jam, atau setelah
pemberian pertama dilanjutkan per infus 0.1-0.5 U/menit. Vasopressin dapat
memberikan efek samping berupa insufisiensi koroner mendadak, maka
disarankan bersamaan preparat nitrat.
15
Balon Tamponade
Sengstaken Blakemore tube (SB-tube) mempunyai tiga pipa serta dua
balon masing-masing untuk esofagus dan lambung. Komplikasi pemasangan SBtube antara lain pnemoni aspirasi, laserasi sampai perforasi.
2. Endoskopis
Terapi ini ditujukan untuk perdarahan tukak yang masih aktif atau tukak
dengan pembuluh darah yang tampak. Metode terapi meliputi : 1) Contact
thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe), 2) Noncontact
thermal (laser), dan 3) Nonthermal (misalnya suntikan adrenalin, polidokanol,
alcohol, cyanoacrylate, atau pemakaian klip).
16
3.
Terapi Radiologi
Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan tetap berlansung
dan belum bisa ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal
dan pembedahan sangat berisiko. Tindakan hemostasis yang bisa dilakukan
dengan penyuntikan vasopressin atau embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada
kontraindikasi dan fasilitas dimungkinkan, pada perdarahan varises dapat
dipertimbangkan TIPS (Transjugular Intrahepatic Portosystemic shunt).
4.
Pembedahan
Pembedahan dasarnya dilakukan bila terapi medik, endoskopi dan
radiologi dinilai gagal. Ahli bedah seyogyanya dilibatkan sejak awal dalam bentuk
17
2.8 Prognosis
Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran cerna bagian atas
yang disebabkan pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang
buruk/terganggu
sehingga
setiap
perdarahan
baik
besar
maupun
kecil
ikterus,
ensefalopati
dan
golongan
menurut
kriteria
Child.
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
18
Nama
: Tn.H
Umur
: 64 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Bukik sileh
No MR
: 121262
Pekerjaan
: Petani
Tanggal Masuk
: 20 Februari 2016
Ruangan
: HCU (IP)
Anamnesa
1. Keluhan Utama:
BAB berdarah sejak 4 hari yang lalu SMRS
2. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan BAB berdarah sejak 4 hari yang lalu
sebelum masuk Rumah Sakit, BAB encer dengan frekuensi >5X disertai bau
busuk.
Pasien mengeluhkan nyeri perut disertai mual dan muntah sekitar 5x, kirakira setengah gelas setiap kali muntah, muntah berwarna coklat.
Pasien mengeluhkan batuk sejak 3 hari yang lalu, batuk tidak berdahak,
dan tidak berdarah, batuk sekali sekali.
Nafsu makan menurun sejak 4 hari yang lalu,badan terasa lemah dan lesu.
Sakit kepala ( + )
BAK (+) normal.
3. Riwayat penyakit dahulu:
19
Keadaan umum
: Sakit Sedang
Kesadaran
Tekanan Darah
: 150/100 mmHg
Nadi
: 90 kali/menit reguler
Nafas
: 20 kali/ menit
Suhu
: 370 C
20
Bentuk bulat, ukuran normochepal, rambut hitam putih, rambut kuat tidak
mudah dicabut.
Mata :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor.
Telinga :
Bentuk dan ukuran dalam batas normal
Hidung :
Bentuk dan ukuran dalam batas normal, sekret tidak ada
Mulut :
Bibir kering, lidah tidak kotor
Leher :
JVP (5-2 cmH2O), tidak ada pembesaran KGB submandibula, sepanjang
M. Sternocleidomastoideus, supra dan infra clavicula.
Palpasi
sinistra RIC 5.
Perkusi :
21
Auskultasi
jantung (-)
Paru-paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Anggota gerak :
Fisiologis
Kanan
22
Kiri
Ekstremitas atas:
++
++
Biceps
++
++
triceps
++
++
Brachioradialis
++
++
Patella
++
++
Cremaster
++
++
Achiles
++
++
Ekstremitas bawah:
Patologis
kanan
Kiri
Ekstremitas atas :
Hoffmann-tromer
Ektremitas bawah:
23
Babynski
Gordon
Oppenheim
Schaefer
caddocks
Oedem
Ektremitas atas:
kanan : kiri
:-
Ektremitas bawah :
kanan : kiri
:-
Akral hangat
Pulsasi arteri radialis, femoralis, poplitea, tibialis posterior, dorsalis pedis :
Normal
Sensibilitas nyeri dan raba : Baik
Pemeriksaan penunjang
Darah rutin : tanggal 20- februari-2016
Hb
: 13,6 g/dl
24
Ht
: 40,9 %
Hb
: 9,8 g/dl
Ht
: 29,4 %
Trombosit
: 358.000 mm3
: 10 g/dl
Ht
: 29,4 %
Ureum
: 43,5 mg/dl
Creatinin
: 1,18 mg/dl
Gula darah
: 113 mg%
Diagnosis Kerja :
1. Hematemesis melena ec Gastropati NSAID
2. Hipertensi stage 1 essensial
3. Post stroke non hemoragik
Diagnosa banding:
25
melena
ec
sirosis
hepatis
post
nekrotik
dekompensata
5. Hematemesis melena ec Ca lambung
Penatalaksanaan
Terapi Non Farmakologi :
Tirah baring
Terapi Farmakologi :
Transamin 3X1 IV
Vit K 3X1 IV
Anjuran :
Pemeriksaan Kimia Urin ( Ureum, Kreatinin )
Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad malam
26
stadium
Quo ad sanantionam
: dubia ad malam
Quo ad fungtionam
: dubia ad malam
Follow up
Tanggal/ hari
subject
object
Assesment
Selasa/
Demam (-)
Kes : CMC
Hemmel
23- feb- 16
Ku : sedang
Gastropati NSAID
BAB
hitam
sedikit encer
danTd: 130/80
Nadi: reguller 80 x/i
tampakNafas : 20x/i
Pasien
27
ec
Tanggal/ hari
gelisah
T : 36,5 c
HT: 29,4 %
Batuk kering(+)
WBC : 8.990 uL
PLT : 358.000 uL
Susah tidur
Subject
object
assesment
Rabu /
Demam (-)
Kes : CMC
Hemmel
24- feb- 16
Ku : sedang
Gastropati NSAID
hitam
tampakNafas : 20x/i
Pasien
gelisah
T : 36,5 c
HGB : 10 g/dl
HT : 29,4 %
Batuk
kering(+)WBC : 7850 uL
sekali sekali
tanggal/ hari
ec
Susah tidur
subject
PLT : 312.000 uL
object
assesment
Kamis /
Demam (-)
Kes : CMC
Hemmel
25- feb- 16
Ku : sedang
Gastropati NSAID
28
ec
Pasien
T : 36,5 c
gelisah
Batuk
kering(+)
sekali sekali
Susah tidur
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
29
Pemeriksaan
endoskopi
merupakan
pilihan
utama
dalam
DAFTAR PUSTAKA
1. Adi, Pangestu.
2007.
Jakarta : FKUI.
2. Bakta, Made. Dkk. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta:
EGC.
3. Davey, Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Oxford : Blackwell Science Ltd.
4. Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
Oxford : Blackwell Science Ltd.
5. Kauver,
A.
J.
1985.
Diagnosis
Medis
30
Beorientasikan
Masalah.
Sudoyo, Aru. Dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi 5.
Jakarta: Interna Publishing.
31