Sunteți pe pagina 1din 46

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. A.

Definisi

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan
diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah
diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah
diastolik 90 mmHg atau lebih.

1. B.

Anatomi dan Fisiologi hipertensi

2. 1.

Anatomi
1. Jantung

Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada
sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas- : pembuluh darah besar
Bawah- : diafragma
Setiap sisi : paruBelakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
1. Arteri

Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabangcabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya

Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah
pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang
sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri
kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau
hormon di dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.


Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika:

Aktivitas memompa jantung berkurang

Arteri mengalami pelebaran

Banyak cairan keluar dari sirkulasi

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.


Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal
dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara
otomatis).
Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.

Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.
1. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat
berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat
lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah
akan meningkat
1. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke
venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
1. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali
lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak
terjadi melalui ruang jaringan
1. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul.
Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
1. 2.

Fisiologi

Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam sistem
arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah
yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk
reoksigenasi (Black, 1997)

1. C.

Klasifikasi Dan Manifestasi Klinis

Klasifikasi Hipertensi hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia


Kategori
Systole (mmHg)

Dan/atau

Diastole(mmHg)

<120

dan

<80

120-139

Atau

80-89

140-159

Atau

90-99

>=160

Atau

>=100

>=140

Atau

<90

Normal

Prehipertensi

Hipertensi tahap 1

Hipertensi tahap 2

Hipertensi sistol
terisolasi

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala
baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang
sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk,
sulit tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.
Selain itu manifestasi klinik pada penderita hipertensi adalah sebagia berikut:

Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg

Sakit kepala

Epistaksis

Pusing / migrain

Rasa berat ditengkuk

Sukar tidur

Mata berkunang kunang

Lemah dan lelah

Muka pucat

Suhu tubuh rendah

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera.

1. D.

Etiologi

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
o Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
o Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan
darah meningkat.
o Stress Lingkungan.
Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Hipertensi Esensial/Hipertensi Primer: yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem reninangiotensin, defek dalam ekskresi Na. Peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktorfaktor yang meningkatkan resiko, seperti: obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung
dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau
garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan
yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu,
jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
1. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal.
Hiperaldosteronisme primer dan sindrom cushing, feokromusitoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis
o Pielonefritis
o Glomerulonefritis
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing
o Feokromositoma
3. Obat-obatan

o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin
o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan
o Porfiria intermiten akut
o Keracunan timbal akut.

1. E.

Patofisiologi

1. F.

Faktor Predisposisi

2. Factor yang tidak dapat diubah

Usia, jenis kelmin, RAS, riwayat TIA dan stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi
atrium, heterozygote atau homozygote untuk homositinuria.

1. Factor yang dapat diubah

Hipertensi, Dm, hiperurisemia, merokok, pnyalahgunaan alcohol dan obat, kontrasepsi


oral, Ht meningakat, bruit karotis asimtomatis dan displidemia.

1. G.

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laborat
1.

i.
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.

2.

ii.
BUN / kreatinin : memberikan informasi
tentang perfusi / fungsi ginjal.

3.

iii.
Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus
hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

4.

iv. Urinalisa : darah, protein, glukosa,


mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.

5. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati


6. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
8. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup,pembesaran jantung.

1. H.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Non Farmakologis


o DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
o Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,bersepeda atau berenang.
o Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

Mempunyai efektivitas yang tinggi.

Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.

Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

Tidak menimbulakn intoleransi.

Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan diuretic,
golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin
angitensin.

1. I.

Konsep dasar asuhan keperawatan

2. 1.

Proses keperawatan

Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini
disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan
keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien baik sebagai
individu, keluarga maupun mayarakat (Nursalam, 2001). Iyer et all (1996) mengemukakan dalam
proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
1)

Biodata

Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, no.
medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.

2)

Riwayat kesehatan

a)

Keluhan Utama

Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.
b)

Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari keluhan
utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:
P = paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan bertambah/bekurannya keluhan utama.

Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan dirasakan semakin berat bila
melakukan aktivitas yang berat.
Q

= Quality/Quantity; tingkat keluhan utama.

= region; yaitu lokasi keluhan utama.

Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian kepala
S
= savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas atau
tidak, seperti bargantug pada derajat beratnya.
T

= timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama berlangsungnya.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
c)

Riwayat Kesehatan Dahulu

Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner, merokok,
penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang kurang beraktivitas.
d)

Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada hubungannya dengan adanya penyakit
jantung, stroke, dan lain-lain.
e)

Aspek psikologis

Pada aspek psikologis, ditemukan adanya tingkat stress yang tinggi pada klien, emosi yang labil.
f)

Aspek Sosial

Pada aspek social tidak ditemukan hubungan ketergantungan karena klien masih bisa melakukan
aktifitasnya namun agak sedikit terganggu.
g)

Aspek spiritual

Pada aspek ini, ditemukan adanya keterbatasan melakukan aktivitas keagamaan.

1. 2.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi:


1. Keadaan umum

Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (Nevrus I-XII )
gangguan penlihatan, gangguan ingatan

Mengkaji tanda-tanda vital

Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran kehilangan sensasi,
susunan saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot menurun dan
kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda vital biasanya melebihi
batas normal.
Batas normal TTV menurut Hidayat, 2000 adalah sebagai berikut:

Umur

Suhu

Nadi

Pernafasan

TD

18th/lebih

37,0oC

70-75x/mnt

15-20x/mnt

120/80 mmHg

65th /lebih

36,0oC

70-75x/mnt

15-20x/mnt

140/90 mmHg

GCS (glaslow coma scale):


Respon membuka:

Spontan

Berdasarkan perintah verbal

Berdasarka rangsangan nyeri

Tidak member respon

Respon motorik:

Menurut perintah

Melikalisir rangsangan nyeri

Menarik/berlawanan rangsangan nyeri

Fleksi abnormal (terhadap nyeri)

Ekstensi (terhadap nyeri)

Tidak member respon

Respon verbal:

Orientasi baik

Konversi kacau (bicara bingung)

Kata-kata kacau (tidak sesuai)

Bersuara inkomprehensif (suara tidak ada kata) 2

Tidak memberikan respon

NILAI:
15

: Compos mentis

12-14 : Somnolen
8-11

: Soporus

3-7

: Coma

1. System pengindraan (penglihatan)


Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan menurun, buta total,
kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda, (diplopia)/gangguan
yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat objek, warna dan wajah yang
pernah dikenali dengan baik.
1. System penciuman
Terdapat gangguan pada system penciuman, terdapat hambatan jalan nafas.
1. System pernafasan

Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki ( aspirasi sekresi)
1. System kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi jantung),
perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung
vaskuler.
1. System pencernaan
Ketidakmampua menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.
1. System urinaria
Terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia.
1. System persarafan

Nevrus 1 Olfaktori (penciuman)

Nevrus II Optic (penglihatan)

Nevrus III Okulomotor ( gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi pupil)

Nevrus IV Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah)

Nevrus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahang)

Nevrus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping)

Nevrus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)

Nevrus VIII Oditori (pendengaran)

Nevrus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan menelan, gerak lidah)

Nevrus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)

Nevrus Asesori (gerakan kepala dan bahu)

Nevrus XII Hipoglosal (posisi lidah)

1. System musculoskeletal

Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien merasa kesulitan
untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau kebas.
1. System integument
Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut.
1. J.

Analisa data

No.
Data focus
1.

Etiologi

Masalah

Medulla

Peningkatan
tekanan darah

DS:

Riwayat
hipertensi

Ateroskelosis

Penyakit jantung
koroner/katup dan
penyakit serebrovaskular

Epsodepalpitasi

Perpirasi

Saraf simpatis
Ganglia simpatis
Tekanan darah
Kontriksi
Peningkatan tekanan darah

DO:

2.

Kenaikan TD

DS:
Peningkatan CO

Kelemahan

Letih

Nafas pendek

Peningkatan afterload
Frekuensi jantung meningkat
Kelelahan

Gaya hidup
monoton
DO:

Tachipnea
Aktivitas terhambat

Frekuensi jantung

Intoleransi
aktivitas

meningkat

Perubahan irama
jantung

3.

Takipnea

DS:
Saraf simpatis

Keluhan
pusing/pening, berdenyut

Sakit kepala
suboksipital

Gangguan rasa
nyaman:
nyeri(sakit) kepala

Ach
Saraf pasca ganglion
Aorepinefrine

Gangguan
penglihatan
DO:

Konriksi
Sakit kepala

Perubahan
keterjagaan

4.

Afek

Orientasi

Proses piker

DS:
Ginjal/rennin

Gangguan ginjal
(infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit gnjal
sebelumnnya)
DO:

Gangguan pola
eliminasi

Angiotention I
Angiotension II
Aldosteron

Retersi Na dan H2O


Intravascular

Potensial
perubahan perfusi
jaringan

Perubahan perfusi jaringan

1. K.

Diagnosa keperawatan

2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan


afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
1. L.

Perencanaan

1. Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /
beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima,
memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien.
Intervensi :
o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
o Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
o Catat edema umum.
o Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi

o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan


o Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
o Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
o Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
o Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
o Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /
diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
o Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :frekwensi
nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatanTD, dipsnea, atau
nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,pusig atau pingsan.
(Parameter menunjukan respon fisiologis pasienterhadap stress, aktivitas dan
indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
o Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan /
kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan
perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual).
o Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang
ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada kerja
jantung).
o Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan
energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen).
o Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti jadwal
meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan).

Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
o Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
o Batasi aktivitas.
o Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
o Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
o Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi
nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
Diagnosa keperawatan 4. :
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan
dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal.
Intervensi :
o Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
o Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau
tekanan arteri jika tersedia.
o Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
o Amati adanya hipotensi mendadak.
o Ukur masukan dan pengeluaran.
o Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
o Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.

1. M. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari aapa yang sudah direncanakan dari setiap diagnose yang
muncul.

1. N.

Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang penting untuk
menjamin kualitas dan ketetapan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau
respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi kebutuhan pasien.

BAB III
TINJAUAN KASUS

1. A.

Pengkajian

2. a.

Identitas klien

Nama

: Ny. U

Umur

: 60 tahun

Jenis kelamin

: perempuan

Agama

: islam

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Alamat
No. medrek

: Desa P kecamatan C Tasikmalaya


: 055347

Ruangan

: cempaka

Dx. Medis

: hipertensi

Tanggal masuk

: 08 April 2011 jam 12.00 WIB

Tanggal pengkajian

: 08 April 2011 jam 14.00 WIB

1. b.

Identitas penanggung jawab

Nama

: Tn. E

Umur

: 40 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: desa pakemitan kidul kec. Ciawi Tasikmalaya

Hubungan dengan klien

1. c.

: anak

Keluhan utama

Pusing / sakit kepala

1. d.

Riwayat kesehatan sekarang

Pada tanggal 07 April 2011 jam 11.00 WIB klien sedang beraktivitas seperti biasa, beberapa saat
kemudian klien merasakan sakit kepala, pada saat yang bersamaan klien sedang flu. Kemudian
sakit kepala yang dirasakan semakin berat setelah klien mandi dengan mengguanakan air dingin.
Kemudia pada tanggal 08 April 2011 jam 08.30 WIB oleh keluarga klien dibawa ke UGD YARSI
Tasikmalaya dan dirawat di Ruang melati jam 09.00 WIB, pada saat dikaji jam 10.00 WIB
keluarga klien mengatakan pada malam harinya klien tidak bias tidur karena sakit kepala yang
dirasakannya, ditambah juga klien merasa sakit perut. Selama dirawat klien agak terbatas
memenuhi ADL sehingga untuk memenuhinya dibantu sebagian oleh keluarga.

1. e.

Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hiperteni 5 tahun yang lalu sejak usia klien
55 tahun, klien rutin mengontrol tekanan darahnya karena klien mempumyai alat pengukur
tekanan darah sendiri dirumahnya, terakhir sebelum dibawa ke rumah sakit tekanan darahnya
170/100 mmHg. Klien juga mempunyai penyakit maag karena pola makan yang tidak teratur.
1. f.

Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan di keluarga hanay klien yang mempunyai riwayat hipertensi, dan di
keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit kronis lainnya, seperti TBC, DM, asma dan
lain-lain.
1. g.

Aspek psikologis

keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika mendengar sesuatu yang
mengejutkan dan setelah itu tekanan darahnya akan naik.
1. h.

Aspek social

Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti anaknya bergantian menjaganya selama di
Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak yang
menjenguknya,
1. i.

Aspek spiritual

Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah,
begitu juga selama dirawat di rumah sakit.

1. B.

Pemeriksaan fisik

2. a.

Pemeriksaan umum

Keadaan umum

: lemah

Kesadaran

: compos mentis

Nilai GCS

: 15

Respon membuka

:4

Respon motorik

:6

Repon verbal

:5

: 180/100 mmHg

TD

: 25x/menit

: 85x/menit

: 36oC

1. b.
1)

System pengindraan

Sistem penglihatan

Inspeksi
: bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada rangsangan
cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik.
Palpasi

2)

: tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.

System pendengaran

Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien
mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.

3)

System penciuman

Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai dengan
tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.

4)

System pengecapan

Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan
garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.

5)

System integument

Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik
karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit
bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.

6)

System pencernaan

Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa sudah tanggal, jumlah gigi sudah tanggal, jumlah
gigi susu dan gigi taring 4, geraham premolar 2, gerakan motor 12, jumlah gigi 26, mukosa bibir
kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus 10x/menit.

7)

System pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada
negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor
pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.

8)

System kardiovaskuler

Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena juularis,
tidak ada bunyi tambahan.

9)

System perkemihan

Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah supra
pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.

10) System persarafan


N1 (olfaktorius)

: klien dapat membedakan bau minyak kayu putih

N2 (optikus)

: lapang pandang klien agak berkurang behubungan dengan penuaan,

N3 (okulomotorius)
cahaya)

: normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak terkena

N4 (trakelis)

: mata masih terkoordinasi sesuai perintah.

N5 (trigeminus)
secara simetris

: reflek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat mengatup

N6 (abdusen)

: klien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke kanan.

N7 (fasialis)

: klien dapat menggerakan muka.

N8 (cochlealis)

: pendengaran baik.

N9 (glosopharingeus)

: ada reflek menelan.

N10 (vagus)

: kemampuan menelan baik.

N11 (accesorius)

: kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik.

N12 (hipoglosus)

: pergerakan lidah normal.

11) System musculoskeletal


Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan tidak ada luka.

1. C.

Kebiasaan sehari-hari

ADL(Activity Daily
Living)

No.

Sebelum Masuk RS

Di RS

3x/hari

Kalori

Nutrisi
1.
1. Makan
Nasi dan lauk-pauk (sayur, ikan, Diet rendah garam
tempe, dll)
1.500 kall/hari

Frekuensi

Jenis

Tidak Ada

Porsi/Jumlah

6-7 gls/hari

Makanan
pantangan
1. Minum

1.500 1.750 ml/hari

Frekuensi

Jumlah

Eliminasi
2.

1-2 x/hari

1 x/hari

Lembek

Lembek

/2 -1 cc/kg berat badan/jam

Tidak tentu

900 1.000 ml/hari

900 1.000
ml/hari

1. BAB

Frekuensi
1

Konsistensi
1. BAK
Jernih

Frekuensi

Jernih
Tidak

Jumlah urine
output

Ya

Warna

Terpasang kateter

Istirahat Tidur
3.

Waktu Tidur :
Malam
Siang

Lama Tidur
Malam

21.00 05.00 WIB

21.00 05.00 WIB

12.00 13.00 WIB

11.30 13.30 WIB

8 jam

8 jam

1 jam

2 jam

Tidak

Tidak

2x sehari

2x sehari

Ya

Ya

Sendiri

Sendiri

Siang

Masalah tidur

Personal Hygiene
4.
1. Mandi

Frekuensi

Penggunaan

Sabun

2x sehari

Tidak

Ya

Tidak

1. Oral Hygiene

Sendiri

Frekuensi

2x Seminggu

Belum cuci rambut

gigi

Penggunaan pasta

Ya

Sendiri

Tidak tentu

Tidak tentu

sendiri

Klien mengatakan mulai


beraktivitas pada jam 05.30
16.30 WIB sebagai Petani

Klien melakukan
aktivitasnya
Sendiri

Cara

Cara melakukan
1. Pemeliharaan
Rambut

Frekuensi

Penggunaan
shampoo

Cara melakukan
1. Pemeliharaan
Kuku

Frekuensi

Cara melakukan

Aktivitas
5.

1. D.

Pemeriksaan penunjang

2. a.

Laboratorium 08-04-2011

Hb

= 11,5 gr/dl

= 5.900/mm3

(13,5 18 gr/dl)
(4.500 10.000/mm3)

= 155.000/mm3

Ht

= 30 %

(40 48 %)

GD puasa

= 105 mg/dl

(75 105 mg/dl)

Kalium

= 4,05

Natrium

1. b.

= 146

Terapi 08-04-2011
21

Ctm

31

Antasida doen

31

Pct

31

B1

31

No.

(3,5 5,1 mmol/l)


(135 148 mmol/l)

Clorotiazid

1. E.

(150.000 400.000/mm3)

Analisa data

Data fokus

Etiologi

DS:
1.

Peningkatan TD
Medulla

Keluarga klien
mengatakan klien
mempunyai riwayat
hipertensi
DO:

TD klien
meningkat

masalah

Saraf simpatis
Ganglia simpatis
Tekanan darah
Kontriksi
Peningkatan tekanan darah

DS:
2.

Sakit kepala
Saraf simpatis

Keluarga klien
mengatakan klien merasa
sakit kepala yang sangat
hebat

Ach
Saraf pasca ganglion

DO:

Klien meringis
sampai menangis
menahan sakit kepala
yang dirasakan

Aorepinefrine
Konriksi
Sakit kepala

TD: 170/100
mmHg

ADL klien sedikit


terhambat

DS:
3.

Keluarga klien
mengatakan klien tidak
tidur semalaman dan
terus merasakan sakit
kepala nya.
DO:

TD: 170/100
mmHg

Gangguan pola
Peningkatan tekanan vaskular istirahat
serebral
Saraf simpatis
Tidak mampu mengatasi nyeri
Gangguan pola istirahat

insomnia

Mata klien tampak


cekung
DS:
4.

Keluarga klien
mengatakan klien merasa
sakit perut karena klien
tidak makan apapun dan
hanya minum saja sejak

Nyeri
Tidak ada makanan masuk ke abdomenalis
lambung
Tidak ada proses pencernaan

sakit kepala dirasakan.

Peningakatan asam lambung

DO:

Peningkatan peristaltik usus

Peristaltik usus
12x/menit

Nyeri abdomenalis

Terpasang infus

1. F.

Diagnose keperawatan berdasarkan prioritas masalah

2. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung


3. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral
4. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
5. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi

1. G.

N
o.

Dx

Perencanaan

Tujuan

Peningakatan Setelah
dilakukan
1. TD
berhubunagn tindakan
dengan
keperawata
penurunan n selama
curah
124 jam
jantung
TD klien
dapat
kembali
DS:
normal

Keluarga
klien
mengatakan

Intervensi

Rasional

1. Pantau TD klien

1. Adanya
pucat,
dingin,
kulit
lembab,
dan masa

klien
Tupan:
mempunyai
riwayat
Berpartisipa
hipertensi
si dalam
aktivitas
DO:
yang
menurunka
n TD/beban
TD klien
meningkat kerja
jantung

Tupen:

1. Amati warna kulit,


kelembaban , suhu, dan
masa pengisian.

pengisian
kapiler
lambat
mungkin
berkaitan
dengan
vasokontrik
si atau
mencermin
kan
deskompen
sasi /
penurunan
CO.

Keluarga
klien
mengatakan
sakit kepala
yang
dirasakna
klien
berkurang

1. Membantu
untuk
menurunka
n
rangsangan
simpatis;
meningkatk
an
relaksasi.

1. Berikan lingkungan

tenang, nyaman, kurangi


aktivitas/ keributan
lingkungan. Batasi
jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal.

1. Pertahankan pembatasan
aktivitas, spt. Istirahat di
tempat tidur/kursi;
jadwal periode istirahat
tanpa gangguan; bantu
klien melakukan
aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan.

1. Lakukan tindakantindakan yang nyaman


seperti pijatan punggung
dan leher, meninggikan
kepla tempat tidur

1. Menurunka
n stresss
dan
ketegangan
yang
mempengar
uhi tekanan
darah dan
perjalanan
penyakit
hipertensi

1. Kolaborasi dalam
pemberian tiazid, mis.
Klorotiazid (diuril);
hidroklorotiazi(esidrix/hi
droDIURIL)
2. Perbandingan dari
tekanan memberikan
gambaran yang lebih
lengkap tentang
keterlibatan/ bidang
masalah vascular
1. Mengurang
i
ketidaknya

manan dan
dapat
menurunka
n
rangsangan
simpatis.

1. Tiazid
mungkin
digunakan
sendiri atau
dicampur
dengan obat
lain untuk
menurunka
n TD pada
pasien
dengan
fungsi
ginjal
relative
normal.
Nyeri/ sakit
2. kepala
berhubungan
dengan
peningkatan
vascular
serebral
DS:

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n selama
124 jam
dengan
criteria:

1. Mempertahankan tirah
baring selama fase akut

1. Berikan tindakan
nonfarmakologis untuk
menghilangkan sakit
kepala, mis. Kompres

1. Tindakan
yang
menurunka
n tekanan
vascular
serebral dan


Keluarga
klien
mengatakan
klien merasa
sakit kepala
yang sangat
hebat

Tupan:
Klen dapat
kembali
beraktifitas
dengan
normal

DO:

Klien
meringis
sampai
menangis
menahan
sakit kepala
yang
dirasakan

dingin pada dahi pijat


punggung bdan leher,
redupkan lampu kamar,
teknik relaksasi, dan
aktivitas di waktu
senggang

1. Kolaborasi dalam
pemberian analgesic
Tupen:

Keluarga
klien
mengatakan
sakit kepala
yang

TD: dirasakan
170/100
klien
mmHg
berkurang.

2. Meminimalkan
stimulasi/meningakatkan
relaksasi

yang
memperlam
bat/
memblok
respon
simpatis
efektif
dalam
menghilang
kan sakit
kepala dan
komplikasi
nya.

ADL
klien sedikit
terhambat
1. Menurunka
n/
mengontrol
nyeri dan
menurunka
n rangsang
system
saraf
simpatis
Insomnia
Setelah
3. berhubungan dilakukan
dengan
tindakan
ketidakmamp keperawata
uan
n selam
mengatasi
124 jam,
nyeri
dengan

1. Batasi jumlah
pengunjung dan lamanya
tinggal
1. Vasodilatasi

criteria:
DS:

Keluarga
klien
mengatakan
klien tidak
tidur
semalaman
dan terus
merasakan
sakit kepala
nya.
DO:

1. Kolaborasi dalam
pemberian antihistamin
Tupan:
Tidak
mengalami
lagi
gangguan
pola
aktifitas

1. Membacakan aya suci alquran sebelum waktu


tidur
2. Agar klien dapat istirahat

Tupen:

TD:
170/100
Keluarga
mmHg
klien
mengatakan
Mata klien klien tidak
tampak
terbangun
cekung
lagi pada
malam hari.
Nyeri
4. abdomenalis
berhubungan
dengan tidak
terpenuhinya
kebutuhan
nutrisi.
DS:

Keluarga
klien
mengatakan
klien merasa
sakit perut
karena klien
tidak makan
apapun dan
hanya

Setelah
klien
diberikan
tindakan
keperawata
n selama
124 jam,
dengan
criteria:

pada
system
saraf
simpatis

1. Kolaborasi dalam
Pemberian antasida dan
antimual

1. Memberikan ko,pres
hangat di nagian perut
klien

1. Memberika
n
ketenangan
batin pada
klien dan
memperkua
t keimanan
klien
sebagai
umat islam.

1. Merangsan
g peristaltic
usus
sehingga
gerakan
peristaltikn
ya kembali
normal

Tupan:
Nutrisi
terpenuhu
sehingga
metabolism
tubuh
kembali

1. Berikan makanan sesuai


dengan diet yang
disarankan

1. Memenuhi
kebutuhan
nutrisi klien

minum saja normal


sejak sakit
kepala
dirasakan.
Tupen:
DO:

Keluarga
Peristaltik
klien
usus
mengatakan
12x/menit
klien sudah
mau makan
Terpasang kembali
infuse
sesuai diet
yang
disarankan

1. H.

2. Menirmalkan kadar asam


lambung sehingga dapat
mengurangi kembung
dan mual

Implementasi

No.

Hari/tgl/jam

Dx

1.

Senin,

Implementasi
T = mengakaji TTV,
TD:170/100 mmHg

08-04-2011
R = klien kooperatif
07.30 WIB
T = mengamati warna kulit (sedikit
pucat),
kelembaban(berkeringat
sehingga lembab), dan suhu (36oC)
R = klien kooperatif

08.00 WIB

T = memberikan kompres hangat di perut


III klien
R = klien mau dikompres

Paraf

T = memberikan antasida dan antimual


jam sebelum makan
R = klien mau minum obat
T = menyajikan dan memberikan makana
rendah garam

08.30 WIB

R = klien mau makan


T = memberikan obat oral klorotiazid 21
08.45 WIB

I
R = klien mau minum obat
T = memberikan obat oral pct 31
II
R = klien mau minum obat
T = memberikan obat oral Ctm 31
IV
R = klien mau minum obat

11.30 WIB

T = meninggikan kepala tempat tidur dan


menganjurkan klien untuk ROM
R = klien kooperatif dan mau melakukan
apa yang disuruh

T = melakukan pijitan di punggung dan


leher klien
R = klien mau dipijit dan merasa nyaman
sampai tertidur

12.00 WIB

T = menyajikan dan membari makanan


III rendah garam dan menyajikan obat sesuai
resep
R = klien kooperatif

T = mengaji TTV klien


13.00 WIB

I
TD: 150/95 mmHg
R = klien kooperatif

16.00 WIB

T = menyarankan pada klien untuk


membatasi jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal
R = klien kooperatif
T = mengkaji TTV klien

18.30 WIB

I
TD: 140/90 mmHg
R = klien kooperatif

20.00 WIB

T = menganjurkan keluarga untuk


IV membacakan ayat suci al-quran kepada
klien
R = keluarga kooperatif
T = mengkaji TTV klien

2.

Selasa,

I
TD: 140/80 mmHg

09-04-2011
R = klien kooperatif
07.30 WIB
T = menyaajikan dan memberikan makanan
III rendah garam dan menyiapkan obat sesuai
resep
R = klien kooperatif

10.00 WIB

T = memberikan penyuluhan kepada klien


dan keluarga sebelum pulang
R + klien dan keluarga kooperatif

1. I.

No.

1.

Evaluasi

Hari/tgl/jam

Selasa,

Dx

Catatan perkembangan
S : keluarga klien mengatakan TD klien
sudah normal

09-04-2011

O : TD: 140/90 mmHg

10.30 WIB

A : masalah teratasi
P:
I:
E : terapi cukup berhasil dan klien pulang
S : keluarga klien mengatakan klien tidak
II mengeluj sakit kepala lagi
O : TD: 140/90 mmHg
A : masalah teratasi
P:
I:
E : terapi cukup berhasil dan klien pulang
S : keluarga klien mengatakan kliem tidak
III lagi susah tidur
O : TD: 140/90 mmHg
Mata klien tidak cekumg.
A : masalah teratasi
P:
I:

Paraf

E : terapi cukup berhasil dan klien pulang


S :keluarga klien mengatakan klien tidak
IV mengeluh sakit perut lagi
O : perut tidak kembung
Peristaltic usus 8x/menit]
A : masalah teratasi
P:
I:
E : terapi cukup berhasil dank lien pulang.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pemabhasan makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien Ny. U dengan
gangguan sisem kardiovaskular: hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya pada tanggal 89 April 2011 melalui pendekatan studi kasus didapatkan kesenjangan antara teori dan kenyataan
di lapangan, pembahasan dibahas melalui langkah-langkah keperawatan sebagai berikut:
1. A.

Pengkajian

Pada waktu pengkajian pada kenyataannya lebih mudah melaksanakan pengkajian secara head
tu-toe daripada melakukan pengkajian per sistem. Pada saat mengakaji riwayat kesehatan klien,

peran keluarga klien lebih dominan daripada klien sendiri, perankeluarga sangatkooperatif dalam
memberikan berbagai informasi yang dibutuhka untuk menegakkan diagnosa, disamping itu
berbagai dukungan penulis dikatakan baik dari perawat ruangan, dokter, maupun petugas
kesehatan yang lainya yang bekerja di Ruang Melati.
1. B.

Diagnosa Keperawatan

Diagnose keperawatan menurut Doenges, 1999 tentang cardiovascular/ hipertensi adalah sebagai
berikut:
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi

Dari diagnose penulis didapatkan berdasarkan pengakajian adalah sebagai berikut:


1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung
2. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral
3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
4. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi
Sedangkan beberapa diagnose yang ada di lapangan tetapi tidak terdapat di buku acuan penulis
antara lain:
1. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
2. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi

1. C.

Perencanaan

Patokan penulis dalam tahap perencananan adalah sesuai teori Doenges pada tahun 1999.

1. D.

Implementasi

Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi. Pada tahap ini penulis
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi keperawatan dianatranya: peran
keluarga yang mendukung, tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari perawat ruangan,
CI ruangan, pembimbing dari akademik, serta adanay peran dokter yang menentukan diagnosa
menurut medis.
1. E.

Evaluasi

Dari hasil diagosa didapatkan ternyata ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan,
hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara diagnosa teori dan diagnosa yang ada di lapangan.

BAB V
PENUTUP

1. A.

Kesimpulan

Dalam pelaksanaan asuhan keperawaan yang penulis laksanakan pada Ny, U dengan gangguan
sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya diperoleh kesimpulan
bahwa dalam proses asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi
dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat serta menunjang ke arah tercapainya tujuan. Salah satu
koordinasi ini merupakan bentuk kerjasama tim antara perawat, dokter, staf ruangan, demi
peningakatan status kesehatan klien disertai dengan dukungan penuh dari keluarga.
1. B.

Saran

2. Untuk Klien dan Keluarga

Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju ke arah
berulangnya hipertensi, misalnya hinadri konsumsi garam berlebih, hindari stress, jangan
banyak pikiran, dan olah raga teratur. Anjurkan untuk selalu cek status kesehatan ke
tempat pelayanan kesehatan terdekat.

Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningakat status
kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada keluarga
klien sendiri.

1. Untuk Siswa

Diharapkan siswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill, amupun
mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi
peningkatan status kesehatan klien.

Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat aspek
bio-psiko-sosio-spiritual

1. Untuk Rumah Sakit

Diharapkan adanya penambahan personil perawat di Ruangan Melati demi


meningakatkan kinerja dan pelayanan yang lebih maksimal.

Diharapkan pemeriksaan laboratorium pada klien hipertensi dapat lebih dilengakapi.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit
Hipokrates, 1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta,
Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit
Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh
Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit
Arcan, 1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi ,
Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

S-ar putea să vă placă și