Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
TINJAUAN TEORITIS
1. A.
Definisi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan
diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah
diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah
diastolik 90 mmHg atau lebih.
1. B.
2. 1.
Anatomi
1. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada
sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas- : pembuluh darah besar
Bawah- : diafragma
Setiap sisi : paruBelakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
1. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabangcabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah
pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang
sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri
kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau
hormon di dalam darah.
Sebaliknya, jika:
Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.
1. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat
berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat
lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah
akan meningkat
1. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke
venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
1. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali
lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak
terjadi melalui ruang jaringan
1. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul.
Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
1. 2.
Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam sistem
arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah
yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk
reoksigenasi (Black, 1997)
1. C.
Dan/atau
Diastole(mmHg)
<120
dan
<80
120-139
Atau
80-89
140-159
Atau
90-99
>=160
Atau
>=100
>=140
Atau
<90
Normal
Prehipertensi
Hipertensi tahap 1
Hipertensi tahap 2
Hipertensi sistol
terisolasi
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala
baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang
sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk,
sulit tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.
Selain itu manifestasi klinik pada penderita hipertensi adalah sebagia berikut:
Sakit kepala
Epistaksis
Pusing / migrain
Sukar tidur
Muka pucat
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera.
1. D.
Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
o Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
o Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan
darah meningkat.
o Stress Lingkungan.
Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Hipertensi Esensial/Hipertensi Primer: yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem reninangiotensin, defek dalam ekskresi Na. Peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktorfaktor yang meningkatkan resiko, seperti: obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung
dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau
garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan
yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu,
jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
1. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal.
Hiperaldosteronisme primer dan sindrom cushing, feokromusitoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis
o Pielonefritis
o Glomerulonefritis
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing
o Feokromositoma
3. Obat-obatan
o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin
o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan
o Porfiria intermiten akut
o Keracunan timbal akut.
1. E.
Patofisiologi
1. F.
Faktor Predisposisi
Usia, jenis kelmin, RAS, riwayat TIA dan stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi
atrium, heterozygote atau homozygote untuk homositinuria.
1. G.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laborat
1.
i.
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
2.
ii.
BUN / kreatinin : memberikan informasi
tentang perfusi / fungsi ginjal.
3.
iii.
Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus
hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4.
1. H.
Penatalaksanaan
Golongan obat obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan diuretic,
golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin
angitensin.
1. I.
2. 1.
Proses keperawatan
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini
disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan
keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien baik sebagai
individu, keluarga maupun mayarakat (Nursalam, 2001). Iyer et all (1996) mengemukakan dalam
proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
1)
Biodata
Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, no.
medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
2)
Riwayat kesehatan
a)
Keluhan Utama
Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.
b)
Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari keluhan
utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:
P = paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan bertambah/bekurannya keluhan utama.
Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan dirasakan semakin berat bila
melakukan aktivitas yang berat.
Q
Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian kepala
S
= savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas atau
tidak, seperti bargantug pada derajat beratnya.
T
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
c)
Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner, merokok,
penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang kurang beraktivitas.
d)
Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada hubungannya dengan adanya penyakit
jantung, stroke, dan lain-lain.
e)
Aspek psikologis
Pada aspek psikologis, ditemukan adanya tingkat stress yang tinggi pada klien, emosi yang labil.
f)
Aspek Sosial
Pada aspek social tidak ditemukan hubungan ketergantungan karena klien masih bisa melakukan
aktifitasnya namun agak sedikit terganggu.
g)
Aspek spiritual
1. 2.
Pemeriksaan fisik
Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (Nevrus I-XII )
gangguan penlihatan, gangguan ingatan
Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran kehilangan sensasi,
susunan saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot menurun dan
kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda vital biasanya melebihi
batas normal.
Batas normal TTV menurut Hidayat, 2000 adalah sebagai berikut:
Umur
Suhu
Nadi
Pernafasan
TD
18th/lebih
37,0oC
70-75x/mnt
15-20x/mnt
120/80 mmHg
65th /lebih
36,0oC
70-75x/mnt
15-20x/mnt
140/90 mmHg
Spontan
Respon motorik:
Menurut perintah
Respon verbal:
Orientasi baik
NILAI:
15
: Compos mentis
12-14 : Somnolen
8-11
: Soporus
3-7
: Coma
Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki ( aspirasi sekresi)
1. System kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi jantung),
perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung
vaskuler.
1. System pencernaan
Ketidakmampua menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.
1. System urinaria
Terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia.
1. System persarafan
1. System musculoskeletal
Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien merasa kesulitan
untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau kebas.
1. System integument
Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut.
1. J.
Analisa data
No.
Data focus
1.
Etiologi
Masalah
Medulla
Peningkatan
tekanan darah
DS:
Riwayat
hipertensi
Ateroskelosis
Penyakit jantung
koroner/katup dan
penyakit serebrovaskular
Epsodepalpitasi
Perpirasi
Saraf simpatis
Ganglia simpatis
Tekanan darah
Kontriksi
Peningkatan tekanan darah
DO:
2.
Kenaikan TD
DS:
Peningkatan CO
Kelemahan
Letih
Nafas pendek
Peningkatan afterload
Frekuensi jantung meningkat
Kelelahan
Gaya hidup
monoton
DO:
Tachipnea
Aktivitas terhambat
Frekuensi jantung
Intoleransi
aktivitas
meningkat
Perubahan irama
jantung
3.
Takipnea
DS:
Saraf simpatis
Keluhan
pusing/pening, berdenyut
Sakit kepala
suboksipital
Gangguan rasa
nyaman:
nyeri(sakit) kepala
Ach
Saraf pasca ganglion
Aorepinefrine
Gangguan
penglihatan
DO:
Konriksi
Sakit kepala
Perubahan
keterjagaan
4.
Afek
Orientasi
Proses piker
DS:
Ginjal/rennin
Gangguan ginjal
(infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit gnjal
sebelumnnya)
DO:
Gangguan pola
eliminasi
Angiotention I
Angiotension II
Aldosteron
Potensial
perubahan perfusi
jaringan
1. K.
Diagnosa keperawatan
Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /
beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima,
memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien.
Intervensi :
o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
o Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
o Catat edema umum.
o Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
o Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
o Batasi aktivitas.
o Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
o Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
o Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi
nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
Diagnosa keperawatan 4. :
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan
dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal.
Intervensi :
o Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
o Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau
tekanan arteri jika tersedia.
o Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
o Amati adanya hipotensi mendadak.
o Ukur masukan dan pengeluaran.
o Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
o Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.
1. M. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari aapa yang sudah direncanakan dari setiap diagnose yang
muncul.
1. N.
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang penting untuk
menjamin kualitas dan ketetapan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau
respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi kebutuhan pasien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. A.
Pengkajian
2. a.
Identitas klien
Nama
: Ny. U
Umur
: 60 tahun
Jenis kelamin
: perempuan
Agama
: islam
Pekerjaan
Alamat
No. medrek
Ruangan
: cempaka
Dx. Medis
: hipertensi
Tanggal masuk
Tanggal pengkajian
1. b.
Nama
: Tn. E
Umur
: 40 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
1. c.
: anak
Keluhan utama
1. d.
Pada tanggal 07 April 2011 jam 11.00 WIB klien sedang beraktivitas seperti biasa, beberapa saat
kemudian klien merasakan sakit kepala, pada saat yang bersamaan klien sedang flu. Kemudian
sakit kepala yang dirasakan semakin berat setelah klien mandi dengan mengguanakan air dingin.
Kemudia pada tanggal 08 April 2011 jam 08.30 WIB oleh keluarga klien dibawa ke UGD YARSI
Tasikmalaya dan dirawat di Ruang melati jam 09.00 WIB, pada saat dikaji jam 10.00 WIB
keluarga klien mengatakan pada malam harinya klien tidak bias tidur karena sakit kepala yang
dirasakannya, ditambah juga klien merasa sakit perut. Selama dirawat klien agak terbatas
memenuhi ADL sehingga untuk memenuhinya dibantu sebagian oleh keluarga.
1. e.
Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hiperteni 5 tahun yang lalu sejak usia klien
55 tahun, klien rutin mengontrol tekanan darahnya karena klien mempumyai alat pengukur
tekanan darah sendiri dirumahnya, terakhir sebelum dibawa ke rumah sakit tekanan darahnya
170/100 mmHg. Klien juga mempunyai penyakit maag karena pola makan yang tidak teratur.
1. f.
Keluarga klien mengatakan di keluarga hanay klien yang mempunyai riwayat hipertensi, dan di
keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit kronis lainnya, seperti TBC, DM, asma dan
lain-lain.
1. g.
Aspek psikologis
keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika mendengar sesuatu yang
mengejutkan dan setelah itu tekanan darahnya akan naik.
1. h.
Aspek social
Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti anaknya bergantian menjaganya selama di
Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak yang
menjenguknya,
1. i.
Aspek spiritual
Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah,
begitu juga selama dirawat di rumah sakit.
1. B.
Pemeriksaan fisik
2. a.
Pemeriksaan umum
Keadaan umum
: lemah
Kesadaran
: compos mentis
Nilai GCS
: 15
Respon membuka
:4
Respon motorik
:6
Repon verbal
:5
: 180/100 mmHg
TD
: 25x/menit
: 85x/menit
: 36oC
1. b.
1)
System pengindraan
Sistem penglihatan
Inspeksi
: bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada rangsangan
cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik.
Palpasi
2)
System pendengaran
Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien
mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.
3)
System penciuman
Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai dengan
tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.
4)
System pengecapan
Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan
garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.
5)
System integument
Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik
karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit
bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.
6)
System pencernaan
Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa sudah tanggal, jumlah gigi sudah tanggal, jumlah
gigi susu dan gigi taring 4, geraham premolar 2, gerakan motor 12, jumlah gigi 26, mukosa bibir
kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus 10x/menit.
7)
System pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada
negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor
pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.
8)
System kardiovaskuler
Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena juularis,
tidak ada bunyi tambahan.
9)
System perkemihan
Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah supra
pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.
N2 (optikus)
N3 (okulomotorius)
cahaya)
: normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak terkena
N4 (trakelis)
N5 (trigeminus)
secara simetris
N6 (abdusen)
N7 (fasialis)
N8 (cochlealis)
: pendengaran baik.
N9 (glosopharingeus)
N10 (vagus)
N11 (accesorius)
N12 (hipoglosus)
1. C.
Kebiasaan sehari-hari
ADL(Activity Daily
Living)
No.
Sebelum Masuk RS
Di RS
3x/hari
Kalori
Nutrisi
1.
1. Makan
Nasi dan lauk-pauk (sayur, ikan, Diet rendah garam
tempe, dll)
1.500 kall/hari
Frekuensi
Jenis
Tidak Ada
Porsi/Jumlah
6-7 gls/hari
Makanan
pantangan
1. Minum
Frekuensi
Jumlah
Eliminasi
2.
1-2 x/hari
1 x/hari
Lembek
Lembek
Tidak tentu
900 1.000
ml/hari
1. BAB
Frekuensi
1
Konsistensi
1. BAK
Jernih
Frekuensi
Jernih
Tidak
Jumlah urine
output
Ya
Warna
Terpasang kateter
Istirahat Tidur
3.
Waktu Tidur :
Malam
Siang
Lama Tidur
Malam
8 jam
8 jam
1 jam
2 jam
Tidak
Tidak
2x sehari
2x sehari
Ya
Ya
Sendiri
Sendiri
Siang
Masalah tidur
Personal Hygiene
4.
1. Mandi
Frekuensi
Penggunaan
Sabun
2x sehari
Tidak
Ya
Tidak
1. Oral Hygiene
Sendiri
Frekuensi
2x Seminggu
gigi
Penggunaan pasta
Ya
Sendiri
Tidak tentu
Tidak tentu
sendiri
Klien melakukan
aktivitasnya
Sendiri
Cara
Cara melakukan
1. Pemeliharaan
Rambut
Frekuensi
Penggunaan
shampoo
Cara melakukan
1. Pemeliharaan
Kuku
Frekuensi
Cara melakukan
Aktivitas
5.
1. D.
Pemeriksaan penunjang
2. a.
Laboratorium 08-04-2011
Hb
= 11,5 gr/dl
= 5.900/mm3
(13,5 18 gr/dl)
(4.500 10.000/mm3)
= 155.000/mm3
Ht
= 30 %
(40 48 %)
GD puasa
= 105 mg/dl
Kalium
= 4,05
Natrium
1. b.
= 146
Terapi 08-04-2011
21
Ctm
31
Antasida doen
31
Pct
31
B1
31
No.
Clorotiazid
1. E.
(150.000 400.000/mm3)
Analisa data
Data fokus
Etiologi
DS:
1.
Peningkatan TD
Medulla
Keluarga klien
mengatakan klien
mempunyai riwayat
hipertensi
DO:
TD klien
meningkat
masalah
Saraf simpatis
Ganglia simpatis
Tekanan darah
Kontriksi
Peningkatan tekanan darah
DS:
2.
Sakit kepala
Saraf simpatis
Keluarga klien
mengatakan klien merasa
sakit kepala yang sangat
hebat
Ach
Saraf pasca ganglion
DO:
Klien meringis
sampai menangis
menahan sakit kepala
yang dirasakan
Aorepinefrine
Konriksi
Sakit kepala
TD: 170/100
mmHg
DS:
3.
Keluarga klien
mengatakan klien tidak
tidur semalaman dan
terus merasakan sakit
kepala nya.
DO:
TD: 170/100
mmHg
Gangguan pola
Peningkatan tekanan vaskular istirahat
serebral
Saraf simpatis
Tidak mampu mengatasi nyeri
Gangguan pola istirahat
insomnia
Keluarga klien
mengatakan klien merasa
sakit perut karena klien
tidak makan apapun dan
hanya minum saja sejak
Nyeri
Tidak ada makanan masuk ke abdomenalis
lambung
Tidak ada proses pencernaan
DO:
Peristaltik usus
12x/menit
Nyeri abdomenalis
Terpasang infus
1. F.
1. G.
N
o.
Dx
Perencanaan
Tujuan
Peningakatan Setelah
dilakukan
1. TD
berhubunagn tindakan
dengan
keperawata
penurunan n selama
curah
124 jam
jantung
TD klien
dapat
kembali
DS:
normal
Keluarga
klien
mengatakan
Intervensi
Rasional
1. Pantau TD klien
1. Adanya
pucat,
dingin,
kulit
lembab,
dan masa
klien
Tupan:
mempunyai
riwayat
Berpartisipa
hipertensi
si dalam
aktivitas
DO:
yang
menurunka
n TD/beban
TD klien
meningkat kerja
jantung
Tupen:
pengisian
kapiler
lambat
mungkin
berkaitan
dengan
vasokontrik
si atau
mencermin
kan
deskompen
sasi /
penurunan
CO.
Keluarga
klien
mengatakan
sakit kepala
yang
dirasakna
klien
berkurang
1. Membantu
untuk
menurunka
n
rangsangan
simpatis;
meningkatk
an
relaksasi.
1. Berikan lingkungan
1. Pertahankan pembatasan
aktivitas, spt. Istirahat di
tempat tidur/kursi;
jadwal periode istirahat
tanpa gangguan; bantu
klien melakukan
aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan.
1. Menurunka
n stresss
dan
ketegangan
yang
mempengar
uhi tekanan
darah dan
perjalanan
penyakit
hipertensi
1. Kolaborasi dalam
pemberian tiazid, mis.
Klorotiazid (diuril);
hidroklorotiazi(esidrix/hi
droDIURIL)
2. Perbandingan dari
tekanan memberikan
gambaran yang lebih
lengkap tentang
keterlibatan/ bidang
masalah vascular
1. Mengurang
i
ketidaknya
manan dan
dapat
menurunka
n
rangsangan
simpatis.
1. Tiazid
mungkin
digunakan
sendiri atau
dicampur
dengan obat
lain untuk
menurunka
n TD pada
pasien
dengan
fungsi
ginjal
relative
normal.
Nyeri/ sakit
2. kepala
berhubungan
dengan
peningkatan
vascular
serebral
DS:
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n selama
124 jam
dengan
criteria:
1. Mempertahankan tirah
baring selama fase akut
1. Berikan tindakan
nonfarmakologis untuk
menghilangkan sakit
kepala, mis. Kompres
1. Tindakan
yang
menurunka
n tekanan
vascular
serebral dan
Keluarga
klien
mengatakan
klien merasa
sakit kepala
yang sangat
hebat
Tupan:
Klen dapat
kembali
beraktifitas
dengan
normal
DO:
Klien
meringis
sampai
menangis
menahan
sakit kepala
yang
dirasakan
1. Kolaborasi dalam
pemberian analgesic
Tupen:
Keluarga
klien
mengatakan
sakit kepala
yang
TD: dirasakan
170/100
klien
mmHg
berkurang.
2. Meminimalkan
stimulasi/meningakatkan
relaksasi
yang
memperlam
bat/
memblok
respon
simpatis
efektif
dalam
menghilang
kan sakit
kepala dan
komplikasi
nya.
ADL
klien sedikit
terhambat
1. Menurunka
n/
mengontrol
nyeri dan
menurunka
n rangsang
system
saraf
simpatis
Insomnia
Setelah
3. berhubungan dilakukan
dengan
tindakan
ketidakmamp keperawata
uan
n selam
mengatasi
124 jam,
nyeri
dengan
1. Batasi jumlah
pengunjung dan lamanya
tinggal
1. Vasodilatasi
criteria:
DS:
Keluarga
klien
mengatakan
klien tidak
tidur
semalaman
dan terus
merasakan
sakit kepala
nya.
DO:
1. Kolaborasi dalam
pemberian antihistamin
Tupan:
Tidak
mengalami
lagi
gangguan
pola
aktifitas
Tupen:
TD:
170/100
Keluarga
mmHg
klien
mengatakan
Mata klien klien tidak
tampak
terbangun
cekung
lagi pada
malam hari.
Nyeri
4. abdomenalis
berhubungan
dengan tidak
terpenuhinya
kebutuhan
nutrisi.
DS:
Keluarga
klien
mengatakan
klien merasa
sakit perut
karena klien
tidak makan
apapun dan
hanya
Setelah
klien
diberikan
tindakan
keperawata
n selama
124 jam,
dengan
criteria:
pada
system
saraf
simpatis
1. Kolaborasi dalam
Pemberian antasida dan
antimual
1. Memberikan ko,pres
hangat di nagian perut
klien
1. Memberika
n
ketenangan
batin pada
klien dan
memperkua
t keimanan
klien
sebagai
umat islam.
1. Merangsan
g peristaltic
usus
sehingga
gerakan
peristaltikn
ya kembali
normal
Tupan:
Nutrisi
terpenuhu
sehingga
metabolism
tubuh
kembali
1. Memenuhi
kebutuhan
nutrisi klien
Keluarga
Peristaltik
klien
usus
mengatakan
12x/menit
klien sudah
mau makan
Terpasang kembali
infuse
sesuai diet
yang
disarankan
1. H.
Implementasi
No.
Hari/tgl/jam
Dx
1.
Senin,
Implementasi
T = mengakaji TTV,
TD:170/100 mmHg
08-04-2011
R = klien kooperatif
07.30 WIB
T = mengamati warna kulit (sedikit
pucat),
kelembaban(berkeringat
sehingga lembab), dan suhu (36oC)
R = klien kooperatif
08.00 WIB
Paraf
08.30 WIB
I
R = klien mau minum obat
T = memberikan obat oral pct 31
II
R = klien mau minum obat
T = memberikan obat oral Ctm 31
IV
R = klien mau minum obat
11.30 WIB
12.00 WIB
I
TD: 150/95 mmHg
R = klien kooperatif
16.00 WIB
18.30 WIB
I
TD: 140/90 mmHg
R = klien kooperatif
20.00 WIB
2.
Selasa,
I
TD: 140/80 mmHg
09-04-2011
R = klien kooperatif
07.30 WIB
T = menyaajikan dan memberikan makanan
III rendah garam dan menyiapkan obat sesuai
resep
R = klien kooperatif
10.00 WIB
1. I.
No.
1.
Evaluasi
Hari/tgl/jam
Selasa,
Dx
Catatan perkembangan
S : keluarga klien mengatakan TD klien
sudah normal
09-04-2011
10.30 WIB
A : masalah teratasi
P:
I:
E : terapi cukup berhasil dan klien pulang
S : keluarga klien mengatakan klien tidak
II mengeluj sakit kepala lagi
O : TD: 140/90 mmHg
A : masalah teratasi
P:
I:
E : terapi cukup berhasil dan klien pulang
S : keluarga klien mengatakan kliem tidak
III lagi susah tidur
O : TD: 140/90 mmHg
Mata klien tidak cekumg.
A : masalah teratasi
P:
I:
Paraf
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pemabhasan makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien Ny. U dengan
gangguan sisem kardiovaskular: hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya pada tanggal 89 April 2011 melalui pendekatan studi kasus didapatkan kesenjangan antara teori dan kenyataan
di lapangan, pembahasan dibahas melalui langkah-langkah keperawatan sebagai berikut:
1. A.
Pengkajian
Pada waktu pengkajian pada kenyataannya lebih mudah melaksanakan pengkajian secara head
tu-toe daripada melakukan pengkajian per sistem. Pada saat mengakaji riwayat kesehatan klien,
peran keluarga klien lebih dominan daripada klien sendiri, perankeluarga sangatkooperatif dalam
memberikan berbagai informasi yang dibutuhka untuk menegakkan diagnosa, disamping itu
berbagai dukungan penulis dikatakan baik dari perawat ruangan, dokter, maupun petugas
kesehatan yang lainya yang bekerja di Ruang Melati.
1. B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan menurut Doenges, 1999 tentang cardiovascular/ hipertensi adalah sebagai
berikut:
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
1. C.
Perencanaan
Patokan penulis dalam tahap perencananan adalah sesuai teori Doenges pada tahun 1999.
1. D.
Implementasi
Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi. Pada tahap ini penulis
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi keperawatan dianatranya: peran
keluarga yang mendukung, tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari perawat ruangan,
CI ruangan, pembimbing dari akademik, serta adanay peran dokter yang menentukan diagnosa
menurut medis.
1. E.
Evaluasi
Dari hasil diagosa didapatkan ternyata ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan,
hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara diagnosa teori dan diagnosa yang ada di lapangan.
BAB V
PENUTUP
1. A.
Kesimpulan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawaan yang penulis laksanakan pada Ny, U dengan gangguan
sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya diperoleh kesimpulan
bahwa dalam proses asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi
dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat serta menunjang ke arah tercapainya tujuan. Salah satu
koordinasi ini merupakan bentuk kerjasama tim antara perawat, dokter, staf ruangan, demi
peningakatan status kesehatan klien disertai dengan dukungan penuh dari keluarga.
1. B.
Saran
Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju ke arah
berulangnya hipertensi, misalnya hinadri konsumsi garam berlebih, hindari stress, jangan
banyak pikiran, dan olah raga teratur. Anjurkan untuk selalu cek status kesehatan ke
tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningakat status
kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada keluarga
klien sendiri.
1. Untuk Siswa
Diharapkan siswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill, amupun
mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi
peningkatan status kesehatan klien.
Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat aspek
bio-psiko-sosio-spiritual
DAFTAR PUSTAKA