Sunteți pe pagina 1din 8

Nadya Yosvara 03012183

SISTEM RESPIRASI

INFLUENZA (4A)
Definisi:
Etiologi:
Patofisiologi:
Gejala:
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan penunjang:
Komplikasi:
Tatalaksana:
ARDS (3B)
SARS/FLU BURUNG (3B)
ASMA BRONKIAL / STATUS ASMATIKUS (4A/3B)
BRONKITIS AKUT (4A)
BRONKIEKTASIS (3A)
PNEUMONIA, BRONKOPNEUMONIA(4A)
PNEUMONIA ASPIRASI (3B)
TB PARU TANPA KOMPLIKASI / TB DENGAN HIV (4A/3A)
PNEUMOTHORAKS VENTIL/PNEUMOTHORAKS (3A)
EFUSI PLEURA MASIF (3B)
EMFISEMA PARU (3A)
PPOK EKSASERBASI AKUT (3B)
EDEMA PARU (3B)
ABSES PARU (3A)
HAEMATOTHORAX (3B)
TROMBOFLEBITIS (3A)
LIMFANGITIS (3A)
LIMFADEMA (PRIMER, SEKUNDER) (3A)
INSUFISIENSI VENA KRONIK (3A)

Kepaniteraan Klinik Dasar INTERNA 1

Nadya Yosvara 03012183

SISTEM KARDIOVASKULAR
Syok (septik, hipovolemik, kardiogenik, neurogenik) (3B)
Angina pectoris/Infark Miokard (3B)
Gagal Jantung Akut / kronik (3B/3A)
Cardiorespiratory Arrest (3B)
Takikardi : Supraventricular, ventricular (3B)
Fibrilasi atrial / Fibrilasi ventrikular (3A/3B)
Atrial Flutter (3B)
Ektrasistol Supraventricular, Ventricular (3A)
Cos Pulmonale akut / kronik (3B/3A)
Hipertensi esensial / Hipertensi sekunder (4A/3A)

Kepaniteraan Klinik Dasar INTERNA 2

Nadya Yosvara 03012183

SISTEM GI, HEPAR, PANKREAS


Gastritis (4A)
Gastroenteritis (termasuk kolera, giardiasis) 4A
Refluks Gastroesofagus (4A)
Ulkus (gaster, duodenum) (3A)
Demam tifoif (4A)
Perdarahan GI (3B)
Malabsorbsi (3A)
Intoleransi makanan / Alergi makanan / Keracunan makanan (4A)
Botulisme (3B)
Penyakit cacing tambang/Strongiloidiasis/Askariasis/Skistosomiasis/Taeniasis (4A)
Hepatitis A/Hepatitis B (4A/3A)
Abses hepar amoeba (3A)
Perlemakan hepar (3A)
Kolesistitis (3B)
Divertikulosis/divertikulitis (3A)
Kolitis (3A)
Disentri basiler, disentri amuba (4A)
Irritable Bowel Syndrome 3A (3A)

Kepaniteraan Klinik Dasar INTERNA 3

Nadya Yosvara 03012183

SISTEM GINJAL DAN SALURAN KEMIH


Infeksi saluran kemih (4A)
Glomerulonefritis akut/ Glomerulonefritis kronik (3A)
Kolik renal (3A)
Batu saluran kemih (vesika urinaria, ureter, uretra ) tanpa kolik (3A)
Pielonefritis tanpa komplikasi (4A)

Kepaniteraan Klinik Dasar INTERNA 4

Nadya Yosvara 03012183

SISTEM ENDOKRIN, METABOLIK, DAN NUTRISI


Diabetes melitus tipe 1 / Diabetes melitus tipe 2 (4A)
Diabetes melitus tipe lain (intoleransi glukosa akibat penyakit lain atau obat-obatan) (3A)
Ketoasidosis diabetikum nonketotik (3B)
Hiperglikemi hiperosmolar (3B)
Hipoglikemia ringan/ Hipoglikemia berat (4A/3B)
Hipoparatiroid (3A)
Hipertiroid (3A)
Tirotoksikosis/ Goiter (3B/3A)
Cushing's disease/ Krisis adrenal (3B)
Malnutrisi energi-protein (4A)
Defisiensi vitamin/ Defisiensi mineral (4A)
Dislipidemia (4A)
Hiperurisemia (4A)
Obesitas (4A)
Sindrom metabolik (3B)

Kepaniteraan Klinik Dasar INTERNA 5

Nadya Yosvara 03012183

SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


Anemia defisiensi besi (4A)
Anemia hemolitik/ Anemia makrositik (3A)
Limfadenopati/ Limfadenitis (3A/4A)
Bakteremia (3B)
Demam dengue, DHF/ Dengue shock syndrome (4A/3B)
Malaria (4A)
Toksoplasmosis (3A)
Leptospirosis (tanpa komplikasi) (4A)
Sepsis (3B)
Lupus eritematosus sistemik (3A)
Polimialgia reumatik (3A)
Reaksi anafilaktik (4A)
Demam reumatik/ Artritis reumatoid (3A)

Kepaniteraan Klinik Dasar INTERNA 6

Nadya Yosvara 03012183

SISTEM MUSKULOSKELETAL
ARTRITIS, OSTEOARTHRITIS (3A)
OSTEOPOROSIS (3A)
ULKUS PADA TUNGKAI (4A)
Ulkus adalah kerasakan lokal atau ekskavasi prmukaan organ atau jaringan yang
ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan nekrotik yang radang. Ulkus diabetikum adalah
Luka yang berakhir dengan kematian saraf / jaringan, biasanya dalam jumlah yang besar
dan umumnya diikuti kehilangan persediaan vaskular (nutrisi) serta diikuti oleh invasi

bakteri dan pembusukan.


Faktor risiko : laki-laki, DM >10th, neuropati perifer, struktur kaki yang abnormal,
penyakit arteri perifer, merokok, riwayat ulkus/amputasi, kontrol glikemik yang buruk.
Patofisiologi
Ada beberapa komponen penyebab sebagai pencetus timbulnya ulkus kaki diabetik pada
pasien diabetes, dapat dibagai dalam 2 faktor besar (Gibbons dkk., 1995 ; Singh dkk.,
2005) yaitu :
o Faktor kausatif
- Neuropati perifir (sensorik, motorik, autonom)
Neuropati sensorik biasanya derajatnya cukup dalam (>50%) sebelum mengalami
kehilangan sensasi proteksi yang berakibat pada kerentanan terhadap trauma fisik
dan termal sehingga meningkatkan resiko ulkus kaki. Tidak hanya sensasi nyeri dan
tekanan yang hilang, tetapi juga propriosepsi yaitu sensasi posisi kaki juga
menghilang.

Neuropati

motorik

mempengaruhi

semua

otot-otot

di

kaki,

mengakibatkan penonjolan tulang-tulang abnormal, arsitektur normal kaki berubah,


deformitas yang khas seperti hammer toe dan hallux rigidus. Sedangkan neuropati
autonom atau autosimpatektomi, ditandai dengan kulit kering, tidak berkeringat, dan
peningkatan pengisian kapiler sekunder akibat pintasan arteriovenous di kulit , hal ini
mencetuskan timbulnya fisura, kerak kulit , semuanya menjadikan kaki rentan
terhadap trauma yang minimal.
Tekanan plantar kaki yang
Trauma Terutama trauma yang berulang
o Faktor kontributif
- Aterosklerosis karena penyakit vaskuler perifir terutama mengenai pembuluh darah
-

femoropoplitea dan pembuluh darah kecil dibawah

lutut, merupakan faktor

kontributif terpenting. Risiko ulkus, dua kali lebih tinggi pada pasien diabetes
-

dibanding dengan pasien nondiabetes.


Diabetes menyebabkan gangguan penyembuhan luka secara intrinsik, termasuk
diantaranya

gangguan

collagen

cross-linking,

gangguan

fungsi

matrik

metalloproteinase, dan gangguan imunologi terutama gangguan fungsi PMN.


Disamping itu penderita diabetes memiliki 17 angka onikomikosis dan infeksi tinea
yang lebih tinggi, sehingga kulit mudah mengelupas dan mengalami infeksi. Pada
DM, ditandai dengan hiperglikemia berkelanjutan serta peningkatan mediatormediator inflamasi, memicu respon inflamasi, menyebabkan inflamasi kronis, namun
Kepaniteraan Klinik Dasar INTERNA 7

Nadya Yosvara 03012183

keadaan ini dianggap sebagai inflamasi derajat rendah, karena hiperglikemia sendiri
menimbulkan

ganggguan

mekanisme

pertahanan

seluler.

Inflamasi

dan

neovaskularisasi penting dalam penyembuhan luka, tetapi harus sekuensial, selflimited, dan dikendalikan secara ketat oleh interaksi sel-molekul. Pada DM respon
inflamasi akut dianggap lemah dan angiogenesis terganggu sehingga terjadi

gangguan penyembuhan luka.


Klasifikasi
Ulkus kaki diabetik dibedakan atas 2 kelompok yaitu : (Edmon, 2006)
1. Ulkus neuropatik, Kaki teraba hangat dan perfusi masih baik dengan pulsasi masih
teraba, keringat berkurang, kulit kering dan retak.
2. Ulkus neuroiskemik, Kaki teraba lebih dingin, tidak teraba pulsasi, kulit tipis, halus dan
tanpa rambut, ada atrofi jaringan subkutan, klaudikasio intermiten dan rest pain
mungkin tidak ada karena neuropati
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis,
daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba
pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh
darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu : Pain (nyeri),
Paleness (kepucatan), Paresthesia (kesemutan), Pulselessness (denyut nadi hilang),
Paralysis (lumpuh). Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut
pola dari fontaine: Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan), Stadium
II : terjadi klaudikasio intermiten, Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat, Stadium IV :

terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).


Klasifikasi Wagner ( dikutip dari Oyibo dkk., 2001).
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti claw,callus
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
Untuk mengevaluasi ulkus dengan/tanpa infeksi dapat menggunakan kriteria PEDIS
- PERFUSION
Derajat I: tidak ada gejala maupun tanda penyakit arteri perifer pada kaki yang
terkena, dikombinasi dengan : arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior yang teraba,
atau ABI 0,9-1,1, atau toe brachial index >0,6, atau tekanan oksigen transkutan
>60mmHg.
Derajat II: gejala atau tanda penyakit arteri perifer, namun belum mencapai critical
limb ischemia
-

Kepaniteraan Klinik Dasar INTERNA 8

S-ar putea să vă placă și