Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh:
Nama
: Lazuardi Pramadio
NIM
: 135040207111005
Kelas
:C
Kelompok
: Kamis, 14.45-16.00
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2016
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada area yang tidak dikehendaki yakni tumbuh
pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman
budidaya. Gulma dapat merugikan tanaman budidaya karena bersaing dalam mendapatkan
unsure hara, cahaya matahari dan air. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan
melihat keadaan morfologi, habitat dan
gulma merupakan tumbuhan yang mudah
dengan tanaman budidaya. Karena gulma mempunyai sifat mudah beradaptasi dengan tempat
lingkungan tumbuhnya maka gulma memiliki beberapa sifat diantaranya: (1) mampu
berkecambah dan tumbuh pada kondisi zat hara dan air yang sedikit, biji tidak mati dan
mengalami dorman apabila lingkungan kurang baik untuk pertumbuhannya, (2) tumbuh
dengan cepat dan mempunyai pelipat gandaan yang relatif singkat apabila kondisi
menguntungkan, (3) dapat mengurang hasil tanaman budidaya dalam populasi sedikit, (4)
mampu berbunga dan berbiji banyak, (5) mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat,
terutama yang berkembang biak secara
tanaman yang mempunyai siklus hidup yang sama. Salah satu bentuk asosiasi gulma dengan
tanaman adalah terjadi kompetisi faktor tumbuh berupa unsur hara. Kompetisi terjadi bila
persediaan hara yang dipersaingkan berada di bawah kebutuhan masing-masing
tanaman.
Besar kecilnya kompetisi gulma tergantung pada spesies gulma, lama kompetisi, cara
bercocok tanam dan kultur teknik lainnya .
1.2 Tujuan
Mampu menjelaskan hubungan atau asosiasi yang terjadi pada gulma dengan tanaman
pada lahan budidaya sehingga nantinya dapat bermanfaat untuk proses budidaya tanaman.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Asosiasi Gulma
Asosiasi merupakan hubungan antar makhluk hidup dalam suatu lingkungan tertentu.
Asosiasi dapat dikatakan sebagai komunitas yang merupakan suatu istilah yang dapat
digunakan pada sembarang tipe vegetasi, sembarang ukuran dan sembarang umur, komunitas
dapat merupakan satu unit ekologi yang sangat luas namun juga dapat merupakan satuan yang
sangat sempit. Istilah komunitas juga dapat digunakan untuk satuan yang paling kecil
sekalipun seperti halnya menempelnya lumut yang beraneka ragam di pohon tertentu.
Ukuran, umur dan stratum tumbuhan bukan merupakan batasan suatu komunitas tumbuhan
demikian juga dengan perubahan komponen vegetasi yang terdapat didalamnya. Komunitas
tetap berlaku untuk vegetasi yang mudah berubah ataupun yang lambat dalam perubahan
penyusun vegetasinya.
Asosiasi lebih merupakan kumpulan dari contoh dalam sebuah vegetasi. Suatu komunitas
besar dapat terdiri dari banyak asosiasi atau komunitas kecil yang di dalamnya terdapat
banyak spesies tumbuhan penyusun vegetasi tersebut. Asosiasi yang dapat merupakan bentuk
komunitas dalam suatu formasi umumnya terdiri dari banyak asosiasi penyusun dimana salah
satu dan lainnya dapat sangat berbeda dalam fisiognominya. Asosiasiasi dapat dikatakan
juga sebagai komunitas, namun tidak semua komunitas menunjukan suatu asosiasi.
Komunitas dapat di label sebagai asosiasi jika mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai komposisi floristik yang seragam
2. Fisiognomi yang seragam
3. Terdapat pada habitat yang relatif konsisten
Kendeigh (1980), menuliskan bahwa ekologi tumbuhan berhubungan dengan kajian
komunitas tumbuhan atau asosiasi tumbuhan. Satuan dasar di dalam sosiologi tumbuhan
adalah asosiasi, yaitu komunitas tumbuhan dengan komposisi floristik tertentu. Bagi ahli
sosiologi tumbuhan, suatu asosiasi adalah seperti suatu spesies. Suatu asosiasi terdiri dari
sejumlah tegakan, yang merupakan suatu satuan konkrit vegetasi yang diamati di lapangan
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan
sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival),
pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al .1990), sedangkan Kastono
(2005) kompetisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada
pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik)
dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik.
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang
saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama
yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu spesies
tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan
ruang tumbuh (Kastono,2005).
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai
sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau
(2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih
banyak.organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber
yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati
tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk
hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen dan cahaya (Noughton, 1990).
Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang
memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar
dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara
merugikan. Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderunga dalam kompetisi
menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi, spesies yang berdekatan atau yang serupa
dan hal tersebut dikenal sebagai azaz pengecualian kompetitif (competitive exclusion
principles). (Ewusie,1990).
Tidak adanya asosiasi mungkin disebabkan kedua spesies tersebut memiliki perbedaan
daur hidup dan peranan ekologis yang berbeda, sebab organisme yang terdapat hubungan
kompetisi memiliki peranan ekologis yang tumpang tindih. Sebab lain tidak adanya asosiasi,
mungkin juga disebabkan karena faktor lingkungan seperti pH tanah, kandungan hara pada
tanah dan suhu maksimum-minimum pada lingkungan tersebut yang akan menyeleksi
spesies-spesies apa saja yang dapat tumbuh dengan subur ditempat tersebut. Tidak adanya
asosiasi juga bisa disebabkan lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan dan
reproduksi kedua spesies sehingga kedua spesies dapat tumbuh dan berkembang bersamasama tanpa adanya kompetisi sehingga apabila satu spesies tidak ada, tidak mempengaruhi
spesies yang lainnya.
2.2 Macam Asosiasi Gulma
Menurut Kastono (2005), garis besar interaksi intraspesies dan interspesies dapat
dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan, yaitu:
1. Netralisme yaitu hubungan antara makhluk hidup yang tidak saling menguntungkan
dan tidak saling merugikan satu sama lain
2. Mutualisme yaitu hubungan antara 2 jenis
makhluk
hidup
yang
saling
menguntungkan, bila keduanya berada pada satu tempat akan hidup layak tapi bila
keduanya terpisah masing-masing jenis tidak dapat hidup layak
3. Parasitisme yaitu hubungan yang hanya menguntungkan satu makhluk hidup saja,
sedangkan jenis lainnya dirugikan
4. Predatorisme yaitu hubungan pemangsaan antara satu jenis makhluk hidup terhadap
makhluk hidup yang lainnya
5. Kooperasi adalah hubungan antara dua makhluk hidup yang bersifat saling membantu
antar keduanya
6. Komensalisme adalah hubungan antara dua makhluk hidup yang satu mendapat
keuntungan sedang yang lainnya tidak dirugikan. Sering kali juga ditemukan adanya
interaksi saling menguntungkan antar individu melalui hidup yang berdampingan.
Dengan demikian antara tumbuhan yang satu dengan tumbuhan yang lainnya biasanya
terdapat suatu keterikatan. Ini merupakan kecenderungan yang terjadi di alam. Untuk
mengetahui tingkat kedekatan antar organisme tumbuhan tersebut diperlukan suatu
pengukuran. Dengan suatu pengukuran dapat ditentukan atas hubungan interspesifik antara
suatu spesies dengan spesies lainnya,sehingga dapat diketahui perubahan dalam tingkat
asosiasi yang digunakan untuk mencirikan suatu perubahan antara spesies yang dimaksud.
Pengukuran yang digunakan adalah dengan koefisien asosiasi atau derajat asosiasi
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Asosiasi Gulma
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi.
Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap
unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses
fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.
a. Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman
atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat
dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu
jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa
gulma. Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan, tetapi
tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata lain gangguan gulma
tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk. Yang paling diperebutkan antara
pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam
jumlah yang banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak
unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar
nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5
kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih dari 3 kali. Dapat
dikatakan bahwa gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang
dikelola manusia.
b. Persaingan memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air untuk
hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air
menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan
(transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis.
Untuk tiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330 1900 liter air. Kebutuhan
yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan pertanaman. Contoh gulma
Helianthus annus membutuhkan air sebesar 2,5 kali tanaman jagung. Persaingan
memperebutkan air terjadi serius pada pertanian lahan kering atau tegalan.
c. Persaingan memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan
subur, maka faktor pembatas berikutnyaa adalah cahaya matahari yang redup (di musim
penghujan) berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan
yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh
karena itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain
yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh tumbuhannya yang
terdahulu serta pertumbuhannya akan terhambat. Tumbuhan yang berjalur fotosintesis C4
lebih efisien menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing berebut
cahaya pada keadaan cuaca mendung. Oleh karena itu penting untuk memberantas gulma
dari familia Cyperaceae dan Gramineae (Poaceae) di sekitar rumpun-rumpun padi yang
berjalur C3. Dari peristiwa persaingan antara gulma dan tanaman pokok didalam
memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari, Eussen (1972) menelorkan rumus
:TCV = CVN + CVW + CVL. di mana TCV = total competition value, CVN =
competition value for nutrient, CVW = competition value for water dan CVL =
competition value for light. Nilai persaingan total yang disebabkan oleh gulma terhadap
tanaman pokok merupakan penggabungan dari nilai persaingan untuk hara + nilai
persaingan untuk air + nilai persaingan untuk cahaya. Besar kecilnya (derajad) persaingan
gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan
tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil
tanaman pokok. Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman pokok di dalam
memperebutkan air, hara dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap
pertumbuhan atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti berikut ini.
d. Kerapatan gulma
Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok
semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin
menurun. Hubungan antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok
merupakan suatu korelasi negatif. Suroto dkk. (1996) memperlihatkan bahwa perlakuan
kerapatan awal teki 25, 50 dan 100 per m2 menurunkan bobot biji kacang tanah per
tanaman masing-masing sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.
e. Macam gulma
Masing-masing gulma mempunyai kemampuan bersaing yang berbeda, hambatan
terhadap pertumbuhan tanaman pokok berbeda, penurunan hasil tanaman pokok juga
berbeda. Sebagai contoh kemampuan bersaing jawan (Echinochloa crusgalli) dan tuton
(Echinochloa colonum) terhadap tanaman padi tidak sama atau berbeda.
f. Saat kemunculan gulma
Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi semakin hebat,
pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
Hubungan antara saat kemunculan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok
merupakan suatu korelasi positif. Hasil penelitian Erida dan Hasanuddin (1996)
memperlihatkan bahwa saat kemunculan gulma bersamaan tanam, 15, 30, 45, 60 dan 75
hari setelah tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar 166,22; 195,82;
196,11; 262,28; 284,77 dan 284,82 g/petak (2m x 3m).
g. Lama keberadaan gulma
Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok, semakin hebat
persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin
menurun. Hubungan antara lama keberadaan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman
pokok merupakan suatu korelasi negatif. Perlakuan lama keberadaan gulma 0, 15, 30, 45,
60, 75, dan 90 hari setelah tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar
353,37; 314,34; 271,45; 257,34; 256,64; 250,56 dan 166,22 g/petak (Erida dan
Hasanuddin, 1996).
h. Kecepatan tumbuh gulma
Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman
pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
i. Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas dan dalam sistem
perakarannya memiliki kemampuan bersaing yang lebih, sehingga akan lebih
menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman pokok
j. Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)
Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga persaingannya lebih
hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
k. Allelopati
Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan senyawa dan zat-zat
beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian
vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopat mempunyai kemampuan bersaing
yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya
semakin menurun.
Di samping itu kemiripan gulma dengan tanaman juga mempunyai arti penting. Masingmasing pertanaman memiliki asosiasi gulma tertentu dan gulma yang lebih berbahaya adalah
yang mirip dengan pertanamannnya. Sebagai contoh Echinochloa crusgalli lebih mampu
bersaing terhadap padi jika dibandingkan dengan gulma lainnya.
atas daun hijau tua, permukaan bawahnya merah tua. Bunganya berkelompok 2-6
buah yang keluar dari ujung percabangan. Mahkota daunnya berjumlah lima buah,
berwarna kuning dan kecil-kecil.bunga ini akan mekar pada pagi hari antara pukul
8.00-11.00 siang dan layu menjelang sore. Buahnya berbentuk kotak, bijinya banyak
dengan warna hitam cokelat mengkilap. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan biji.
5. Rumput gajah mini (Pennisetum Purpureum cv. Mott) adalah salah satu jenis rumput
gajah yang baru dikembangkan sekarang ini. Ukurannya yang lebih kecil dari rumput
gajah, membuatnya juga sering di sebut rumput gajah kerdil. Rumput ini dapat
tumbuh pada berbagai macam tanah, sampai liat alkalis, dan sangat responsif terhadap
pemupukan. Rumput gajah mini tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang
kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur.
(Syarifuddin, 2006).
6. Gulma wedusan (Ageratum conyzoides L)Terna berbau keras, berbatang tegak atau
berbaring, berakar pada bagian yang menyentuh tanah, batang gilig dan berambut
jarang, sering bercabang-cabang, dengan satu atau banyak kuntum bunga majemuk
yang terletak di ujung, tinggi hingga 120 cm. Daun-daun bertangkai, 0,55 cm,
terletak berseling atau berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah. Helaian
daun bundar telur hingga menyerupai belah ketupat, 210 0,55 cm; dengan
pangkal agak-agak seperti jantung, membulat atau meruncing; dan ujung tumpul atau
meruncing; bertepi beringgit atau bergerigi; kedua permukaannya berambut panjang,
dengan kelenjar di sisi bawah. Bunga-bunga dengan kelamin yang sama berkumpul
dalam bongkol rata-atas, yang selanjutnya (3 bongkol atau lebih) terkumpul dalam
malai rata terminal. Bongkol 68 mm panjangnya, berisi 6070 individu bunga, di
ujung tangkai yang berambut, dengan 23 lingkaran daun pembalut yang lonjong
seperti sudip yang meruncing. Mahkota dengan tabung sempit, putih atau ungu. Buah
kurung (achenium) bersegi-5, panjang lk. 2 mm; berambut sisik 5, putih.
b. Pembahasan
Pada praktikum asosiasi gulma yang dilaksanakan pada tanggal 26 April 2016 yang
bertempat di Omah Kampus Desa Dau, Malang. Kelompok kami menggunakan lahan tomat
untuk pengamatan asosiasi gulma. Pada lahan tomat ditemukan gulma ( Amaranthus
spinosus, Cynodon dactylon, Cyperus rotundus L, Portulaca oleracea, Pennisetum
Purpureum cv. Mott, Ageratum conyzoides L. Gulma-gulma tersebut sangat mengganggu
pertumbuhan tanaman tomat karena antara gulma dan tanaman budidaya sama-sama
membutuhkan air, unsur hara, cahaya matahari dan tempat tumbuh, sedangkan yang dapat
disediakan oleh alam terbatas, sehingga akan terjadi kompetisi antara tanaman budidaya
dengan gulma. Kompetisi tersebut dapat berdampak negatif bagi tanaman budidaya. Dampak
negatif tersebut adalah pengurangan produktivitas dan juga pengurangan individu tanaman
budidaya karena tidak tumbuh akibat adanya gulma.
Selain kompetisi antara gulma dan tanaman budidaya, gulma Amaranthus spinosus,
Cynodon dactylon, Cyperus rotundus L juga dapat mengeluarkan zal alelopat yang dapat
mengganggu tanaman budidaya. Zat allelopat merupakan bahan kimia yang dikeluarkan oleh
gulma terhadap tanaman pokok yang menyebabkan morfologi daunnya yang dipenuhi oleh
bercak coklat dan putih, tinggi tanaman kerdil, panjang akar tidak normal sehingga gulma
diatas termasuk asosiasi amensalisme dikarenakan mempunya senyawa alelopat yang
meracuni tanaman budidaya (Moenandir,2010). Untuk gulma Portulaca oleracea,
Pennisetum Purpureum cv. Mott, Ageratum conyzoides L mampu bersaing merebutkan unsure
hara, cahaya maupun air bagi tanaman budidaya sehingga dapat diketahui bahwa interaksi
gulma diatas adalah asosiasi kompetisi karena pada lahan tomat yang kita datangi adanya
pengaruh yang signifkan terhadap persaingan gulma tersebut. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengendalian populasi gulma yang berada ada lahan agar tanaman budidaya dapat
tumbuh secara optimal.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asosiasi gulma adalah kumpulan spesies yang berinteraksi. Interaksi positif yang dapat
dibentuk dikatakan mutualisme atau saling menguntungkan. Sedangkan interaksi negatif yaitu
amensalisme, komensalisme, dan predatorisme. Asosiasi yang terjadi di lahan tomat adalah
amensalisme dan kompetisi karena salah satu tidak mendapatkan keuntungan atau kerugian
tetapi yang lainnya mengalami kerugian bahkan menyebabkan kematian.
5.2 Saran
Semoga kedepannya lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Didik Gunawan dkk. 1998. Tumbuhan Obat Indonesia. PPOT. UGM
Erida, G. dan hasanuddin. 1996. Penentuan Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine max)
terhadap Kompetisi Gulma. Prosiding Konf. 13 HIGI : 14-18.
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika . ITB : Bandung
Kastono. 2005. Ilmu Gulma, Jurusan Budidaya Pertanian. UGM: Yogyakarta.
Kendeigh,
S.C.1980.
Ecology
with
Special
Reference
to
Animal
and
Man.Departement of Zoological Univercity of Illinoist at Urbana-Champaign.New Delhi:
Pretince-Hall of India Private Limited
Moenandir, J . 1990. Persaingan Tanaman Budidaya
CV.Rajawali.Jakarta.
Naughton dan Wolf. 1990. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
LAMPIRAN