Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan tahun ajaran 2016
KELOMPOK 8
Dea Kusdiani
150610130007
150610130048
Iqbal Fathurrahman
150610130053
Resna Nopani
150610130122
AGRIBISNIS B
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan pada tahun ajaran 2016. Makalah ini
membahas tentang makna struktur pedesaan progresif, proses pembangunan
pertanian progresif di Indonesia, dan teori pembangunan serta hubungannya
dengan pertanian.
Terima kasih kepada Bapak M. Arief Budiman, S.E., M.E., selaku dosen
mata kuliah Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan kelas Agribisnis B serta seluruh pihak yang telah
membantu dalam proses pengerjaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari
itu, kami mengharapkan kritik dan saran pembaca agar makalah ini menjadi lebih
baik. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi serta ilmu baru bagi para
pembaca dan dapat bermanfaat untuk pengembangan wawasan serta peningkatan
ilmu pengetahuan bagi kita semua khususnya mengenai struktur pedesaan
progresif.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.......................................................................Latar Belakang
.............................................................................................1
1.2....................................................................................Tujuan
..............................................................................................2
1.3...................................................................Metode Penulisan
..............................................................................................2
1.4..................................................................Rumusan Masalah
..............................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.......................................Makna Struktur Pedesaan Progresif
..............................................................................................3
2.2.........Proses Pembangunan Pertanian Progresif di Indonesia
..............................................................................................7
2.3...............................................Teori Pembangunan Pertanian
.............................................................................................11
2.4.. .Kaitan Teori Pembangunan dengan Pertanian di Indonesia
............................................................................................24
2.5............................................................................Studi Kasus
............................................................................................27
1. Program Prima Tani .........................................................
27
33
38
45
46
BAB I
PENDAHULUAN
penjelasan
mengenai
teori
pembangunan?
Apa
BAB II
PEMBAHASAN
judul
Menciptakan
Struktur
Pedesaan
Progresif.
Untuk
Pendidikan pembangunan
Kredit Produksi
2.
Jalan-jalan perdesaan
3.
4.
Aparat penyuluh
3
5.
Fasilitas kredit
SPP dapat diorganisir menjadi dua bagian yaitu lokalitas usahatani dan
distrik usahatani.
Lokalitas usahatani adalah suatu daerah pedesaan yang cukup sempit,
sehingga setiap petani didalamnya dengan alat transportasi yang
dimiliki/tersedia, dapat pergi ke pasar dan pulang pada hari itu juga seperti
kelompok masyarakat (community). Lokalitas usahatani diperlukan untuk
mengurus keperluan semua petani di dalamnya. Desa progresif harus
memiliki unsur dasar dan penunjang dari lokalitas usahatani yang progresif
diantaranya :
1. Satu Pusat Pasar dengan beberapa tempat jual beli untuk hasil bumi dan
saluran-saluran untuk melancarkan sarana produksi dan alat-alat
pertanian
2. Cukup terdapatnya jalan baik dari usahatani menuju ketempat pusat
pasat ataupun dari pusat pasar ke dunia luar
3. Percobaan pengujian lokal untuk memperoleh cara-cara bertani yang
menguntungkan
4. Jasa-jasa Dinas Penyuluhan Pertanian
5. Tersedianya Kredit Usahatani dan unsur penunjang lainnya.
Distrik
usahatani
menyediakan
4
fasilitas
dan
jasa
yang
Gambar . Peta Kondisi Jalan, Desa, dan Pasar sebelum dan sesudah SPP
2.2. Proses Pembangunan Pertanian Progresif di Indonesia
Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup petani yang dicapai melalui strategi investasi
dan kebijakan pengembangan profesionalitas dan produktivitas tenaga kerja
pertanian, pengembangan sarana dan prasarana ekonomi, pengembangan
iptek disertai dengan penataan dan pengembangan kelembagaan pedesaan.
Pertanian di Indonesia memiliki basis di pedesaan sehingga pembangunan
pertanian progresif di Indonesia dimulai dari desa, salah satunya dengan
penerapan Wilud (Wilayah Unit Desa) dan Struktur Pedesaan Progresif itu
sendiri.
Struktur pedesaan progresif memang istilah yang tidak terlalu banyak
dikenal oleh masyarakat luas, namun dari segi penerapannya beberapa desa
telah menggunakan teori tersebut. Misalnya penerapan SPP melalui Wilayah
Unit Desa (Wilud). Wilud adalah kelompok masyarakat yang dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti pasar yang jauh dan memenuhi kebutuhan
warga. Wilud saat ini dikenal dengan Koperasi Unit Desa (KUD).
Salah satu unsur SPP adalah aparat penyuluh. Penyuluhan Pertanian di
Era Kemerdekaan Indonesia saat ini memiliki kondisi yang berbeda dengan
7
pertanian, juga telah memadai. Di tingkat wilayah saat ini terdapat 30 Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), perangkat organisasi Badan
Litabang Pertanian yang mengakuisisi peran Balai Informasi Pertanian
tempo dulu, berperan sebagai penghasil Teknologi Tepat Guna Spesifik
Lokasi, sekaligus memberikan contoh diseminasinya, kini juga dilengkapi
dengan perangkat Teknologi Informasi. Dengan demikian, perangkat
pemerintah
pusat
dan
sumber-sumber
inovasi
teknlogi,
termasuk
termasuk
Indonesia,
kebijakan
pembangunan
yang
pengetahuan
dan
teknologi
khususnya
dalam
berusahatani.
Percepatan ini misalnya dengan cara alami baru berubah dalam 100
tahun tetapi dengan adanya percepatan jadi 10 tahun. SPP tidak selalu harus
direncanakan secara nasional dari atas ke bawah, tetapi mungkin dapat
10
Akibatnya
terjadi
eksploitasi
dalam
frekuensi
dan
intensitasnya.
Kelemahan model ini adalah tidak menyediakan pemahaman
yang cukup terhadap masalah ketika sisa lahan yang kurang produktif
sudah
habis.
Model
ini
juga
berhadapan
dengan
model
13
Theodore W. Schultz
Pada tahun 1953,Schultz mengembangkan teori lokasi usahatani
melalui
tesisnya
yaitu
pertumbuhan
industri
perkotaan
akan
Carl O. Sauer
N. I. Vavilov
petani dan antar wilayah pertanian. Contoh model difusi adalah revolusi
pertanian di Inggris tahun 1800-1900an.
Teori Difusi Inovasi
Everett Rogers
Difusi adalah suatu proses dimana inovasi dikomunikasikan
menggunakan saluran tertentu dalam suatu waktu di antara anggota
sistem sosial. Pengetahuan sosial menjadi berkembang dalam
penyuluhan pertanian karena komunikasi dan interaksi di antara
anggota sistem sosial
a. Innovators
Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi.
Cirinya : petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas,
kemampuan ekonomi tinggi .
b. Early Adopters (Perintis/Pelopor)
Sekitar 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi.
Cirinya : para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati,
akses di dalam tinggi.
c. Early Majority (Pengikut Dini)
Sekitar 34% yang menjadi para pengikut awal.
Cirinya : penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.
d. Late Majority (Pengikut Akhir)
Sekitar 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi.
16
Theodore W. Schultz
Model ini ada untuk mengubah usahatani tradisional ke arah
usahatani yang lebih produktif, adalah diberlakukannya investasi untuk
menutup biaya tinggi yang digunakan dalam kegiatan untuk mengubah
usahatani tradisional tersebut. Investasi yang dimaksud adalah:
a. Pusat-pusat
penelitian
dan
percobaan
untuk
menemukan
kemampuan
industri
yang
mengembangkan,
c. Meningkatkan
kemampuan
petani
untuk
menerapkan
atau
menerangkan
bagaimana
kondisi
ekonomi
tertentu
Karl Marx
Model penerapan inovasi adalah gabungan dari penerapan
inovasi teknologi dan penerapan inovasi kelembagaan. Inovasi
teknologi terdiri dari teknologi hemat lahan (penggunaan teknologi
biologis dan kimiawi) dan teknologi hemat tenaga kerja (penggunaan
peralatan mekanis/mesin pertanian). Sedangkan inovasi kelembagaan
adalah
inovasi
dalam
hukum/peraturan/sistem
sosial
yang
sebagai
serangkaian
tahapan
pertumbuhan
W. W. Rostow
Perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi dapat
dijelaskan dalam suatu seri tahapan yang harus dilalui oleh negara.
Tahapan pertumbuhan ekonomi suatu negara menurut Rostow :
Masyarakat Tradisional (The Traditional Society) 1
19
Roy Harrod
Evsey Domar
W. Arthur Lewis
Model perubahan struktural yang menjelaskan bagaimana
terjadi transfer (dominasi) pekerja dari ekonomi pertanian kepada
ekonomi industri. Mengawali teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa
perekonomian suatu negara pada dasarnya akan terbagi menjadi dua
yaitu perekonomian tradisional dan perekonomian industri.
Proses pembangunan Lewis :
Kelebihan Keuntungan Sektor Modern Investasi Industri +
Akumulasi Modal (Sektor Industri) Perluasan Output Sektor Modern
Peralihan Tenaga Kerja ke Sektor Modern.
Asumsi dalam Teori Lewis :
a. Pengusaha selalu berusaha memaksimumkan keuntungannya
b. Negara berkembang kelebihan tenaga kerja dan terbatasnya modal
c. Keuntungan maksimum tercapai jika tingkat upah sama dengan
produksi marginal
22
2.
3.
4.
5.
6.
mengatasi
permasalahan
27
yang
dihadapi
dan
mampu
mengoptimalkan
pemanfaatan
sumberdaya
yang
ada.
Melalui
kelembagaan
petani
diarahkan
agar
petani
memegang
peranan
yang
sangat
penting
dalam
tani/Gapoktan)
meningkatkan
posisi
juga
tawar
29
diarahkan
petani
dalam
untuk
membantu
memasarkan
hasil
pertumbuhan
sektor
pertanian
dan
peningkatan
(SP3);
(d)
Bantuan
bunga
kredit
investasi;
(e)
oleh semua
pemangku
kepentingan
(stake holder)
berbagai
penyempurnaan
yang
disesuaikan
dengan
agropolitan
diciptakan
untuk
mengurangi
pembangunan
dari
bawah
yang
muncul
sebagai
pendekatan
sub
sistem
agribisnis
hilir
(industri
pengolahan,
kegiatan
dan
pemanfaatan/pembangunan
infrastruktur/fasilitas.
f. Berorientasi kepada kebutuhan pasar (Market-driven). Perencanaan
produk yang dihasilkan dan faktor produksi yang digunakan baik
35
a. Suatu hamparan lahan pertanian (satu desa atau beberapa desa dalam
bentuk klutser) dengan luas 10001500 Ha, memiliki kesamaan
agroekosistem dengan jenis komoditas unggulan tertentu yang sudah
berkembang atau yang akan dikembangkan.
b. Memiliki usahatani individu, teorganisir dalam kelompok-kelompok
tanaman sehamparan.
c. Memiliki usaha kelompok/koperasi yang bergerak dalam pengadaan
bibit pupuk, dan mesin pertanian, usaha grading dan standarisasi, serta
usaha packaging dan sortasi.
d. Memiliki sistem kelembagaan dan organisasi kerjasama sehamparan
dalam sistem pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta sistem
manajemen mutu.
e. Memiliki kelembagaan dan sistem penyuluhan agribisnis.
f. Memiliki lembaga keuangan mikro, dan atau jaringan ke perbankan.
g. Memiliki sumber teknologi dan jaringan informasi pasar.
h. Memiliki jalan antar usahatani dan jalan penghubung ke daerah lain,
irigasi, teknologi pengairan dan transportasi pedesaan.
(Tim Teknis Agropolitan DTBBSU, 2005).
37
Intensifikasi
Potensi
Lokal
(SIPLO)
mengutamakan
38
adalah pembuatan POC dan NOC serta biopes dan eter yang
selanjutnya berkembang menjadi industry kecil berbasis bioteknologi.
Pupuk dan nutrisi organik cair yang dinamakan Marolis ini
mempunyai kelebihan mampu meningkatkan produktivitas tanaman dan
ternak yang ada. Contohnya adalah pada tanaman cabe yang
mempunyai produktivitas per pohonnya adalah 0,9 kg 1,5 kg, dengan
Marolis tanaman cabe mampu menghasilkan hingga 5kg per pohonnya.
Dengan pendampingan oleh pemerintah untuk alih teknologi Marolis,
diharapkan hasil dari aplikasi Marolis akan menumbuhkan usaha-usaha
baru yang diantara lainnya adalah budidaya padi organik, pembenihan
lada, budidaya lele organik, pembuatan pakan fermentasi, dan lain-lain.
Pada akhirnya, diharapkan akan tumbuh industry kecil menengah di
hilir dari bioteknologi POC dan NOC Marolis.
41
42
telah
meningkat
dari
sebelumnya
menandakan
BAB III
44
SIMPULAN
1. Struktur Pedesaan Progresif (SPP) adalah suatu sistem sirkulasi di
daerah pedesaan yang memperlancar arus barang/informasi/jasa
penunjang pertanian antara tiap-tiap usahatani dengan masyarakat luas.
2. Uraian teoritis mengenai struktur pedesaan progresif dikemukakan oleh
A. T. Mosher (1974).
3. Unsur SPP diantaranya pasar, jalan desa, percobaan pengujian lokal,
aparat penyuluh dan fasilitas kredit.
4. SPP diorganisir menjadi dua, yaitu lokalitas dan distrik usahatani.
5. Struktur pedesaan progresif memang istilah yang tidak terlalu banyak
dikenal oleh masyarakat luas, namun dari segi penerapannya beberapa
desa telah menggunakan teori tersebut.
6. Salah satu penerapan awal struktur pedesaan menuju progresif adalah
pembentukan kelembagaan Koperasi Unit Desa dan penyuluhan, namun
dalam pelaksanaannya masih kurang baik.
7. Teori pembangunan tidak banyak bermakna jika tidak dapat diterapkan
secara tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup manusia.
8. Pendekatan teori pembangunan telah dikemukakan oleh para ahli.
9. Di Indonesia teori-teori pembangunan pertanian dibahas atas aspekaspek ekonomi dari pembangunan pertanian dan persoalan pertanian,
pada umumnya ada empat sudut pandang yaitu pandangan sektoral,
pandangan masalah efesiensi, pandangan dari segi komoditas dan
pandangan dari segi pembangunan daerah.
10. Adanya ego sektoral yaitu tidak adanya sifat kemitraan dan belum ada
hubungan yang adil satu sama lainnya, membuat pertumbuhan ekonomi
melalui pertanian semakin terhambat.
11. Studi kasus struktur pedesaan progresif misalnya dapat dilihat pada
program Prima Tani dan agropolitan, sedangkan kasus teori
pembangunan pada desa industri mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
45
Sumber Internet :
http://dokumen.tips/documents/spp-pemper.html
http://eprints.undip.ac.id/17730/1/YUNELIMETA.pdf
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/24093/4ef041e7023cc16b39eb1990a
039107b
http://images.sjarwo.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SD5BgwoKCnc
AADDrJuM1/PEMBANGUNAN%20PEDESAAN.ppt?
key=sjarwo:journal:10&nmid=87415560.
http://induk-kud.com/sejarah/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20623/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45050/3/Chapter%20II.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Endang%20Mulyani,
%20M.Si./EKO.%20PEMB%20-%20Teori%20Pembangunan.pdf
http://sumut.litbang.pertanian.go.id/ind/images/DokumenPdf/Prosiding2007/Maka
lah%20utama.pdf
https://www.academia.edu/8806383/pembangunan_pertanian
46
http://www.litbang.pertanian.go.id/artikel/one/151/pdf/Sistem%20Informasi
%20Penyuluhan%20Pertanian%20di%20Jepang%20dan%20Indonesia.pdf
http://www.slideshare.net/septianraha/68564832-pembangunanpedesaan
47