Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENGHANTARAN
Disusun Oleh :
Kelompok 6/AJ-1
Aisyah Nur Izzati
131511123075
131511123077
131511123079
131511123081
131511123083
131511123085
131511123087
Bellani Octadiary
131511123089
Denny Purwawardana
131511123091
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Aritmia :
Gangguan Penghantaran. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas
kelompok mata kuliah kardiovaskuler II di Fakultas Keperawatan Unair Surabaya.
Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan kepada teman
teman yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis pada umumnya dan pembaca pada khususnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aritmia adalah salah satu gangguan pada sistem kardiovaskular yakni
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi
elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat
perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas
pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan
denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
Selain gagal jantung, mortalitas dari penyakit kardiovaskuler juga banyak
disebabkan oleh aritmia. Kejadian aritmia belakangan ini semakin banyak
menarik perhatian para peneliti. Cardiac aritmia bertanggungjawab atas
kematian akibat kardiovaskular berkisar 20 % (Meier dkk, 2001; Kanbay dkk,
2010).
Aritmia memiliki insidens yang tinggi sebagai penyebab kematian mendadak
(sudden death) pada populasi berumur 40-50 tahun di negara maju. Tercatat di
Amerika Serikat pada tahun 2001, 450.000 meninggal karena aritmia.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa aritmia merupakan
penyebab kematian mendadak dikarenakan adanya perbuhan frekuensi dan
irama jantung akibat konduksi elektrolit yang abnormal. Maka dari itu, kami
akan
penghantaran.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
melakukan asuhan keperawatan pasien dengan aritmia gangguan penghantaran
secara komprehensif.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami definisi aritmia
b. Mahasiswa dapat memahami etiologi aritmia
c. Mahasiswa dapat memahami aritmia ganggguan penghantaran impuls.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Aritmia
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges,
1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.
2.
yaitu :
Gangguan pada jantung itu sendiri (intrinsik), meliputi :
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena infeksi
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner,
iskemi miokard, infark miokard
c. Akibat gagal jantung
d. Akibat kardiomiopati
e. Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jantung.
Gangguan yang bukan dari jantung itu sendiri (ekstrinsik), meliputi :
a. Trauma (perdarahan)
b. Intoksikasi obat misalnya digitalis
c. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hipokalemia)
d. Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
e.
f.
impuls
adalah
pusat
untuk
mempertahankan cardiac output. Dua tipe sel yang ditemukan pada jantung yang
pertama adalah sel berespon untuk generasi impuls dan konduksi atau
penghantaran, dan yang sel kedua berfungsi untuk kontraksi otot jantung.
Depolarisasi miokardium dimulai di sinoatrial (SA) node. SA node terletak di
posterior dan superior dari atrium kanan dan dipersarafi oleh sistem saraf simpatik
dan parasimpatik.
Impuls dapat timbul oleh kelompok tertentu dari sel yang mampu melakukan
depolarisasi secara spontan. Depolarisasi awal dari SA node tidak dapat terlihat
oleh Electrocardiogram (ECG). Gelombang P timbul ketika impuls dihantarkan
keluar dari atrium. Di situ tidak ada spesifik sistem konduksi atau penghantaran di
atrium untuk menyampaikan impuls SA node ke AV node. Impuls dihantarkan
oleh depolarisasi yang berdekatan dari atrial myofibril adjacent. Sebagian melalui
gelombang P, impuls mencapai AV Node, sebagian lagi gelombang P karena
depolarisasi atrial kiri.
Pada jantung yang normal, atrium dan ventrikel memiliki elektrisitas yang
terisolasi satu dengan yang lainnya kecuali pada AV Node. Av Node terletak di
atrial septum dekat dengan apeks segitiga Koch. Av Node dipersyarafi oleh sistem
saraf simpatik dan parasimpatik. Konduksi AV Node dihitung dari mayoritas
interval PR. Setelah muncul dari AV Node, impuls tersebut dikonduksikan ke
bundle of HIS, dari sana imuls berjalan ke kanan dan kiri bawah bundle branches
dan selanjutnya ke fesikula ke jaringan serabut purkinje, yang akan menyebabkan
kontraksi ventrikel (Urden, 2010).
2.4 Patofisiologi
Kegagalan konduksi dapat terjadi di manapun sepanjang jalur konduksi, AV
Node blok sering terjadi karena obat-obatan, peningkatan parasimpatetik atau
iskemia. AV Node blok biasanya reversibel kecuali pada kerusakan infark
permanen, bagian dari jalannya konduksi. Infranodal blok jarang terjadi karena
kelainan fisiologi. Pe nyakit struktur jantung dan gangguan sistem anatomi
konduksi adalah penyebab utama dari infranodal hearth block. jarang terjadi
infranodal block termasuk gangguan bundle of HIS dari pengapuran katub aorta,
penyakit Lenegres (degenerasi idiopatik serabut purkinye), dan penyakit Chagas.
Jika AV Block teridentifikasi, hal ini membantu menentukan lokasi kelaianan
konduksi. Anatomi dapat mengidentifikasi jenis dari AV Block, lebar gelombang
QRS komplek dan QRS morfologi. Ketika gelombang QRS komplek sempit (<
0,12 detik), kelainan ini mungkin merupakan supraventrikuar. Ketika gelombang
QRS komplek melebar, tempat yang mungkin terjadinya AV Block adalah
infranodal. Bundle Branch dan Vascicular Block membentuk gelombang QRS
Gang.
Sirkulasi
koroner
Intoksikasi
obat-obatan
Suplai O2
ke
jantung
Mengubah
repolarisasi
sel otot
jantung
Nekrosis sel
otot jantung
degenarasi
PK : AMI
PK : Emboli
paru
PK : deep
vein
trombosis
Sel
jantung
digantikan
jar. parut
Ketidaksei
mbangan
elektrolit
hipo/hiper
kalemi
Perubahan
permeabilit
as thd ion K
Potensial
istirahat sel otot
jantung
memendek/mem
anjang
Gangguan
pembentukan atau
penghantaran
ARITMIA
MK :
penurunan
curah jantung
Pengosongan
ventrikel
Kontaktilitas
Memacu
focus
ektopik
CO
Gangg.
Pengaturan
system
saraf
otonom
Aktivasi
N.
vagus
Aktivasi sel
pacu jantung
SA node
kardiomiopat
i
Dilatasi sel
otot jantung
Gagal
jantung
Suplay
O2
Metabolisme
MK : resiko
aritmia
berulang
Asidosis
ATP
MK :
Kelebihan
volume
Fatigue
intoleransi
Karakteristik :
-
Irama
: biasanya teratur atau regular
Atrium
: 60-100 denyut / menit
Ventrikel
: 60-100 denyut / menit
Gelombang P
: normal
Gelombang P : QRS: 1 : 1
Durasi QRS
: biasanya normal
Interval PR
: konstan dan lebih dalam dari 0,20 detik
2) Blok AV derajat dua :
Karakteristik dari blok AV derajat dua adalah tidak semua impuls
yang berasal dari atrium disalurkan ke ventrikel. Dengan demikian
pada EKG lebih banyak tampak gelombang P disbanding kompleks
QRS. Blok AV dapat dibagi lagi terdiri atas:
a) Blok AV derajat dua tipe satu (mobitz tipe I/wenckebach)
Saat impuls sinus dihantarkan melalui nodal AV akan
terjadi perlambatan hantaran yang semakin besar (interval PR
semakin lama semakin panjang)
Sampai suatu saat gelombang P gagal dihantarkan dan tidak
diikuti oleh kompleks QRS (QRS missing). Bloknya terjadi pada
nodal AV sehingga gelombang QRS normal.
Pada kelainan ini biasanya tidak menimbulkan gejala, jika
rasio konduksi sangat rendah bisa menyebabkan bradikardia dan
penurunan curah jantung. Penyebab tersering adalah penyakit
jantung koroner, infark miokard inferior, penyakit katup aorta
Karakteristik
- Laju
: laju atrial lebih besar dari laju ventrikel.
- Irama
: irama ventrikel ireguler.
- Gelombang P : bentuk normal dan beberapa gelombang P
tidak diikuti kompleks QRS
- Durasi QRS : biasanya normal
- Interval PR : tidak konstan, semakin lama semakin
memanjang
b) Blok AV derajat dua tipe dua (Mobitz tipe II)
Keadaan ini timbul jika impuls atrium gagal dihantaran ke
ventrikel tanpa ada penundaan hantaran yang progresif. Lokasi
blok hantaran terletak di bawah nodal AV dan sering pada distal
berkas HIS di berkas cabang.
Pada infark miokard akut inferior bisa terjadi blok AV
dengan kompleks QRS sempit (lokasi blok di nodal AV) tetapi
jika blok AV pada infark miokard akut anterior biasanya
menunjukkan kompleks QRS lebar (lokasi blok di intranodal
(berkas cabang)).
Karakteristik :
- Laju
- Irama
Karekteristik :
- Laju
- Irama
-
QRS
normal bila irama dari junctional dan melebar
bila terdapat ventricular escape rhythm
- Interval PR
: tidak ada
- Interval PP/RR: teratur
- Interval RR
: RR beraturan
b. Etiologi
Sebagian besar hambatan listrik jantung terjadi pada orang
orang berusia tua. Penyebab yang paling banyak adalah
terbentunya jaringan fibrosa pada system konduksi jantung dan
penyakit arteri koroner. Namun, ada beberapa kasus hambatan
listrik jantung yang disebabkan oleh :
Pemakaian obat obat tertentu, misalnya digitalis dan beta
blocker
Penyakit jantung rematik
c. Manifestasi Klinis:
menghentikan
obat
yang
merupakan
agen
pengganggu
Pengamatan; biasanya ada pengobatan yang dibutuhkan
Atropin 0,5 mg dapat diberikan secara intravena dan
diulang sampai dosis total 3 mg jika bradikardia adalah
-
dipertimbangkan.
AV Blok Derajat Tiga
- Pengamatan jika pasien asymotomatik . Apakah gejalagejala muncul, atropin 0,5 mg dapat diberikan dan diulang
dipertimbangkan.
Penatalaksanaan AV blok total dilakukan dengan obatobatan dan pemasangan pacu jantung. Biasanya jarang
diperlukan alat pacu jantung permanen. Pemasangan pacu
jantung sebagai sumber energi eksternal yang digunakan
untuk menstimuli jantung jika gangguan pembentukan
impuls dan/ atau transmisi menimbulkan bradiaritmia
diharapkan
dengan
pacu
jantung
mengembalikan
(durasi > 0,12 detik). Untuk analisis, paling baik dilihat di sadapan V1 dan
V6. Beberapa kelainan blok cabang berkas adalah sebagai berikut:
1) Blok cabang berkas kanan (RBBB = Right Bundle Branch Block)
Pada RBB, depolarisasi septum dari ventrikel kiri adalah normal,
sedangkan depolarisasi ventrikel kanan terjadi perlambatan akibat
blok di RBB. Jadi, setelah sepolarisasi septum dan ventrikel kiri atau
setelah terbentuk gambaran rS di sadapan V1 dan qr di sadapan V5,
baru terekam arus depolarisasi ventrikel kanan yang datangnya
terlambat menuju ke V1. Dengan demikian , kompleks QRS di V1
atau V2 menjadi bentuk yang dikenal sebagai telinga kelinci (rabbit
ear appearance). Sebaliknya di sadapan V5 (atau sklienpan lateral
lainnya) akan terekam gambaran QRS. Pola RBBB sering dijumpai
pada pasien stenosis mitral, defek septum atrial, IMA serta bisa suatu
variasi normal.
Karakteristik RBBB :
- Pola rSR di sadapan aVR dan V1
- Gelombang S lebar (durasi > 0,04 detik) dan tumpul (slurred) di
sadapan I, aVL, V5, dan V6
- Durasi kompleks QRS > 0,12 detik (blok total) atau antara 0,10
0,12 detik (blok parsial)
2) Blok cabang berkas kiri (LBBB = Left Bundle Branch Block)
Apabila konduksi di LBB terganggu maka arus depolarisasi septum
hanya dibentuk dari komponen RBB sehingga mengarah ke ventrikel
kiri. Sebagai akibat selain gelombang R di sadapan V1 dan
gelombang Q disklienpan V1 dan gelombang Q di sklienpan V5
tidak terbentuk, sebaliknya terjadi gelombang Q di sklienpan V1 dan
gelombang R di sklienpan V5. Setelah itu terjadi depolarisasi
ventrikel kanan, yang kemudian diikuti depolarisasi ventrikel kiri
yang terlambat.
Pola LBBB sering dijumpai pada pasien stenosis aorta,
cardiomiopati dilatasi, IMA, penyakit arteri koroner, serta hipertensi
yang mengarah ke pelebaran akar aorta dan regurgitasi aorta.
Karakteristik LBBB :
- Kompleks QRS lebar dan bertakik (berbentuk huruf M) di sadapan
I, aVL, V5 dan V6
- Tidak dijumpai gelombang Q sadapan I, V5, dan V6
- Kadang disertai depresi segmen ST dan gelombang T inverse di
sadapan I, aVL, V5, dan V6
- Durasi kompleks QRS > 0,12 detik (blok total) atau antara 0,10
0,12 detik (blok parsial)
b. Blok Hantaran Fasikulus
Blok hantaran fasikulus bisa terjadi fasikulus anterior kiri dan
fasikulus posterior kiri
1) Blok hantaran fasikulus anterior kiri ( left anterior fasicular
block / left anterior hemiblock = LAFB / LAHB )
Pada keadaan ini terjadi hambatan konduksi aliran listrik yang
turun ke fasikulus anterior sehingga aliran listrik akan turun
melewati fasikulus posterior kiri ke permukaan inferior miokard
dan terjadilah depolarisasi ventrikel kiri dengan arah inferior ke
superior.
Klasifikasi LAFB :
- Deviasi aksis ke kiri (pastikan tidak ada penyebab deviasi aksis lain
seperti hipertrofi ventrikel kiri)
- Durasi QRS normal <0,12 detik
- Tidak ada perubahan segmen ST dan gelombang T
2) Blok hantaran fasikulus posterior kiri ( left posterior fascicular
block / left posterior hemiblock = LPFB / LPHB )
Pada keadaan ini semua aliran listrik turun lewat fasikulus anterior
kiri (karena terjadi hambatan konduksi aliran listrik yang turun ke
fasikulus posterior) dan terjadi depolarisasi ventrikel dengan arah
superior ke inferior.
Karakteristik LPFB :
Deviasi aksis ke kanan ( pastikan tidak ada penyebab deviasi aksis
lain seperti hipertrofi ventrikel kanan )
Karakter :
- Komplek QRS sempit
- Gelombang P timbul segera setelah kompleks QRS sempit dan
terbalik atau kadang-kadang tidak tampak karena gelombang P
tersebut tenggelam di dalam komplek QRS.
2) Antidromic
Karakter :
- Komplek QRS sempit
- Gelombang P terbalik dan timbul pada jarak yang cukup jauh
setelah komplek QRS.
b. AVRT
Pada AVRT karena sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW) jenis
orthodromic, konduksi antegraf terjadi pada jaras his-purkinje (slow
conduction) sedangkan konduksi retrograf terjadi pada terjadi pada
jaras tambahan (fast conduction). Jenis antidromic merupakan
kebalikan dari orthodromic.
1) Orthodromic
Karakter :
- Komplek QRS sempit
dan terbalik.
2) Antidromic
Karakter :
- Komplek QRS lebar
- Gelombang P terbalik dan timbul pada jarak yang cukup
jauh setelah komplek QRS.
2.7
Pemeriksaan
Penunjang
a) EKG:
menunjukkan
Jika
bekuan darah terbawa dalam aliran darah dan dalam perjalannya menghalangi
arteri otak, maka akan menyebabkan stroke. Ini dapat merusak otak dan
menyebabkan kematian.
b) Gagal jantung
Gagal jantung dapat terjadi karena jantung memompa tidak efektif dalam
waktu lama karena bradikardi atau takikardi. Gagal jantung juga
menyebabkan kelebihan cairan yang terkumpul pada kaki dan paru-paru.
2.9 Penatalaksanaan
Aritmia umunya ditangani dengan terapi medis, tetapi pada situasi dimana
obat tidak mencukupi, disediakan berbagai terapi mekanis tambahan seperti :
a. Kardioversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur
elektif. Pasien dalam keadaan sadar dan diminta persetujuannya. Digoksin
biasanya dihentikan, 48 jam sebelum dilakukan kardioversi untuk
mencegah terjadinya aritmia pasca kardioversi. Pasien biasanya diberi
penenang secara IV sebelum kardioversi dilakukan untuk membantu
anastesia dan jarang sekali diintubasi setelah anastesi. Besarnya voltase
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur, tangal lahir, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, tanggal pengkajian, tanggal masuk RS.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien antara lain lemas, sinkop
(pingsan), baik yang dahulu maupun sekarang, kepala ringan, pusing,
kelelahan, nyeri dada, dan berdebar-debar.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit saat ini: aritmia gangguan penghantaran meliputi
blok-sino atrial, blok-atrio ventrikular, dan blok intra-ventrikular.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Penyakit yang pernah diderita: aritmia, kardiomiopati, GJK, penyakit
katup jantung, hipertensi. Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat
anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat gangguan vaskuler seperti penyakit jantung, stroke,
hipertensi
3. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Penyakit paru kronis, riwayat atau penggunaan tembakau berulang,
napas pendek, batuk (dengan atau tanpa produksi sputum), pernapasan
krekels.
b. B2 (Blood)
aritmia.
Nadi : mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat, pulsus alternant
(denyut kuat teratur atau denyut lemah), nadi bigeminal (denyut kuat
pengetahuan
mengenai
progam
perawatan
diri
miokardium
untuk
e) Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan
konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GGK lanjut) dapat
mengganggu fungsi gaster/intestinal.
f) Konsul dengan ahli gizi.
Rasional : Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang
memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium
e. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter aatau pembangkit
Tujuan/kriteria hasil :
Suhu normal
Nilai leukosit dalam batas normal (5000-10.000/mm3)
Tidak memperlihatkan kemerahan atau pembengkakan pada tempat
pemasangan pacemaker
Intervensi :
a) Lakukan perawatan luka 3 hari sekali
Rasional : mencegah adanya infeksi
b) Pantau adanya tanda-tanda infeksi
Rasional : tanda-tanda seperti kemerahan, edema, nyeri, atau
perdarahan tidak normal menklienkan adanya perluasan infeksi
c) Pantau TTV klien
Rasional : pencatatan progam pengkajian dan pencatatan frekuensi
nadi harus dicatat secara berkala untuk memantau pertumbuhan
infeksi
f. Kurang pengetahuan mengenai progam perawatan diri berhubungan dengan
kondisi klien dan pemasangan pacemaker
Tujuan/kriteria hasil :
Klien mematuhi progam perawatan diri
Klien mampu memelihara fungsi pacemaker
Intervensi :
a) Berikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang pacemaker :
melapor pada dokter secara berkala sesuai ketentuan
Rasional : Pengecekan pacemaker secara berkala agar frekuensi
pacemaker dan fungsinya dapat dipantau, khususnya selama bulan
pertama setelah pemasangan
b) Anjurkan klien untuk mematuhi jadwal pemantauan mingguan selama
bulan pertama
DAFTAR PUSTAKA
Marylin, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kurniawati, Ninuk Dian. 2012. Materi Ajar : Aritmia. Universitas Airlangga :
Fakultas Keperawatan
Smetzer, Suzzane C., Brenda G, Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Juni Udjianti, Wajan. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Medika.