Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistemik
Lupus
Eritematosus
(SLE)
adalah
penyakit
yang
adalah
kejadiannya
lebih
besar
pada
monozigot
penderita
SLE
dan
keluarganya
tentang
informasi,
pendidikan, dan dukungan yang terkait dengan SLE. Oleh karena itu
penting
sekali
meningkatkan
kewaspadaan
masyarakat
tentang
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep Teori SLE?
2. Bagaimana Konsep Askep SLE?
C. Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah KMB
2. Mengetahui konsep teori tentang penyakit SLE.
3. Mengetahui Askep SLE.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
SLE (Systemic Lupus Erythematosus) merupakan penyakit radang
atau
inflamasi
multisistem yang
disebabkan
oleh
banyak
faktor
autoantibodi
Terbentuknya
yang
autoantibodi
berlebihan
terhadap
dsDNA,
imun
dan
(Albar, 2003).
berbagai
macam
lain
haplotip
MHC
terutama
HLA-DR2
dan
HLA-DR3,
sebagai
benda
asing
oleh
tubuh
sehingga
tubuh
mengandung
asam
(Herfindalet al.,
2000).
C. Klasifikasi
Penyakit Lupus dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu discoid
lupus,systemic lupus erythematosus, dan lupus yang diinduksi oleh
obat.
1. Discoid Lupus
Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas
eritema
yang
meninggi,
skuama,
sumbatan
folikuler,
dan
(Albar,
2003).
Terbentuknya
autoantibodi
terhadap
asetilator
menyebabkan
lambat
asetilasi
yang
obat
mempunyai
menjadi
gen
lambat,
HLA
obat
DR-4
banyak
Ruam malar
Ruam discoid
Fotosensitivitas (sensitivitas pada cahaya)
Ulserasi (semacam luka) di mulut atau nasofaring
Artritis
Serositis (radang membran serosa), yaitu pleuritis (radang pleura)
cell-mediated immunity.
IL-2
dan
hilangnya
respon
terhadap
rangsangan
gangguan
fungsi
limfosit
dan
B,
NKC,
dan
APCs.
antilimfosit
T.
Peningkatan
sel
yang
teraktivasi
peningkatan
sedangkan
CR1
menurun
(Silvia and Isenberg, 2001). Hal ini juga meningkatkan heat shock
protein 90 (hsp 90) pada sel B dan CD4+. Kelebihan hsp 90 akan
terlokalisasi pada permukaan sel limfosit dan akan menyebabkan
terjadinya respon imun. Sel T mempunyai 2 subset yaitu CD8+
(supresor/sitotoksik) dan CD4+ (inducer/helper). SLE ditandai dengan
peningkatan sel B terutama berhubungan dengan subset CD4+ dan
CD45R+. CD4+ membantu menginduksi terjadinya supresi dengan
menyediakansignal bagi
CD8+
(Isenberg
and
Horsfall,
1998).
adalah
autoantibodi
menempel
pada
membran
dan
imun
pada
limpa
(Albar,
2003).
lemahnya
ikatan
reseptor
FcRIIA
dan
FcRIIIA.
Hal
ini
juga
menimbulkan
reaksi
radang.
Reaksi
radang
inilah
yang
yang
menginduksi
apoptosis
sel
limfoblas)
dapat
kontraksi
yang
secara
melalui
reseptor
membran
seperti
transporter
dan mannose
antiinflamasi.
receptor(MR)
Sedangkan
dengan autoantibodi
pada
SLE
yang
yang
menghasilkan
terjadi
sitokin
adalah ikatan
menyebabkan
cedera
sel,
suatu
contoh
reaksi
pleura
yang
mengelilngi
paru
dapat
prednisolone,
berguna
ketika
organ-organ
internal
terlibat.
pigmen
mata.
Perubahan-perubahan
merawat pasien-pasien
peneken
kekebalan
termasuk
methotrexate
chlorambucil
(Leukeran),
dan
cyclosporine
didalam
sirkulasi.
Sel-sel
telah
ditemukan
masa
kambuh dan hormon estrogen atau pil KB. Pasien terutama harus
berhati-hati pada obat-obatan antibiotik sulfa(Bactrim, gantrisin,
septra) sering diberikan pada orang yang mengalami gangguan
infeksi pada saluran kencing, dan dapat menambah kepekaan
penderita
lupus
terhadap
sinar
matahari,
mengakibatkan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SLE
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur, alamat, asal
suku bangsa, pekerjaan, status.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Mengeluhkan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku,
demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya
hidup serta citra diri pasien
b. Riwayat kesehatan saat ini : adanya tanda dan gejala klinis
berupa demam, malaise, nyeri sendi, mialgia,
kelelahan, dan
klien
sekarang.
Adanya
anggota
keluarga
yang
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu
yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat
mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
b. Sistem Kardiovaskuler
Friction rub pericardium yang menyertai miokarditis dan efusi
pleura. Lesi eritematosus papuler dan purpura yang menjadi
nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari
tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah
atau sisi lateral tangan.
c. Sistem Muskoloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeriketika bergerak,
rasa kaku pada pagi hari.
d. Sistem Paru
Pleuritis atau efusi pleura
e. Sistem Vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi
papuler, eritematosus dan purpura di ujung jari kaki, tangan,
siku sreta permukaan ekstensor bawah.
f. Sistem Renal
Edema dan hematuria.
g. Sistem Saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang,
korea ataupun manifestasi SSP lainnya.
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispnea
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi
C. Intervensi
No
Diagnosa
Tujuan
dan Intervensi
Keperawata
Kriteria Hasil
Rasional
n
1.
Nyeri
Tujuan :
Mandiri :
berhubunga 1)
Gangguan
nyeri
dengan
dapat
1. Kaji
Nyeri
Keluhan
:
1. Nyeri
hampir
selalu
ada
pada
inflamasi
dan
2)
teratasi
Perbaikan
dalam tingkat
kerusakan
kenyamanan
jaringan.
Kriteria Hasil :
Skala Nyeri : 110
Pencetus, catat
beberapa
lokasi,
derajat
karakteristik,
beratnya
dan
keterlibatan
intensitas
akan
luka
sesegera
biasanya
berat
selama
kecuali
penggantian
perawatan luka
metode
pemajanan
pada
udara
terbuka.
3. Pertahankan
suhu
penghangat,
penutup tubuh
hangat.
4. Lakukan
dan
gerakan
udara
dapat
menyebabkan
hebat
ujung saraf.
3. pengaturan
suhu
dapat
hilang karena
luka
penggantian
balutan
dan
debridemen
setelah pasien
obat
dan/atau pada
hidroterapi.
5. Dorong
perasaan
debridemen.
2. suhu berubah
pemajanan
berikan lampu
ekspresi
dan
pada
nyaman,
beri
balutan
nyeri
lingkungan
di
tetapi,
paling
mungkin
bakar
jaringan/kerus
bakar
mayor.
Sumber
panas
eksternal
perlu
untuk
mencegah
menggigil.
4. menurunkan
terjadinya
distress
fisik
tentang nyeri.
6. Dorong
penggunaan
teknik
emosi
sehubungan
dengan
penggantian
manajemen
stress,
dan
contoh
relaksasi
balutan
dan
debridemen.
5. Pernyataan
progresif,
memungkinka
napas
dalam,
bimbingan
imajinasi
pengungkapa
dan
visualisasi.
7. Berikan
aktivitas
n emosi dan
dapat
meningkatkan
mekanisme
terapeutik
tepat
koping.
untuk 6. memfokuskan
usia/kondisi
kembali
Kolaborasi
perhatian,
8. berikan
meningkatkan
analgesic
relaksasi dan
sesuai indikasi.
meningkatkan
rasa
control,
yang
dapat
menurunkan
ketergantung
an
farmakologis
7. membantu
mengurangi
konsentrasi
nyeri yang di
alami
dan
memfokuskan
kembali
perhatian
8. membantu
mengurangi
2.
Kerusakan
integritas
kulit
b/d
Tujuan :
nyeri.
1. Menentukan
Mandiri :
1. pemelihara
an
dan
Catat
garis dasar di
man
proses
perawatan
warna,
perubahan
penyakit
integritas
turgor,sirkulasi
pada
kulit
dan
dapat
kriteria hasil :
1. kulit
dapat
terpelihara
dan terawat
dengan
baik
sensasi.
status
di
Gambarkan
bandingkan
dan
perubahan.
2. Pertahankan/in
melakukan
intervensi
struksikan
yang tepat.
dalam hygiene 2. mempertahan
kulit, misalnya
kan
membasuh
kebersihan
kemudian
karena
mengeringkan
yang
nya
dapat menjadi
dengan
berhati-hati
dan melakukan
menggunakan
atau
dan
meningkatkan
risiko
kerusakan
kuku
secara teratur.
4. Tutupi
luka
tekan
barier infeksi.
3. kuku
yang
kasar
dengan
krim.
3. Gunting
kering
panjang
masase
lotion
kulit
yang
dermal.
4. Dapat
mengurangi
kontaminasi
terbuka
bakteri,
dengan
meningkatkan
pembalut yang
proses
steril
atau
barrier
protektif,
mis,
perawatan
sesuai
lesi kulit.
petunjuk.
Kombinasi :
5. gunakan/berika
obat-obatan
(NSAID
dan
kortikosteroid)
3.
Pola
sesuai indikasi
NIC
:
Oxygen
nafas Tujuan :
tindakan
Intervensi :
keperawatan
1.
diharapkan
nafas
dengan
hasil :
Bersihkan
secret
criteria trachea
2.
Pertahankan
Monitor
.
5. Digunakan
pada
duoderm,
penyembuhan
TD,
nadi, suhu da RR
2.
Monitor
frekuensi
dan
irama pernafasan
3.
Monitor suhu,
warna
dan
kelembaban kulit
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994,
dalam Potter & Perry, 1997).
E. Evaluasi
Evaluasi
merupakan
langkah
proses
keperawatan
yang
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisistem yang
disebabkan oleh banyak faktor (Isenberg and Horsfall,1998) dan
dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa
peningkatan
sistem
imun
dan produksi
yaitu Discoid
pada
SLE
adalahNonsteroidal
anti-inflammatory
perawat
kita
diaharapkan
mampu