Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
BAB 1
PENDAHULUAN
ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan
mungkin sampai usia 6 bulan. ASI harus menjadi makanan utama selama tahun
pertama bayi dan menjadi makanan penting selama tahun kedua. ASI terus
memberikan faktor-faktor anti infeksi unik yang tidak dapat diberikan oleh
Setelah usia 4 bulan sampai 6 bulan disamping ASI dapat pula diberikan
kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa jumlah yang
2002).
padat sebelum tahun 1970 diberikan pada bulan-bulan pertama setelah bayi
dini. Waktu yang baik untuk memulai pemberian makanan padat biasanya pada
umur 4 – 5 bulan. Resiko pada pemberian sebelum umur tersebut antara lain
1
2
adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas
(Pudjiadi, 2003).
terlalu dini atau terlalu lambat, makanan tambahan tidak cukup mengandung
energi dan zat gizi mikro terutama mineral besi dan seng, perawatan bayi yang
kurang memadai dan ibu tidak berhasil memberikan ASI eksklusif kepada
sekitar 49% bayi sebelum usia 4 bulan sudah diberi susu formula, 45,1% makanan
cair selain susu formula dan 50% makanan padat. Pemberian susu formula
makanan pendamping ASI cair dan yang diberikan pada bayi kurang dari 4 bulan
cenderung dengan intensitas atau frekuensi yang sangat tinggi sehingga dapat
membahayakan dan berakibat kurang baik pada anak, yang dampaknya adalah
kerusakan pada usus bayi. Karena pada umur demikian usus belum siap mencerna
dengan baik sehingga pertumbuhan berat badan bayi terganggu, antara lain adalah
kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga ke obesitas dan malnutrisi.
Pada Indonesia sehat 2010, target ASI eksklusif selama 4 bulan adalah 80%.
berusia 4 bulan dan 41% memberikan makanan tambahan kepada bayinya saat
makanan tambahan mulai beberapa hari setelah bayi lahir. Kebiasaan ini kurang baik
karena pemberian makanan tambahan dini dapat mengakibatkan bayi lebih sering
menderita diare, mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, terjadi malnutrisi atau
Pada dasarnya dapat diharapkan bahwa bayi tidak akan makan secara
Data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2002 menunjukkan bahwa
dari 48.974 bayi, 16.729 bayi (33,11%) sudah mendapat makanan tambahan
sebelum usia 4 bulan, di kecamatan Mulyorejo dari 1.603 bayi, 1.254 bayi
(78,23%) sudah mendapat makanan tambahan sebelum usia 4 bulan. Dan di BPS
Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya saat penelitian pendahuluan pada bulan
Mei 2005 dari 10 bayi, 7 bayi (70%) diantaranya sudah mendapat makanan
Sebagai bahan masukan bagi BPS dalam menggalakkan KIE program ASI
BAB 2
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1.1.1 Definisi
2.1.1.2 Tujuan
3. Mendidik anak supaya terbina selera dan kebiasaan makan yang sehat,
dkk, 2002).
2.1.1.3 Jenis
5
6
3. Makanan padat
Seperti nasi tim,nasi dan makanan orang dewasa lainnya (Husaini dan
Anwar, 2001).
2.1.1.4 Persyaratan
dkk, 2002).
2.1.1.5 Waktu
Tanda bahwa seorang bayi sudah siap untuk menerima makanan tambahan
sudah mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih
banyak pula, sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI.
tambahan makanan selain ASI yang dimulai pada umur 4 – 6 bulan untuk
maka lidah bayi dapat memindahkan makanan tersebut ke arah belakang dan
sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar. Demikian pula dengan
kelima jari tangannya kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat
diberikan makanan yang dapat dipegang sendiri atau makanan kecil yang
dapat dijimpit. Pada umur 6 – 7 bulan bayi sudah dapat duduk, sehingga
Pada umur 6 – 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir,
sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir / gelas yang dipegang oleh
orang lain. Pada tahun kedua, anak belajar makan sendiri dengan
tambahan juga kurang baik karena dapat menyebabkan bayi kurang gizi dan
2002).
8
2.1.2.1 Definisi
ASI dan PASI sebelum bayi berusia 4 bulan atau 6 bulan (Rosidah, 2003).
2.1.2.2 Dampak
ini terjadi akibat usus bayi masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh
protein asing.
zat essensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang
jarang, akibatnya dapat menurunkan produksi ASI dan bayi kekurangan zat
– zat yang dibutuhkan sebelum usia 4 bulan atau 6 bulan yang tidak dapat
2.1.3 Pertumbuhan
2.1.3.1 Definisi
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang dan satuan berat
Yang terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis
2. Faktor eksternal/lingkungan
1) Faktor pranatal
2) Faktor persalinan
3) Pasca natal
Yang terdiri dari gizi (untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa bayi-balita, berat
status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan
adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral
pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein
menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam
tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya
antara lain :
2.1.4.1 Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat
2.1.4.2 Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara
2.1.4.3 Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di
Indonesia.
2.1.4.5 KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
2.1.4.6 Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi,
2.1.4.7 Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang
tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat
gizi essensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang
pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita antara lain disebabkan karena
Faktor Internal
Ras/etnik
Keluarga
Umur
Jenis kelamin
Genetik Pertumbuhan
Kromosom berat badan
bayi
Faktor Eksternal
Gizi (pemberian makanan Mal absorbsi dan
tambahan dini) Mal digesti
Mekanis
Toksin/zat kimia
Endokrin
Radiasi
Infeksi
Imunologi
Penyakit kronis/kelainan
kongenital
Psikologi
Sosio-ekonomi
Lingkungan pengasuhan
Stimulasi
Keterangan :
: Diteliti
15
: Tidak diteliti
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ bayi bisa diukur dengan ukuran
antara lain :
1. Faktor Internal
Yang terdiri dari ras/etnik, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik dan
kromosom.
2. Faktor Eksternal
Yang terdiri dari gizi (pemberian makanan tambahan dini), mekanis, toksin/
untuk jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi
16
dan dapat merupakan racun bagi tubuh melalui mal digesti (gangguan
patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
BAB 3
METODE PENELITIAN
penelitian yang dilaksanakan dengan cara pengamatan terhadap suatu obyek yang
dipandu dengan kuesioner. Sifat penelitian yang digunakan adalah study Cross
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap
terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak
berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu yang sama
(Notoatmodjo, 2002).
18
Desain :
17
Pertumbuhan Berat Badan Bayi
Normal
Pemberian Makanan Tambahan
Dini
Pertumbuhan Berat Badan Bayi
Tidak Normal
Bayi ditimbang
Dianalisa
tambahan bayi
3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling
3.3.1 Populasi
yang diteliti. Variabel tersebut bisa berupa kejadian (Nursalam dan Pariani,
2002).
ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya pada tanggal 20 sampai 30 Juni
2005.
3.3.2 Sampel
sampelnya adalah sebagian bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo
Timur Surabaya.
3.3.3 Sampling
secara acak sederhana. Pada sampling ini setiap subyek dalam populasi
20
sampel.
Kriteria sampel terdiri dari 2, yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
4 Zα 2
π(1 - π )
n total =
W2
21
(Windhu, 2002)
Keterangan :
Zα 2
= Standar deviasi yang disesuaikan = 1,96
Perhitungan :
= 65
n
n*=
n -1
1+
N
(Windhu, 2002)
Keterangan :
n* = Besarnya populasi
Perhitungan :
65
n*=
65 - 1
1+
55
= 30,09
22
= 30 bayi
Variabel adalah ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti
Skala
No Variabel Definisi Operasional Kategori
Pengukuran
1. Pemberian Memberi makanan lain - Pemberian makanan Nominal
makanan selain ASI dan PASI tambahan dini yaitu
tambahan dini sebelum bayi berusia 4 bila ibu memberi
bulan atau 6 bulan yang makanan pada bayi
dilihat melalui selain ASI dan PASI
kuesioner. seperti makanan
lumat/lembek sebelum
berusia 4 bulan.
- Pemberian makanan
tambahan sesuai usia
yaitu bila ibu memberi
makanan pada bayi
selain ASI dan PASI
seperti makanan
23
lumat/lembek di atas
usia 4 bulan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, KMS dan
timbangan bayi.
usia 4 bulan dan berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya
serta hasil penimbangan berat badan dalam KMS. Kuesioner adalah sebagai
daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti yang perlu dijawab oleh
primer berasal dari kuesioner meliputi jenis kelamin bayi, usia responden,
eksklusif, alasan pemberian susu formula sebelum bayi berusia 4 bulan, usia
kali diberikan, dan alasan pemberian makanan tambahan dini. Sedangkan data
ini meliputi kegiatan editing, koding, dan tabulating yang kemudian data
Penyajian data dibagi menjadi dua bagian yaitu data umum dan data
usia 4 bulan. Data umum dimasukkan sesuai dengan variabel dalam total
pemberian makanan tambahan dini dan pertumbuhan berat badan bayi dalam
hubungan tersebut dilakukan uji statistik yang sesuai yaitu uji Chi-Square (X2)
0,05 dan nilai kritis X2 tabel sebesar 3,841. Bila X2 hitung lebih besar dari X2
25
tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada hubungan antara pemberian
diteliti selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka harus
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden.
3.8 Keterbatasan
26
3.8.1 Keterbatasan jumlah sampel yang diteliti yaitu terbatas pada ibu dan
3.8.2 Tidak dibedakan antara bayi aterm dan premature (bayi dengan berat
3.8.3 Instrumen dan kuesioner mempunyai kelemahan untuk tidak diisi apa
adanya.
3.8.4 Kuesioner sebagai alat ukur dan alat pengumpulan data tidak
dilakukan uji validitas dan realibilitas terlebih dahulu sehingga hasilnya belum
BAB 4
Pada bab ini disajikan mengenai hasil pengumpulan data dari lembar
kuesioner yang diperoleh pada tanggal 20 sampai 30 Juni 2005 di BPS Enny
Juniati Sutorejo Timur Surabaya. Hasil penelitian meliputi data umum dan
khusus. Data-data hasil akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi (prosentase)
yang ada di jalan Sutorejo Timur III/39 Surabaya, dan berada di bawah
Keluarga Berencana, imunisasi, pengobatan setiap hari dari pukul 06.00 WIB
sampai dengan pukul 20.00 WIB, dan pertolongan persalinan normal selama
24 jam. Jumlah kunjungan rata-rata 40 orang perhari. Tenaga kerja di BPS ini
28
Penyajian data umum meliputi jenis kelamin bayi, usia ibu, pendidikan
pemberian susu formula sebelum usia 4 bulan, jenis makanan tambahan dini
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi usia responden di BPS Enny Juniati Sutorejo
Timur Surabaya bulan Juni 2005.
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif di BPS Enny Juniati
Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
responden yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sudah diberikan ASI +
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 23 bayi yang
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi alasan pemberian susu formula sebelum usia 4
bulan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni
2005.
responden memberikan susu formula sebelum usia 4 bulan karena ASI tidak
lancar dan bayi masih rewel setelah menyusui sebanyak 7 orang (38,9%).
Dari tabel 4.6 di atas diketahui bahwa dari 23 bayi yang tidak
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi jenis makanan tambahan dini pertama kali
diberikan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan
Juni 2005.
makanan tambahan pertama kali besarnya sama antara lebih dari 4 bulan dan
Tabel 4.11 Distribusi frekuensi pertumbuhan berat badan bayi di BPS Enny
Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
badan bayi sebagian besar responden tidak normal yaitu sebanyak 16 orang
(53,3%).
dini dengan pertumbuhan berat badan bayi tidak normal sebanyak 12 bayi (40%),
sedang bayi yang diberi makanan tambahan sesuai usia dengan pertumbuhan
berat badan bayi dimasukkan dalam tabel frekuensi silang (cross tabulating)
kemaknaan α = 0,05, dengan hasil uji statistik X2 (uji hitung) > (uji tabel C)
maka H0 ditolak. Apabila harga uji statistik X2 (uji hitung) < (uji tabel C) maka
H0 diterima.
3,84 dan nilai probabilitas (ρ ) 0,003 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak
4.3 Pembahasan
tersebut diberi makanan tambahan dini supaya cepat gemuk yaitu 14 bayi
ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan
mungkin sampai usia 6 bulan, karena ASI terus memberikan faktor-faktor anti
36
infeksi unik yang tidak dapat diberikan oleh makanan lain. Dari 30 bayi hanya
bulan. Banyak alasan mengapa para ibu tidak memberikan ASI eksklusif
antara lain 7 orang karena ASI tidak lancar, 7 orang mengatakan bayinya
masih rewel setelah menyusu, 3 orang karena sibuk dan 1 orang karena ASI
tidak keluar serta 5 orang lainnya sudah diberi makanan tambahan. Padahal
asalkan mereka mau telaten dan sabar dalam memberikan ASI kepada
bayinya. Salah satu cara yaitu ibu bisa menyimpan ASI-nya saat bayi tersebut
memberikannya pada saat bayi lapar. ASI bisa bertahan 6 jam di udara
terbuka dan 12 jam di dalam lemari es. Sebelum memberikan hendaknya ASI
dihangatkan terlebih dahulu dengan merendam ASI dan tempatnya dalam air
panas.
tahun, dan sisanya 4 responden berusia > 30 tahun. Jadi sebagian besar
37
responden berusia reproduksi sehat. Tingkat pendidikan yang tinggi, usia dan
tidak normal, sedangkan 14 bayi lainnya normal. Dalam KMS, bayi yang
berusia 4 bulan hendaknya memiliki berat badan antara 5200 gram sampai
7400 gram. Diluar itu pertumbuhan berat badan bayi dapat digolongkan tidak
pada awal masa kehidupan balita antara lain kekurangan gizi sejak bayi dalam
makanan tambahan tidak cukup mengandung energi dan gizi mikro terutama
mineral besi dan seng, perawatan bayi yang kurang memadai dan ibu tidak
Dari hasil analisa data dapat diketahui bahwa 15 bayi yang mendapat
berat badan tidak normal. Sedangkan dari 15 bayi yang mendapat makanan
38
pertumbuhan berat badan tidak normal pada bayi yang mendapat makanan
tambahan dini daripada bayi yang mendapat makanan tambahan sesuai usia,
gizi essensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waku yang
menimbulkan keadaan obesitas dan dapat merupakan racun bagi tubuh yang
stimulasi.
39
makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. Bayi gemuk
terlebih obesitas tidak selamanya dapat diartikan sehat. Oleh sebab itu
hendaknya pada orang tua harus memberikan nutrisi kepada bayinya sesuai
dengan jadwal. Karena pemberian nutrisi kepada bayi harus diberikan secara
tepat meliputi kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa
BAB 5
Pada bab ini diuraikan mengenai simpulan dan saran hasil penelitian dan
5.1 Simpulan
bahwa :
5.1.1 Dari 30 bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya
5.1.2 Dari 30 bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timu Surabaya
5.2 Saran
41
antara makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi maka perlu
ditingkatkan :
bayi sejak bayi dalam kandungan hingga bayi lahir, tumbuh dan berkembang.
5.2.2 Petugas yang bersangkutan hendaknya meningkatkan KIE kepada orang tua
yang akan atau telah memiliki bayi mengenai kebutuhan nutrisi dan tumbuh
kembang bayi dan balita. Antara lain tentang ASI eksklusif dan jadwal
5.2.3 Ibu hamil dan menyusui hendaknya lebih meningkatkan gizi yang
berat badan bayinya secara sederhana melalui KMS (Kartu Menuju Sehat).
5.2.4 Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara pemberian
makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi agar hasil
5.2.5 Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, teori riset dan
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, R.E dan Vaugen, V.C. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume I.
Jakarta : EGC.
Husaini, Y.K dan Anwar, H.M. 2001. Makanan Bayi Bergizi. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
Narendra, M.B, Sularyo, T.S, Soetjiningsih, Suyitno, H dan Ranuh, I.G.N.G. 2002.
Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto.
Pudjiadi, S. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi Keempat. Jakarta : Gaya Baru.
Supariasa, I.D.N, Bakri, B dan Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
42
44