Sunteți pe pagina 1din 8

Karya Ilmiah Nasional

KORELASI SKOR APRI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN


PENYAKIT PADA PENDERITA
SIROSIS HATI

Ganda Hidayat, Neneng Ratnasari, Sutanto Maduseno, Putut Bayu Purnama, Siti
Nurdjanah, Fahmi Indrati, Catharina Triwikatmani

Sub-Bagian Gastroenterologi-Hepatologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/ RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

KOPAPDI XIV,
Jakarta 11 – 14 November 2009
KORELASI SKOR APRI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT PADA PENDERITA
SIROSIS HATI

Ganda Hidayat, Neneng Ratnasari, Sutanto Maduseno, Putut Bayu Purnama, Siti Nurdjanah,
Fahmi Indrati, Catharina Triwikatmani

Sub-Bagian Gastroenterologi-Hepatologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/ RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang: Aspartate aminotransferase to platelet ratio index (APRI) dikemukakan


sebagai prediktor non invasif dan sederhana dengan akurasi cukup tinggi dalam evaluasi status
fibrosis dan sirosis pada pasien dengan penyakit hati akibat HBV dan HCV maupun oleh sebab
lainnya. Korelasi bermakna antara skor APRI dengan tingkat keparahan penyakit pada
penderita sirosis yang di ukur berdasarkan skor child turcotte pugh belum banyak diketahui.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi skor APRI yang menggambarkan derajat
fibrosis dan sirosis dengan tingkat keparahan penyakit pada penderita sirosis hati.
Metode: Studi potong lintang. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien sirosis hati di RSUP
dr sardjito Yogyakarta, selama periode Agustus 2008 s/d Agustus tahun 2009. Meliputi
gambaran demografi pasien (Usia, jenis kelamin,variabel variabel laboratorium,skor APRI dan
skor child turcotte pugh). Analisa statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson (r) dengan
kemaknaan P < 0,05.
Hasil: Didapatkan 61 pasien yang tegak dengan sirosis hati yang dirawat di RSUP DR Sardjito
terdiri dari 42 pria dan 19 wanita dengan rata-rata usia 54,8 tahun. Dari hasil penelitian
menunjukkan adanya korelasi antara peningkatan skor APRI dengan peningkatan skor child
turcotte pugh dengan r = 0,237 (p=0,066).
Kesimpulan: Terdapat korelasi antara peningkatan skor APRI yang menggambarkan derajat
fibrosis dan sirosis dengan peningkatan skor child turcotte pugh yang mengambarkan tingkat
keparahan penyakit pada penderita sirosis hati.
Kata Kunci: fibrosis, sirosis, Skor APRI, child turcotte pugh.

Nama : dr. Ganda Hidayat


Alamat : Purwosari C16, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta
HP : 0811XXXXXXXX
Fax : 0274-XXXXXXX
RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta
KORELASI SKOR APRI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT PADA PENDERITA
SIROSIS HATI

Ganda Hidayat, Neneng Ratnasari, Sutanto Maduseno, Putut Bayu Purnama, Siti Nurdjanah,
Fahmi Indrati, Catharina Triwikatmani

Sub-Bagian Gastroenterologi-Hepatologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/ RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regeneratif. Gambaran ini terjadi akibat nekrosis hepatoselular.
Kolapsnya jaringan penunjang retikulin disertai deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular,
dan regenerasi nodularis parenkim hati (Podolsky, 1995).
Aspartate aminotransferase (AST) to platelet ratio index (APRI) dikemukakan sebagai
prediktor non invasive dan sederhana dalam evaluasi status liver fibrosis. APRI digunakan
dalam evaluasi pasien dengan penyakit hati akibat CHB, dan CHC dengan akurasi tinggi dalam
mengidentifikasi adanya fibrosis dan sirosis hati signifikan (Sheng, 2008).
Beberapa penelitian retrospektif mengindikasikan tingginya akurasi dan nilai prediktif
rasio APRI dalam mengidentifikasi ada atau tidaknya fibrosis dan sirosis pada pasien dengan
penyakit hati akibat CHB dan CHC (Sheng, 2008).
Walaupun Aspartate aminotransferase to platelet ratio index (APRI) dikemukakan
sebagai prediktor non invasif dan sederhana dengan akurasi cukup tinggi dalam evaluasi status
fibrosis dan sirosis pada pasien dengan penyakit hati akibat HBV dan HCV maupun oleh sebab
lainnya. Akan tetapi korelasi bermakna antara skor APRI dengan tingkat keparahan penyakit
pada penderita sirosis yang di ukur berdasarkan skor child turcotte pugh belum banyak
diketahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi skor APRI yang
menggambarkan derajat fibrosis dan sirosis dengan tingkat keparahan penyakit pada penderita
sirosis hati.

B. Pertanyaan Penelitian
Apakah terdapat hubungan antara skor APRI dengan tingkat keparahan penyakit pada
penderita sirosis hati ?.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara skor APRI dengan tingkat
keparahan penyakit pada penderita sirosis hati yang dinilai dengan klassifikasi child turcotte
pugh.

BAB II
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Penderita sirosis hati dengan komplikasi, usia >18 tahun yang dirawat inap di bangsal
penyakit dalam RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta. Diagnosis sirosis hati ditegakkan berdasarkan
temuan klinis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan ultrasonografi. Penyebab sirosis pada
penelitian ini dikelompokkan menjadi sirosis oleh karena hepatitis B, hepatitis C dan hepatitis
non B dan non C. Penderita sirosis hati dengan komorbiditas dikeluarkan dari penelitian ini.

B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian potong lintang (cross-sectional study). Data
rekam medik penderita sirosis hati dengan komplikasi yang dirawat inap di bangsal penyakit
dalam RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta selama 1 tahun antara Agustus 2008 dan Agustus 2009
dikumpulkan secara retrospektif. Skor APRI dihitung dengan rumus = AST level (/ULN) / Platelet
counts (106/μL) X 100, keparahan penyakit pada penderita sirosis hati dinilai dengan klassifikasi
child turcotte pugh.

C. Analisis Statistik
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS statistic 17.0. Metode statistik
yang digunakan adalah Chi-square test, unpaired t-test, uji kolmogorov-smirnov, dan uji korelasi
Spearman. Tingkat kebermaknaan secara statistik adalah jika nilai p<0,05 (Dahlan, 2008).

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Karakteristik dasar subyek penelitian


Jenis kelamin (pria/wanita) 42/19 (68,9%/31,1%)
Usia (tahun, rerata±SD) 54,82±12,54
Etiologi sirosis
HBV (%) 23 (37,7)
HCV (%) 10 (16,4)
Non B/Non C (%) 28 (45,9)
Kelas Child-Pugh
A (%) 6 (9,8)
B (%) 28 (45,9)
C (%) 27 (44,3)
Skor Child-Pugh (rerata±SD) 9,41±2,32
Skor APRI (rerata±SD) 4,43±10,20
Keterangan:
HBV: hepatitis B virus; HCV: hepatitis C virus
APRI: Aspartat to Platelet Ratio Index

Tabel 2. Rerata skor APRI berdasarkan kelas Child-Pugh


Kelas Child-Pugh
Nilai p
A B C
6,41±14,5
Skor APRI (rerata±SD) 1,16±0,33 3,47±4,61 0,11*
4

Skor Child-Pugh (rerata±SD) 5,67±0,51 8,18±0,86 11,52±1,45 0,001*

* Kruskal-Wallis Test

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata skor APRI meningkat seiring dengan
meningkatnya keparahan penyakit pada penderita sirosis hati yang dinilai dengan klassifikasi
child turcotte pugh. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wai et al dimana nilai
APRI < 1.00 menunjukkan ketiadaan sirosis dan nilai skor APRI > 2.00 menunjukkan
keberadaan sirosis.
Enzim hati digunakan dalam pemeriksaan laboratorium untuk menilai cedera sel hati.
Pola perubahan enzim hati seringkali merupakan bukti pertama yang sering diperhatikan, hal ini
karena penyebab umum penyakit hati memiliki pola yang khas (Goldberg & Chopra, 2007).
Peningkatan enzim hati dapat menggambarkan kerusakan sel hati atau adanya
kolestasis. Enzim hati yang disintesis oleh sel hati sendiri adalah AST (Aspartate-
Transaminase), ALT (Alanine Amnnotransferase), ALP (Alkaline Phosphatase), GGT (γ-
Glutamyltransferase), 5'NT (5'-Nucleotidase). Lactate dehydrogenase (LDH), AST, dan ALT
terdapat dalam sitoplasma. Pada kerusakan sitoplasma sel hati, enzim enzim ini akan
meningkat. AST juga ditemukan dalam mitokondria dan kadarnya akan meningkat pada
kerusakan mitokondria sel hati. Enzim yang terdapat pada kanalikuli bilier adalah ALP dan GGT.
Enzim enzim ini meningkat pada kerusakan kanalikuki biliaris (Goldberg & Chopra, 2007).
Luka pada hati (liver injury), baik akut atau kronik, sebetulnya mengakibatkan
peningkatan konsentrasi serum aminotransferase. AST dan ALT adalah enzim yang
mengkatalisa transfer grup α-amino dari aspartat dan alanin ke grup α-keto dari asam
ketoglutarat untuk menghasilkan asam oksaloasetat dan asam piruvat, yang merupakan
kontributor penting siklus asam sitrat. Kedua enzim memerlukan pirodoksal-5’-fosfat (vitamin
B6) untuk menjalankan reaksi ini, meskipun efek defisiensi pirodoksal-5’-fosfat lebih besar
terhadap aktivitas ALT daripada terhadap aktivitas AST (Dufour, 2000). Hal ini memiliki kaitan
klinik pada pasien dengan penyakit liver alkoholik, dimana defisiensi pirodoksal-5’-fosfat dapat
menurunkan aktivitas serum ALT dan berperan meningkatkan rasio AST/ALT yang diamati pada
pasien (Diehl, 1984).
Rasio AST/ALT kira-kira 0,8 pada subyek normal. Beberapa penelitian menyatakan
bahwa rasio lebih besar dari 1 menunjukkan adanya sirosis. Namun hasil ini tidak konsisten
sehingga kegunaan klinis rasio ini untuk diagnosis sirosis masih tidak pasti (Goldberg & Chopra,
2007). Pada suatu penelitian, mayoritas pasien dengan hepatitis virus kronis memiliki rasio
AST/ALT dibawah 1.0 dengan cut off point 0.59 pada kelompok pasien tanpa gejala klinis
sirosis dan 1.02 pada pasien dengan sirosis (Williams, 1988).
Pasien dengan sirosis umumnya memiliki beberapa kelainan hematologik berupa
gangguan pembekuan darah yang menunjukkan gangguan fungsi sintesis hati maupun
beberapa bentuk sitopenia yang diantaranya adalah berupa trombositopenia (Goldberg &
Chopra, 2007).
Trombositopenia disebabkan oleh hipertensi portal yang mengiringi splenomegali akibat
kongesti. Splenomegali dapat mengakibatkan sequestrasi sementara sampai dengan 90 persen
dari jumlah trombosit yang beredar dalm sirkulasi. Akan tetapi hal ini jarang menyebabkan
trombosit sampai kurang dari 50,000/mL kecuali jika diiringi suatu koagulopati oleh sebab yang
lain. Berkurangnya kadar thrombopoietin juga berperan pada manfestasi trombositopenia
(Pratt.1999). Frekuensi trombositopenia pada sirosis hati berkisar antara 37-77% (Tambunan,
2007).
Hati merupakan tempat utama produksi trombopoitin yaitu hormon yang terlihat dalam
pematangan megakariosit dan pembentukan trombosit. Penelitian yang dilakukan untuk
mengevaluasi apakai defisiensi trombopoitin terjadi pada penyakit hati. Hasilnya menunjukkan
bahwa trombositopenia pada penyakit hati tidak dapat diterangkan defisiensi produksi
trombopoitin.L"70 Namun ada korelasi antara adanya penyakit hati dan ekspresi reseptor
trombopoitin trombosit c-Mp170 dan menurunnya ekspresi ini dapat merupakan kontribusi
trombositopenia pada penyakit hati (Tambunan, 2007).
Selain karena trombositopenia perdarahan pada sirosis hati dapat terjadi akibat
gangguan fungsi trombosit yang disebabkan HDF yang meningkat. Berbeda dengan laporan
sirosis hati di negara Barat, Tambunan melaporkan dari 120 kasus sirosis hati, hanya 13 kasus
(10,83%). Perbedaan ini kemungkinan disebabkan penyebab sirosis hati yang berbeda yaitu di
negara barat adalah karena alkohol sedangkan di Indonesia sirosis hati disebabkan karena
infeksi virus hepatitis (Tambunan, 2007).
Berbagai penanda serologi dievaluasi dengan harapan dapat merefleksikan tingkat
fibrosis hati. Karena fibrosis hati adalah proses dinamik, sebagian besar tes lebih cocok untuk
menentukan kecepatan perkembangan fibrosis dan respon terhadap terapi selain dari menilai
tahap penyakit pada suatu waktu (Giannini, 2005).
Penanda fibrosis hati yang dikemukakan dapat dibedakan menjadi penanda langsung
dan tidak langsung. Penanda tidak langsung mencerminkan perubahan fungsi hepar tetapi tidak
mencerminkan metabolisme matriks ekstraseluler. Contoh meliputi jumlah trombosit, parameter
koagulasi dan enzim aminotransferase hati. Penanda fibrosis langsung mencerminkan turnover
metabolisme matriks ekstraseluler (Giannini, 2005).
Interpertasi kadar serum aminotransferase, parameter koagulasi dan platelet count
digunakan dalam praktek klinis untuk menentukan ada atau tidaknya sirosis. Beberapa
penelitian telah mengevaluasi akurasi kombinasi (atau rasio) ukuran-ukuran tersebut, Saat ini
aspartate aminotransferase to platelet ratio index (APRI) dikemukakan sebagai prediktor non
invasive dan sederhana dalam evaluasi status fibrosis hati. APRI digunakan dalam evaluasi
pasien dengan fibrosis hati alkoholik, CHB, dan CHC dengan akurasi tinggi dalam
mengidentifikasi adanya fibrosis dan sirosis signifikan (Sheng, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Diehl, A.M., Potter, J., Boitnott, J., Van Duyn, M.A., Herlong, H.F., Mezey, E. 1984. Relationship
between pyridoxal 5’-phosphate deficiency and aminotransferase levels in alcoholic
hepatitis. Gastroenterology 86:632-6
Giannini, E.G., Testa, R., Savarino, V. 2005. Liver enzyme alteration : a guide for clinicians,
CMAJ 172 (3)
Goldberg, E., Chopra, S. 2007. Diagnostic Approach to the patients with cirrhosis. UpToDate
15.1
Podolsky, K., Isselbacher, K.J.1995. Penyakit hati yang berkaitan dengan alkohol dan sirosis.
in : (eds), AH Asdie. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi 13 p.357-69
Sheng, S.L., Sen, C.C., Shun, S.Y., Zen,H.Y., Wen, C.L. 2008. Retrospective Evaluation of
Serum Markers APRI and AST/ALT for Assessing Liver Fibrosis and Cirrhosis in Chronic
Hepatitis B and C Patients with Hepatocellular Carcinoma. Inter Med 47: 569-575
Tambunan, KL., 2007. Gangguan hemostasis pada sirosis hati. in : Buku ajar ilmu penyakit hati
ed. I (eds) HA. Sulaiman, HN. Akbar, LA. Lesmana, HMS. Noer. Pusat penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.
p.425
Wai, C., et al. 2003. A simple noninvasive index can predict both significant fibrosis and cirrhosis
in patients with chronic hepatitis C. Hepatology 38:518
Williams, AL., Hoofnagle, JH.1988. Ratio of serum aspartate to alanine aminotransferase in
chronic hepatitis. Relationship to cirrhosis. Gastroenterology 95:734

S-ar putea să vă placă și