Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
STRESS
SEXUAL DEVELOPMENT
ISTIRAHAT-TIDUR
Oleh:
SALAS AULADI
220110080138
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “STRESS SEXUAL
DEVELOPMENT ISTIRAHAT-TIDUR” ini. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Hana
Rizmadewi Agustina, S.Kp, MN selaku penanggung jawab mata kuliah Basic Science in
Nursing II yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan
makalah ini. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada seluruh rekan yang telah
membantu penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami susun sebagai usaha untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Basic Science In Nursing II di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Dalam makalah ini kami berusaha menjelaskan mekanisme stress dan responnya
terhadap tubuh, sexual development, dan kebutuhan istirahat-tidur.
Mengingat dangkalnya ilmu pengetahuan, keterbatasan kemampuan dan waktu
yang kami miliki, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, berbagai kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan guna
menyempurnakan makalah-makalah yang akan kami buat selanjutnya.
Dengan makalah yang kami buat ini, besar harapan kami makalah ini dapat
memberikan banyak manfaat untuk menambah wawasan berpikir bagi kita semua. Akhir
kata kami sebagai penulis, sekali lagi kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah banyak membantu baik secara moril maupun dukungan materil
dalam penyusunan makalah ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kasus II 2
2.3 Stress 2
2.4 Istirahat-tidur 26
3.1 Kesimpulan 38
DAFTAR PUSTAKA 40
BAB I
PENDAHULUAN
Di era global ini, pengetahuan tentang sex dan pembicaraan mengenai masalah
sexualitas dianggap sebagai hal yang penting dan perlu bagi perkembangan manusia.
Setiap orang akan memiliki rasa malu jika memiliki kelainan seksual, bahkan tidak sedikit
yang sampai mengalami stress. Untuk beberapa orang, stress akan membuat orang
tersebut kurang istirahat dan tidur yang selanjutnya akan mengganggu kesehatannya.
Pembahasan mengenai hal diatas sangat penting untuk dikaji mengingat akhir-
akhir ini bermunculan penyakit yang berhubungan dengan organ seksual. Karena itulah
dalam makalah ini kami akan memaparkan sedikit pengetahuan mengenai seksualitas,
stress, dan kebutuhan istirahat-tidur.
2.1 KASUS II
2.2 STRESS
B. Model stress
C. Tingkatan stres
• Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu
faalnya kiarena stress. Misalnya, jantung berdebar- debar, terjadi vasodilatasi
atau vasokontriksi pembuluh darah sehingga yang bersangkutan namoak
mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi terutama di bagian ujung jari-
jari tangan atau kaki juga menyempit.
• Integritas Kulit
Pada orang yang mengalami stress reaksi kulit bermacam-macam; pada
kulit sebagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi
lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain itu
perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit seperti munculnya
eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal, dan pada kulit muka sering timbul jerawat
(acne) berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah telapak tangan dan kaki
berkeringat.
• System Respirasi
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stress dapat terganggu
misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penympitan pada
saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan, dan otot-otot rongga dada.
Nafas terasa sesak dan berat diakrenakan otot-otot rongga dada mengalami
spasme dan tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus
mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stress juga dapat memicu
penyakit asma karena otot-otot pada saluran nafas paru-paru juga mengalami
spasme.
• System Pencernaan
Orang yang mengalami stress seringkali mengalami gangguan pada
system pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual, dan
perih yang diakibatkan asam lambung berlebih (hyperacidity atau gastritis atau
maag). Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada
usus, sehingga yang bersangkutan merasakna mulas, sukar BAB atau diare.
• System Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni) dapat juga
terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil
lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes
mellitus).
• System Otot dan Tulang
Stress dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot
dan tulang (musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa
sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan
keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau
rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering
mengenal gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.
• System Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang
mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini
berkepanjangan bias mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit
kencing manis (diabetes mellitus); gangguan hormonal lain misalnya pada wanita
adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).
A. Definisi
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam
organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak.
C. Tingkat perkembangan
Masa Pubertas
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan akan
terjadi kematangan secara psikososial. Terjadinya perubahan secara psikologis
ini ditandai dengan adanya perubahan dealam citra tubuh (body image),
perhatian yang cukup besar terhadap perubahan fungsi tubuh, pembelajaran
tentang perilaku, kondisi sosial, dan perubahan lain, seperti perubahan berat
badan, tinggi badan, petrkembangan otot, bulu di pubis, buah dada, atau
menstruasi pada wanita. Tahap yang disebut oleh Freud sebagai tahap genital ini
terjadi pada umur lebih dari 12 tahun. Kepuasan anak pada tahap ini akan
kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap
lawan jenis.
Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur
Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri seks
sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa
pertengahan umur terjadi perubahan hormonal; pada wanita ditandai dengan
penurunan estrogen, pengecilan payudara dan jaringan vagina, penurunan
cairan vagina, selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi ereksi; pada pria
ditandai denag penurunan ukuran penis, serta penurunan semen. Dari
perkembangan psikososial sudah mulai terjadi hubungan intim antara lawan
jenis, proses pernikahan dan memiliki anak sehingga terjadi perubahan peran.
Menurut Masters dan Johnson (1966), siklus respon seksual terdiri dari fase
excitement, plateu, orgasmus, dan, resolusi. Pada dasarnya fase-fase tersebut
diakibatkan oleh vasokonstriksi dan miotania, yang merupakan respons fisiologis
dasar dari rangsangan seksual.
Perbandingan siklus respon pada wanita dan pria dapat dilihat pada tabel
berikut ini
WANITA PRIA
IV. RESOLUSI: fisiologis dan psikologis kembali kedalam keadaan tidak terangsang.
o Faktor Fisik
Aktivitas seksual dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan
hanya membayangkan bahwa seks dapat menyakitkan sudah menurunkan
keinginan seks. Penyakit minor dan keletihan adalah alasan seseorang untuk
tidak merasakan seksual. Medikasi dapat memengaruhi keinginanan seksual.
o Faktor Hubungan
Masalah intern dapat mengalihkan perhatian seseorang dari keinginan seks.
Setelah kemesraan memudar, pasangan mungkin mendapati perbedaan yang
sangat besar dalam nilai atau gaya hidup mereka. Tingkat seberapa jauh mereka
masih merasa dekat satu sama lain dan berinteraksi dalam tingkat intim
bergantung pada kemampuan mereka untuk bernegosiasi.
o Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup, seperti penggunaan atau penyalahgunaan alcohol atau
tidak punya waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dapat
memengaruhi keinginan seksual Menemukan waktu yang tepat untuk aktivitas
seksual adalah factor gaya hidup lain. Sebagian klien tidak mengetahui
bagaimana menetapkan waktu bekerja dan di rumah untuk mencakup perilaku
seksual.
o Faktor Harga Diri
Tingkat harga diri klien juga dapat menyebabkan konflik yang melibatkan
seksualitas. Jika harga diri seksual tidak pernah dipelihara dengan
mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual-diri dan dengan
mempelajari keterampilan seksual, seksualitas mungkin menyebabkan perasaan
negative. Harga-diri seksual dapat menurun dalam banyak cara, misalnya
perkosaan dan penganiayaan fisik atau emosi meninggalkan luka yang dalam.
Rendahnya harga diri seksual dapat juga diakibatkan oleh kurangnya pendidikan
seks, model peran yang negative, dan upaya untuk hidup dalam pengharapan
pribadi atau cultural yang tidak realistis.
A. Definisi istirahat-tidur
Istirahat adalah suatu gambaran ketenangan, rileks tanpa stress emosional dan
bebas dari rasa cemas.
Tidur adalah suatu tingkatan kesadaran dimana persepsi dan respon individu
terhadap stimulus lingkungan menurun.
Perangsangan pada beberapa daerah spesifik otak dapat meninbulkan keadaan tidur
dengan sifat-sifat yang mendekati keadaan tidur alami. Beberapa cara perangsangan
ini adalah sebagai berikut:
1. Daerah perangsangan yang paling mencolok dapat menimbulkan keadaan
tidur alami adalah nuklei rafe yang terletak di separuh bagian bawah pons
dan di medula. Daerah ini merupakan lembaran tipis nuklei yang terletak
pada garis tengah. Serat saraf dari nuklei ini menyebar secara luas di
formasio retikularis dan juga ke atas menuju talamus , neokorteks ,
hipotalamus , dan sebagian besar daerah sistem limbik. Selain itu serat-
serat ini juga menyebar ke bawah menuju medula spinalis , berakhir di
radiks posterior. Juga telah diketahui bahwa banyak ujung serat dari
neuron rafe ini mensekresikan serotinin.Serotinin merupakan bahan
transmiter utama yang berkaitaan dengan timbulnya keadaan tidur.
2. Perangsangan beberapa area dalam nukleus traktus solitarius , yang
merupakan regio sensorik medula dan pons yang dilewati oleh sinyal
sensorik viseral yang memasuki otak melalui saraf-saraf vagus dan
glossofaringeus , juga menimbulkan keadaan tidur. Bila nuklei rafe telah
dirusak , keadaan ini tidak akan terjadi. Oleh karena itu , regio ini mungkin
bekerja dengan cara merangsang nuklei rafe dan sistem seretonin.
3. Perangsangan beberapa regio di diensefalon juga dapat membantu
menimbulkan keadaan tidur.
C. Tahapan tidur
Tahap 1 NREM
• Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
• Tahap berakhir beberapa menit
• Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara
bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
• Seseorang sengan mudah terbangun oleh stimulus sensorik seperti suara
• Ketika terbangun seseorang merasa seperti telah melamun
Tahap 2 NREM
• Tahap dua merupakan periode tidur bersuara
• Kemajuan relaksasi
• Untuk terbangun masih relatif mudah
• Tahap berakhir 10-20 menit
• Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
Tahap 3 NREM
• Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
• Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
• Otot-otot dalam keadaan santai penuh.
• Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
• Tahap berakhir 15 hingga 30 menit.
Tahap 4 NREM
• Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam
• Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
• Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi
malam yang seimbang pada tahap ini
• Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam
terjaga
• Tahap berakhir kurang lebih 15-30 menit
• Tidur sambil berjalan dan enoresis dapat terjadi
Tidur REM
• Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM.
Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain
• Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
• Hal ini dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang
cepat,fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau
fluktuasi tekanan darah
• Terjadi tonus otot skelet menurun
• Peningkatan sekresi lambung
• Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
• Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit.
• Apnea Tidur
Adalah gangguan yang dicirikan dengan kura kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur.
Jenis apnea tidur ada 3 yaitu apnea sentral, obstruktif, dan campuran yang
mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif. Apnea sentral disebabkan
oleh gangguan pada pusat control nafas. Sedangkan apnea tidur obstruktif
(obstructive sleep apnea) terjadi akibat sumbatan jalan nafas atas seperti
mendengkur, batuk, dan sesak nafas.
Pengobatannya mencakup terapi untuk komplikas jantung dan
pernapasan yang utama dan terapi untuk masalah emosional yang muncul akibat
gejala gangguan ini. Higiene tidur dan program penurunan berat badan juga
dapat membantu. Salah satu terapi yang paling efektif adalah penggunaan alat
penekan jalan napas positif yang kontinyu di dalam hidung (continuous positive
airway pressure, CPAP) di malam hari. Klien yang menggunakan CPAP harus
memakai masker pada hidungnya. Udara ruangan dialirakan melalui masker
pada tekanan yang tinggi. Tekanan udara mencegah collapsnya jalan napas. Alat
CPAP bersifat portabel dan efektif terutama untuk apnea obstruktif. tonsilPada
kasus-kasus apnea tidur yang parah, tonsil, uvula atau bagian dari palatum mole
dapat diangkat melalui pembedahan. Keberhasilan prosedur bedah sangat
bervariasi.
• Narkolepsi
Adalah disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun dan tidur.
EDS adalah keluhan utama yang paling sering berkaitan dengan gangguan ini. Di
siang hari sesseorang dapat merasakan kantuk berlebihan yang datang secara
mendadak dan jatuh tertidur.
Penderita narkolepsi diobati dengan stimulan yang hanya dapat
meningkatkan sebagian kesiagaan dan mengurangi serangan tidur, serta obat
yang menekan katapleksi dan gejala laijn yang terkait dengan REM. Tidur siang
singkat tidak lebih dari 20 menit dapat membantu mengurangi perasaan
mengantuk yang subjektiv. Faktor0faktor yang meningkatkan rasa kantuk pada
klien narkolepsi (misalnya alkohol atau aktivitas yang melelahkan) harus
dihindari.
• Deprivasi Tidur
Adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat disomnia.
Penyebabnya adalah penyakit (misalnya demam, sulit bernapas, atau nyeri),
stres emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan, dan keanekaragaman waktu
tidur yang terkait dengan waktu kerja.
Terapi yang paling efektiv untuk deprivasi tidur adalah menghiklangkan
atau memperbaiki faktor-faktor yang ngganggu pola tidur. Perawat dapat
memainkan peranan penting dalam mengidentivikasi masalah-masalah deprivasi
tidur yang dapat diobati.
• Parasomnia
Adalah masalah tidut yang lebih banyak terjadi pada anak-anak daripada
orang dewasa. Parasomnia yang terjadi pada anak-anak biasnya meliputi
somnambulisme (berjalan dalam tidur), terjaga malam, mimpi buruk, enuresis
nuktornal (ngompol), dan menggertakan gigi (bruksisme) (Mindell,1993). Apabila
orang dewasa mengalami hal ini maka hal tersebut dapat mengindikasikan
gangguan yang serius.
Terapi khusus untuk gangguan ini bervariasi. Namun, dalam semua kasus
yang terpentung adalah mendukung klien dan mempertahankan keamanannya.
Misalnya, orang yang berjalan dalam tidur tidak menyadari llingkungan
disekitarnya dan lambat bereaksi. Oleh karena itu, resiko jatuh sangatlah besar.
Perawat tidak boleh mengejutkan klien yang sedang berjalan tidur. Tetapi
membangunkan dengan lembut dengan membimbingnya kembali ke tempat
tidur.
F. Manfaat istirahat-tidur
Manfaat Tahap Tidur Lelap
Apabila kita kekurangan tidur lelap, kita akan merasa lemah, muak, sakit
kepala, sakit otot, dan kesulitan konsentrasi.
Karena tidur lelap dianggap penting untuk menjaga fungsi fisik tubuh, tidur
lelap mendapat durasi terlama pada saat awal tidur. Bahkan apabila kita
kurang tidur, tubuh akan memprioritaskan untuk melakukan tidur lelap dan
mengorbankan tahapan lain. Hal ini mengakibatkan tidur lelap nyaris tidak
mungkin terlewatkan pada saat tidur.
Sistem imun kita aktif pada saat tidur lelap. Karena itulah pada saat sakit kita
tidur lebih banyak.
Manfaat Tahap Tidur REM
Kekurangan tahap tidur REM menyebabkan gangguan juga pada saat kita
terjaga, terutama kesulitan dalam konsentrasi.
Sejauh ini, para ilmuwan belum mengetahui apa tepatnya fungsi yang
disediakan oleh tidur REM ini. Namun tidur REM dianggap tidak signifikan
dalam menjaga fungsi fisik tubuh.
Namun, para ilmuwan berteori bahwa kita menyerap sebagian besar
pembelajaran pada saat terjaga pada saat tidur REM. Hal ini menjelaskan
mengapa bayi menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur, 50% dari
waktu tidurnya merupakan tidur REM.
G. Kebutuhan tidur berdasarkan tahap perkembangan
• Neonatus
Neonatus sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari.
Periode tidur berakhir beberapa menit sampai 2 sampai 4 jam setelahnya
(Wong, 1995). Kemudian bayi terbangun lagi dan sering kali menjadi
responsif terhadap stimulus. Pada minggu pertama, bayi baru lahir tidur
dengan konstan. Kira-kira 50% dari tidur ini adalah tidur REM, yang
menstimulasi pusat otak tertinggi.
• Bayi
Pada umumnya bayi mengalami pola tidur malam hari pada usia 3 bulan.
Bayi tertidur beberapa kali pada siang hari tetapi biasanya tidur rata-rata 8
sampai 10 jam pada malam hari. Sekitar 30 % dari waktu tidur dihabiskan
dalam siklus REM. Bayi yang minum asi biasanya tidur selama periode yangt
lebih pendek, dengan lebih sering terbangun daripada bayi yang minum susu
botol (Wong, 1995). Bayi yang lebih besar tidur lebih lama daripada bayi yang
lebih kecil karena kapasitas lambungnya yang lebih besar. Seorang bayi
antara usia 1 bulan dan 1 tahun tidur rata-rata 14 jam sehari. Dibandingkan
dengan anak-anak yang lebih besar, tidur aktif (REM) membentuk proporsi
tidur yang lebih besar. Sebaliknya, pada bayi baru lahir yang tidur dan
bangun bergantian sepanjang periode 24 jam, setelah usia 3 bulan, periode
tidur terpanjang terlihat pada malam hari.
• Toddler
Pada usia 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur
siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari. Tidur siang dapat hilang
pada usia 3 tahun hal yang umum bagi toddler terbangun pada malam hari.
• Pra Sekolah
Rata-rata tidur anak usia pra sekolah sekitar 12 jam semalam (sekitar 20
% adalah REM). Pada usia 5 tahun, anak pra sekolah jarang tidur siang
(Wong, 1995). Kecuali pada kebudayaan yaitu siesta adalah kebiasaan.
• Anak Usia Sekolah
Jumlah tidur yang diperlukan pada usia sekolah bersifat individual
dikarenakan status aktivitas dan tingkat kesehatan yang bervariasi. Anak usia
sekolah biasanya tidak membutuhkan tidur siang. Pada usia 5 tahun akan
tidur malam rata-rata 11 sampai 12 jam; sementara anak usia 11 tahun tidur
sekitar 9-10 jam (Wong, 1995). Anak dengan usia 6-7 tahun biasanya dapat
dibujuk untuk tidur dengan mendorong dengan melakukan aktivitas yang
tenang.
• Remaja
Remaja memperoleh sekitar 7,5 jam untuk tidur setiap malam
(Carskadon, 1990a). Pada saat kebutuhan tidur yang aktual meningkat,
remaja pada umumnya mengalami sejumlah perubahan yang sering kali
mengurangi waktu tidur (Carskadon, 1990b). Biasanya orang tua tidak lagi
terlibat dalam penataan waktu tidur yang spesifik. Remaja pergi tidur lebih
larut dan bangun lebih cepat pada waktu sekolah menengah atas.
• Dewasa Muda
Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6-8,5 jam sehari,
tetapi hal ini bervariasi. Dewasa muda jarang sekali tidur siang. Kurang lebih
20 %. Waktu tidur yang dihabiskan yaitu tidur REM, yang tetap konsiten
sepanjang hidup.
• Dewasa Tengah
Selama masa dewasa tengah, waktu yang digunakan untuk tidur malam
hari mulai menurun. Jumlah tidur tahap 4 mulai menurun, suatu penurunan
yang berlanjut dengan bertambahnya usia. Gangguan tidur sering kali mulai
didiagnosa diantara orang-orang pada rentang usia ini bahkan ketika gejala
dari gangguan yang telah ada untuk beberapa tahun.
• Lansia
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi,
kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia (Bliwise,
1993). Episode tidur REM cenderung memendek. Terdapat penurunan yang
progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4; beberapa lansia hampir tidak
memiliki tahap 4, atau tidur yang dalam. Seorang lansia yang terbangun lebih
sering di malam hari, dan membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tertidur.
Akan tetapi, pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan
fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah memelihara tidur REM
dan keberlangsungan dalam siklus tidur yang mirip dengan dewasa muda
(Reynolds dkk, 1993).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Setelah dikaji, kasus yang dialami Bapak L merupakan komplikasi dari beberapa
masalah yang saling berhubungan. Masalah-masalah itu antara lain:
Riwayat hipertensi
Gangguan tidur
Gangguan seksual
Stess
Smelter SC, Bare BG. 1997. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
http://www.google.com
http://www.wikipedia.org
http://www.proquest.com