Sunteți pe pagina 1din 3

NAMA : ASWIN SULEMAN

NPM : 072307004
TUGAS : ASPEK HUKUM DALAM MANAJEMEN KONTRUKSI

A. PEDOMAN TEKNIS BANGUNAN


Tujuan pedomnan teknis bangunan yakni untuk dapat terwujudnya bangunan gedung sesuai
fungsi yang ditetapkan dan yang memenuhi persyaratan teknis yaitu meliputi persayaratan
peruntukan, dan intensitas bangunan, arsitektur dan lingkungan, serta keandalan bangunan.

Adapun pengaturan perbagian adalah :


a. peruntukan, dan intensitas bangunan,
b. arsitektur dan lingkungan,
c. struktur bangunan
d. ketahanan terhadap kebakaran
e. sarana jalan masuk
f. transportasi dalam gedung
g. pencahayaan darurat, tanda arah keluar, dan system pengamanan bangunan
h. instalasi listrik, penangkal petir, komunikasi
i. instalasi
j. sanitasi dalam bangunan
k. ventilasi dan pengkondisian bahaya
l. pencahayaan
m. pembisingan dan getaran

fungsi bangunan dapat dikelompokan


a. fungsi hunian
b. fungsi usaha
c. fungsi sosial dan budaya
d. fungsi khusus

klasifikasi bangunan
a. kelas I, bangunan hunian biasa
b. kelas II, bangunan hunian yang terdiri dari dua atau lebih unit hunian yang masing-
masing merupakan tempat tinggal yang terpisah.
c. Kelas III, bangunan hunian diluar bangunan kelas 1 dan 2
d. Kelas IV, bangunan hunian campuran
e. Kelas V, bangunan kantor
f. Kelas VI, bangunan perdagangan
g. Kelas VII, bangunan penyimpanan/ gudang
h. Kelas VIII, bangunan pabrik/ lab / industry
i. Kelas IX, bangunan umum
j. Kelas X, bangunan struktur bukan hunian

Intensitas Bangunan
Intensitas bangunan terdiri dari :
1. Kepadatan dan ketinggian bangunan
2. Penetapan kepadatan dan ketinggian bangunan
3. Perhitungan kepadatan dan ketinggian bangunan
Kepadatan sama dengan KDB ( koevisien Datar Bangunan

Dalam proses pembangunan diperlukan beberapa syarat atau aturan, aturan ini dibuat dalam
bentuk suatu Pedoman Teknis. Pedoman teknis ini dibuat dengan tujuan agar dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan dalam hal ini pekerjaan konstruksi memiliki suatu pedoman pelaksanaan yang
sifatnya mengikat, dan pelaksanaan pekerjaan ini dapat diketahui proses pelaksanaanya.
Dalam suatu pekerjaan yakni pekerjaan konstruksi terdapat beberapa elemen atau badan yang
terlibat didalamnya, yakni penyedia jasa ( konsultan dan kontraktor ) serta penguna jasa ( Lembaga,
atau Dinas- Dinas ). Dalam teknis pelaksanaanya terdapat beberapa tahapan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan/ Proyek.
Pada mulanya dalam suatu pelaksanaan konstruksi dimulai dengan mengajukan surat permohonan
pelaksanaan pekerjaan oleh instansi yang terkait yakni Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) ke
pemerintah pusat untuk disetujui pelaksanaanya, selanjutnya jika telah disetujui maka badan atau
instansi yangmerencanakan pekerjaan ini melakukan proses pelelangan kepada penyedia jasa.
Untuk melaksanakan suatu proses pelelangan pekerjaan atau proyek ini terlebih dahulu
dibentuk suatu panitia pelaksana pelelangan barang dan Jasa, sesuai dengan acuan
Pedoman penyedian barang dan jasa yaitu KEPRES NO 80 Tahun 2003. Dengan dibentuknya panitia
ini kemudian para penyedia jasa mendaftarkan diri untuk mengikuti pelelangan suatu pekerjaan
dengan memberikan syarat- syarat peserta pelelangan yang telah ditetapkan oleh panitia
pelelangan.
Setelah melalui tahapan pendaftaran para penyedia jasa ini, dilanjutkan dengan proses pelelangan
untuk mencari pemenang pelelangan. pemenang Pelelangan ini selanjutnya akan di buat suatu surat
perjanjian kontrak antara instansi pelaksana atau pengguna jasa ( PPK ) dengan pemenang
pelelangan atau badan penyedia jasa.
Setelah melalui tahapan perjanjian Kontrak, kemudian penyedia jasa diberikan waktu selama 30 hari
terhitung sejak diitetapkan berlakunya perjanjian kontrak untuk mengusul kanjangka waktu dan
teknis pelaksanaan pekerjaan, Konsultan penyedia jasa melakukan usulan waktu dan segala teknis
pelaksanaanya dan stelah itu baru pekerjaan ini diserahkan ke kontraktur untuk melaksanakan
pekerjaan atau proyemk tersebut.

S-ar putea să vă placă și