Sunteți pe pagina 1din 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prevalensi obesitas telah meningkat secara global baik di negara maju
maupun negara berkembang termasuk indonesia. Badan Kesehatan Dunia
( WHO ) menyatakan bahwa obesitas sudah menjadi masalah epidemi dunia.Di
Indonesia tahun 2002 prevalensi obesitas telah mencapai kisaran 22%-24%
sekitar 48-53 juta penduduk. Sedangkan data kenaikan obesitas untuk Amerika
Serikat mencapai 31% pada tahun 2000 dari 15% pada dua dekade
sebelumnya. Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami
berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta
diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar
orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta di antaranya obesitas.
Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah
10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan
berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan
(1)
6,4%.
Obesitas terjadi karena ketidak seimbangan masukan energi dan keluaran
energi dalam jangka waktu yang lama yang dapat dilihat dengan perhitungan
nilai indeks Massa Tubuh (IMT). Obesitas terjadi bila seseorang memiliki nilai
IMT 95% pesentil berdasarkan kurva NCHS-CDC. Faktor risiko penyebab
obesitas diantaranya adalah penurunan aktivitas fisik, penurunan kebugaran
fisik dan negatif imej tubuh di samping faktor lainnya seperti faktor
genetik,konsumsi makanan, pengetahuan gizi, sosial ekonomi. (2)

Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara


terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. Dalam arti yang lebih luas, para
ahli mengartikan intelegensi sebagai suatu kemampuan
mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional.

1
Kecerdasan intelektual (IQ) berkaitan dengan keterampilan
seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual,
serta identik dengan faktor kognitif seseorang.(3)

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara obesitas dan IQ (Intelligence Quitient)

C. Manfaat
Manfaat dari penulisan ini yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
tentang hubungan obesitas terhadap IQ seseorang sehingga dapat dilakukan
pencegahan dan penanganan tepat dan akurat

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Obesitas

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan


lemak tubuh yang berlebihan. Apabila jumlah energi (dalam bentuk makanan)
yang memasuki tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan
akan meningkat. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk
menyimpan energi , sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi
lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak
dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat
badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita
dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari
25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20%
lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap
mengalami obesitas. (2)

Cara sederhana untuk menentukan obesitas sentral adalah dengan


mengukur lingkar perut. Pengukuran lingkar perut dilakukan pada bagian
pinggang, di antara tulang panggul bagian atas dan tulang rususk bagian
bawah. Seseorang dikatakan obesitas sentral bila lingkar > 90 cm (untuk pria)
dan > 80 cm (untuk wanita)

Salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur kategori berat
badan seseorang adalah Indeks Massa Tubuh atau yang singkat dengan IMT.
Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak
dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk
mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: (3)

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

3
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Keterangan :

Klasifikasi IMT (kg/m2)


BB Kurang < 18,5
BB Normal 18,5-22,9
BB Lebih 23

- Preobesitas 23-24,5

- Obesitas 1 25-29,9

- Obesitas 2 > 30

Di bawah ini merupakan tabel pengukuran antopometri yaitu sebagai


berikut :
Penilaian Penilaian Massa Bebas Penilaian Massa Lemas
pertumbuhan Lemak
Lingkar Kepala Lingkar Lengan Atas Triceps Skinfold
Berat Badan Mid-upper-arm muscle- Biseps Skinfold
circumference
Tinggi/Panjang Badan Mid-upper-arm muscle Subscapular skinfold
Perubahan BB Suprailiac skinfold
Rasio Berat/Tinggi Mid-upper arm fat area
Tinggi Lutut Rasio Lingkar pinggal
panggul
Lebar Siku

Indeks antropometri lain yang digunakan yaitu berat badan menurut


umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB). Di Indonesia ukuran baku hasil pengukuran dalam
negeri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
digunakan bahan baku HARVARD yang disesuaikan untuk Indonesia (100%
baku Indonesia =50 percentile baku Harvard) dan untuk lingkar lengan atas
(LLA) digunakan baku Wolanski. WHO lebih menganjuran penggunaan
BB/TB, karena menghilangkan faktor umur yang menurut pengalaman sulit

4
didapat secara benar, khususnya di daerah terpencil dimana terdapat masalah
tentang pencatatan kelahiran anak. (4)
Penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para ahli gizi.
Ambang batas dapat disajikan ke dalam tiga cara yaitu persen terhadap median,
persentil dan standar deviasi unit. Penelitian ini menggunakan Weight Height
Z-Score sebagai alat ukur status gizi. Standar deviasi unit disebut juga Z-score.
Penggunaan nilai standar deviasi direkomendasikan oleh Waterlow untuk
mengevaluasi data antropometri. Metode ini mengukur deviasi pengukuran
antropometri dari referensi median standar deviasi. (4)
Rumus standar deviasi berdasarkan antropometri BB/TB (WHZ) yaitu
sebagai berikut :
BBsubyek − NilaiMedia nBakuRujuk anBB / TB
Z − score =
NilaiSimpa ngBakuRuju kan

Di bawah ini merupakan klasifikasi status gizi pada anak dan balita
menurut Kepmenkes Nomor 920/Menkes/2002.
Indeks Status Gizi Ambang batas
BB/U Gizi Lebih >+2 SD
Gizi Baik >-2 SD sampai +2 SD
Gizi Kurang <-2 SD sampai - ≥-3 SD
Gizi Buruk < -3 SD
TB/U Normal ≥ 2 SD
Pendek < -2 SD
BB/TB Gemuk > + 2SD
Normal ≥ - 2 SD sampai + 2 SD
Kurus (wasted) < - 2 SD sampai ≥ -3 SD
Kurus sekali < -3 SD

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:

a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%

5
b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%.

Berdasarkan etiologinya, umunya obesitas dibagi menjadi:


1. Obesitas primer: disebabkan faktor nutrisi dengan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi masukan makanan berlebih dibanding dengan
kebutuhan energi yang diperlukan tubuh. Selain dari asupan lemak dan
karbohidrat yang berlebih dalam tubuh, kurangnya aktifitas fisik juga
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap terjadinya obesitas.
2. Obesitas sekunder: yang disebabkan adanya penyakit/kelainan congenital
(mielodisplasia), endokrin (sindroma Cushing, sindrom Freulich, sindrom
Mauriac, pseudoparatiroidisme) atau kondisi lain (sindrom Klinefelter,
sindrom Turner, sindrom Down).
Menurut Patogenesis dapat dibagi dua golongan:
a. Regulatory obesitas: gangguan primernya berada pada pusat yang
mengatur masukan makanan. Inti lateral hypothalamus sebagai pusat lapar
atau pusat makan, sedangkan inti ventromedialis hipotalamus sebagai
pusat kenyang.
b. Obesitas metabolik: kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat. (5)

Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas


meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:
a. Diabetes tipe 2
Kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma
berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Biasanya timbul pada masa dewasa.
b. Tekanan darah tinggi
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi.
c. Stroke
Salah satu penyebab stroke yaitu hipertensi, DM, penyakit jantung yang
dapat disebabkan oleh adanya obesitas.

6
d. Serangan jantung (infark miokardium)
Semua orang gemuk cenderung memiliki risiko penyakit jantung, orang
dengan obesitas sentral lebih-lebih lagi.
e. Kanker
Temuan terbaru, dalam jurnal Clinical Cancer Research, Para peneliti
mengatakan jika hasil penelitian menunjukan orang yang dirawat karena
kanker usus besar harus menjaga indeks massa tubuhnya (BMI) dibawah
30. Kelebihan lemak tubuh dapat mempengaruhi agresivitas kanker usus
besar. Selain kanker usus besar, kejadian kanker prostat juga meningkat
pada laki-laki dengan obesitas. Sedangkan kanker endometrium, uterus,
dan serviks meingkat pada wanita obes.
f. Penurunan kemampuan kognitif
Menurut studi terbaru orang dengan obesitas memiliki jaringan otak 8
persen lebih sedikit dibandingkan dengan yang berat badannya normal.
Mereka yang kelebihan berat badan memiliki jaringan otak 4 persen lebih
sedikit daripada orang dengan berat badan normal.

g. Osteoartritis
Kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul
karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. Bagaimanapun,
keterbatasan kemampuan berolahraga pada pasien OA sedikit banyak
mengambil peranan terhadap timbulnya kelebihan berat badan
h. Tidur apneu
Kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur,
menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah. (2)

B. IQ (Intelligence Quotient)

IQ atau Intelligence Quotient adalah istilah umum yang digunakan untuk


menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti
kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak,
memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat
kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu.

7
Kecerdasan ini ditemukan pada sekitar tahun 1912 oleh William Stern.
Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada masanya saat itu, dan
ternyata masih juga di Indonesia saat ini. Bahkan untuk masuk ke militer pada
saat itu, IQ lah yang menentukan tingkat keberhasilan dalam penerimaan
masuk ke militer. Kecerdasan ini terletak di otak bagian Cortex (kulit otak).
Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan kita kemampuan
untuk berhitung, bernalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta
inovasi. (6)

Gambar 2.1
Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang
biasa disebut sebagai tes IQ. Skor tes IQ sering dilihat sebagai
ukuran kecerdasan seorang anak. Tes IQ adalah alat ukur
kecerdasan yang hasilnya berupa skor. Tetapi skor tersebut
hanya memberi sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan
seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan secara
keseluruhan. Tes IQ yang sering dipakai di Indonesia adalah
tes Binet dan Wecshler. (7)

Di bawah ini merupakan skor IQ dan kategorinya : (6)

8
Skor IQ Kategori
> 140 Jenius
120-140 Very superior intelligence
110 -119 Superior intelligence
90-109 Normal or average intelligence
80-89 Dullness
70-79 Borderline deficiency
< 70 Definite feeble-mindedness

C. Area Otak yang Berhubungan dengan Intelektual


Otak adalah organ metabolik mahal, dan mengkonsumsi sekitar 25% dari
energi metabolisme tubuh pada beberapa spesies. Karena kenyataan ini,
meskipun otak yang lebih besar terkait dengan kecerdasan yang lebih tinggi,
otak lebih kecil mungkin menguntungkan dari evolusi sudut pandang jika
mereka sama dalam intelijen untuk otak yang lebih besar. Ukuran otak
merupakan indikator dasar dari kecerdasan otak, dan berbagai faktor lainnya
mempengaruhi kecerdasan otak. rasio yang lebih tinggi -untuk-tubuh massa
otak dapat meningkatkan jumlah massa otak yang tersedia untuk lebih tugas-
tugas kognitif kompleks. (8)

9
Gambar 2.2

Gambar tersebut menunjukkan organisasi daerah-daerah asosiasi


somatik, auditori, visual kedalam mekanisme umum untuk menafsirkan
pengalaman sensorik. Semuanya ini masuk ke dalam mekanisme daerah
penafsiran umum yang terletak di bagian posterosuperior lobus temporalis dan
girus angularis. Perhatikan pula daerah prefrontalis, daerah motorik, daerah
bicara motorik Broca.(9)
Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
oleh individu. Fungsi otak yang behubungan dengan fungsi kognitif :
a. Lobus Frontalis
Pada bagian lobus ini merupakan pusat untuk belajar, penalaran,
perencanaan, bagian dari pidato, gerakan, emosi, dan pemecahan masalah.
Terdiri dari beberapa area :
1) Gyrus presentralis merupakan area motorik kontralateral wajah, lengan
dan tungkai.
2) Area Brocca merupakan pusat bicara motorik pada lobus dominan,
memiliki lintasan saraf untuk pembentukan kata

10
3) Area prefrontal merupakan area perencanaan pola-pola yang kompleks
dan berurutan dari gerakan motorik, melakukan proses berpikir yang
lama
b. Lobus Temporal
Lobus ini terkait dengan gerakan, orientasi, pengenalan, persepsi
rangsangan. Terdiri dari beberapa area :
1) Korteks auditori terletak di permukaan gyrus temporal superior.
Hemisfer dominan penting untuk pendengaran bahasa, sedangkan yang
non dominan untuk mendengar nada, ritme, dan musik
2) Area Wernickne
Terletak di belakang korteks auditorik primer pada bagian posterior dari
girus temporalis merupakan pusat pemahaman bahasa. Regio yang
paling penting di seluruh otak untuk fungsi intelektual yang lebih
tinggi, karena hampir semua fungsi intelektual didasarkan pada bahasa.
3) Area Limbik
Area ini ditemukan di belahan anterior lobus temporalis yang
berhubungan dengan tingkah laku, emosi, dan motivasi
c. Lobus Parietal
Terkait dengan proses visual
1) Gyrus postcentral
Korteks somatosensorik yang menerima jaras afferen dari posisi, raba
dan gerakan pasif
2) Gyrus angularis
Merupakan bagian lobus parietalis posterior yang paling anteroinferior,
terletak tepat di belakang area Wernickne. Apabila area ini rusak, maka
penderita masih dapat menginterpretasikan pengalaman auditorik
seperti biasanya, namun rangsanga visual yang berjalan dari korteks
visual ke area Wernickne terambat.
3) Area terhadap Keserasian Tubuh secara Spasial
Area yang dimulaidi bagian posterior dari korteks parietalis dan meluas
ke korteks oksipitalis superior.

11
d. Lobus Occipitalis
Terkait dengan persepsi dan pengakuan dari stimuli pendengaran, memori,
dan pidato.
1) Area untuk mengenali wajah
Terletak di bawah medial dari lobus occipitalis dan sepanjang
permukaan medioventral lobus temporalis. (9, 10)
Hemisfer kiri merupakan pusat kemampuan berbahasa pada 94 %
orang dewasa kinan dan lebih dari 75 % pada orang dewasa kidal. Selama
bertahun-tahun telah dipikirkan bahwa korteks prefrontal adalah lokus bagi
fungsi intelektual yang lebih tinggi pada manusia. Kerusakan pada area
pemahaman bahasa pada lombus temporalis bagian posterior superior (area
Wernickne) dan regio girus angularis yang berdekatan pada hemisfer dominan
menyebabkan pengaruh yang jelas jauh lebih berbahaya untuk intelektual
daripada kerusakan prefrontal.
Dalam penelitian dimana pasien yang area prefrontalnya tidak
berfungsi, yaitu sebagai berikut :
1. pasien kehilangan kemampuan untuk memecahkan masalah yang
kompleks
2. tidak mampu merangkai suatu aksi secara bersama-sama guna
mencapai tujuan yang spesifik
3. tidak mampu untuk belajar melakukan beberapa aksi secara paralel
pada waktu bersamaan
4. tingkat keagresivan menurun, kadang-kadang sangat jelas dan
penurunan ambisi
5. respon sosial seringkali tidak sesuai untuk peristiwa
6. pasien masih dapat berbicara dan memahami bahasa, tapi mereka
tidak mampu untuk berpikir lama.
7. Pasien juga masih dapat membentuk sebagian besar pola umum
fungsi motorik yang telah mereka lakukan sepanjang hidupnya, tetapi
seringkali tanpa tujuan.
Fungsi lain dari area prefrontal yang telah dinyatakan oleh ahli
fisiologi dan ahli neurologi adalah perluasan pikiran. Area prefrontal terbagi

12
menjadi beberapa segmen terpisah yaitu (1) memperkirakan masa depan, (2)
membuat rencana untuk masa depan, (3) menyelesaikan masalah matematik,
hukum, atau filsafat yang kompleks, (4) menghubungkan semua jalur
informasi dalam mendiagnosis penyakit yang jarang, dan (5) mengendalikan
aktivitas kita dalam kaitannya dengan hukum moral. (11)

D. Hubungan Obesitas dan IQ

Sebuah studi lima-tahun lebih dari 2.200 orang dewasa mengklaim telah
menemukan hubungan antara obesitas dan penurunan fungsi kognitif
seseorang. Para peneliti menemukan bahwa orang dengan indeks massa tubuh -
suatu ukuran lemak tubuh - dari 20 atau kurang bisa mengingat 56 persen kata
dalam tes kosa kata, tetapi mereka yang mengalami obesitas, dengan BMI 30
atau lebih tinggi, bisa mengingat hanya 44 persen. Subyek gemuk juga
menunjukkan tingkat yang lebih tinggi penurunan kognitif ketika mereka diuji
ulang lima tahun kemudian: ingat mereka turun menjadi 37,5 persen, tetapi
(12)
mereka dengan berat badan yang sehat mempertahankan tingkat recall.

Studi terbaru menunjukkan, orang yang kegemukan atau obesitas


memiliki jaringan otak 8 persen lebih sedikit dibanding pada orang yang berat
badannya normal. Akibatnya otak mengalami kemunduran sampai 16 tahun
lebih tua dibandingkan orang yang tak terlalu banyak lemak. Orang gemuk
memiliki jaringan otak empat persen labih sedikit dan otaknya terlihat lebih tua
8 tahun. (13)

Obesitas merupakan faktor risiko kardiovaskular dikenal luas, karena


penebalan dan pengerasan pembuluh darah, bahwa hal yang sama terjadi
dengan arteri di otak. Selain itu, hormon dikeluarkan dari lemak dapat
memiliki efek merusak pada sel otak, sehingga fungsi otak berkurang. Orang
yang obesitas akan kehilangan jaringan otak di bagian depan dan bagianlobus
temporal, area otak yang sangat penting untuk memori dan pencernaan. Selain
itu area lain yang terganggu adalah anterior cingulate gyrus (berfungsi untuk
pemusatan perhatian), hippocampus (memori jangka panjang), dan bangsal

13
ganglia (untuk pergerakkan). Penciutan permukan otak (korteks) yang terjadi di
bagian temporal (pelipis) dan frontalis (depan) berfungsi sebagai pusat daya
ingat. Perubahan struktur anatomi otak itu akan diikuti gangguan fungsi faal
otak terutama daya ingat. (12,13)

Dalam riset yang dilakukannya, Gale dan tim peneliti mengumpulkan data
dari 8200 pria dan wanita berusia 30 tahun, yang IQ-nya pernah dites saat
mereka berusia 10 tahun. Hasilnya yaitu anak dengan IQ tinggi banyak yang
menjadi vegetarian saat mereka berusia 30 tahun. Sekitar 4,5 persen responden
adalah vegetarian, 2,5 persen seorang vegan (menolak makan daging atau
memakai produk yang menggunakan tes terhadap binatang), dan 33,6 persen
menyatakan mereka vegetarian tetapi juga makan ikan dan daging ayam.
Seperti kita ketahui, seorang vegetarian kadar kalesterolnya rendah serta jarang
menderita obesitas dan penyakit jantung. Studi lain juga menyebutkan bahwa
anak berotak cerdas biasanya memiliki gaya hidup sehat : tidak merokok, tidak
kegemukan, tekanan darahnya normal, dan rajin berolahraga. (14)

Para ahli setuju bahwa pengaruh obesitas terhadap IQ didasarkan pada


pola kehidupan masyarakat yang modern seperti tingkat stress tinggi, pola
makan seperti mengkonsumsi makanan siap saji, kurang aktivitas seperti
berolahraga yang mengakibatkan penumpukan lemak tubuh secara berlebihan.
Oleh karena itu perubahan haya hidup anak-anak, remaja, sampai dewasa
sangat penting. Di bawah ini merupakan manajemen obesitas :

a. Langkah 1. Sejarah, pemeriksaan dan investigasi (ditambah


manajemen komorbiditas jika tidak diselesaikan oleh penurunan berat
badan)
b. Langkah 2. Berat badan (3-12 bulan) yaitu modifikasi gaya hidup
(penurunan asupan energi dan meningkatkan aktivitas fisik), diet rendah
lemak, pengurangan karbohidrat
c. Langkah 3: Berat pemeliharaan (seumur hidup) yaitu gaya hidup
modifikasi, farmakoterapi (jika diperlukan)

14
d. Langkah 4: bariatrik pembedahan (untuk pasien obesitas yang telah
gagal terapi medis) . (15)

5. Patogenesis Obesitas dengan Fungsi Kognitif


Patogenesis Obesitas dan Diabetes (17)

Obesitas

Penimbunan lemak di tubuh

Lemak  asam lemak bebas (FFA)+ trigliserid

FFA bersifat lipotoxicity

Konsentrasi FFA plasma dan intraseluler meningkat

Efek penghambatan transduksi system sinyal insulin

Resistensi Insulin terutama otot dan hati

Metabolisme karbohidrat, protein, lemak terganggu


terutama glukosa

DM tipe 2

Hiperglikemi

Peningkatan stres oksidatif, struktur dan fungsi pembuluh darah,


jalur O glikoprotein,
dan formasi advanced glycation end product (AGEs).

Pengaruhi viabilitas saraf

15
Advanced glycation end product (AGEs) secara eksperimental terbukti
berpengaruh
terhadap kerusakan vaskular dan fungsi endotel, kerusakan
protein, DNA dan mitokondria, serta meningkatkan radikal bebas
dan inflamasi

toksisitas saraf

Komplikasi diabetes menyebabkan gangguan kognitif (18)


Dasar mekanisme biokimia komplikasi vaskular diabetes, berawal dari
diabetes memicu resistensi insulin, hiperglikemia, dan terjadi pelepasan asam
lemak bebas atau dislipidemia, keadaan tersebut melalui jalur stres oksidatif
(reactive oxigen species = ROS), protein kinase C, aktivasi reseptor advanced
glycation end product (RAGE), peningkatan jalur poliol, mioinositol, dan
heksosamin akan mengakibatkan aktivasi sinyal sel molekul gangguan pada
faktor pertumbuhan, angiotensin II, dan dikeluarkannya sitokin yang
merangsang membran fosfolipid sel atau endotel berubah menjadi asam
arakhidonat melalui aktivasi enzim fosfolipase (PLA2). Asam arakhidonat
(AA) akan dimetabolisme menjadi tiga jalur oksidasi yaitu jalur
siklooksigenase (COX) yang akan membentuk prostaglandin, jalur
lipooksigenase (LO), membentuk asam hidroksieikosatetraenoik (HETEs) dan
leukotrin, dan jalur sitokrom P-450 monooksigenasi/epoksigenase yang
membentuk epoksid dan HETEs. Khusus untuk sitokrom P-450 lebih berperan
pada vasoaktif pada ginjal, dan belum didapatkan data mengenai keterlibatan
pada angiopati diabetik
Pada jalur siklooksigenase, COX-1 dan COX-2 dikatalisis menjadi
prostaglandin dalam bentuk (prostaglandin H2) PGH2 yang terkonversi
menjadi prostaglandin lain dan eikosanoid seperti PGE2, PGD2, PGF2α
(isoprostan), PGI2 (prostasiklin) dan tromboksan. COX-1 berperan secara
fisiologis pada beberapa sel dan jaringan. COX-2 ekspresinya sering tidak
terdeteksi pada jaringan dan sel, tetapi menjadi signifikan bila tersimulir
lipopolisakarida, dan sitokin (IL-6, IL-1α, IL-1β, TNF-α, dan faktor

16
pertumbuhan), dan produk-produk dari COX-2 berperan dalam proses
inflamasi termasuk arterogenesis.
Jalur lipooksigenasi (LO) terbagi dalam 4 kelompok yaitu LO5, LO8,
LO12, dan LO15, yang dibedakan berdasar kemampuannya dalam proses
memasukkan molekul oksigen pada rantai karbon ke dalam asam arakhidonat.
Kelompok LO5 dan O8 tidak berperan dalam diabetes. Untuk LO12 dan LO15
dapat membentuk 12/15 HETEs dari AA, produk tersebut akan tampak pada
beberapa jaringan pembuluh darah dan sel, termasuk sel otot polos pembuluh
darah (vascular smooth muscle cells /VSMC), endotel dan monosit.
Jalur mediator inflamasi lipid pada sistem saraf pusat hampir sama
dengan jalur asam arakhidonat, hanya pada sistem saraf pusat, fungsi
neurotropik (fisiologis) dari jalur tersebut dapat berubah menjadi neurotoksik
(patologis). Komponen penting pada metabolisme lipid pada otak adalah AA
dan DHA (docosahexaenoic acid/asam dokosaheksaenoik), yang akan
dimetabolisme menjadi eikosanoid, dokosanoid, lisofosfolipid, reative oxygen
species (ROS), 4-HNE (4hidroksinonenal/ oksidasi dari AA), dan 4-HHE (4-
hidroksiheksenal/oksidasi dari DHA). Komponen tersebut akan memberikan
efek neurotropik bila terdapat dalam kadar rendah, tetapi bila komponen jalur
tersebut terpicu untuk termobilisasi kadarnya akan meningkat dan memberikan
efek neurotoksik. Asam dokosaheksaenoik dihidrolisis oleh plasmalogen
selektif fosfolipase A2.
Efek neurotoksik AA akibat hiperstimulasi adalah kerusakan pada
struktur sel dan fungsi saraf. Asam arakhidonat mengakibatkan asidosis
intraseluler dan tidak terkendalinya oksidasi fosforilasi, sehingga terjadi
disfungsi mitokondria. Siklooksigenase dan lipooksigenase yang mengubah
AA menjadi protaglandin, leukotrin, dan tromboksan. Komponen eikosanoid
tersebut apabila terstimulasi akibat kondisi patologis berefek pada gangguan
aliran pembuluh darah otak dan mempengaruhi trombosit dan leukosit,
sehingga aliran mikrosirkulasi akan terganggu dan sistem saraf pusat akan
terganggu.
Lisofosfolipid yang merupakan hasil oksidasi fosfolipid selain AA,
yang dapat teralkilasi oleh koenzim A menjadi fosfolipid kembali, pada kondisi

17
patologis seperti iskemik, epilepsi, dan overstimulasi fosfolipase akan
mengakibatkan akumulasi lisofosfolipid dan asam lemak bebas. Lisofosfolipid
dapat memproduksi faktor aktivasi platelet, sebagai mediator proinflamasi
yang poten. Pada sel endotel lisofosfolipid dapat memodulasi sinyal kalsium,
dan fosforilasi nitrit oksid dan sitosolik fosfolipase 2. Sehingga bila terjadi
akumulasi lisofosfolipid yang berlebih akan berakibat demielinisasi dan
kerusakan sel saraf.
4-hidroksinonenal (4-HNE/oksidasi dari AA), pada kadar rendah
berefek menyampaikan sinyal hingga ke sel basal, stimulasi fosfolipase c,
adenil siklase, dan menurunkan aktivitas ornitin dekarboksilase, bila
terstimulasi berlebihan mengakibatkan efek neurotoksik berupa efek
deteriorisasi sel, menghambat sintesis DNA dan RNA, mengganggu
homeostasis kalsium, dan menghambat respirasi mitokondria, 4-HNE juga
meningkatkan permeabilitas sawar darah otak selama eksitoksisitas,
menurunkan fungsi mitokondria dengan mengganggu transport gula, dan
berperan dalam memicu stres oksidatif dan proses apoptosis sel saraf

18
BAB III
KESIMPULAN

1. Obesitas adalah jumlah energi (dalam bentuk makanan) yang memasuki


tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan.
2. Salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur kategori berat
badan seseorang adalah Indeks Massa Tubuh atau yang singkat dengan IMT.
3. Diagnosis obesitas apabila IMT 25,0-29,9.
4. Intelligence Quotient adalah istilah umum yang digunakan untuk
menjelaskan sifat pikiran yang mencakup kemampuan menalar,
merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan,
menggunakan bahasa, dan belajar.
5. Regio yang paling penting di seluruh otak untuk fungsi intelektual yang
lebih tinggi yaitu Area Wernickne.
6. Area asosiasi prefrontal juga berperan dalam fungsi intelektual.
7. Seseorang dengan IMT ≥ 25 hanya dapat mengingat sekitar 44% dan
memiliki jaringan otak 4% lebih sedikit serta otaknya telihat lebih tua 8
tahun.
8. IQ berpengaruh dalam gaya hidup seseorang dalam memilih makanan
sehingga seseorang dengan IQ tinggi cenderung menjadi vegetarian saat
berusia 30 tahun.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan. 2009. Obesitas dan Kurang Aktifitas Fisik


Menyumbang 30% Kanker. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Departemen Kesehatan, Jakarta 1 hal. Available : http://www.depkes.go.id/

2. Guyton, A.C & John E.H. 1997. Keseimbnagan Diet : Obesitas dan
Kelaparan dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.

3. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi. 2007. Available : from


www.gizi.net/pedoman-gizi/.../Pedoman%20Praktis%20IMT.doc

4. Supariasa, I. D. N., Bachyar B., Ibnu F. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC,
Jakarta. 8 hal.

5. Jin, Teoh Hsien. 2008. Understanding Intteligence. Available from :


http://docs.google.com/gview?
url=http://mypositiveparenting.org/Understanding_Intelligence.pdf&chrome=
true

6. Terman, Lewis. 2005. Intteligence Quotient. Availabel from :


http://wilderdom.com/intelligence/IQUnderstandingInterpreting.html

7. Dunbar RI, S Shultz. 2007. Evolusi dalam otak sosial 1344-1347. "Ilmu"
317 (5843).: DOI : 10.1126/science.1145463 . PMID 17823343 .

8. Lily Sidiarto dan Sidiarto Kusumoputro.2006. Klinik Gangguan Wicara -


Bahasa Bagian Neurologi. -srv-www-portalkalbe-files-cdk-files-
02_AfasiaSbgGangguanKomunikasiKelainanOtak_pdf02_AfasiaSbgGanggu
anKomunikasiKelainanOtak.htm.

9. Mardiati, R. 1996. Buku Kuliah Susunan Saraf Otak Manusia. Penerbit


CV, Sagung Seto, Jakarta.

10. Nukleus Medical Media. 2008. Anatomi dan Wilayah Fungsional


Otak. Available From : http://catalog.nucleusinc.com/generateexhibit.php

11. Guyton, A.C & John E.H. 1997. Fungsi Intelektual Otak, dan
Proses Belajar,dan Mengingat dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC,
Jakarta.

12. T Chandola, Deary IJ, D Blane dan Batty GD. 2006. Anak IQ
dalam kaitannya untuk mendapatkan obesitas dan berat dalam kehidupan
orang dewasa: Anak Pembangunan Nasional (1958) StudyChildhood IQ dan

20
obesitas dewasa dalam Jurnal of Obesity. Diakses
http://www.nature.com/ijo/journal/v30/n9/full/0803279a.html. hal 1422-1432

13. Haris, Salim. 2008. Pengaruh Gangguan Kognitif pada Lanjut


Usia. Avaliable From : http:/www.perdossi.or.id.

14. Gale. 2009. Anak IQ Tinggi Cenderung Menjadi Seorang Vegan.


International Vegetarian Union.

15. Proiteo, Yusuf. Obesity Management dalam Medical Journal of


Australia. Available From :
http://mja.com.au/public/issues/180_09_030504/pro10445_fm.html.

16. Mahshid Dehghan, Noori Akhtar-Danesh dan Anwar T Merchant.


2005. Childhood obesity, prevalence and prevention. Available from :
http://www.nutritionj.com/

17. Purnomo, Budi et al., 2009. Apakah Fungsi Kognitif Penderita


Diabetes dipengaruhi Oleh Status Vitamin E. Available from
http://www.dexa-
medica.com/images/publication_upload090324152955001237863562medicin
us_maret-mei_2009.pdf

18. Harrison. 2003. Pathogenesis of Alzheimer's disease- beyond the


cholinergicHypothesis dalam Journal of the Royal Society of Medicine
Volume 79. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1290346/pdf/jrsocmed00189-
0045.pdf

21

S-ar putea să vă placă și