Sunteți pe pagina 1din 5

AMAZING GRACE

Ditengah maraknya diputar film-film bertema horror dan sadis yang ‘other worldly’
semacam Necro Mancer dan Beowulf, menarik melihat DVD film berjudul ‘Amazing Grace’
yang menunjukkan dengan gamblang bagaimana agama (yang dituduh Karl Marx sebagai
candu bagi masyarakat itu) menggerakkan umatnya untuk berkarya besar bagi
kemanusiaan dan menjadikan agama itu sebagai ‘this worldly’ (Immanuel).

Tepat seperti yang diucapkan oleh salah seorang anggota Parlemen Inggeris di ruang
sidang dalam film itu ketika undang-undang penghapusan perdagangan budak berhasil
diloloskan, bahwa orang biasa menganggap kepahlawanan itu seperti yang dibawa
Napoleon yang pulang dengan kemenangan militer demi menggapai kerajaan dunia, tetapi
William Wilberforce telah menunjukkan kepahlawan dengan cara damai yang dengan tepat
ditulis disampul DVD film itu bahwa: “One Voice Changed The Lives of Millions.”

Judul film Amazing Grace mengingatkan kita akan sebuah lagu rohani yang begitu
syahdu yang sering dinyanyikan di gereja dan pada waktu mengantar seseorang yang telah
meninggal dunia dan lebih indah lagi kalau diiringi alunan musik tiup Skotlandia! Ternyata
dibalik lahirnya lagu itu ada peristiwa sejarah yang luar biasa yang sangat menggerakkan
sanubari kita dan perlu senantiasa menggerakkan iman umat Kristen akan perannya di
dunia nyata!

Tidak jelas apa hubungan langsung antara lagu ini dengan penghapusan perdagangan
budak di Inggris di awal abad XIX, namun tak bisa disangkal ada hubungan timbal balik
antara keduanya karena keduanya hadir pada kurun waktu yang sama sekitar tokoh-tokoh
tertentu.

Film drama sejarah yang diusahakan sesuai dengan kejadian sebenarnya itu terutama
bercerita mengenai seorang anggota Parlemen Inggeris yang masih muda bernama William
Wilberforce yang mengalami pembaharuan hidup setelah iman tradisionalnya dibangunkan
oleh Injil, dan ia juga terinspirasi oleh tokoh yang mengalami hal yang sama yaitu John
Newton pendetanya, yang mengalami pertobatan yang indah.

John Newton (1725-1807) adalah seorang keturunan pembuat kapal dari Inggris dan
ibu yang mengajarinya iman Injil pada sebuah gereja non-konformis (non mainline) yang
meninggal dunia ketika John masih berumur 6 tahun. Sejak umur 11 tahun John diajak
ayahnya berkelana di laut dan ketika ayahnya pensiun, ia disiapkan untuk menjadi majikan
budak-budak di Jamaica, namun setahun kemudian ia dipaksa masuk ke dalam dinas
angkatan laut Inggris dengan pangkat perwira menengah. Karena berusaha melarikan diri
dari dinas, ia dipenjara dan diturunkan pangkatnya menjadi sekedar pelaut. Atas
permintaannya sendiri, John ditunjuk berdinas di kapal pengangkut budak menuju ke
Afrika, di sana ia kemudian menjadi pelayan pedagang budak.

Lima tahun kemudian John ditolong kapten kapal yang diminta oleh ayahnya untuk
menolongnya. Ketika kapalnya nyaris tenggelam, ia berdoa dan mengalami pertobatan yang
sangat terkesan dalam dirinya. Sekembali ke Inggris ia mulai rajin membaca Alkitab dan
tahun 1748 menjadi titik balik kehidupannya dan ia meninggalkan kebiasaannya yang
duniawi, berjudi dan peminum, namun ia masih bekerja dalam perdagangan budak bahkan
sempat menjadi kapten pada tiga kapal pembawa budak, dan baru pada tahun 1754 setelah
mengalami sakit serius ia mengalami pertobatan yang penuh dan meninggalkan dunia
perdagangan budak.

John Newton kemudian belajar agama untuk menjadi pendeta, namun baru sepuluh
tahun kemudian di tahun 1764 ia diangkat sebagai pendeta di Olney dan di tahun 1779
diangkat sebagai kepala pendeta di gereja Mary Woolnoth di London dimana salah satu
jemaatnya adalah William Wilberforce. Ia kemudian bergabung dengan William dalam
usaha penghapusan perdagangan budak dan perbudakan itu sendiri. Pada tahun 1787 ia
menulis traktat berjudul ‘Thoughts Upon the African Slave Trade’ yang mengungkapkan
pengalamannya hidupnya sendiri. John banyak menulis lagu-lagu indah antara lain lagu
‘Amazing Grace’ (1772), ia meninggal pada tahun 1807 dengan penglihatan yang makin
merosot sampai menjadi buta. Pertobatan dan pelayanannya sangat didukung isterinya
bernama Mary Catlett teman masa kecilnya yang meninggal pada tahun 1790. Tiga tahun
kemudian ia menulis ‘Letters to a Wife.’

Bait pertama lirik lagu Amazing Grace menggambarkan perjalanan hidup rohani John
Newton dari seorang kapten kapal pengangkut budak menjadi kapten kapal rohani yang
membawa ribuan umat Tuhan termasuk para budak yang telah dibebaskan dari kuasa
perbudakan. Bait itu berbunyi:

“Amazing Grace (How sweet the sound).

That sav’d a wretch like me!

I once was lost, but now am found,

Was blind, but now I see.”

Pendeta John Newton tetap berkotbah seluruh akhir hidupnya sekalipun diakhir
hidupnya ia menjadi buta, dan ia meninggal dunia pada bulan Desember tahun 1807
beberapa bulan setelah Undang-Undang Penghapusan Perdagangan Budak disetujui oleh
Parlemen Inggeris.

William Wilberforce (1759-1833), sejak kecilnya lahir dalam keluarga ternama dan kaya
namun ditinggalkan ayahnya yang meninggal ketika ia baru berumur 8 tahun. Ia banyak
dibimbing dengan semangat Injil oleh bibinya Hannah yang menjadi mengikut George
Whitefield, penginjil Inggeris yang terkenal sebagai pelopor Methodisme.

Sejak kecil ia berbakat belajar dan mencapai gelas sampai Master di Cambridge, dan
kemudian ia menginjak dunia politik dan sudah menjadi anggota parlemen Inggeris pada
umur 21 tahun dan terus menjadi anggota parlemen selama 45 tahun lamanya. Seorang
politisi dan filantropist yang mahir berpidato dan adalah teman dekat William Pitt yang
kala hidup William pernah menjadi perdana menteri Inggeris dan bersama-sama
mendukung pembebasan perbudakan.

Kecintaannya kepada kemanusiaan diperkuat ketika pada tahun 1785 ia mengalami


pertobatan menjadi seorang kristen yang mengalami perubahan hidup. Ia banyak mendapat
dukungan iman dari pendetanya John Newton, penulis lagu Amazing Grace. Pengalaman
pertobatan John sangat terkesan dalam diri William dan dorongan John Newton (dan juga
Sir Charles Middleton dan William Pitt para perdana menteri pada masa hidupnya) agar ia
‘melayani Tuhan dalam kondisi dimana ia berada sebagai politikus’ mendorong William
Wilberforce menjadikan pertobatan John sebagai pendorong melayani dengan tekun usaha
penghapusan perdagangan budak dan perbudakan itu di Inggeris. Lagu Amazing Grace
menguatkan semangat perjuangannya, apalagi ia didukung seorang wanita yang kemudian
menjadi isterinya bernama Barbara Spooner. William Wilberforce tetap melayani didunia
politik dan gerejawi melalui kesaksian hidup tanpa secara eksplisit berbicara tentang
penginjilan.

Pada tahun 1787 ia mengadakan kontak dengan Thomas Clarkson (penulis Essay on
Slavery) dan kelompok Injilinya yang anti perdagangan budak. Dengan pejuangannya yang
tidak mengenal lelah Wlliam berhasil meloloskan ‘Slave Trade Act’ di tahun 1807 (tahun
kematian John Newton, pembimbing rohaninya). Ia juga meletakkan dasar pelayanan yang
luas, seperti ‘Paguyuban Untuk Menekan Kekejaman, Sekolah-sekolah Amal,
Memperkenalkan Kekristenan ke India, ikut meletakkan dasar Church Mission Society,
Paguyuban Pencinta Binatang, dan penghapusan hukuman mati dengan pembakaran.

Setelah perjuangannya yang tidak mengenal lelah sebagai pelopor usaha penghapusan
perdagangan budak dan perbudakan, pada tahun 1833 keluarlah ‘Slavery Abolitian Act’,
Undang-Undang ini mengawali jalan kearah diakhirinya perbudakan dalam segala
bentuknya di koloni-koloni Inggeris. Tiga hari setelah Rencana Undang-Undang
Penghapusan Perbudakan itu disetujui parlemen, Wlliam Wilberforce meninggal dunia
pada umur 74 tahun meninggalkan isteri dan pendukungnya yang setia dan enam orang
anak. Sebulan kemudian Rencana Undang-Undang itu menjadi Undang-Undang. Pada saat
penguburannya, dinyanyikan lagu Amazing Grace dengan iringan musik tiup Skotlandia,
dan ia dimakamkan di Westminster Abbey bersebelahan dengan teman karibnya dan teman
seperjuangannya, yaitu William Pitt, mantan perdana menteri Inggeris yang telah
mendahuluinya meninggalkan dunia ini.

Film Amazing Grace memusatkan perhatiannya pada hidup dan perjuangan William
Wilberforce yang disusun secara apik dengan sinematografi yang digarap para tokoh film
berpengalaman, dan sekalipun mungkin bagi para remaja film ini kurang menarik karena
banyak dialog daripada actionnya, bagi peminat film, film ini sangat menarik dari awal
sampai akhirnya. Lebih-lebih bagi umat Kristen, film ini bisa menjadi inspirasi yang luar
biasa bagaimana seseorang bisa menjadi alat Tuhan tanpa ia harus menjadi pendeta atau
penginjil bersertifikat.

Tidak dapat disangkal bahwa lagu Amazing Grace yang dijadikan judul film ini
memainkan peran besar dalam kehidupan dan perjuangan William Wilberforce, bukan saja
karena pertobatan dan pelayanan penulisnya pendeta John Newton yang dalam film ini
digambarkan secara mengharukan, tetapi lirik-lirik dan lagu Amazing Grace memang indah
dan bertahan lama sampai sekarang karena ditulis sebagai ungkapan pertobatan.
Disamping sebagai seorang orator politik yang ulung, William Wilberforce juga seorang
yang berbakat menyanyi yang baik, bahkan dalam film ini digambarkan bahwa disela-sela
perdebatan tentang perbudakan di parlemen Inggeris yang cukup panas, Ia menyanyikan
lagi ‘Amazing Grace’ yang membuat semua anggota parlemen berdiam diri merenungkan
lirik lagu yang digubah seorang kapten kapal perdagangan budak yang kemudian bertobat
dan menjadi pendeta yang menolak perbudakan itu.

Film ini dengan latar belakang kehidupan dua tokoh anti perbudakan memberi
gambaran yang menarik tentang sisi gelap dan sisi terang orang Kristen, disatu sisi orang
Kristen secara tradisional yang digambarkan sebagai anggota parlemen Inggris pada
umumnya yang mendukung perbudakan dan tutup mata terhadap keadilan dan hak-hak
azasi manusia, dan di sisi lain adanya pertobatan yang sungguh-sungguh yang dialami
orang-orang kristen tradisional yang kemudian memberikan hidupnya (commit) kepada
Tuhan. Dari yang terakhir ini ada buah-buah kebenaran iman yang menghasilkan
dihapuskannya perdagangan budak (1807) dan selanjutnya perbudakan itu sendiri (1833).

Kekristenan bukan sekedar keanggotaan gereja, atau pengakuan akan doktrin yang
lurus sesuai tatagereja atau pengakuan telah lahir-baru, tetapi kekristenan yang hidup yang
mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri seperti yang
digambarkan secara jelas dalam perjuangan John Newton dan terutama William
Wilberforce yang dengan baik sekali diperankan oleh kedua pemain dalam film ini.
Sekalipun mendapat dorongan dari teman-temannya agar melakukan revolusi, William
Wilberforce memilih jalan kasih Tuhan melalui jalan damai yaitu perdebatan politik, dan Ia
berhasil!

Kesan kuat yang digambarkan dalam kehidupan William Wilberforce yang


diketengahkan dalam film ini adalah bagaimana seorang politikus bisa berkarya bagi Tuhan
melalui dunia profesi yang digelutinya. Ini digambarkan dengan gamblang dalam film ini.
Willliam Pitt, perdana menteri Inggeris termuda yang diangkat pada umur 24 tahun berkata
kepada William Wilberforce yang ingin menjadi pendeta: “Will you use your beautiful voice
to praise the Lord or change the world?” yang dijawab dengan tepat oleh tokoh lain dalam
film itu: “We suggest you can do both.”

Di tengah-tengah kehidupan kekristenan yang masa kini masih buta terhadap


kehidupan kemanusiaan disekeliling mereka, ditengah-tengah kekristenan dengan gedung-
gedung gereja megah dan mewah dan para pendeta yang terbiasa naik mobil-mobil mewah
dan tidak peduli akan penderitaan jemaat dan masyarakat disekelilingnya, kita bisa belajar
dari kedua tokoh John dan William dalam film ini dimana mereka tidak lupa akan
penderitaaan para budak di kapal-kapal perdagangan budak yang penuh sesak, kumuh,
penuh penderitaan, dan tanpa pengharapan itu. Anugerah yang Menakjubkan (Amazing
Grace) bisa dihadirkan oleh mereka yang bekerja untuk Tuhan dan sesama manusia dengan
hati yang tulus.

Film Amazing Grace sendiri patut ditonton oleh umat Kristen bahkan baik sekali kalau
bisa diputar di gereja-gereja, soalnya film ini bisa menyadarkan umat Kristen akan
keberadaannya di dunia ini dan menyegarkan ingatan orang percaya yang ingin
mendedikasikan hidupnya untuk Tuhan, apa yang harus dilakukan oleh seorang Kristen
bagi Tuhan dan dunia ini. Saat teduh dan merenungkan firman dan berdoa kepada Tuhan
yang dilakukan William Wilberforce sewaktu-waktu ditengah-tengah debat parlementaria
sangat menyentuh hati dan jelas merupakan pendorong yang kuat bagi keteguhan iman
seorang Kristen. Juga introspeksi kekejaman praktek perbudakan yang ikut dilakukan John
Newton yang akhirnya membawanya ke dalam pertobatan dan Anugerah yang
Menakjubkan yang kemudian dialaminya merupakan buah-buah kehidupan iman yang
sebenarnya (genuine).

Kekristenan sering disalahkan sebagai pendorong kekerasan, ketidak adilan dan


ketidak damaian didunia, dan kritik ini tidak salah, tetapi sejarah yang digambarkan dalam
film ini menunjukkan sisi terang kekristenan bahwa banyak umat kristen didunia telah
mendatangkan kedamaian dan kelemah-lembutan sebagai buah iman mereka.

Amin!

Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org

S-ar putea să vă placă și