Sunteți pe pagina 1din 4

POLA QUR^ANI

Oleh: H.Mas’oed Abidin

Sebagai muslim ada kewajiban mewujudkan masyarakat yang


makmur dengan ber keadilan dan memiliki ketenteraman dalam wujud
adil dalam kemakmuran yang menjadi idaman dalam hidup ini.
Berkeadilan sejati adalah makmur dan tenteram dibawah naungan
Rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
Sebagai insan hamba Allah, tidak dibenarkan mengabai dimensi
kultural dari bangsa ini. Lebih 85% umat ini memiliki nilai-nilai khair
ummatin atau ummat utama sebagai konsekwensi dari dinamika
sosial bangsa yang berkemampuan tinggi, maka ada kewajiban
memilihkan solusi tepat, singkat, untuk dipakai pada masa-masa yang
panjang.
Tepatnya, perlu di mulai dengan menerapkan Pola "Q" yang
semestinya tidak ditolak oleh bagian terbesar generasi bangsa ini
yang telah menerima Al Qur^an sebagai hidayah. Maka, "Pola
Qur^ani" yang bermuatan hidayah yang mampu dijadikan nilai-nilai
dasar pembentukan kualitas manusia.

Muatan dasar pertama adalah imaniyah, yakni keyakinan


kepada Kekuasaan Allah Yang Maha Esa. Juga dikenal sebagai formula
"tauhid", yang memberikan motivasi bagi manusia dalam
menggerakkan aktivitas ke-amal nyata, dan berkemampuan
melakukan antisipasi terhadap perubahan-perubahan cepat. Suatu
tatanan peradaban modern (maju) bisa di terima tanpa harus
tercerabut dari nilai dasar iman dan kepribadian. Formula tauhid,
adalah kesadaran mendalam, bahwa alam ini diciptakan dengan
kesiapan menerima setiap perubahan-perubahan. Yang tetap tidak
berobah adalah idealisme mencari redha Allah.

Muatan kedua berupa formula ukhuwwah, yaitu kesadaran akan


pentingnya persaudaraan dan kekerabatan yang diikat dengan tali
keakraban (sebangsa dan setanah air). Muatan ini mendorong
tercitapnya upaya-upaya nyata dan serius dalam mengaktualisasikan
potensi yang dimiliki guna diarahkan kepada kehidupan mandiri (self

1
help) dalam upaya menciptakan tatanan bermasyarakat yang lebih
baik (mutual help), pada akhirnya mampu melahirkan masyarakat
yang hidup dan menghidupi (selfless help) sebagai uswah-hasanah
atau sosok ketauladanan. Formula ukhuwwah atau kekerabatan
(kesaudaraan) berperan dalam memecahkan masalah kemiskinan dan
kemelaratan ummat, dengan meluruskan kesenjangan sosial atas
prinsip ta'awunitas, yaitu kerjasama atas dasar sama-sama bekerja.

Firman Allah dalam Al Qur^an menyebutkan, "I'maluu 'alaa


makanatikum, inni 'amil", artinya "kamu masing-masing berbuat pada
tempat (posisi) kamu, akupun berbuat pula (menurut kemampuan
pada posisiku pula)". Makna lebih dalam ialah berkembangnya
tatanan saling menghormati pada posisi sama terhormat, dan
tertutupnya kesempatan exploitation de l'homme par l'homme seperti
pada kehidupan kapitalistis.

Muatan ketiga adalah formula fii- sabilillah, yang pada


hakekatnya mengikat diri pada pemilihan hanya pada jalan Allah,
yang bermakna bahwa sumber pendapatan dan pembiayaan yang
dilakukan terhindar dari kebocoran-kebocoran (waste atau mubazzir).
Menegakkan aturan normatif merupakan konsekwensi logis agar
secara aktualita didapati batas-batas antara boleh dan tidak, antara
suruhan dan larangan, antara halal dan haram, dan kepedulian yang
tinggi terhadap perubahan-perubahan dengan bimbingan akhlaqul
karimah.

Muatan keempat, adalah formula optimilisasi duniawi untuk


ukhrawi, karena antara dunia dan kepentingan akhirat (hari akhir)
sama sekali tidak terpisah, tidak berdiri sendiri-sendiri tanpa satu
sama lain ada ketergantungan. Kepercayaan kepada hari akhir
(kehidupan sesudah mati) sebenarnya keyakinan terhadap adanya
kewajiban pertanggungan-jawab individual yang tidak bisa
dimanipulasi datanya.
Keyakinan yang menempatkan pernilaian bahwa "hari akhir itu
lebih baik dari hari sekarang (dunia) ini". Konsep kesejahteraan hari
nanti (akhirat) amat ditentukan oleh pemilihan yang tepat masa kini

2
(duniawi). Konsep "ukhrawi" melahirkan sikap positif berupa
kehati-hatian, pemilihan amal yang tepat, disiplin yang tinggi, hemat,
tidak takabbur, bahkan terjauh dari sikap perilaku tercela, akhirnya
mampu membentuk kualitas manusia yang berperan efektif dan
konstruktif dalam proses pembangunan seluruh segi kehidupan
manusia dalam menciptakan perdamaian dunia. Makanya, formulasi
"akhirat" mampu membentengi ummat dari gejolak faham seku-
laristik, yang akan bermuara dengan hedonistik, sadisme dan
a-moral.
Kepercayaan atau keyakinan kepada kehidupan ukhrawi
memposisikan manusia pada peranan optimal dan strategis,
bermuatan nilai pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia
yang seimbang dengan memiliki kehandalan intelektual, fisik, dan
profesionalitas, dengan memiliki keimanan dan ketaqwaan, memiliki
kepribadian yang luhur, seperti yang diharapkan dalam format
pembangunan manusia seutuhnya.

Muatan kelima, adalah formula ilmu dan hikmah,sebagai suatu


yang mutlak harus dipunyai oleh seorang manusia Muslim. Kebutuhan
terhadap ilmu, menjadi bahagian awal dari pemberitaan Qurani, pada
ayat-ayat yang perama. Ilmu tidak pernah berhenti, sampai dunia
berakhir dengan kiamat. Allah SAW menyebutnya dalam Fiman Nya "
Bacalah, Dan Tuhanmu- lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya" (Al 'Alaq, QS.96 ayat 3-5).
Merebut ilmu, sesuai dengan bimbingan Rasulullah SAW menjadi
kewajiban bagi setiap Muslim (lelaki dan perempuan), (Al Hadist).
Tidak ada batas usia menuntut ilmu sebagaimana sabda Rasulullah
SAW, "Tuntutulah ilmu itu dari ayunan hingga ke liang lahat (qubur)"
(Al Hadist). Tidak pula terbatas di satu wilayah seperti yang
dianjurkan "Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina".
Lebih mendasar pernyataan tentang keberhasilan manusia
hanya dengan ilmu, sesuai sabda Rasulullah SAW, "Siapa yang
inginkan dunia dia harus peroleh dengan ilmu, siapa yang inginkan
akhirat juga harus direbut dengan ilmu, dan siapa yang inginkan

3
keberhasilan kedua- duanya (dunia dan akhirat) maka keduanya harus
direbut dengan ilmu" (Al Hadist). Seiring dengan Firman Allah, artinya
"Allah menganugerahkan al hikmah (ilmu, kefahaman mendalam
tentang Al qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang IA kehendaki.
Dan barangsiapa yang dianugerahi Al Hikmah (ilmu) itu, maka ia
benar- benar telah di anugerahi karunia (nikmat) yang banyak. Dan
hanya orang- orang yang berakal- lah yang dapat mengambil pelajaran
(dari firman- firman Allah)" (Al Baqarah, QS. 2 ayat 269).
Suatu kenyataan bahwa pergolakan kompetitif di era globalisasi
di dominasi oleh pemilik ilmu pengetahuan dan teknologi dan
berpeluang menguasai dunia abad mendatang. Penguasaan ilmu
pengetahuan (hikmah) adalah bagian integral dalam Pola Qurani
(Pola Q), akomodasi alternatif untuk memotivasi manusia (Muslim)
mengantisipasi langkah zaman jauh ke depan. Kalaulah umat Islam
masih saja "mendua", maksudnya tidak sepenuh hati menjadi Alqur'an
sebagai pedoman hidup, maka selama itu pulalah umat Islam akan
ditimpa berbagai macam kegelisahan dengan berbagai bentuk
penderitaan. Sebab, umat Islam yang menderita itu, tidak bisa
dilepaskan dari keingkarannya pada kebenaran ayat-ayat Alqur'an.
Oleh sebab itu, marilah kita benar-benar menjadikan Alqur'an
sebagai pedoman hidup yang membawa kesejahteraan secara
keseluruhan dengan mengembangkan kehidupan berpola Qur^ani
sebagai salah satu pilihan tepat bermuatan hidayah Allah yang
dipercayai ummat terbanyak dari generasi bangsa ini, berpotensi
untuk secara bersama-sama menopang laju pembangunan bangsa
dan negara tercinta, serta merupakan langkah positif kedepan guna
menatap perubahan zaman. Semua di lakukan mengharap redha Allah
aplikasi terutama dari nilai Al Qur^an. Wa hamdulillahi Rabbil
'Alamien.

Padang, Dzulqa’idah 1418 H

S-ar putea să vă placă și