Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
OSTEOSARCOMA
KELOMPOK 11
TRIANDINI 220110080095
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
JATINANGOR
2009
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai penyakit
Osteosarcoma.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan .olehkarena itu,penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Jatinangor,desember 2009
Penulis
LATAR BELAKANG
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah
penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker
diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat
sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan
jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per
tahun.
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy
Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor
tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang
jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering
didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas.
Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka
harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-
paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis.
Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga
penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar
ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang
memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian
dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah “ Asuhan Keperawatan
Osteosarkoma “
Sumber: http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteosarkoma.html
ANATOMI FISIOLOGI TULANG EKSTREMITAS ATAS & BAWAH
sumber:
http://prestasiherfen.blogspot.com/2008/10/sistem-rangka-manusia.html
Sesuai dengan namanya tulang pipa memiliki bentuk seperti pipa atau tabung dan biasanya
berongga. Diujung tulang pipa terjadi perluasan yang berfungsi untuk berhubungan dengan
tulang lain. Tulang pipa terbagi menjadi tiga bagian yaitu: bagian tengah disebut diafisis, kedua
ujung disebut epifisis dan diantara epifisis dan diafisis disebut cakra epifisis. Beberapa contoh
tulang pipa adalah pada tulang tangan diantaranya tulang hasta (ulna), tulang pengumpil (radius)
serta tulang kaki diantaranya tulang paha (femur), dan tulang kering (tibia).bagian tulang panjang
: epifise (ujung) – diafise (bagian tengah) – cakra epifise ( terletak antara epifise dan diafise yang
banyak mengandung osteosit (sel tulang rawan) dan osteoblas (penghasil osteosit)
di dalam tulang pipa terdapat rongga, rongga ini merupakan aktifitas dari osteoklas yang
berfungsi untuk merombak sel sel tulang. Rongga ini berisi sum sum tulang dan berwarna kuning
(merupakan campuran antara lemak dan sum sum merah)
http://belajarbiologi.rumahilmuindonesia.net/?p=11
STRUKTUR MAKROSKOPIK
merupakan tulang berongga yang dilapisi oleh tulang padat yang tipis. Ruangan dari
tulang berongga saling berhubungan dan juga dengan rongga sumsum tulang.
Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer mempunyai serabut-
serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang sekunder tersusun secara
teratur.
Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan kerusakan tulang,
maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda atau tulang primer yang bersifat
Jaringan tulang ini berupa anyaman, sehingga disebut sebagai woven bone. Merupakan
komponen muda yang tersusun dari serat kolagen yang tidak teratur pada osteoid. Woven
bone terbentuk pada saat osteoblast membentuk osteoid secara cepat seperti pada
pembentukan tulang bayi dan pada dewasa ketika terjadi pembentukan susunan tulang
Selain tidak teraturnya serabut-serabut kolagen, terdapat ciri lain untuk jaringan tulang
primer, yaitu sedikitnya kandungan garam mineral sehingga mudah ditembus oleh sinar-
X dan lebih banyak jumlah osteosit kalau dibandingkan dengan jaringan tulang sekunder.
Jaringan tulang primer akhirnya akan mengalami remodeling menjadi tulang sekunder
(lamellar bone) yang secara fisik lebih kuat dan resilien. Karena itu pada tulang orang
Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga sebagai lamellar bone
karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan paralel kolagen yang tersusun dalam
lamellae(lapisan) setebal 3-7µm yang sejajar satu sama lain dan melingkari konsentris
saluran di tengah yang dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi ini berjalan
pembuluh darah, serabut saraf dan diisi oleh jaringan pengikat longgar. Keseluruhan
Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae atau kadang-kadang di
dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabut-serabut kolagen berjalan sejajar secara
spiral meliliti sumbu osteon, tetapi serabut-serabut kolagen yang berada dalam lamellae
bahan perekat.
externa.
interna.
PERIOSTEUM
Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa
yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian periosteum luar
samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam periosteum ini disebut pula lapisan
osteogenik karena memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan
pada jaringan tulang karena :pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang,
ENDOSTEUM
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi rongga sumsum
tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam jaringan tulang termasuk
Canalis Haversi dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya endosteum berasal dari jaringan
Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas
unsur-unsur : sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang
sedang tumbuh, seperti telah dijelaskan pada awal pembahasan, dibedakan atas 4 macam
sel :
Osteoblas
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak
ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris
pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian
Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang aktif
mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat
Osteosit
Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat
cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama
bahwa kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis
protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling
berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya
osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau
osteoklas.
Osteoklas
Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 µm-100µm dengan
inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Köllicker dalam
tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan
resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas
dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan
osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas
yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop
electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan beberapa asam organik yang dapat
melarutkan komponen mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas
cenderung menyusut dan memisahkan diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari
osteoklas dan tulang terlihat pada gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses
remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal
pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka
osteosit yang terlepas akan bergabung menjadi osteoklas. Tetapi akhir-akhir ini pendapat
tersebut sudah banyak ditinggalkan dan beralih pada pendapat bahwa sel-sel osteoklas-
Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan pula sel osteogenik.
Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam
dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan
mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada
permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-
Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi
khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati
pada proses penyembuhan patah tulang. Menurut penelitian, diferensiasi ini dipengaruhi
oleh lingkungannya, apabila terdapat pembuluh darah maka akan berdiferensiasi menjadi
osteoblas, dan apabila tidak ada pembuluh darah akan menjadi khondroblas. Selain itu,
terdapat pula penelitian yang menyatakan bahwa sel osteoprogenitor dapat berdiferensiasi
menjadi sel osteoklas lebih – lebih pada permukaan dalam dari jaringan tulang.
MATRIKS TULANG
Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi interseluler terdiri dari ±
95% komponen organic dibentuk dari kolagen, sisanya terdiri dari substansi dasar
pengaturan mineralisasi tulang. Kolagen yang dimiliki oleh tulang adalah kurang lebih
setengah dari total kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan kolagen pada jaringan
pengikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah fiber tipe I. Ruang pada struktur tiga
dimensinya yang disebut sebagai hole zones, merupakan tempat bagi deposit mineral.
Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki proporsi yang jauh lebih
kecil dibandingkan pada kartilago, terutama terdiri atas chondroitin sulphate dan asam
hyaluronic. Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam tulang, dan kemungkinan
Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla protein) yang terlibat dalam
jembatan antara kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam salisilat)
Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian besar terdiri dari kalsium dan
sepanjang serabut kolagen. Bahan mineral lain : ion sitrat, karbonat, magnesium, natrium,
dan potassium.
Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik dalam matriks, sedangkan
Anak BO 17 tahun merupakan anak yang aktif ekskul di sekolah.kurang lebih 3 bulan yang lalu
klien mengeluh ada benjolan di tungkai kananya tersa panas dan nyeri. Klien ke RS dan
dilakukan biopsy pada benjolan di kaki kanannya. Dengan hasil T1N3M3 dan sekarang klien
dirawat diruang orthopedic dengan keluhan tungkai bawah kanan yang mengalami
pembengkakan , klien mengatakan nyeri pada kaki dirasakan terus menerus pada skala 9 (0-10)
Klien tampak menggigit sarung bantal dan sesekli menangis. Tampak massa sebesar bola tenis di
tungkai kanan,kemerahan, mengkilap. Kulit sekitar benjolan tampak merah di bagian puncak
benjolan tampak luka terbuka berukuran 2x3 cm yang mengeluarkan pus berwarna hijau dan bau.
Klien mengatakan disentuh dan bergesekan dengan kain saja dapat menyebabkan nyeri
STEP I
T3N3M1?
STEP II
5. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi dilakukanny amputasi ? < Tiara rachmawati >
11. Tindakan dan tenaga medis di ruang orthopedic? <siti annisa >
13. Apakah ada kemungkinan munculnya benjolan kembali setelah amputasi? <sarah>
16. Sendi dan otot-otot yang kemungkinan rusak di kasus ini? <Silvia>
3. LO
4. LO
5. LO
6. LO
7. LO
9. LO
10. Setelah pasca amputasi klien menggunakan alat bantu untuk berjalan,dan kemungkinan
11. LO
12. Yang dapat meningkatkan : gesekan< Sella > ; stressor <Silvia> ; suhu <Susi>
14. Mutasi imun <Tiara.R> ; factor genetic <Sri melfa> ; Radiasi <Silvia>
16. LO
17. LO
18. LO
19. LO
20. LO
21. LO
STEP IV
“Mind Map”
Penatalaksanaan
askep
medis
patofisologi
Aspek legal etis
OSTEOSARKOMA
Klasifikasi
Anfis ekstremitas
stadium
diagnostik Etiologi,factor
resiko,manifesta
si klinis
STEP V
1. management nyeri
a.Tekhnik manajemen nyeri secara psikologik ( teknik relakasi napas dalam,visualisasi, dan
bimbingan imajinasi) dan farmakologi. ;Mengajarkan mekanisme koping efektif,motivasi klien
dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka dan berikan dukungan secara moril serta
anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologo atau rohaniawan, ;Memberikan nutrisi
yang adekuat .<Sarah>
sumber: http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteosarkoma.html
b. relaksasi napas dalam : tindakan ini dapat dipandang sebagai upaya pembebasan mental dan
fisik dari tekanan dan stress,teknik yang dilakukan terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi
lambat dan berirama.
Bimbingan imajinasi :kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan
mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari
perhatian terhadap nyeri. <Triandini>
c. memberikan terapi peredaan farmakologi dimana klien diberikan analgesic golongan narkotik
seperti morfin sulfat,metimorfin,,dan memiliki karakteristik efek analgesic antaa lain :
menurunkan persepsi nyeri,mengurangi kecemasan dan ketakutan yang merupakan komponen
reaksi nyeri,,dan menyebabkan orang tertidur walaupun sedang mengalami nyeri hebat.
<Srihandini> sumber: FON 2,Potter Perry,hal:1535-1536.
tersebut berada. Tumor tulang merupakan kelainan pada system musculoskeletal yang
bersifat neoplastik.
Tumor tulang mudah dikenali dengan adanya massa pada jaringan lunak di sekitar tulang,
deformitas tulang, nyeri dan nyeri tekan, atau fraktur patologis. <Susi>
Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi
setelah 7 – 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu, setelah stump
sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan
juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya perawat yang terampil,
therapist dan prosthetist serta kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan
supervisi program perawatan. Rigid dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi
untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi
lokal atau sistemik.
2. Soft dressing,Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan
pembalut steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang
cukup. Harus diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan
konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur,
melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan
menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah
48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat
mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada
hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk
tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya kontraktur. <Tiara.R> sumber: www.pdfsearchengine.com
Ada dua prinsip utama dalam perawatan luka kronis semacam ini. Prinsip pertama
menyangkut pembersihan/pencucian luka. Luka kering (tidak mengeluarkan cairan)
dibersihkan dengan teknik swabbing, yaitu ditekan dan digosok pelan-pelan
menggunakan kasa steril atau kain bersih yang dibasahi dengan air steril atau NaCl 0,9%.
Sedang luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan teknik irrigasi, yaitu
disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak ada bisa diganti air matang) atau NaCl 0,9
%. Jika memungkinkan bisa direndam selama 10 menit dalam larutan kalium
permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air), atau
dikompres larutan kalium permanganat 1:10.000 atau rivanol 1:1000 menggunakan kain
kasa.
Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan, kecuali jika terdapat infeksi, karena dapat
merusak fibriblast yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka, menimbulkan
alergi, bahkan menimbulkan luka di kulit sekitarnya. Jika dibutuhkan antiseptik, yang
cukup aman adalah feracrylum 1% karena tidak menimbulkan bekas warna, bau, dan
tidak menimbulkan reaksi alergi.
Norit juga sering dianjurkan untuk ditaburkan di luka kronis basah, mengandung nanah,
dan sulit sembuh. Untuk ini sebaiknya dipakai bubuk norit halus bersih dari botol, bukan
dari gerusan tablet. Dokter akan memberi petunjuk lebih jauh tentang hal ini, atau
memberi resep tersendiri sesuai kondisi luka.
Prinsip kedua menyangkut pemilihan balutan. Pembalut luka merupakan sarana vital
untuk mengatur kelembaban kulit, menyerap cairan yang berlebih, mencegah infeksi, dan
membuang jaringan mati.
Memilih pembalut
Saat ini ada berbagai macam pembalut luka modern yang bisa dipakai sesuai
kondisi/kebutuhan luka masing-masing. Di antaranya, pembalut yang mengandung
calsium alginate, hydroactive gel, hydrocoloid, nystatin, dan metronidazole. Dengan
pembalut semacam ini, luka tidak perlu dibuka dan dibersihkan setiap hari, cukup
beberapa hari sekali.
Calsium alginate yang berbahan rumput laut, berubah menjadi gel jika bercampur dengan
cairan luka. Karenanya dapat menyerap cukup banyak cairan luka, merangsang proses
pembekuan darah, dan mencegah kontaminasi bakteri pseudomonas.
Hydroactive gel dapat membantu proses pelepasan jaringan mati (nekrotik). Sedang
hydrocoloid yang berbentuk lembaran tebal/tipis atau pasta dapat mempertahankan
kelembaban luka, menyerap cairan, menghindari infeksi. Cocok untuk luka yang merah,
bengkak, atau mengalami infeksi.
Ada juga pembalut yang mengandung aquacel, yang terbuat dari selulosa berdaya serap
sangat tinggi; atau pembalut mengandung campuran zinc dan metronidazole yang dapat
membantu pelepasan jaringan mati, menjaga kelembaban, mengurangi bau, dan mudah
dibuka. Tetapi pembalut jenis ini tidak boleh digunakan pada saat radiasi.
Tanpa pembalut-pembalut modern itu, kasa steril dan obat luka yang diberikan dokter
sudah cukup. Yang penting bersihkan luka, keringkan (termasuk kalau berdarah,
bersihkan dulu darahnya), obati, kemudian tutup dengan kasa steril dan perekat.
Tetapi ada juga luka kanker yang tidak perlu ditutup pembalut. Misalnya luka di dalam
mulut dan tenggorokan akibat kanker nasofaring, atau akibat kemoterapi dan radiasi di
area kepala-leher-dada. Untuk mencegah infeksi Anda bisa menggunakan obat kumur
yang mengandung mycostatin dan garam, atau membuat sendiri obat kumur dari
campuran ½ sendok teh baking soda dan ½ sendok teh garam dilarutkan dalam segelas
besar air hangat.
Prinsip perawatan luka yang lain adalah tidak boleh membuat sebuah luka menjadi luka
baru (berdarah) lagi, karena itu berarti harus memulai perawatan dari awal lagi. Juga,
harus bisa mengontrol bau tidak sedap, mengatasi cairan yang berlebih, mengontrol
perdarahan, mencegah infeksi, mengurangi nyeri , dan merawat kulit di sekitar luka.
yang penting diperhatikan dalam merawat luka adalah selalu menjaga kebersihan. Selalu
mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah merawat luka, selalu menjaga
kebersihan luka, menjaga agar pembalut/penutup luka selalu bersih dan kering. Hindari
tindakan menggaruk luka atau kulit di sekitar luka.Segeralah berkonsultasi ke dokter jika
ada tanda-tanda infeksi, yaitu kulit di sekitar luka berwarna merah, bengkak, suhu tubuh
meningkat, nyeri, mengeluarkan bau tidak sedap (yang berbeda dari biasanya),
mengeluarkan cairan berwarna kekuningan atau kehijauan, atau mengalami perdarahan
yang sulit dihentikan.
sumber: http://rumahkanker.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=36
JAWABAN “MIND MAP”
KONSEP PENYAKIT
Definisi
yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Rata-
Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir
masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah), tulang lengan atas (ujung
Ujung tulang-tulang tersebut merupakan daerah dimana terjadi perubahan dan kecepatan
pertumbuhan yang terbesar. Meskipun demikian, osteosarkoma juga bisa tumbuh di tulang
lainnya.
3. Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244 ).
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi
jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003:
595 )
ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang
tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 )
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling sering
dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini
menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika
Manifestasi Klinis
terbatas.
Tanda awal dari penyakit ini bisa merupakan patah tulang karena tumor bisa menyebabkan
tulang menjadi lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis
Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien
didiagnosa.Tidak jarang terdapat riwayat trauma, meskipun peran trauma pada
osteosarkoma tidaklah jelas. Fraktur patologis sangat jarang terjadi, terkecuali pada
osteosarkoma telangiectatic yang lebih sering terjadi fraktur patologis. Nyeri pada
ekstrimitas dapat menyebabkan kekakuan. Riwayat pembengkakan dapat ada atau tidak,
tergantung dari lokasi dan besar dari lesi. Gejala sistemik, seperti demam atau keringat
malam sangat jarang. Penyebaran tumor pada paru-paru sangat jarang menyebabkan gejala
respiratorik dan biasanya menandakan keterlibatan paru yang luas.
Etiologi
Predisposisi
Kombinasi dari mutasi RB gene (germline retinoblastoma) dan terapi radiasi berhubungan
dengan resiko tinggi untuk osteosarkoma, Li-Fraumeni syndrome (germline p53
mutation), dan Rothmund-Thomson syndrome (autosomal resesif yang berhubungan
dengan defek tulang kongenital, displasia rambut dan tulang, hypogonadism, dan katarak).
Klasifikasi
Dari osteosarkoma merupakan hal yang kompleks, namun 75% dari osteosarkoma masuk
kedalam kategori “klasik” atau konvensional, yang termasuk osteosarkoma osteoblastic,
chondroblastic, dan fibroblastic. Sedangkan sisanya sebesar 25% diklasifikasikan sebagai
“varian” berdasarkan
3. Parosteal osteosarkoma.
4. Periosteal osteosarkoma.
5. Osteosarkoma sekunder.
8. Multifokal osteosarkoma.
Stadium
Berdasarkan penilaian klinis, radiologis dan histopatologis yang cermat dari masing-
masing tumor tulang, maka dapat ditentukan staging tumor tersebut. Staging berlaku untuk
tumor jinak dan tumor ganas tulang. Sistem staging yang dipakai untuk tumor tulang ialah
Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak tepat untuk
digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk bermetastase ke
kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem stadium berdasarkan
derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada tidaknya metastase. Sistem ini dapat
digunakan pada semua tumor muskuloskeletal (tumor tulang dan jaringan lunak).
Komponen utama dari sistem stadium berdasarkan derajat histologi (derajat tinggi atau
rendah), lokasi anatomi dari tumor (intrakompartemen dan ekstrakompartemen), dan
adanya metastase.
Faktor Resiko
Penyebab pasti dari osteosarkoma tidak diketahui, namun terdapat berbagai faktor resiko
untuk terjadinya osteosarkoma yaitu:
• Pertumbuhan tulang yang cepat : pertumbuhan tulang yang cepat terlihat sebagai
predisposisi osteosarkoma, seperti yang terlihat bahwa insidennya meningkat pada saat
pertumbuhan remaja. Lokasi osteosarkoma paling sering pada metafisis, dimana area ini
merupakan area pertumbuhan dari tulang panjang.
• Faktor lingkungan: satu satunya faktor lingkungan yang diketahui adalah paparan
terhadap radiasi.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital pada osteosarkoma, Kemoterapi
eksisi pada metastase tersebut. Keoterapi diberikan pre operatif dan post operatif Obat-
obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma adalah:
doxorubicin dan cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi
2. Operasi
Saat ini prosedur Limb Salvage merupakan tujuan yang diharapkan dalam operasi suatu
kembali dan mendapatkan fungsi yang memuaskan dari ektermitas merupakan salah satu
(limb-sparing resection) dan sekaligus melakukan rekonstruksi akan lebih aman dan
mudah, sehingga amputasi tidak perlu dilakukan pada 90 sampai 95% dari penderita
osteosarkoma.7 Dalam penelitian terbukti tidak terdapat perbedaan survival rate antara
resection.17 Amputasi terpaksa dikerjakan apabila prosedur limb-salvage tidak dapat atau
tidak memungkinkan lagi dikerjakan. Setelah melakukan reseksi tumor, terjadi kehilangan
cukup banyak dari tulang dan jaringan lunaknya, sehingga memerlukan kecakapan untuk
endo-prostesis dari methal.18-20 Prostesis ini memberikan stabilitas fiksasi yang baik
memberikan stabilitas sendi yang baik, dan fungsi dari ekstremitas yang baik dan
3. FOLLOW-UP POST-OPERASI
Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat multiagent seperti pada sebelum
adalah: longgarnya prostesis, infeksi, kegagalan mekanik. Pemeriksaan fisik secara rutin
pada tempat operasinya maupun secara sistemik terhadap terjadinya kekambuhan maupun
adanya metastase. Pembuatan plain-foto dan CT scan dari lokal ekstremitasnya maupun
pada paru-paru merupakan hal yang harus dikerjakan. Pemeriksaan ini dilakukan setiap 3
bulan dalam 2 tahun pertama post opersinya, dan setiap 6 bulan pada 5 tahun
berikutnya.7hjgj
1. Pemeriksaan Radiologi
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan relatif dari
tumor tulang. Sebagai contoh, suatu lesi bertepi bulat dan berbatas tegas cenderung bersifat
jinak. Lesi seperti itu sering kali memiliki tepi yang sklerotik, menunjukkan bahwa tulang
yang terserang memiliki cukup waktu dan kemampuan untuk memberikan respon terhadap
massa yang tumbuh. Gambaran tepi lesi yang tidak tegas menandakan bahwa proses invasi
tumor ke jaringan tulang yang berada di sekitarnya.
Lesi ini tumbuh dengan cepat dan tulang tidak mempunyai cukup waktu guna mengadakan
respon pembelahan untuk bereaksi melawan massa tersebut. Perluasan lesi melalui korteks
tulang merupakan cirri khas suatu keganasan. Kalau tumor menembus korteks, periosteumnya
mungkin akan terkelupas. Mungkin periosteumnya akan mengadakan respon dengan
menimbun suatu lapisan tipis tulang yang reaktif, lalu tulang akan terangkat, dan reaksi
periosteal tersebut berulang kembali. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x lokal pada lokasi lesi atau foto survei seluruh
tulang (bone survey) apabila ada gambaran klinis yang mendukung adanya tumor ganas/
metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang:
Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis, atau
pada organ-organ tertentu.
Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
Jenis tulang yang terkena.
Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak.
Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikan
reaksi pada periosteum, apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.
Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.
Pemeriksaan biopsi tertutup dengan jarum tidak dianjurkan pada tumor ganas
tulang primer lainnya.
Biopsi terbuka. Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif.
Keunggulan biopsi terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat
mengambil jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan histologis dan pemeriksaan
ultramikroskopik, mengurangi kesalahan pengambilan jaringan, dan mengurangi
kecenderungan perbedaan diagnostik tumor jinak dan tunor ganas (seperti antara
enkondroma dan kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma).
Biopsi terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada prosedur
operasi berikutnya, misalnya pada reseksi end-block. Untuk itu, biopsi terbuka
dilakukan dengan cara seperti berikut.
Sekecil mungkin, tetapi jaringan yang diambil tepat.
Diambil secara longitudinal dan tidak secara horizontal.
Menghindari struktur neovaskular yang besar.
Pengkajian
• Data biografi
Nama :an.BO
Umur :17 tahun
Jenis kelamin :-
Pekerjaan : pelajar
• Anamnesa
T : nyeri terjadi sejak 3bulan yang lalu dan akan bertambah nyeri apabila area bengkaknya
• Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang : klien dirawat di ruang bedah orthopedic dengan tungkai bawah
o Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi :
b. Gaya berjalan: nyeri dirasakan klien pada skala9 sehingga dapat dipastikan klien tidak
d. Perubahan warna kulit : terlihat perubahan kulit berupa rubor dan mengkilat pada area
2. Palpasi
3. Nyeri tekan
Nyeri bertambah apabila disentuh dan bergesekan dengan kain,sehingga perawat tidak boleh
menekannya.
4. Edema (tempat,ukuran,temperature)
Edema pada tungkai bawah kanan klien sebesar bola tennis dan timbul rubor dan mengkilat.
o Pengkajian psikososialspiritual
nyeri hebat pada tungkainya dan tidak dapat melakukan aktifitas rutin yang ia lakukan.
Spiritual : -
Sosialculture: kaji normaL, nilai, dan stigma yang berlaku di lingkungan klien untuk
meenentukan intervensi yang berhubungan dengan sosialisasi klien. Perawat sebaiknya
memberitahukan kepada keluarga klien agar selalu memberikan motivasi kepada klien
Analisa data
menyimpang
spinalis
hebat
hebat imobilisasi
Ds: osteosarcoma sel perlu nutrisi Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
dari kebutuhan
katekolamin ansietas
1. nyeri hebat yang berhubungan dengan respon inflamasi yang ditandai dengan pasien mengeluh
2.Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan penipisan lapisan kulit sekunder terhadap
3. gangguan imobilisasi yang berhubungan dengan nyeri akut ditandai dengan klien
hipermetabolik
1. nyeri hebat yang Klien akan mengalami mengurangi ukuran meningkatkan rasa
berhubungan dengan pengurangan nyeri b.d atau membuang nyaman klien dan
dengan skala 9
kain.
memelihara
mencegah kontraktur,
serta atropi
3.Tingkatkan
Dengan ambulasi
ambulasi klien
demikian klien dapat
seperti mengajarkan
mengenal dan
menggunakan
menggunakan alat-alat
tongkat dan kursi
yang perlu digunakan
roda
oleh klien dan juga
untuk memenuhi
aktivitas klien
mempertahankan
ketergantungannya
dengan melakukan
sendiri mampu
melakukannya tanpa
bantuan orang lain.
efektivitas program
pengobatan, termasuk
yang dibutuhkan
dengan adanya tumor klien akan mengalami menerima pandangan memfasilitasi klien
7. Gangguan pola tidur Klien dapat beristirahat/ 1.Hilangkan Suara yang keras
2.Bicara yang
tenang,. Perlahan
dengan
menggunakan
indikasi ( kolaborasi
KESIMPULAN
Tanda dan gejala dari Osteosarkoma adalah Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas
yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas, teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena dan gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise.
SARAN
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa.
Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa
menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteosarkoma.html
http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteosarkoma.html
http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteosarkoma.html
http://www.rafani.co.cc/2009/08/amputasi.html)