Sunteți pe pagina 1din 10

PIRAMIDA Vol V No.

1 ISSN : 1907-3275

BOOK REVIEW

MODEL KEPEMIMPINAN EFEKTIF

I Gusti Ayu Manuati Dewi


Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar
email: learning_ya@yahoo.com

ABSTRACTS
From several decades, research about leadership has been directed toward exploration of information
related to determinant of leadership effectiveness. One out of these thousands of researches is done by
Locke et al. (2002) which based on their study wrote a book about leadership effectiveness. They then
developed a leadership effectiveness model in organizational and business fields through qualitative
approach. In this model there are four components must be fulfilled by a leader, i.e motive and traits;
knowledge, skill, and ability; vision; and implementation of vision. This book provide a comprehensive
perspective about the essence of leadership because its picture deeply and detail related to key components
of leadership effectiveness. However, they not discuss about leader ability to affect follower at all. This
limitation may be due to this study has carried out through qualitative approach. Despite this limitation,
there is one interesting matter must be observed attentively. Locke et al. points out the importance of
management of meaning must be possessed by a leader, so he/she can manage and define situations as a
critical ability that can be used as a guidance of action by the followers.

Key words : Personal Attribution, Leadership Model, Leadership Trait Paradigm

Pendahuluan kepemimpinan memiliki kelemahan yang sama,


Studi kepemimpinan yang pada awal yaitu mengabaikan peranan penting faktor-faktor
perkembangannya cenderung bersifat induktif situasional dalam menentukan efektifitas
murni menempati posisi sentral dalam literatur kepemimpinan, kemudian muncul teori-teori
manajemen dan perilaku keorganisasian pada kepemimpinan situasional (situational theories). Dari
beberapa dekade terakhir. Secara umum kajian pengembangan kelompok teori yang terakhir ini,
perkembangan riset dan teori kepemimpinan dapat maka terjadi perubahan orientasi dari ‘one best way
dikategorikan menjadi tiga tahap penting (Ogbonna leading’ menjadi ‘context-sensitive leadership’.
dan Harris, 2000). Pertama, tahap awal studi Jika ditelusuri lebih lanjut, perkembangan
tentang kepemimpinan menghasilkan teori-teori ketiga teori kepemimpinan tersebut tidak dapat
sifat kepemimpinan (trait theories), yang dipisahkan dari paradigma riset kepemimpinan.
mengasumsikan bahwa seseorang dilahirkan untuk Menurut House dan Aditya (1997), secara umum
menjadi pemimpin dan bahwa dia memiliki sifat paradigma riset kepemimpinan dapat dibagi
atau atribusi personal yang membedakannya dari menjadi tiga kategori yaitu paradigma sifat
mereka yang bukan pemimpin. Kedua, karena kepemimpinan (the leadership trait paradigm),
muncul kritik terhadap sulitnya mengelompokkan paradigma perilaku pemimpin (the leader behavior
dan memvalidasi sifat pemimpin, kemudian muncul paradigm) dan paradigma baru yang disebut juga
teori-teori perilaku kepemimpinan (behavioral dengan paradigma karismatik baru (the neocharismatic
theories). Pada teori ini penekanan yang semula paradigm). Menurut Kuhn, 1970 (dalam Gioia dan
diarahkan pada sifat pemimpin dialihkan kepada Pitre, 1990), paradigma adalah suatu persepektif
perilaku dan gaya yang dianut oleh para pemimpin. umum atau cara pandang yang mencerminkan
Dengan demikian, berdasarkan teori ini, agar asumsi atau keyakinan mendasar tentang sifat dasar
organisasi dapat berjalan secara efektif, terdapat organisasi. Jadi paradigma riset yang berbeda tidak
penekanan terhadap suatu gaya kepemimpinan hanya membedakan teori, pendekatan, metode atau
terbaik (one best way of leading). Ketiga, berdasarkan teknik analisis yang digunakan, namun lebih dari
anggapan, bahwa baik teori-teori sifat itu, di dalamnya terdapat perbedaan nilai dan
kepemimpinan maupun teori-teori perilaku filosofi yang sangat mendasar.
Volume V No. 1 Juli 2009
I Gusti Ayu Manuati Dewi

Buku yang ditulis oleh Locke, dkk (1991), model dan perspektif kepemimpinan lainnya. Kritik
bukan berkenaan dengan paradigma atau teori, berkenaan dengan kelemahan dan keunggulan
melainkan dengan model kepemimpinan. Model model akan didiskusikan pada bagian berikutnya.
dibedakan dengan teori dalam hal peranannya, Kajian buku diakhiri dengan simpulan yang
dimana teori berperan dalam menjelaskan, memuat pandangan pribadi tentang kontribusi
sedangkan peranan model adalah untuk buku ini terhadap pengembangan studi di bidang
menggambarkan sesuatu (Cooper dan Schindler, manajemen umumnya dan teori organisasi secara
2003). Selanjutnya model didefinisikan sebagai khusus.
gambaran tentang suatu sistem yang dibangun
untuk mempelajari beberapa aspek dari sistem atau Ikhtisar
mempelajari sistem yang bersangkutan secara Buku yang terdiri dari enam bagian ini
keseluruhan, seperti yang diuraikan oleh kedua berkenaan dengan model kepemimpinan dalam
penulis sebagai berikut. bidang organisasi dan bisnis yang dibangun
A model is not an explanation; it is only the berdasarkan studi kualitatif yang dilakukan secara
structure and/or function of a second object or terintegrasi. Dimulai dengan pemaparan tentang
process. A model is the result of taking the sifat dasar kepemimpinan, Locke melihat secara
structure or function of one object or process and positif, tapi realistis terhadap pentingnya pemimpin
using that as a model for the second. When the dalam kehidupan masyarakat secara umum dan
substance, either physical or conceptual, of the organisasi khususnya. Dengan memberikan
second object or process has been projected onto the beberapa contoh dramatis tentang keberhasilan
first, a model has been constructed (hal. 55). beberapa pemimpin perusahaan besar, dia
berargumentasi bahwa keberhasilan para pemimpin
Dari tiga macam model yang diajukan oleh ini merupakan cerminan ratusan, bahkan ribuan
Cooper dan Schindler, (2003), model kasus efektifitas kepemimpinan yang terjadi pada
kepemimpinan yang dikembangkan oleh Locke, organisasi dengan skala yang lebih kecil. Akan
dkk (1991) dapat dikelompokkan ke dalam model tetapi, dengan mengacu pada sebuah artikel,
eksplikatif karena menurut definisinya merupakan dikemukakannya bahwa dari tiga ribu lebih studi
model yang dibangun untuk memperluas penerapan tentang kepemimpinan, banyak yang tidak benar-
teori yang sudah berkembang atau untuk benar mengaitkannya dengan pemimpin, melainkan
meningkatkan pemahaman dari konsep-konsep pada penyelia. Walaupun kemudian diakuinya
yang terkandung dalam teori yang bersangkutan. bahwa beberapa tahun belakangan kondisi ini
Dua model yang lain adalah model simulasi, yaitu berubah, dimana terdapat konsistensi tentang sudi
model yang menjelaskan hubungan struktural dari efektifitas kepemimpinan, bukan lagi semata-mata
beberapa konsep serta berupaya untuk tentang efektifitas penyelia.
mengungkapkan proses hubungan antara konsep- Model kepemimpinan yang dikembangkan
konsep tersebut, dan model deskriptif karena merupakan hasil kajian beberapa teori
dibangun untuk mendeskripsikan perilaku dari kepemimpinan, antara lain, teori sifat
unsur-unsur dalam sebuah sistem dimana teori yang kepemimpinan dan teori kepemimpinan
sudah ada, dianggap tidak layak. kontingensi. Dikemukakan bahwa untuk menjadi
Tujuan penulisan buku adalah untuk seorang pemimpin yang efektif, tidak cukup hanya
memperoleh konsensus tentang unsur-unsur yang dengan kepemilikan sifat-sifat seorang pemimpin,
terdapat dalam kepemimpinan serta untuk menggali melainkan diperlukan kemampuan dan ketrampilan
informasi tentang hal-hal apa yang menyebabkan untuk merumuskan visi serta mengimplementasikan
seorang pemimpin lebih efektif dibandingkan visi tersebut ke dalam realitas organisasi.
dengan yang lain. Untuk selanjutnya pengacuan Ditambahkan, dalam beberapa hal, teori
nama penulis hanya ditulis dengan ‘Locke’ saja kepemimpinan kontingensi yang menyatakan
mengingat pemeriksaan naskah untuk semua bagian bahwa dalam situasi yang berbeda diperlukan
buku dilakukan olehnya, walaupun masing-masing penerapan prinsip-prinsip kepemimpinan dan tipe
bagian ditulis oleh penulis yang berbeda. Diawali pemimpin yang berbeda, dapat diterima
dengan penyajian ikhtisar buku dari bagian-bagian kebenarannya. Dalam model yang dikembangkan,
yang dianggap penting, kemudian saya akan juga terdapat kontingensi walaupun dalam
mengajukan perbandingan model kepemimpinan pengertian yang berbeda. Kontingensi dalam hal ini
yang dikembangkan oleh Locke dengan beberapa lebih mengacu kepada derajat kepentingan yang

PIRAMIDA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Model Kepemimpinan Efektif

harus disesuaikan dengan bagian atau sub bagian kegiatan dalam organisasi. Dalam hal ini diberikan
dari model dibandingkan dengan unsur intinya gambaran tentang penggunaan kekuasaan antara
sendiri. Di satu sisi, kepandaian yang merupakan pemimpin yang efektif dengan pemimpin yang
salah satu unsur dalam model misalnya, bisa jadi tidak efektif. Pemimpin yang efektif menggunakan
lebih rendah derajat kepentingannya pada motif kekuasaan yang tersosialisasi, bukan motif
organisasi dengan tingkat teknologi rendah kekuasaan yang dipersonalisasikan. Pada tipe
dibandingkan dengan yang menggunakan teknologi pemimpin yang pertama, kekuasaan digunakan
tinggi. Di sisi lain, beberapa unsur dalam model sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang
seperti kejujuran, integritas, dan penciptaan serta diinginkan atau visi yang ditetapkan, bukan
diseminasi visi, tampak memiliki derajat ditujukan untuk mendominasi bawahan, seperti
kepentingan yang sama bagi semua pemimpin agar halnya pada tipe yang kedua.
dapat berfungsi secara efektif. Sifat, dalam model yang diajukan
Sesuai dengan judul bukunya, pengembangan dikelompokkan menjadi dua yaitu sifat inti dan sifat
model (disajikan pada lampiran), ditujukan untuk bonus. Secara rinci dijelaskan bahwa sifat inti yang
menunjukkan esensi dari proses kepemimpinan. wajib dimiliki oleh seorang pemimpin efektif adalah
Secara rinci model yang dikembangkan terdiri dari rasa percaya diri, kejujuran, dan integritas. Rasa
empat komponen yaitu 1) motif dan sifat; 2) percaya diri memegang peranan penting dalam
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan; 3) visi; pengambilan keputusan, sedangkan kejujuran dan
serta 4) penerapan visi. Keempat unsur ini integritas secara bersama-sama dicermati akan
dikatakan merupakan determinan utama yang harus membentuk fondasi hubungan kepercayaan antara
dipenuhi untuk menjadi seorang pemimpin yang pemimpin dengan bawahannya. Tidak cukup hanya
efektif. dengan memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
Dalam penjelasannya, Locke membedakan ditekankan juga bahwa pemimpin harus dapat
antara motif dengan sifat yang harus dimiliki oleh meyakinkan bawahannya untuk dapat
seorang pemimpin yang efektif. Perbedaan ini mempersepsikan rasa percaya diri yang dimilikinya.
terletak pada pola tindakan yang dapat diobservasi, Orisinalitas, fleksibelitas dan karisma digolongkan
cara berperilaku atau cara berpikir. Dinyatakan sebagai sifat bonus dalam model kepemimpinan
bahwa motif mungkin saja mendasari sifat tertentu, berdasarkan pertimbangan bahwa hanya sedikit
tetapi tidak terdapat hubungan langsung antara studi kepemimpinan yang telah dilakukan
keduanya. Selanjutnya suatu sifat tertentu dapat menunjukkan hasil yang positif. Sesuai dengan
mencerminkan beberapa motif, seperti halnya suatu sebutannya, ketiga sifat ini seringkali memiliki peran
motif dapat mendasari beberapa sifat. namun dianggap tidak esensial. Karisma misalnya,
Motif adalah keinginan yang mendorong lebih banyak dianggap sebagai ekspresi seseorang
seseorang untuk bertindak. Locke berpendapat dari pada sifat yang menentukan efektifitas
bahwa ada beberapa motif yang umum dimiliki oleh kepemimpinan.
para pemimpin yang sukses. Dari hasil observasi Pada bagian ketiga dibahas tentang pengetahuan,
dan kajian terhadap beberapa studi tampak bahwa ketrampilan, dan kemampuan yang harus dimiliki
ambisi yang merupakan salah satu unsur dorongan, oleh seorang pemimpin. Diawali dengan penjelasan
bertindak sebagai prediktor terkuat dalam tentang pentingnya pengetahuan dan keahlian
menentukan keberhasilan seorang pemimpin. teknologi, diskusi dilanjutkan dengan peranan
Karena merupakan pengemban tanggungjawab pengetahuan tentang organisasi dan industri sebagai
tertinggi dalam sebuah organisasi yang cenderung fasilitator keberhasilan seorang pemimpin. Idealnya,
bekerja dalam jam kerja panjang serta melakukan seorang pemimpin memiliki pengetahuan dan
kegiatan secara intensif, sifat enerjitik juga informasi yang luas tentang organisasi, industri, dan
merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang dunia usaha agar dapat mengantarkan organisasinya
pemimpin. Di samping itu dorongan lain seperti menuju keberhasilan. Penyajian tentang beberapa
kegigihan dan inisiatif ditengarai menjadi unsur contoh kasus memberikan gambaran yang jelas
penting lain dalam pencapaian efektifitas terkait dengan kegagalan beberapa pemimpin
kepemimpinan. Digarisbawahi, bahwa pemimpin organisasi yang diakibatkan oleh terbatasnya
yang berhasil harus bersedia menghikmatkan pengetahuan dan pengalaman tentang industri dan
kekuasaan kepada bawahannya karena kekuasaan dunia usaha.
merupakan “mata uang” seorang pemimpin yang Peranan ketrampilan dalam kepemimpinan yang
merupakan sarana utama pelaksanaan segala efektif disajikan oleh Locke secara padat walaupun

Volume V No 1 Juli 2009


I Gusti Ayu Manuati Dewi

dengan nuansa klasik. Ketrampilan interpersonal dilakukan melalui studi tentang sifat pemimpin.
yang meliputi ketrampilan mendengarkan, Ditambahkan lagi, hampir semua studi tersebut
berkomunikasi secara lisan, pembangunan jejaring, bertujuan untuk mengungkap hubungan sifat-sifat
serta pengelolaan konflik dihubungkan dengan pemimpin dengan efektifitas kepemimpinan. Kajian
kegagalan dan keberhasilan seorang pemimpin. kualitatif yang dilakukan oleh Judge dan Bono
Mengacu pada pendapat Bennis dan Nanus (1985), terhadap sepuluh model dan perspektif tentang
Locke menekankan pada peranan ketrampilan sifat serta atribusi personal pemimpin
mendengarkan dan berkomunikasi secara lisan menunjukkan, bahwa terdapat tumpang tindih sifat
dalam pengelolaan makna dalam organisasi. Lebih pemimpin yang teridentifikasi dari kesepuluh studi
lanjut diuraikan, bahwa merupakan suatu keharusan yang dikaji. Tampak bahwa rasa percaya diri,
bagi seorang pemimpin untuk memiliki ketrampilan muncul pada hampir semua bahan kajian;
pengelolaan konflik dan kemampuan untuk sedangkan integritas, penyesuaian diri, dan
membangun jejaring dalam upaya memelihara kemampuan bersosialisasi hanya terlihat di
hubungan dengan bawahan, teman sejawat, serta beberapa hasil studi. Menariknya, semua hasil
pihak ekternal lainnya. bahan kajian yang memunculkan rasa percaya diri
Seni dalam melibatkan diri dengan bawahan menunjukkan bahwa variabel ini berkorelasi kuat
dikategorikan sebagai ketrampilan manajemen. dengan efektifitas kepemimpinan. Hal ini logis
Dikatakan bahwa pengambilan keputusan dan karena rasa percaya diri biasanya berkaitan erat
pemecahan masalah merupakan ketrampilan yang dengan sifat-sifat yang lain. Locke juga
erat kaitannya dengan kemampuan kognitif seorang mengemukakan bahwa seorang pemimpin yang
pemimpin. Kualitas keputusan dan solusi memiliki rasa percaya diri umumnya memiliki
pemecahan masalah sangat tergantung dari tingkat stabilitas emosional, tingkat penyesuaian diri yang
intelijensi seorang pemimpin karena dengan modal tinggi dan tidak rentan terhadap stress. Sifat ini
ini ia dapat menggali akar permasalahan yang terlebih lagi akan sangat besar peranannya pada saat
dihadapi dan mencapai optimalisasi dalam seorang pemimpin yang mengalami kegagalan.
pengambilan keputusan. Sehubungan dengan itu, Locke mengajukan
Berdasarkan argumen bahwa motif, sifat, argumen berikut ini.
pengetahuan, ketrampilan serta kemampuan tidak Even when a decision a leader makes turns out to
akan bermakna tanpa pengembangan visi, maka be a poor one, the self-confident leader can use it as
pada dua bagian berikutnya dibahas tentang visi dan a learning opportunity by admitting the mistake
implementasinya. Secara tegas dikemukakan bahwa and can often build trust in response......On the
visi memberikan nafas dan perasaan kepada other hand, “derailed” manager were often more
anggota organisasi bahwa hidup dan pekerjaan defensive about their failures and tried to cover up
mereka terjalin dan bergerak kearah tujuan yang their mistakes rather than admit them (hal 27).
telah disepakati secara resmi. Visi inilah yang
memedomani organisasi dengan segala aktivitas Hasil kajian yang dilakukan Stogdill (dalam
beserta iringannya untuk menyongsong masa depan Yulk2, 1989), konsisten dengan studi Judge dan
sehingga dalam jangka panjang tidak perlu dirubah Bono serta dengan model yang diajukan oleh
atau diganti keberadaannya. Merupakan tanggung Locke, walaupun terdapat perbedaan dalam
jawab pemimpin untuk merumuskan visi startejik beberapa hal. Berdasarkan kajian terhadap 163
melalui pengumpulan dan pemrosesan informasi studi dan perspektif tentang sifat dan ketrampilan
serta pengkonseptualisasian dan pengevaluasian pimpinan, Stogdill menemukan bahwa beberapa
visi. sifat dan ketrampilan yang sama muncul dalam
beberapa bahan kajian dan ternyata berhubungan
Perbandingan dengan Model dan Perspektif dengan efektifitas kepemimpinan. Rasa percaya diri,
Kepemimpinan yang Lain kemampuan beradaptasi, orientasi terhadap
Hingga saat ini sudah ribuan studi dilakukan pencapaian hasil, enerjitik, kepandaian, serta
berkaitan dengan kepemimpinan. Dari semua studi- kreatifitas ditemukan menjadi sifat dan ketrampilan
studi tersebut sebagian besar dilakukan melalui yang dimiliki oleh para pemimpin yang sukses.
penelitian tentang atribusi personal atau sifat Berbeda halnya dengan model yang diajukan oleh
pemimpin. Seperti yang dikemukakan oleh Judge, Locke, Stogdill menggolongkan kreatifitas ke dalam
dkk (2002), pendekatan dan studi tentang kelompok ketrampilan, sedangkan Locke
kepemimpinan, biasanya atau mungkin selalu,

PIRAMIDA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Model Kepemimpinan Efektif

mempertimbangkannya sebagai sifat pemimpin. kepemimpinan dapat dikemukakan melalui


Akan halnya enerjitik dan orientasi terhadap penentuan keluaran secara kualitatif pula. Hogan,
pencapaian hasil, yang oleh Stogdill dikelompokkan dkk (dalam Judge, dkk, 2002), menyatakan bahwa
ke dalam sifat, oleh Locke justru dikategorikan ke kriteria kepemimpinan dapat dikonseptualisasikan
dalam motif pimpinan. Hal ini terjadi karena pada dan diukur dengan dua cara yaitu kemunculan
dasarnya operasionalisasi dari properti sifat/atribusi kepemimpinan (leadership emergence) dan efektifitas
pimpinan memang relatif sulit dilakukan, di kepemimpinan (leadership effectivenes).
samping karena seringkali tergantung dari situasi Kemunculan kepemimpinan mengacu pada
dengan mana pimpinan menjalankan fungsinya, sejauh mana individu dipandang sebagai pemimpin
juga karena atribusi dan perilaku pada dasarnya oleh pihak lain, khususnya yang hanya memiliki
bersifat psikologis, bukan merupakan aspek informasi terbatas tentang kinerja individu yang
organisasi (House dan Aditya, 1997; Judge dan bersangkutan. Sebaliknya, efektifitas kepemimpinan
Bono, 1998). mengacu pada kinerja pemimpin dalam
Yulk1 (1989) dalam kajiannya terhadap beberapa mempengaruhi dan memandu aktivitas-aktivitas
teori dan riset kepemimpinan mengajukan model yang dilakukan di seluruh bagian organisasi dalam
yang merupakan rerangka konseptual terintegrasi. rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Agak berbeda dengan studi-studi yang dibahas Lebih lanjut dikatakan bahwa efektifitas
sebelumnya, ia menggunakan istilah karakteristik kepemimpinan idealnya diukur dari efektifitas tim,
untuk mewakili sifat dan ketrampilan yang harus kelompok, atau organisasi, namun dalam praktek
dimiliki oleh seorang pemimpin efektif. Sama umumnya ditentukan berdasarkan nilai yang
halnya dengan studi sebelumnya, rasa percaya diri diberikan oleh teman sejawat atau bawahan.
kembali tampak sebagai karakteristik pemimpin Walaupun pengukuran semacam ini sering
yang harus diperhitungkan keberadaannya. Berbeda menimbulkan bias, kenyataan menunjukkan bahwa
dengan model Locke yang mengelompokkan penilaian efektifitas kepemimpinan sejalan dengan
ketrampilan menjadi ketrampilan personal dan pegukuran objektif kinerja kelompok.
manajemen, Yulk menggolongkannya ke dalam tiga Bervariasinya definisi tentang kepemimpinan
kelompok besar yaitu ketrampilan teknikal, cenderung menyebabkan perbedaan konsepsi
konseptual, dan interpersonal, walaupun diakui tentang efektifitas kepemimpinan. Salah satu
bahwa tingkat kepentingan ketiga jenis ketrampilan perbedaan penting terletak pada jenis konsekuensi
ini secara relatif berbeda dari satu situasi ke situasi atau keluaran yang dipilih sebagai kriteria efektifitas
yang lain. (Yulk2, 1989). Berbagai macam keluaran kualitatif
antara lain meliputi kinerja kelompok, pencapaian
Kritik tujuan kelompok, kelangsungan hidup kelompok,
Buku ini menyajikan perspektif menyeluruh pertumbuhan kelompok, kesiapan kelompok,
tentang esensi kepemimpinan karena memberikan kapasitas kelompok dalam menghadapi krisis,
gambaran secara mendalam dan rinci mengenai kepuasan bawahan terhadap pemimpin, dan
komponen-komponen kunci yang membedakan komitmen bawahan terhadap tujuan kelompok.
seorang pemimpin efektif dengan yang tidak efektif. Bahkan Stoker, dkk (2001) memasukkan prevalensi
Namun sangat mengecewakan ketika mendapati “burn out” sebagai suatu variabel keluaran kualititatif
bahwa terdapat pengabaian terhadap unsur yang untuk mengukur efektifitas kepemimpinan. Jika
justru sangat penting untuk dimasukkan dalam dalam suatu organisasi ditemukan prevalensi ‘burn
model. Model yang diajukan oleh Locke bertujuan out” yang relatif tinggi, maka itu merupakan salah
untuk memberi gambaran tentang kepemilikan satu tanda terjadinya kepemimpinan yang tidak
unsur-unsur yang menyebabkan seorang pemimpin efektif.
lebih efektif dibandingkan yang lain. Sayangnya, Selain melalui penilaian secara kualitatif, ukuran
pembahasan tentang efektifitas kepemimpinan efektifitas kepemimpinan juga dapat ditentukan
yang menurut Judge, dkk (2002) mengacu pada secara kuantitatif (Yulk2, 1989; Judge, dkk, 2002).
kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi Termasuk dalam ukuran keluaran kuantitatif adalah
bawahannya, tidak mendapat sentuhan sama sekali. pertumbuhan keuntungan, marjin keuntungan,
Tidak dijelaskan kriteria yang digunakan untuk peningkatan penjualan, pertumbuhan pangsa pasar,
menentukan apakah seorang pemimpin efektif atau return on investment, dan biaya per unit produk. Jenis
tidak. Walaupun model dikembangkan berdasarkan pengukuran manapun yang akan dipilih perlu
studi kualitatif, paling tidak kriteria efektifitas didasari dengan kewaspadaan karena dalam

Volume V No 1 Juli 2009


I Gusti Ayu Manuati Dewi

organisasi seringkali kriteria efektifitas Walaupun disinggung secara sepintas, saya setuju
kepemimpinan tergantung dari tujuan dan nilai dengan pendapat Locke yang menekankan bahwa
yang dianut oleh pihak yang melakukan penilaian. keberhasilan kegiatan pengelolaan makna
Pihak yang memiliki wewenang lebih tinggi (management of meaning) yang dilakukan seorang
(misalnya dewan komisaris atau para pemegang pemimpin ditentukan oleh ketrampilannya dalam
saham) akan menetapkan kriteria pengukuran yang berkomunikasi (hal 42). Mengutip pendapat Bennis
kemungkinan besar berbeda dengan yang dituntut dan Nanus (1985), dikemukakan bahwa
oleh bawahan dari pemimpin yang bersangkutan. pengelolaan makna, melalui penguasaan teknik
Dalam uraiannya, Locke menekankan bahwa berkomunikasi, merupakan hal yang tidak
untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, terpisahkan dari efektifitas kepemimpinan.
keempat komponen yang diajukan dalam model Kenyataannya, dalam kehidupan organisasi realitas
harus dipenuhi. Penjelasan model dari satu bagian yang terjadi sebetulnya sama, namun dapat
ke bagian lain dilakukan secara terstruktur dan dimaknai berbeda karena didefinisikan secara
terorganisir. Akan tetapi istilah manajer dan berbeda oleh pemimpinnya. Dalam hal ini realitas
pemimpin digunakan secara tidak konsisten baik dipandang secara subjektif karena tergantung dari
dalam pembahasan model maupun contoh kasus interpretasi masing-masing pihak yang memberi
yang diberikan. Padahal dalam satu bagian bukunya, penilaian.
ia dengan tegas menekankan perbedaan antara Realitas dibentuk oleh semua pihak dalam
fungsi utama seorang manajer dengan pemimpin. organisasi, akan tetapi dominasi berada pada bahu
Penegasan ini kemudian menjadi kabur ketika pemimpin (Smircich dan Morgan, 1982). Berarti
Locke mengutip pendapat beberapa ahli tentang pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang dapat
ketidakjelasan garis demarkasi antara pemimpin mengelola dan mendefinisikan situasi sedemikian
dengan manajer. Hingga akhir pembahasan tentang rupa sehingga para bawahannya “menyerah” pada
topik ini, penulis tidak menentukan posisi yang makna yang terbentuk dan pada gilirannya akan
hendak diambilnya. Maka tidak mengherankan dijadikan sebagai dasar bertindak. Salah satu
ketika seringkali ditemukan istilah pemimpin dan indikator penting dalam pencapaian kondisi ini
manajer yang digunakan secara bergantian atau adalah keahlian pemimpin dalam berkomunikasi
bahkan bersamaan, misalnya berkaitan dengan secara lisan. Dalam organisasi tidak jarang ditemui
pembahasan tentang pengelolaan informasi, seperti pemimpin yang memiliki kelemahan dalam
kutipan berikut: menyampaikan ide atau sikap kepada bawahannya,
A leader can receive a large amount of padahal ia tergolong cemerlang di bidang yang lain.
information........that already in place. Company Akibatnya dia tidak mampu untuk mendefinisikan
record can give a manager internal-performance makna dan menyampaikan sikap kepada anggota
information about what is not working or what can organisasi sesuai dengan keinginannya.
be improved. Kouzes and Posner (1987) advise Jika dikaitkan dengan kondisi antar budaya,
managers to go find something to fix rather than menarik untuk disimak bahwa di negara-negara
wait for problems to develop from whatever is in tertentu ternyata keahlian berkomunikasi secara
functional disrepair (hal 91). lisan tampak bukan menjadi unsur efektifitas
kepemimpinan yang esensial. Hal ini terlihat dari
Kerancuan ini tidak akan terjadi jika saja Locke gambaran hasil studi yang dilakukan oleh Smith,
memberikan penegasan terhadap konsistensi istilah dkk, 1989 (dalam House dan Aditya, 1997)
yang akan digunakan, karena beberapa ahli juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan generik.
menyadari bahwa hingga kini masih terdapat Beda negara, beda cara pemimpin dalam
kontroversi terhadap perbedaan antara manajer menyampaikan ide dan sikapnya kepada bawahan.
dengan pemimpin (Yulk1, 1989). Seseorang dapat Di negara demokratis seperti Amerika Serikat
menjadi pemimpin tanpa menjadi manajer, dan pemimpin cenderung bersikap konsultatif dan
dapat menjadi manajer tanpa memimpin, karena partisipatif terhadap bawahan sehingga segala
dalam beberapa hal seorang manajer bisa jadi tidak sesuatu disampaikan secara lisan dengan basis tatap
memiliki bawahan sama sekali. Ditambahkan, muka. Kondisi ini tentu saja mensyaratkan keahlian
bahwa belum ada pihak yang menyamakan manajer berkomunikasi kepada seorang pemimpin sebagai
dengan pemimpin, namun derajat pemimpin formal dalam organisasi. Hal ini penting
tumpangtindihnya hingga kini masih menjadi karena jika gagal berarti dia dapat dianggap gagal
perdebatan. sebagai pemimpin. Seperti yang dikemukakan oleh

PIRAMIDA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Model Kepemimpinan Efektif

Smirsich dan Morgan (1982), jika seorang bertanggungjawab kemudian ia menyimpulkan


pemimpin gagal dalam mendefinisikan makna, bahwa pencapaian kualitas tersebut tidak lain
bukannya tidak mungkin akan muncul pemimpin merupakan hasil dari kepemimpinan yang efektif,
informal yang dapat membahayakan kelangsungan padahal pada awal penyampaian kasus secara jelas ia
hidup organisasi. Sebaliknya, cara komunikasi yang mengakui bahwa studi tersebut sebenarnya tidak
dipilih oleh para pemimpin organisasi di Jepang difokuskan pada penelitian terhadap
dengan bawahan mereka mengarah pada kepemimpinan.
komunikasi tertulis melalui penyampaian memo Dalam model yang diajukan, Locke menekankan
atau catatan kecil. Hal ini dilakukan untuk peranan visi strategik beserta implementasinya
mengantisipasi terjadinya konfrontasi langsung untuk pencapaian kepemimpinan yang efektif.
terutama jika ditengarai terdapat kemungkinan Menurut saya, di sinilah letak keunggulan model
ketidaksepakatan antara pemimpin dengan para yang diajukan Locke, karena secara lengkap
bawahannya. menyajikan unsur-unsur penting dari
Pada bagian terakhir bukunya, Locke berupaya pengembangan visi serta tahap-tahap
memberikan gambaran tentang penerapan impelementasinya. Implementasi visi organisasi
kepemimpinan dalam pencapaian kualitas melalui merupakan faktor kunci yang menentukan
penyampaian hasil suatu studi kasus yang keberhasilan seorang pemimpin. Dikemukakan
didasarkan pada penelitian selama 6 tahun terhadap bahwa prosedur dan kebijakan yang diterapkan
berturut-turut 9 dan 7 perusahaan penghasil alat dalam rangka implementasi visi dikelompokkan ke
pendingin ruangan di Amerika Serikat dan Jepang. dalam enam kategori yaitu 1) strukturisasi
Menurut saya, hasil studi yang dilakukan oleh David organisasi; 2) seleksi, pelatihan dan akulturasi; 3)
Garvin dari Harvard Business School itu cukup pemberian motivasi kepada karyawan; 4)
mengejutkan karena ternyata dalam hampir semua pengelolaan informasi; 5) pembentukan tim; dan 6)
hal yang berkaitan dengan kualitas, tampak bahwa pengembangan perubahan.
perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat jauh Keunggulan ini diperkuat dengan pembahasan
tertinggal dibandingkan dengan yang ada di Jepang. yang sangat komprehensif pada bagian empat dan
Dalam hal pelatihan misalnya, digambarkan bahwa lima bukunya. Tantangan terberat bagi seorang
perusahaan Jepang menerapkan programnya selama pemimpin, menurut Locke, adalah menanamkan
6 bulan, sedangkan di Amerika Serikat program visi yang sudah dikembangkan kepada anggota
dilangsungkan hanya dalam beberapa jam/hari. Di organisasi. Maka dari itu kewajiban pemimpinlah
satu pihak, penempatan prioritas di perusahaan- untuk menghidupkan dan memberi energi pada visi
perusahaan Jepang diletakkan pada peningkatan agar dapat menjadi roh seluruh anggota organisasi.
mutu. Di lain pihak, untuk perusahaan Amerika Hal ini sejalan dengan pendapat beberapa ahli,
Serikat, pencapaian jadual produksi menempati terutama berkaitan dengan kepemimpinan
prioritas utama. Dikemukakan juga bahwa transformasional, bahwa pemimpin berperan dalam
pengendalian mutu total dan pembentukan gugus menumbuhkan komitmen sehingga visi yang
kendali mutu merupakan praktek yang umum diciptakan dapat menjadi inspirasi dan jiwa
diterapkan di perusahaan-perusahaan Jepang dan organisasi serta semua orang yang terlibat di
ditengarai merupakan faktor yang memberi dalamnya (House dan Aditya, 1997; Lim dan
kontribusi terhadap pencapaian kualitas. Dari Ployhart, 2004). Di samping itu, Locke memberikan
banyak perbedaan yang diajukan, yang paling pandangan yang seimbang bahwa untuk
mencolok adalah hasil yang menunjukkan bahwa membangkitkan antusiasme anggota, terlebih
perusahaan dengan kualitas tertinggi di Amerika dahulu pemimpin sendiri harus memiliki sikap
Serikat ternyata mencapai kualitas rata-rata lebih positif dan antusias terhadap visi yang ditetapkan.
rendah dibandingkan dengan perusahaan yang Seperti yang dikutipnya dari pernyataan Kouzes dan
termasuk dalam kualitas terburuk di Jepang. Posner (1987) berikut ini.
Menurut saya, gambaran ini sama sekali tidak Leaders cannot ignite the flame of passion in their
representatif mengingat jumlah sampel yang followers if they themselves do not express
digunakan sangat kecil dan hanya mewakili satu enthusiasm for the compelling vision of the group
jenis perusahaan, walaupun studi dilakukan secara (hal. 58).
intensif dalam jangka waktu relatif lama. Seharusnya
Locke berhati-hati dalam melakukan pemilihan Pandangan ke depan Locke dalam
studi kasus yang diajukan. Apalagi secara tidak menempatkan pemberdayaan sebagai kunci

Volume V No 1 Juli 2009


I Gusti Ayu Manuati Dewi

keberhasilan pencapaian visi yang ditetapkan juga fenomena yang tidak akan pernah berhenti dibahas
perlu dihargai. Secara eksplisit ia menguraikan dan selalu menjadi topik hangat dalam studi tentang
bahwa pada setiap langkah implementasi visi, teori organisasi, yaitu “kepemimpinan”.
seorang pemimpin harus menempatkan
pemberdayaan sebagai prioritas utama. Dalam
pelatihan misalnya, dijelaskan bahwa pemimpin
yang efektif memberdayakan bawahannya dengan
cara membantu pengembangan ketrampilan,
kemampuan dan pengetahuan mereka. Serupa DAFTAR PUSTAKA
dengan itu, pengembangan kepercayaan diri dan
pelimpahan delegasi, yang merupakan unsur-unsur Argyris, C. (1998). Empowerment : the emperor’s
motivasi merupakan cara yang digunakan untuk new clothes. Harvard Business Review, May- June
memberdayakan bawahan. Selanjutnya, pengelolaan 1998: 98-119
informasi melalui penyebaran informasi ke seluruh
Arnold, J.A., Arad, S., Rhoades, J.A., and Drasgow,
bagian organisasi bermanfaat terutama guna
F. (2000). The empowering leadership
memberdayakan pengikut untuk meningkatkan
questionaire : the construction and
kinerja melalui pemberian sumber daya yang
validation of a new scale measuring leader
diperlukan. Dalam penjaminan efektifitas
behaviors. Journal of Organizational
kepemimpinan dan kelangsungan hidup organisasi,
Behavior, 21: 249-269.
pemberdayaan sangat besar peranannya karena
menurut Stoker, dkk (2001) akan berkorelasi Cooper, D.R., and Schindler, P.S. (2003) Business
dengan perilaku inovatif yang akhirnya berpengaruh Research Methods. Boston, Mc. Graw-Hill.
terhadap efektifitas dan daya inovatif anggota Gioia, D.A., and Pitre, E. (1990). Multiparadigm
organisasi. Akhirnya tidak dapat dipungkiri bahwa Perspectives on Theory Building. Academy
perubahan dalam lingkungan bisnis yang ditandai of Management Review, 15: 584-602.
dengan persaingan luar negeri yang semakin tajam,
meningkatnya permintaan akan produk berkualitas House, R.J., and Aditya, R.N. (1997). The social
tinggi, dan perubahan orientasi ekonomi dari scientific study of leadership : quo vadis?
industri menuju jasa, menuntut organisasi untuk Journal of Management, 23: 409-473
mengadopsi pendekatan manajemen yang berbeda Judge, A.T., and Bono, E.B., Ilies, R., and
yaitu pemberdayaan karyawan (Argyris, 1988; dan Gerhardt, M.M. (2002). Personality and
Arnold, dkk, 2000). leadership : a quantitative and qualitative
review . Journal of Applied Psychology, 87:
Simpulan 765-780
Model kepemimpinan yang diajukan oleh Locke
menyajikan perspektif menyeluruh tentang esensi Judge, A.T., and Bono, J.E. (1998). Five factor
suatu kepemimpinan yang efektif. Secara lugas ia model of personality and transformational
mengajukan model sekaligus memberikan uraian leadership. Journal of Applied Psychology, 85:
tentang empat unsur kunci yang dapat 751-765
membedakan seorang pemimpin yang efektif Lim, B.C., and Ployhart, R.E. (2004).
dengan yang tidak efektif. Terlepas dari pengabaian Transformational leadership : relations to
tentang kriteria efektifitas kepemimpinan yang the five factor model and team
sebenarnya merupakan unsur esensial dalam model, performance in typical and maximum
Locke berhasil membangun suatu model yang contexts. Journal of Applied Psychology,
sangat substantif bagi pengembangan teori 89:610-621.
kepemimpinan.
Locke, E.A., Kirkpatrick, S., Wheeler, J.K.,
Saya setuju dengan pernyataan Locke bahwa
model yang diajukan tidak dapat dibuktikan secara Schneider, J., Niles, K., Goldstein, H.,
Welsh, K., and Dong-Ok, C. (1991). The
ilmiah mengingat pada dasarnya dikembangkan
Essence of Leadership, The Four Keys to
hanya berdasarkan beberapa studi kualitatif. Akan
Leading Successfully, New York, Lexington
tetapi menurut pandangan saya buku ini signifikan
Books.
kontribusinya bagi pengembangan ilmu karena
memberikan gambaran yang kaya tentang

PIRAMIDA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Model Kepemimpinan Efektif

Ogbonna, E., and Harris, L.C. (2000). Leadership


style, organizational culture and
performance : empirical evidence from
UK companies. International Journal of
Human Resources Management, 11:766-788.
Smircich, L., and Morgan, G. (1982). Leadership:
the management of meaning. The Journal
of Applied Behavioral Science, 18:257-273.
Stoker, J.J., Looise, J.C., Fisscher, O.A.M., and de
Jong, R.D. (2001). Leadership and
innovation : relations between leadership,
individual characteristics and the
functioning of R&D teams. International
Journal of Human Resources Management,
12:1141-1151.
Yulk1, G.A. (1989). Managerial leadership: a review
of theory and research. Journal of
Management, 15:251-289.
Yulk2, G.A. (1989). Leadership in Organization.
Eaglewood Cliffs, New Jersey, Prentice
Hall.

Volume V No 1 Juli 2009


I Gusti Ayu Manuati Dewi

Lampiran
Leadership Model

Motives and Traits KSAs

Motives Knowledge
Drive (achievement, ambition, Technological expertise
energy, tenacity, initiative) Knowledge of organization and
Leadership motivation industry, gained through
(socialized vs. personalized) experience
Skill
Traits People skills (listening, oral
Honesty/integrity Strong communication, network-
Self-confidence evidence building, conflict management,
(incl. emotional stability) assessment)
Management skills (problem
Originality/creativity Weaker solving, decision-making, goal
evidence
Flexibility/adaptability setting, planning)
Charisma Ability
Cognitive ability/intelligence

Vision

Vision statement
Formulating the vision
Promoting commitment
Developing a strategic vision

Implementation of the vision

Agenda development
Structuring
Selecting, acculturating, and training
Motivating (authority, role modeling, building self-
evidence, delegating, goal setting, rewarding, and
punishing)
Managing information (gathering, disseminating)
Team building
Promoting change, innovation, and risk taking

Source: Locke, E.A., et al, 1991

PIRAMIDA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

S-ar putea să vă placă și