Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
NUSANTARA REGAS
Bab - 1
__________PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sehubungan dengan instruksi pemerintah Surat Menteri Negara BUMN No S-
269/MBU/2008 tanggal 21 April 2008 tentang Konsorsium Pembangunan dan
Pengoperasian LNG Receiving Terminal antara BUMN PT Pertamina (Persero) PT PGN
dan, PT PLN mengenai pemenuhan kebutuhan gas ke PLTG-PLN Muara Karang dan
Tanjung Priok guna melayani kebutuhan listrik di daerah Jawa Barat dan sekitarnya
yang semakin meningkat, konsorsium PERTAMINA dan PGN ditugaskan untuk
memenuhi pasokan gas tersebut dengan membangun fasilitas FSRT (Floating Storage
and Regasification Terminal) LNG (Liquefied Natural Gas atau gas alam cair) di Teluk
Jakarta. Fasilitas FSRT ini terdiri dari FSRU (Floating Storage and Regasification
Unit), Subsea Pipeline serta ORF (Onshore Receiving Facilities) di Muara Karang.
Kebijakan untuk pembangunan terminal penerima LNG ini dilakukan untuk
menghasilkan bahan bakar gas untuk mengganti penggunaan bahan bakar minyak yang
harganya relatif lebih mahal sehingga dapat menggunakan subsidi serta mengganti
pasokan gas karena akan berakhirnya beberapa kontrak pasokan gas dari lapangan gas
sekitarnya.
Pada perkembangan selanjutnya, PLN memutuskan untuk mengundurkan diri
dari konsorsium tersebut. PGN dan Pertamina kemudian menyepakati pembentukan
Joint Venture Company (JV Co) sebagai badan usaha pelaksana proyek dan operator
LNG Receiving Terminal. Sampai JV Co terbentuk nantinya, pelaksanaan
pengembangan proyek sementara ini dilakukan oleh JC.
Konsep LNG Receiving Terminal (LNG RT) yang terpilih sesuai arahan
konsorsium pada tanggal 23 Desember 2008 dan 20 Februari 2009 adalah menggunakan
konsep LNG RT terapung atau Floating Storage and Regasification Terminal (FSRT)
yang akan ditempatkan di lepas pantai (offshore) Teluk Jakarta, dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1. Masa konstruksi yang cukup pendek, kurang dari 2 tahun (LNG carrier
conversion sehingga LNG terminal sudah dapat beroperasi pada September
2011.
2. Dengan kapasitas 3 MTPA maka FSRT lebih ekonomis dibandingkan dengan
land based terminal.
3. Menggunakan Proven Technology,
4. Mudah dimobilisasi ke tempat lain seandainya sudah tidak diperlukan lagi.
5. Tidak banyak membutuhkan fasilitas di darat sehingga safety security-nya lebih
mudah dikendalikan.
6. Perijinan diperkirakan tidak memerlukan waktu yang lama.
7. Kebutuhan lahan dapat diminimalisir sehingga potensi permasalahan sosial yang
berkaitan dengan kebutuhan/ketersediaan lahan dapat ditiadakan.
1.2.2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini adalah :
1. Dapat menyediakan jasa fasilitas penyimpanan dan regasifikasi LNG.
2. Dapat meningkatkan pendapatan dari penjualan gas hasil regasifikasi dari para
pembeli (PLN dan offtaker lain).
3. Adanya peningkatan sumber pasokan LNG baik dari dalam dan luar negeri.
1.3. PERATURAN
Dasar hukum yang berkaitan dengan pengembangan Proyek FSRT Jawa Barat
adalah sebagai berikut:
Peraturan Presiden
1 Peraturan Presiden No. Penanggulangan Terkait dengan upaya-
109 Tahun 2006 Keadaan Darurat upaya pencegahan dan
Akibat Tumpahan pengendalian
Minyak pencemaran air laut yang
diakibatkan oleh
tumpahan minyak.
Keputusan Bapedal
1 Kep.Ka. Bapedal No. Pedoman Mengenai Pedoman ini akan diacu
56/ BAPEDAL/ 1994 Ukuran untuk menentukan
Dampak Penting dampak penting dalam
studi AMDAL