Sunteți pe pagina 1din 8
PENGARUH JARI-JARI KELENGKUNGAN HORISONTAL BALOK TEPL BETON BERTULANG TERHADAP BEBAN DAN LENDUTAN The Influence of Horizontal Curve Radius of Steel Concrete Edg Beam On The Load and Deflection ‘Mahmud Kori Effendi Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (UNNES) Gedung £4, Kampus Sekaran Gunung Pati, Semarang, 50229, “Telp. (024) 8508 102/0818262255, email: pak_kori@ yahoo.com ABSTRACT During this time civil engineers design horizontally curved reinforced beam in field using straight beams approach. The design codes of horizontally curved reinforced concrete beam didn't exist in SK SNI T-15-1991-03 and ACI but there is code about horizontally curved steel ie AASHTO Guide Specifications for Horizontally Curved Highway Bridges (1980). This research follows up the research that has been done by Hsu (1974) about intersection structure between straight spandrel and floor bearn. The speciment which were used in this research were straight spandrel beam and spandrel beam with horizontally curvature 3,3147 m (curved8 spandrel beamn) and 4,80695 m (curved12 spandrel bean) and 1 every speciment. Loading was done on floor beam statically with increment I kN gradually: The support on spandrel beam is hinge but torsionally fixed and on floor beam is hinge too. To investigate behavior of spandrel beam speciments hence LVDT, inclinometer, strain gauge are installed. The results of research are displacement on first crack load higher if spandrel beams are curved. Displacement on quarter span are displacement curved8 spandrel beam > curved]? > straight. Tension bending reinforcement are yield. Keywords: nonlinear, spandrel bewn, horizontally curved reinforced concrete beam PENDAHULUAN Selama ini perencana di lapangan banyak yang merancang balok lengkung horisontal beton bertulang dengan pendekatan sebagai balok-balok lurus, Dalam peraturan SK SNI T-15-1991-03 dan ACI 318-95 tidak ditemukan kode perancangan balk beton bertulang lengkung horisontal. Di Amerika terdapat peraturan mengenai struktur baja lengkung yaitu AASHTO Guide Specifications for Horizontally Curved Highway Bridges (1980). Oleh karena itu penelitian ini mencoba memberikan suatu gambaran bagaimana pengaruh perancangan balok tepi lurus beton bertulang yang terkena momen lentur, torsi dan ‘gaya geser kalau diterapkan pada balok tepi lengkung. horisontal. Peninjauan hanya terhadap beban dan lendutan yang terjadi. Pada penelitian ini mengacu penelitian Hsu dan Burton (1974) dalam Torsion of Reinforced Concrete (1984). Dalam penelitian tersebut digutakan benda uji berbentuk T yang merupakan potongan dari pertemuan balok tepi dan balok lantai, seperti terlihat pada Gambar 2. Ketika beban merata w dikerjakan pada balok Jantai maka akan menghasilkan rotasi pada ujung Perteran balok lantai dengan balok tepi yang akhimya menimbulkan momen torsi pada balok tepi. Interaksi balok tepi dan balok lantai dapat dipelajari ‘menggunakan spesimen T yang ditunjukkan dengan garis yang tebal. Titik balik (LP) pada balok tepi dan balok lantai dimodelkan sendi dalam eksperimen, Gambar 2 (a) menunjukkan spesimen uji ditopang oleh tiga sendi dan balok lantai dibebani oleh beban ‘merata w. Pada tumpuan ujung balok tepi dibuat torsionally fixed. Kondisi ini lebih sedethana dan konservatif daripada meneliti seperti pada Gambar 1, Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan analisis dan prosedur pengujian. Gambar 1. Frame ruang yang menunjukkan benda yjites 36 Pengaruh Jari-jari Kelengkungan Horisontal Balok Tepi (Mahmud Kori Effendi) Gambar 2. Diagram momen, tors: dan geser balok ceksperimen remit — ‘Diagn Ges as Gambar 3. Diagram momen, torsi dan geser balok eksperimen Beban w akan menyebabkan momen lentur negatif pada ujung balok lantai karena kekangan balok tepi. Jika balok lantai dipisahkan dari balok tepi seperti pada Gambar 2 (b) momen lentur aegatif, M, akan bekerja pada ujung balok lantai. Reaksi dari momen M menjadi momen torsi yang bekerja pada posisi 2, alu menciptakan momen torsi merata T pada balok tepi. Momen torsi adalah M/2. Diagram momen lentur,torsi dan gaya geser dapat dilihat pada Gambar 3 dari kondisi keseimbangan, Ketiga diagram dapat dicari apabila sudah diketahui M. Momen ini adalah momen Jentur pads batok tantai dan momen torsi pada balok tepi. Momen joint, M didapat dari analisis clastik. Kekakuan lentur balok Jantai Ky dan kekakuan torsi balok tepi Ky dirumuskan sebagai berikut: Kp = aan ky =Ge a) 'y 4 Momen joint dapat diketahui dengan memakai kompatibilitas rotasi pada joint. Rotasi lentur balok lantai ¢; dan rotasi torsi balok tepi @, pada joint dapat dirumuskan sebagai berikut: Mls BEY * 2487 j, = ills 5" 4GC 4K Dengan menyamakan 9; dan @,: _ My bf =— 8 wit 1+@/16)K 5 [Ky @ Momen joint M adalah fungsi dari rasio kekakuan KyKy. Jika K/K.=0, M =V/8wl}. Ini adalah kasus khusus dimana balok tepi kaku terhadap torsi dan momen joint M menjadi fixed end moment. Jika KyK,=0, M=0, hal ini memberikan hasil bahwa balok tepi tidak mempunyai kekakuan torsi dan balok Jantai menjadi tumpuan sederhana dan momen joint menjadi 0. Penelitian ini mengacu percobaan yang telah dilakukan oleh Hsu dalam Torsion of Reinforced Concrete (1984). Pada percobaan tersebut Hsu melakukan percobaan dengan elemen struktur pertemuan balok tepi lurus dan balok lantai Penelitian ini mencoba untuk mengamati pengaruh jari-jari kelengkungan horisontal balok tepi pada elemen penelitian Hsu tersebut dengan cara membuat benda uji eksperimen dengan jari-jari kelengkungan horisontal 130,5 in (3,3 m) dan 189,25 in (4,8 m). Balok dengan jari-jari kelengkungan 130,5 in dikarenakan balok Iuras dilengkuagkan sebesar 8 in dari balok Jurus maka untuk selanjutnya disebut balok tepi lengkung8 dan balok dengan jari-jari kelengkungan 189,25 in disebut balok tepi lengkungl2 karena dilengkungkan 12 in dari balok Turus. Hasil_penelitian tentang perilaku torsional balok beton bertulang dan beton normal telah banyak dilakukan yaitu Hsu dan Mo (1985); Hsu (1988, 1991); MacGregor dan Ghoneim (1995); Leu dan Lee (2000). Untuk balok prategang juga telah dilakukan Hsu (1997), Usulan perubahan peraturan ACI 318-89 tentang torsi telah dilakukan oleh MacGregor dan Ghoneim (1995). Penelitian mengenai pengaruh gaya prategang tethadap kapasitas (orsi_ murni pada balok beton bertulang dilakukan oleh Romel (1998). Balok serat torsi_murni juga telah dilakukan oleh Purwanto (1995). Penelitian eksperimen balok lengkung horisontal beton bertulang akibat kombinasi momen lentur, torsi dan gaya geser belum banyak dilakukan. Hsu (1978) meneliti balok lengkung horisontal akibat dinamika TEKNIK SIPHL, Volume 8, Nomor I, Januari 2008 : 36-43 37 torsi murni, Suhendro (1991,1998) meneliti analisis elemen hingga balok lengkung menggunakan model tiga dimensi. Kedua penelitian ini tidak menggunakan stuktur pertemuan balok tepi dan balok lantai. Material baja banyak yang dipakai untuk struktur balok lengkung horisontal. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peraturan_mengenai perancangan struktwr lengkung horisontal dengan ‘material baja yaitu AASHTO Guide Specifications for Horizontally Curved Steel Girder Highway Bridges (2003) dan penelitian yang mengacu pada peraturan tersebut.. Pengaruh torsi pada beton bertulang telah dibahas oleh Thomas Hsu dalam bukunya yang berjudul Torsion of Reinforced Concrete (1984). Penelitian mengenai perancangan balok lengkung horisontal beton bertulang di Indonesia belum banyak dilakukan. Penelitian yang ada hanya membahas analisis perilaku balok lengkung yaitu Finite Element Model Untuk Analisis Struktur Lengkung Tiga Dimensi oleh Suhendro (1991). Penelitian mengenai eksperimen struktur pertemuan balok tepi lengkung horisontal dan balok anak belum banyak dilakukan, Analisis mengenai balok lengkung horisontal akibat torsi_ muni dilakukan oleh Hsu dalam Behavior of Reinforced Concrete Horizontally Curved Beam (1978). Hipotesis yang dapat diambil dari uraian tinjauan pustaka di atas adalah sebagai berikut Semakin melengkung horisontal balok tepi maka panjang balok tepi menjadi besar maka balok tepi menjadi mempunyai lendutan yang besar. Uraian tersebut berlaku untuk kondisi elastik yaitu sebelum retak balok tepi. Lendutan balok epi lengkung12 > dalok tepi lengkung8 > balok tepi lurus pada beban (first crack. Beban first crack balok tepi lurus > balok tepi lengkung8 > balok tepi lengkung!2 dikarenakan faktor kekakuan lentur balok tepinya lebih besar. METODE PENELITIAN 1, Bahan Kebutuhan tulangan pada penelitian ini ‘menurut standar ASTM adalah tulangan #2 (0,25 in = 6,35 mm) dengan fy=50 ksi (344,79 MPa) untuk tulangan sengkang dan tulangan tekan balok Lantai dan balok ‘epi, #3 (0,375 in = 9,52 mm) dengan fy=69,9 ksi (481,94 MPa) untok tulangan tarik balok lantai, #5 (0,625 in = 15,87 mm) dengan fy=62,5 ksi (430,92 MPa) untuk tulangan tarik balok lantai dan balok tepi. Kekuatan beton adalah 4120 psi (28,40 MPa). Beton segar yang dipakai adalah beton ready ‘mix berasal dari PT. Karya Beton Sudhira. 2. Alat Alat yang digunakan sebagai berikut : a. Rangka baja empat persegi panjang dan tersedia di Laboratorium PAU UGM. b. Hydraulic jack, untuk pembangkit beban statik pada saat pengujian lentur specimen balok beton. ¢. Load cell. untuk pembacaan pembebanan pada pengujian spesimen balok yang dibangkitkan secara hydraulic jack. 4. LVDT(Linear Variable Differential Transducer), untuk mengetahui lendutan/deficksi balok beton selama pembebanan. e. Dial gauge, untuk mengukur perubahan panjang saat pengujian tekan beton. f. Data Logger, untuk mengetahui data pemibacean secara digital. LVDT, load cell, inclinometer harus dihubungkan pada data logger. g. Inclinometer, untuk mengukur sudut puntir pada saat pengujian balok h. Strain Indicator, untuk membaca strain gauge yang terpasang pada tulangan utama dan sengkang dengan ketelitian sampai 1 ym. i. Strain gauge, untuk mengukur regangan baja atau beton saat pengujian balok. 3, Benda Uji Eksperimen Spesimen berupa balok pertemuan balok tepi dengan balok anak dengan ukuran adalah balok tepi mempunyai tampang persegi panjang dengan lebar 6 in (0,1524°m) dan tinggi 12 in (0,3048 m) dengan panjang bentang 108 in (2,7432 m) sedangkan untuk ‘balok anak dengan lebar 6 in (0,1524 mm) dan tinggi 9 in (0,2286 m) dengan panjang bentang 108 in (2,7432 m). Untuk pemotongan tulangan tekan dan tarik mengacu pada ACI-95. Balok ji yang dibuat 3 buah dengan rincian 1 buah balok tepi lurus, 1 buah balok tepi berjari-jari kelengkungan horisontal 130,5 in (331,47 cm) (balok tepi lengkung8) dan 1 buah 189,25 ‘in (480,695 cm) (balok tepi lengkungl2). Pembuatan benda yji ini hanya satu buah Karena dianggap mewakili perilaku sebenarnya balok karena benda uji yang dibuat menggunakan skala I:1. 4, Pelaksanaan Penelitian 4.a. Uji Tekan Silinder Beton dan Tarik Baja Pengujian kuat tekan silinder beton dilakukan pada umur 28 hari, kemudian hasil kuat tekan beton digabungkan dengan hasil pengujian kuat Ieleh baja dipakai untuk menganalisis numerik balok beton sehingga dapat memperkirakan beban maksimum balok beton, 4.b. Pengujian Benda Uji Pengujian benda yji ini dilakukan setelah umur beton mencapai 28 hari. Set-up pengujian dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5. Frame utama berupa 38 Pengaruh Jari-jari Kelengkungan Horisontal Balok Tepi . (Mahmud Kori Effendi) frame empat persegi panjang dengan profil utama kolom WF 250 x 200, Untuk mengaku kolom frame dipakai balok-balok profil WF 250 x 150. Dua buah kolom utama loading frame profil WF 250 x 150 untuk frame beban dan balok WF 250 x 150 penghubung 2 kolom yang berfungsi juga sebagai penahan hydraulic jack. Untuk membuat beban secara terbagi merata maka dibuat 2 baja bertingkat profil WF 200 x 75 yang dilas menjadi satu. Untuk memodelkan beban merata maka dibawah profil baja 2 tingkat tersebut diberi 4 bua rol. Untuk memodelkan bahwa tampuan balok tepi adalah torsionelly fixed maka diberi rol dan dibuat pengekang ‘samping balok. Untuk memodetkan tumpuan sendi pada balok anak maka diberi rol dari baja tulangan pada tumpuannya. Untuk mengukur lendutan maka dipasang LVDT pada bagian bawah tengalt bentang balok anak dan balok tepi, samping tengah bentang balok tepi, bawah seperempat bentang kanan dan Kiri, samping seperempat bentang kanan dan kiri. Untuk mengukur sudut perputaran balok tepi maka dipasang 1 buah inclinometer di bagian pertemuan balok tepi dan balok anak. Penempatan LVDT dan jctinometer dapat dilihat detilnya pada Gambar 4 dan Gambar 5. Pengujian terhadap balok penelitian ini éitakukan dengan memberikan beban statik secara bertahap dengan interval AP=1 KN. Pemberian beban ini dilakukan sampai beban sudah mencapai beban runtuh yang hal ini ditandai dengan retak yang merata pada balok. Pembacaan dilatukan melalui load cell yang dihubuagkan ke dasa logger. Pengamatan ¢erhadap retak pertama balok dilakukan dengan membaca letak tegangan clemen yang melebihi tegangan tarik beton hasil analisis solid 3D menggunakan SAP 2000 8.12. Tegangan tarik beton dalam analisis ini diambil sebesar 10%. Untuk beban ulimit masih belum dapat diperkirakan besarnya, oleh Karena itu setelah retak pertama semua retak yang timbul diamati dan diberi tanda menggunakan spidol. Pembebanan torus dilakukan hingga retak yang timbul sudah merata pada balok anak dan pembebanan mencapai beban yang Konstan. HASIL PENELITIAN Untuk mempermudah dalam penulisan dan penyingkatan benda uji maka untuk balok tepi berjari-jari kelengkungan horisontal tak hingga disebut balok tepi lurus, balok tepi berjari.jari kelengkungan horisontal 130,5 in disebut balok tepi Tengkung8 dan balok tepi berjari-jari kelengkungan orisontal 189,25 in disebut balok tepi lengkung12. Untuk mengamati pengaruh jari-jari kelengkungan terhadap beban dan lendutan maka disajikan grafik beban dan Jendutan pada pembacaan LVDT pada bagian bawai tengah bentang balok anak (Posisi 1), jawah tengah bentang balok tepi (Posisi 2), bawah seperempat bentang kiri (Posisi 3), samping seperempat bentang kanan (Posisi 4), Selain itu untuk ‘mengamati sudut perputaran balok tepi maka disajikan data perputaran sudut asi data inclinometer di lokasi pertemuan balok tepi dan balok anak (Posisi S). Posisi titik pengamatan mengacu pada Gambar 4 dan 5, 1. Hubungan Beban dan Lendutan Posisi 1 Pengamatan ini dilakukan pada bagian bawalt tengah bentang balok anak. Beban first crack eksperimen merupakan hasil pengamatan visual, Beban ultimit eksperimen merupakan beban maksimal saat pengujian dihentikan setelah secara visual balok mengalami retak-retak dan lendutan yang cukup besar. Tingkat subyektifitas beban ultimit sangat tinggi Karena mengandalkan pengamatan secara visual. Untuk balok lengkung 8 yang pertama diteliti menghasikan beban ultimit _kecil dibandingkan dengan benda uji yang lainnya karena saat pengujian dihentikan karena secara visual sudah dihasilkan retak-retak dan defieksi yang besar. Gambar 4. Setting up pengujian Pada Gambar 6 dan tabel 1, didapat beban first crack balok tepi lurus > balok tepi lengkung 8 > balok tepi lengkung 12. Beban ultimit balok tepi lurus > balok tepi lengkung 12. Kenaikan beban Gari first crack sampai runtuh untuk balok ¢epi lurus > balok tepi lengkung]2, Untuk balok tepi lengkung 8 beban ultimit paling kecil schingga kenaikan bebannya paling kecil. Untuk lendutan dapat dilihat bahwa untuk beban first crack Iendutan balok tepi lurus < Jendutan balok tepi Jengkung 8 < Jendutan balok tepi lengkung 12. Sedangkan untuk beban ultimit lendutan batok tepi Turus > Iendufan balok tepi lengkung8 > lendutan balok tepi lengkungl2. Kenaikan lendutan dari first dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Januari 2008 6-43 39 crack sampai runtuh balok tepi lurus > balok tepi Jengkung 8 > balok tepi lengkung 12. © Gambar 5. Posisi LVDT pada balok eksperimen. (@) Samping kiri; (b) Samping kanan; (© Belakang. onan Gambar 6, Hubungan beban dan lendutan pada posisi 1 2, Hubungan Beban dengan Lendutan Posisi 2 Pengamatan ini dilakukan pada bagian bawah tengah bentang balok tepi. Hubungan beban dengan endutan posisi 2 dapat dilhat pada Gambar 7 dan tabel 2. 0 2 4 6 8 0 Lendutan nm) Gambar 7. Hubungan beban dan lendutan pada posisi 2 Hipotesis benar bahwa pada bagian bawah tengah bentang balok tepi beban first crack balok tepi lurus > balok tepi lengkung 8 dan > balok tepi Jengkung 12. Untuk hipotesis beban first crack balok tepi lengkung8 > balok tepi lengkung 12 tidak terbukti karena beban first crack mempunyai nilai sama, Beban ultimit balok tepi lurus > balok tepi lengkung 8 Beban ultimit balok tepi lengkung 8 = balok tepi lengkung 12. Kenaikan beban dari first crack sampai runtuh untuk balok tepi lurus > balok tepi lengkung 8. Kenaikan beban balok lengkung 8 = balok tepi lengkung 12. ‘abel 1. Beban dan iendutan pada kondisi first crack dan failure balok lantai pada posisi 1 Kondisi first rack | Kondisi failure | P failure | _ a failure Kode Benda Uji kN [mm KN [mm P first crack | d first crack Balok tepi_lurus 33 6,56 105 | 46,74 | 3,38 7125, Balok tepilengkung8 | 31 7,68 86 36,42 _| 2,86 4,742. Balok tepilengkunoi2 [30 [857 [92 | 32,67 | 3.06 3,812 40 Pengaruh Jari-jari Kelengkungan Horisontal Balok Tepi .. (Mahmud Kori Effendi) ‘abel 2. Beban dan lendutan pada kondisi first crack dan failure balok lantai pada posisi 2 | Kondlsi frst rack [ Kondisi failure | _P failure | a failure Kode Benda Uji kN] mm [KN | mm | P firstenack | a firstorack Baloktepi rus _31_| 0.58 | fo7 | 581) 3451 10,07 Balok tepilengkungS | 301,36 [ 92) 9,41 3,06 6,919 Balok tepilengkungi2| 30 | 2,02 | 92 | 8,85 3,06 4.28 ‘Untuk lendutan dapat dilihat dari tabel 2 ternyata hipotesis terbukti bahwa untuk lendutan beban first crack balok tepi lurus < lendutan balok tepi lengkung 8 < lendutan balok tepi lengku 12.Sedangkan untuk beban ultimit lendutan balok tepi lurus < lendutan balok tepi lengkung 8. Lendutan balok lengkung 8 > lendutan balok tepi lengkung 12. Kenaikan lendutan dari first crack sampai runtuh adalah balok tepi lurus > balok tepi Iengkung 8 > balok tepi lengkung 12. 3. Hubungan Beban dengan Lendutan Posisi 3, Pengamatan ini dilakukan pada bagian bawah seperempat bentang kisi. Hubungan beban dengan Tendutan posisi 3 dapat dilihat pada Gambar 8 dan tabel 3. Gamat, 8 Hubungan beban dan lendutan pada posisi 3 Lendutan_maksimum balok tepi lengkung8 > balok tepi lengkung!2 > balok tepi lurus... Untuk nilai Jendutan dan beban maksimum posisi bawah seperempat bentang kanan dianggap mempunyai nilai yang harpir sama dengan nilai lendutan dan bebza maksimum posisi bawah seperempat bentang ir. Mal ini dikarenakan benda uji simetris kanan dan kiri Tabel 3 Beban daz iendutan maksimum pada posisi 3 Lendatan Kode Benda Uji maksimum | Beban ‘mm kN Balok tepi lurus 3,83 107 Balok tepi lengkung 8 TAL 92 Balok tepi lengkung 12 6.08 92 4, Hubungan Beban dengan Lendutan Posisi 4 Pengamatan ini dilakukan pada bagian samping seperempat bentang kanan. Hubungan beban dengan lendutan posisi 4 dapat dilihat pada Gambar 9 dan tabel 4. ‘Tabel 4 Beban dan lendutan maksimum pada posisi 4 a Tendutan | Beban Kode Benda Uji maksirnum mm aN Balok tepi inrus (001 107 Balok tepi lengkung 8 044 a7 Balok tepi lenghung 12 6,66 92 Pergerakan samping seperempat bentang kanan balok tepi lengkung!2 > balok tepi lengkung 8 > balok tepi lurus. Pada pengujian ini dapat dilihat dari ‘Gambar 9 bahwa lendutan pada balok tepi lengkung8 hampir mendekati nilai konstan yaitu nilai 0. Hal ini disebabkan kemungkinan adalah ujung LVDT' yang (idak menempel dengan balok. Pergerakan samping seperempat bentang kiri dianggap mempunyai nilai beban dan lendutan yang sama Karena benda uji simetris. Gambar 9. Hubungan beban dan lendutan pada posisi 4 5, Hubungan antara Beban dengan Sudut Perputaran Balok Tepi Hubungan beban dengan sudut perputaran balok tepi dapat dilihat pada Gambar 10 dan tabel 8. Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa perputaran sudut balok tepi kirus > balok tepi lengkungl2 > balok dinamika TEKNIK SIPIL. Volume 8, Nomor 1, Januari 2008: 36—43 41

S-ar putea să vă placă și