Sunteți pe pagina 1din 5

Rabu, 12 Mei 2010

Definisi sektor public

Definisi sektor public

Penelitian ini dimaksudkan untuk menilai persepsi manajemen pada BUMN/BUMD dan
BUMS. Salah satu variabel utama yang mungkin akan membuat perbedaan tersebut adalah
karena BUMN/BUMD merupakan perusahaan sektor publik, sedangkan BUMS merupakan
perusahaan sektor swasta. Istilah sektor publik memiliki pengertian yang bermacam-macam.
Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin
ilmu memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu
ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan
dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo, 2004:2).

Domain publik memiliki wilayah yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan sektor
swasta. Keluasan wilayah publik ini tidak hanya disebabkan luasnya jenis dan bentuk
organisasi yang berada didalamnya, akan tetapi juga karena kompleksnya lingkungan yang
mempengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut. Secara kelembagaan, domain publik antara
lain meliputi badan-badan pemerintahan (pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja
pemerintah), perusahaan milik negara (BUMN dan BUMD), yayasan, organisasi politik dan
organisasi massa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), universitas dan organisasi nirlaba
lainnya. Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik dipengaruhi oleh banyak faktor
tidak hanya faktor ekonomi semata, akan tetapi faktor politik, sosial, budaya, dan historis
juga memiliki pengaruh yang signifikan. Sektor publik tidak seragam dan sangat heterogen
(Mardiasmo, 2004:1). Dalam penelitian ini, sektor publik yang menjadi obyek penelitian
peneliti adalah BUMN dan BUMD.

Sifat lembaga pemerintahan berbeda dengan sektor swasta. Berikut adalah sifat khas lembaga
pemerintahan menurut Edward S. Lyn yang dikemukakan oleh Baswir (2000:9), yaitu:
1. Keinginan mengejar laba tidak inklusif didalam usaha dan kegiatannya.
2. Ia tidak dimiliki secara pribadi akan tetapi secara kolektif oleh seluruh warga negara, dan
pemilikan ini tidak dibuktikan oleh adanya pemilikan saham yang dapat diperjualbelikan atau
diperdagangkan.
3. Sumbangan masyarakat terhadap pemerintah, seperti pajak, tidak ada hubungannya secara
langsung dengan jasa yang diterima masyarakat dari pemerintah. Demikian pula sebaliknya.

Bastian (2003:60) mengatakan bahwa dari sisi kebijakan publik, sektor publik dipahami
sebagai tuntutan pajak, birokrasi yang berlebihan, pemerintahan yang besar dan nasionalisasi
versus privatisasi. Dalam arti luas, sektor publik disebut bidang yang membicarakan metoda
manajemen negara, sedangkan dalam arti sempit, diartikan sebagai pembahasan pajak dan
kebijakan pajak.

Perbedaan dan persamaan sektor publik dan sektor swasta

Mardiasmo (2004:13) mengungkapkan bahwa meskipun sektor publik memiliki sifat dan
karakteristik yang berbeda dengan sektor swasta, akan tetapi dalam beberapa hal terdapat
persamaan, yaitu:
1. Kedua sektor merupakan bagian integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan
keduanya menggunakan sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber daya
(scarcity of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor swasta dituntut untuk
menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis, efisien, dan efektif.
3. Proses pengendalian manajemen termasuk manajemen keuangan, pada dasarnya sama di
kedua sektor. Keduanya sama-sama membutuhkan informasi yang handal dan relevan untuk
melaksanakan fungsi manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.
4. Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya: baik
pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak dibidang transportasi massa, pendidikan,
kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya.
5. Kedua sektor terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain yang
disyaratkan.

Audit sektor public

Audit sektor publik berbeda dengan audit pada sektor bisnis atau audit sektor swasta. Audit
sektor publik dilakukan pada organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba seperti sektor
pemerintahan daerah (pemda), BUMN, BUMD dan instansi lain yang berkaitan dengan
pengelolaan aset kekayaan negara. Mekanisme audit dapat menggerakkan makna
akuntabilitas di dalam pengelolaan sektor pemerintahan, BUMN atau instansi pengelola aset
negara lainnya.

Berikut adalah beberapa hal yang mendasari kebutuhan akan proses auditing pada sektor
publik yang disampaikan oleh Bastian (2003:4), yaitu:
1. Kendali saat ini ada ditangan masyarakat. Masyarakat memiliki hak yang bebas untuk
mengakses informasi mengenai pengelolaan sumber daya publik.
2. Kompleksitas laporan keuangan. Semakin kompleks laporan keuangan yang dihasilkan
tingkat kesalahan semakin tinggi pula.
3. Pihak manajemen Pemda memiliki kecenderungan ingin sukses dan meminimalisir
kesalahan pemerintahannya, sehingga perlu diverifikasi kebenarannya dari laporan keuangan
yang disajikan oleh mereka.
4. Kontrol dan kredibilitas. Pemeriksaan akan informasi keuangan penting untuk menghindari
adanya kesalahan penyajian dan pengungkapan.
5. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Proses audit akan memberikan nilai tambah
bagi pemenuhan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
6. Identifikasi terhadap kelemahan sistem.

Nichols seperti yang dikutip oleh Mardiasmo (2004:23) mengatakan bahwa perusahaan
publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi, dan
sumber pemborosan negara. Rendahnya kinerja perusahaan publik diperkuat dengan bukti
ambruknya sektor bisnis pemerintah di banyak negara sehingga menimbulkan pertanyaan
publik mengenai kemampuan pemerintah dalam menjalankan perusahaan publik secara
ekonomis dan efisien.

Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah di Indonesia juga masih banyak
yang tidak dijalankan secara efisien. Inefisien yang dialami oleh BUMN dan BUMD tersebut
antara lain disebabkan adanya intervensi politik, sentralisasi, rent seeking behaviour, dan
manajemen yang buruk.
1) Tipe-tipe audit sektor publik
Audit sektor publik adalah jasa penyelidikan bagi masyarakat atas organisasi publik dan
politikus yang sudah mereka bayar. Menurut Bastian (2003:52), audit sektor publik terdiri
atas tiga tipe, yaitu:
1. Audit Keuangan (Financial Audit)
2. Audit Kinerja (Performance Audit)
a. Audit Ekonomi dan Efisiensi
b. Audit Program
3. Audit Investigasi (Special Audit)
Comptroller General of the United States dalam Government Auditing Standards
mengidentifikasikan audit pemerintahan menjadi dua tipe, berikut adalah penjelasannya yang
dikutip oleh Boynton dan Kell (1996:852):
1. Financial audit (audit keuangan), yang terdiri dari:
a. Financial statements audit
b. Financial related audit
2. Performance audit (audit kinerja), yang terdiri dari:
a. Economy and efficiency audit
b. Program audit

Management audit sektor public

Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi , pemborosan, sumber kebocoran dana,
dan institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul agar sektor publik memperhatikan
pengelolaan organisasi yang mendasarkan pada konsep ekonomisasi, efisiensi dan efektivitas.

Tuntutan terhadap sektor publik untuk lebih memberi penekanan pada value for money
dibandingkan audit terhadap keuangan dan regulasi terjadi di banyak negara. Di UK dan USA
tuntutan terhadap audit efisiensi dan value for money untuk peningkatan akuntabilitas pada
sektor publik muncul dari para pembayar pajak dan politikus. Penelitian yang dilakukan oleh
Auditing Practices Board menemukan bahwa 60% dari pengguna laporan keuangan
mengharapkan agar auditor bisa memberikan kepastian bahwa perusahaan yang diaudit
tersebut telah terkelola secara kompeten. Di Jepang, bahkan sudah sejak lama audit kinerja
terhadap pemerintah dilakukan. Dalam The 1891 Guidelines for Field Investigation by
Auditor, peran auditor lebih luas daripada audit keuangan tradisional dimana ia juga diminta
untuk mempertimbangkan apakah pembelian yang dilakukan memang diperlukan, terlalu
mahal atau tidak penting, karena pemerintah dianggap terbiasa melakukan pengeluaran yang
terlalu berlebihan sedangkan saat itu Jepang sedang mengalami kesulitan fiskal. Auditor juga
diharuskan untuk menilai operasi, pengendalian dan tepat tidaknya metode pembelian yang
digunakan (Burrowes dan Persson, 2000).

Di tengah berbagai kritik bahwa keberadaan sektor publik tidak efisien dan jauh tertinggal
dengan kemajuan dan perkembangan yang terjadi di sektor swasta, lembaga sektor publik
masih memiliki kesempatan yang luas untuk memperbaiki kinerjanya dan memanfaatkan
sumberdaya secara ekonomis, efisien, dan efektif. Istilah “akuntabilitas publik, value for
money, reformasi sektor publik, privatisasi, good public governance,” telah begitu cepat
masuk kedalam kamus sektor publik (Mardiasmo, 2004:17). Bahkan istilah pemeriksaan
khusus terhadap kasus-kasus yang diperkirakan mengandung unsur penyimpangan yang
merugikan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah sudah dikenal luas di lingkungan pemerintahan dan BUMN/BUMD
(Karni, 2000:117).

Sektor publik mengenal yang namanya audit kinerja (perfomance audit), yang merupakan
pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti, untuk dapat
melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan
Pemerintah yang diaudit. Audit kinerja dimaksudkan untuk dapat meningkatkan tingkat
akuntabilitas Pemerintah dan memudahkan pengambilan keputusan oleh pihak yang
bertanggung jawab untuk mengawasi dan memprakarsai tindakan koreksi (Bastian, 2003:55).

Istilah audit kinerja pada sektor publik menurut peneliti sama dengan management audit pada
sektor swasta. Seperti dikemukakan oleh Parker yang dikutip oleh Burrowes dan Persson
(2000:89) mengenai konsep management audit yang memiliki banyak istilah. Apabila
evaluasi dilakukan atas manajemen dan fungsi serta kinerja organisasi berkenaan dengan
ekonomisasi, efisiensi dan efektivitas, maka istilah tersebut merupakan konsep management
audit. Management Audit saat ini digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja
perusahaan publik (Batra, 1997:151).

Tujuan management audit sektor public

Tujuan dari audit ekonomi dan efisiensi menurut Bastian (2003:56) adalah:
1. Menentukan apakah entitas telah memperoleh, melindungi dan menggunakan sumber
dayanya secara hemat dan efisien.
2. Menentukan penyebab timbulnya ketidakefisienan.
3. Menentukan apakah entitas tersebut telah mematuhi perundang-undangan yang berkaitan
dengan kehematan dan efisiensi.

Tujuan dari audit program mencakup penentuan:

1. Tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan atau manfaat yang telah ditetapkan oleh
undang-undang atau badan lain yang berwenang.
2. Efektivitas kegiatan entitas, pelaksanaan program, kegiatan, atau fungsi instansi lain yang
bersangkutan.
3. Apakah entitas yang diaudit telah menaati peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan pelaksanaan program/kegiatannya.

Mardiasmo menggunakan istilah value for money audit atau 3E’s audit (economy, efficiency,
and effectiveness audit) terhadap audit kinerja untuk sektor publik, dan banyak penulis dan
buku-buku yang berkenaan dengan sektor publik yang menggunakan istilah value for money
audit untuk audit kinerja. Sama seperti yang dikemukakan Bastian, value for money audit ini
juga terdiri atas audit ekonomi dan efisiensi dan audit program atau audit efektivitas.
Berikut adalah hal yang perlu dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi menurut
The General Accouting Office Standards yang dikutip oleh Mardiasmo (2004:181), yaitu
apakah entitas yang diaudit telah:
1. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.
2. Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan
pada biaya terendah.
3. Melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai.
4. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas
tujuannya.
5. Menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang berlebihan.
6. Menggunakan prosedur kerja yang efisien.
7. Menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) yang minimum dalam
menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan kualitas yang tepat.
8. Mematuhi peraturan persyaratan perundang-undangan yang berkaitan dengan perolehan,
pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya negara.
9. Melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan
efisiensi.

Tujuan pelaksanaan audit program atau audit efektivitas adalah untuk:


1. Menilai tujuan program, baik yang baru maupun sudah berjalan, apakah sudah memadai
dan tepat.
2. Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan.
3. Menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara terpisah/sendiri-sendiri.
4. Mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan memuaskan.
5. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk melaksanakan
program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dengan biaya yang lebih
rendah.
6. Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang tindih, atau
bertentangan dengan program lain yang terkait.
7. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih baik.
8. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk program
tersebut.
9. Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk mengukur,
melaporkan, dan memantau tingkat efektivitas program.
10. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat

dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.


http://sobatbaru.blogspot.com/2010/05/definisi-sektor-public.html

S-ar putea să vă placă și