Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Kondisi operasional setiap perairan akan berbeda begitu pula dengan tujuan
operasionalnya (lebih banyak ke sisi komersial). Melihat kedua faktor tersebut maka
seharusnya kapal itu adalah produk optimasi antara perpaduan aspek teknis dan
ekonomis.
1. Aspek teknik
Kapal harus memiliki kriteria dan karakteristik tertentu agar layak dioperasikan.
Pada kasus kapal penumpang, parameter utama kapal seperti panjang (L), lebar (B),
sarat (T), koefisien kelangsingan (CB), dan ketinggian bangunan atas memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan dan stabilitas kapal. Kapal yang terlalu
gemuk cenderung lebih stabil, tetapi justru memiliki hambatan kapal yang lebih besar.
Yaitu, ia berdampak pada penggunaan motor induk lebih besar sehingga konsumsi BBM
lebih boros.
Sebaliknya, kapal yang terlalu panjang dan memiliki koefisien kelangsingan kecil
membutuhkan ukuran motor induk lebih kecil, tetapi hemat BBM. Hanya, kapal seperti
ini cenderung kurang stabil dan mudah terbalik.
Pada kasus yang lebih khusus, kapal feri roro yang banyak dioperasikan di perairan
Indonesia, baik untuk jarak dekat maupun jarak jauh, cenderung memiliki komposisi
bangunan atas cukup tinggi yang sering digunakan sebagai ruang akomodasi
penumpang.
Komposisi yang tidak lazim itu dapat memperburuk kualitas stabilitas kapal.
Apalagi, ditambah banyaknya banyaknya bukaan pada bangunan atas kapal dengan
pertimbangan Indonesia adalah negara tropis. Ini dilakukan agar dapat mengurangi
penggunaan pendingin ruangan (AC) sehingga menghemat BBM.
Aspek teknik yang harus diperhatiakn antara lain :
a) Kapal dapat terapung sempurna
Stabilitas adalah kemampuan benda untuk kembali ke keadaan semula setelah
benda mendapat gangguan (gaya)yang diakibatkan oleh gaya berat kapal itu sendiri
maupun gaya yang berasal dari laur seperti angin, gelombang dan lain-lain yang
menyebabkan kapal mengalami keolengan dan trim. Untuk dapat menjamin
keselamatan kapal, maka kapal harus mempunyai keseimbangan yang mantap
(stabil) atau stabilitas yang baik.
Apabila sarat depan lebih besar disebut Trim depan/Nonggak (trim by the head)
sebaliknya bila sarat belakang yang lebih besar disebut Trim belakang / Nungging
(trim by the stern), dan bila Trim sama dengan nol disebut even keel.
Disamping itu besarnya trim juga sangat mempengaruhi kecepatan kapal. Oleh
karenanya memperhitungkan Trim ini harus cermat sebelum kapal berangkat
berlayar sehingga kapal dapat dimuati sesuai dengan trim yang dikehendaki. Jika
dilihat dari kecepatan kapal maka trim belakang lebih baik dari pada trim depan,
dengan alasan :
Pada trim belakang kecepatan kapal lebih baik dan mudah mengolah gerak sebab
kapal lebih luwes mengikuti gerakan ombak,
Pada trim depan kecil tidak ada pengaruhnya, tetapi apabila terlalu besar maka
kecepatan kapal akan berkurang dan jika muatan penuh berlayar dalam cuaca buruk
akan banyak kemasukan air disebabkan adanya hempasan ombak ( Green seas ).
b) Kapal dapat mengatasi gerakan di laut
Hogging
Sagging
Oleh karena pengaruh berat muatan dalam pemuatan / pemadatan secara
longitudinal maka akan menyebabkan kondisi kapal yang disebut Hogging dan
Sagging. Kondisi Hogging terjadi apabila total kosentrasi berat muatan terpusat
pada ujung-ujung kapal (haluan dan buritan). Kondisi Sagging adalah kebalikannya
yaitu apabila kosentrasi berat muatan terpusat pada bagian tengah kapal.
Pitching
Swing
Rolling
Heaving
Jumping adalah kondisi yang terjadi jika momen daya apung terlalu besar
dibanding momen gaya berat kapal terhadap ujung depan balok peluncur. Hal ini
dapat mengakibatkan gaya lengkung yang besar pada bagian kapal yang sudah
melewati ujung landasan.
Untuk menghindari jumping ini yaitu dengan jalan :
1. Memperpanjang landasan sehingga tinggi H akan bertambah
2. Menunggu air pasang pada kondisi maksimum.
2. Aspek ekonomi
Dalam pengoperasian sebuah kapaldiperlukan beberapa perhitungan yaitu
perhitungan aliran kas setiap kali berlayar dana aliran kas tahunan. Hal ini dilakukan
agar dapat diprediksika besarnya biaya operasional kapal dan keuntungan yang
diperoleh setiap kali berlayar. Sehingga dapat meminimalisir kemungkinan
terjadinya kerugian saat pengoperasian kapal tersebut. Perhitungan mengenai aliran
kas per rute dibutuhkan data yaitu data kapal dan data berlayar kapal tersebut.
Dengan adanya data tersebut dapat dihitung besarnya pengeluaran dan penerimaan
pada saat kapal tersebut beroperasi. Dengan adanya data aliran kas per rute dapat
dihitung besarnya aliran kas tahunannya. Sehingga akan diketahui tipikal aliran kas
dari operasional kapal tersebut.
a) Umur ekonomis.
Kapal didesain untuk memperhitungkan umur kapal yang bila di operasikan masih
dapat menguntungkan.
Kapal dapat menguntungkan jika :
DWT/∆ >>> (standar 0.45 - 0.85)
Adalah harga yang digunakan sebagai efisiensi dalam merancang kapal. Untuk harga
yang besar menunjukkan sangat baik terutama dalam ekonomi pengoperasian kapal dan
biasanya harga DWT/∆ berkisar antara 0,45 – 0,85. ini tergantung dari type kapal.
Tetapi nilai perbandingannya semakin besar semakin baik karena kalau nilainya
besar maka muatan yang diangkut bisa banyak sebab:
∆ = DWT + LWT
Dimana:
DWT = daya angkut kapal
DWT = payload + supply
Supply : Wfo + Wlub + Wcrew + Wfw+ Wpb + Wdo
Dimana:
Wfo = Berat bahan bakar
Wlub = Berat minyak pelumas
Wcrew = berat crew
Wfw = Berat air tawar
Wpb = Berat provision dan bawaan
Wdo = berat minyak diesel.
DWT yang besar, mengahsilkan payload yang besar. Payloa
Penghematan dapat dilakukan pada investasi yang berkaitan dengan LWT
LWT = M + S
Dimana :
LWT = berat kapal kosong
M = berat mesin + instalasi mesin
S = berat lambung kapal + outfitting + perlengkapan
dimana:
NPV’ = NPV yang masih positif
NPV” = NPV yang negatif
i’ = discount rate yang masih memberi NVP positif
i” = discount rate yang memberikan NPV negatif
Proyek dikatakan “layak” bila IRR > dari tingkat bunga berlaku, sehingga
bila, IRR ternyata sama dengan bunga yang berlaku maka NPV dari proyek tersebut
sama dengan nol. Jika IRR < dari tingkat bunga yang berlaku maka berarti bahwa
NPV < 0, berarti tidak layak.