Sunteți pe pagina 1din 6

Minggu, 21 Juni 2009

KERANGKA ANALISIS KEBIJAKAN


KERANGKA ANALISIS KEBIJAKAN
http://wulan-ghisya.blogspot.com/2009/06/kerangka-analisis-kebijakan.html

Oleh: Sri Wulan Romdaniyah

Bahkan anjing pun dapat memakan sisa-sisa makanan yang berasal dari meja orang kaya; dan
pada saat ini, ketika si kaya dalam pengetahuan memakan makanan khusus di meja yang khusus,
hanya anjing yang mempunyai kesempatan diet yang seimbang.
- SIR GEOFFREY VICKERS, The Art of Judgement: A Study of Policy Making (1965)

A. Analisis Kebijakan
Istilah ‘kebijakan’ yang dimaksud dalam materi ini disepadankan dengan kata bahasa Inggris
‘policy’ yang dibedakan dari kata ‘wisdom’ yang berarti ‘kebijaksanaan’ atau ‘kearifan’.Menurut
Ealau dan Prewitt, kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku
yang konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yang mentaatinya (yang
terkena kebijakan itu) (Suharto, 1997). Kamus Webster memberi pengertian kebijakan sebagai
prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Titmuss
mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan
kepada tujuan-tujuan tertentu (Suharto, 1997). Kebijakan, menurut Titmuss, senantiasa
berorientasi kepada masalah (problem-oriented) dan berorientasi kepada tindakan (action-
oriented). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang
memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan
konsisten dalam mencapai tujuan tertentu. (dalam Edi Suharto,
http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_17.htm).
Analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi
sedemikian rupa sehingga dapat memberi landasan dari para pembuat kebijakan dalam membuat
keputusan … Analisis kebijakan dapat dipakai dalam perbaikan penilaian diantara para pembuat
kebijakan.
Analisis kebijakan (policy analysis) dapat dibedakan dengan pembuatan atau pengembangan
kebijakan (policy development). Analisis kebijakan tidak mencakup pembuatan proposal
perumusan kebijakan yang akan datang. Analisis kebijakan lebih menekankan pada penelaahan
kebijakan yang sudah ada. Sementara itu, pengembangan kebijakan lebih difokuskan pada proses
pembuatan proposal perumusan kebijakan yang baru.
Namun demikian, baik analisis kebijakan maupun pengembangan kebijakan keduanya
memfokuskan pada konsekuensi-konsekuensi kebijakan. Analisis kebijakan mengkaji kebijakan
yang telah berjalan, sedangkan pengembangan kebijakan memberikan petunjuk bagi pembuatan
atau perumusan kebijakan yang baru.
Menurut Dunn, analisis kebijakan adalah ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai
metode penelitian dan argumentasi untuk menghasilkan informasi yang relevan dalam
menganalisis masalah-masalah sosial yang mungkin timbul akibat diterapkannnya suatu
kebijakan. Ruang lingkup dan metoda analisis kebijakan umumnya bersifat deskriptif dan faktual
mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat suatu kebijakan.
Menurut Quade (1982 dalam Edi Suharto,
http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_17.htm). analisis kebijakan adalah suatu jenis
penelaahan yang menghasilkan informasi sedemikian rupa yang dapat dijadikan dasar-dasar
pertimbangan para pembuat kebijakan dalam memberikan penilaian-penilaian terhadap
penerapan kebijakan sehingga diperoleh alternatif-alternatif perbaikannya. Kegiatan
penganalisisan kebijakan dapat bersifat formal dan hati-hati yang melibatkan penelitian
mendalam terhadap isu-isu atau masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi suatu program
yang telah dilaksanakan. Namun demikian, beberapa kegiatan analisis kebijakan dapat pula
bersifat informal yang melibatkan tidak lebih dari sekadar kegiatan berfikir secara cermat dan
hati-hati mengenai dampak-dampak diterapkannya suatu kebijakan.
Analisis kebijakan publik bertujuan memberikan rekomendasi untuk membantu para pembuat
kebijakan dalam upaya memecahkan masalah-masalah publik. Di dalam analisis kebijakan
publik terdapat informasi-informasi berkaitan dengan masalah-masalah publik serta argumen-
argumen tentang berbagai alternatif kebijakan, sebagai bahan pertimbangan atau masukan
kepada pihak pembuat kebijakan.
Analisis kebijakan tidak diciptakan untuk membangun dan menguji teori-teori deskriptif yang
umum, misalnya teori-teori politik dan sosiologi mengenai elit pembuatan kebijakan atau teori-
teori ekonomi mengenai determinan pembelanjaan publik, akan tetapi analisis kebijakan
mengkombinasikan dan mentransformasikan substansi dan metode beberapa disiplin, dan lebih
jauh lagi menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan yang digunakan untuk
mengatasi masalah-masalah public tertentu.
Sebagai disiplin ilmu terapan, analisis kebijakan meminjam tidak hanya ilmu social dan perilaku
tetapi juga administrasi public, hukum, etika dan berbagai macam cabang analisis system dan
matematika terapan. Analisis kebijakan dapat diharapkan untuk menghasilkan informasi dan
argumen-argumen yang masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan:
1. Nilai yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah masalah telah
teratasi.
2. Fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-nilai.
3. Tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai.
Dalam menghasilkan informasi dan argumen, seorang analis dapat memakai satu atau lebih dari
tiga pendekatan, yaitu empiris, valuatif, dan normative. Pendekatan empiris ditekankan pada
sebab akibat dari suatu kebijakan public tertentu. Disini pertanyaan utama bersifat factual
(Apakah sesuatu ada?) dan informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif. Analis misalnya, dapat
mendeskripsikan, menjelaskan, atau meramalkan pengeluaran public untuk kesehatan,
pendidikan, atau jalan-jalan raya. Sebaliknya, pendekatan valuatif terutama ditekankan pada
penentuan bobot atau nilai beberapa kebijakan. Disini pertanyaannya berkenaan dengan nilai
(Berapa nilainya?) dan informasi yang dihasilkan bersifat valuatif. Sedangkan pendekatan
normative ditekankan pada rekomendasi serangkaian tindakan yang akan dating yang dapat
menyelesaikan masalah-masalah public. Berkenaan dengan tindakan (Apa yang harus
dilakukan?) dan tipe ninformasi yang dihasilkan bersifat preskriptif. Jika disimpulkan dalam
table pendekatan analisis kebijakan sebagai berikut:

Pendekatan Pertanyaan Utama Tipe Informasi


Empiris Adakah dan akankah ada (fakta) Deskriptif dan prediktif
Valuatif Apa manfaatnya (nilai) Valuatif
Normatif Apakah yang harus diperbuat (aksi) Preskriptif

Ada beberapa tipe analisis kebijakan yang dapat dipakai untuk perbaikan kebijakan. Sebagai
suatu definisi analisis kebijakan menekankan sifat praktis terhadap tanggapan-tanggapan
masalah yang muncul dan krisis yang dihadapi pemerintah.
Lima tipe informasi yang dihasilkan oleh analisis kebijakan adalah: masalah kebijakan, masa
depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, dan kinerja kebijakan. Kelima tipe informasi
tersebut diperoleh melalui lima prosedur analisis kebijakan: perumusan masalah, peramalan,
rekomendasi, pemantauan, dan evaluasi.
Pemantauan (deskripsi) memungkinkan untuk menghasilkan informasi tentang sebab masa lalu
dan akibat dari kebijakan.
Peramalan (predisksi) memungkinkan untuk menghasilkan informasi tentang konsekuensi yang
akan dating dari kebijakan.
Evaluasi (evaluasi) mencakup produksi informasi tentang nilai atau kegunaan dari kebijakan
yang lalu dan yang akan dating.
 Rekomendasi (preskripsi) memungkinkan untuk menghasilkan informasi tentang
kemungkinan bahwa serangkaian tindakan yang akan datang akan mendatangkan akibat yang
bernilai.
Perumusan masalah. Artinya harus mengetahui keberadaan suatu masalah.
Perumusan masalah kebijakan adalah suatu proses penyelidikan untuk mengumpulkan informasi
mengenai konsekuensi-konsekuensi kebijakan sosial yang mempengaruhi kelompok sasaran.
Perumusan masalah kebijakan juga mencakup pencarian solusi-solusi terhadap dampak-dampak
kebijakan yang bersifat negatif.
Masalah-masalah kebijakan secara umum memiliki enam elemen, yaitu:
a. Masalah kebijakan. Informasi ini meliputi argumen mengenai bukti-bukti pemasalahan,
alternatif-alternatif kebijakan, tindakan-tindakan kebijakan, hasil-hasil kebijakan, dan
keberhasilan-keberhasilan kebijakan.
b. Klaim kebijakan. Klaim kebijakan adalah kesimpulan-kesimpulan mengenai argumen-
argumen kebijakan. Sebagai contoh, pemerintah harus berinvestasi dalam bidang pendidikan atau
mengeluarkan dana lebih besar lagi bagi penanggulangan anak jalanan dsb.
c. Justifikasi atau pembenaran. Aspek ini meliputi asumsi mengenaiargumen kebijakan yang
memungkinkan analisis kebijakan untuk melangkah dari masalah kebijakan ke klaim kebijakan.
Suatu asumsi bisa mencakup informasi yang bersifat otoritatif, intuitif, analitis, kausal, pragmatis
maupun kritis.
d. Pendukung. Pendukung adalah informasi-informasi yang dapat digunakan sebagai dasar yang
mendukung justifikasi. Pendukung dapat berupa hukum-hukum keilmuan, pendapat-pendapat
para ahli atau prinsip-prinsip etis dan moral.
e. Keberatan-keberatan atau sanggahan-sanggahan. Keberatan-keberatan adalah kesimpulan yang
kedua atau argumen alternatif yang menyatakan bahwa suatu kondisi tidak dapat diterima
(ditolak) atau dapat diterima dengan syarat-syarat tertentu.
f. Prasyarat. Aspek ini merupakan kondisi-kondisi yang dapat meyakinkan atau menjadi dasar
bagi analis kebijakan untuk membenarkan klaim kebijakan. Dalam analisis kebijakan, prasyarat
biasanya dinyatakan dalam bahasa “kemungkinan” atau probabilitas. Misalnya, “kemungkinan
besar”, “kecenderungannya adalah” atau “pada taraf signifikansi 1 persen”.
B. Argumentasi Kebijakan
Setiap argumen kebijakan memunyai enam elemen informasi yang relevan dengan kebijakan,
klaim kebijakan, pembenaran, dukungan, bantahan, dan penguat. Analisis kebijakan umunya
bersifat kognitif, sedangkan pembuat kebijakan bersifat politis. Sistem kebijakan bersifat
dialektis, merupakan kreasi subyektif dari pelaku kebijakan, merupakan realitas objektif, dan
para pelaku kebijakan merupakan produk dari sistem kebijakan.
Ada dua pendekatan yang berlawanan untuk mendefinisikan pengetahuan esensialis dan
plausibilis. Pengetahuan yang siap pakai atau yang relevan dengan kebijakan mengandung
pernyataan kebenaran yang secara plausibel optimal yang dibuat dengan keterlibatan di dalam
proses komunikasi, argumentasi, dan debat kebijakan. Kriteria untuk mengkaji plausibilitas
argumen kebijakan meliputi kelengkapan, konsonansi, kohesivitas, regularitas fungsional, dan
kesederhanaan, kehematan dan ketepatan fungsional. Informasi kebijakan yang sama dapat
mengarah ke pernyataan kebijakan yang sama sekali berbeda, tergantung pada asumsi yang
terkandung di dalam suatu argumen kebijakan.
Ada delapan cara argumen kebijakan yang dapat dipertimbangkan: otoritatif, statistikal,
klasifikasional, intuitif, analisentrik, eksplanatori, pragmatis, dan kritik nilai.
Model-model kebijakan adalah penyederhanaan representasi aspek-aspek kondisi masalah yang
terseleksi. Model-model kebijakan berguna dan penting, penggunaannya bukan masalah pilihan,
semenjak setiap orang menggunakan beberapa model untuk menyederhanakan kondisi masalah.
Model kebijakan tidak dapat membedakan antara pertanyaan yang penting dan tidak penting;
juga model tidak dapat menjelaskan, memprediksi, mengevaluasi atau membuat rekomendasi,
karena penilaian berada di luar model dan bukan bagiannya. Dimensi-dimensi yang paling
penting dari model-model kebijakan adalah tujuan (deskriptif lawan normatif), bentuk ekspresi
(verbal, simbolis, prosedural), dan asumsi-asumsi metodologis (pengganti lawan perspektif).
Metode-metode untuk merumuskan masalah-masalah kebijakan meliputi analisis batasan,
analisis klasifikasional, analisis hierarki, sinektika, brainstorming, analisis perspektif berganda,
analisis asumsional dan pemetaan argumentasi.
Metode analisis kebijakan sangat terkait dengan persoalan moral dan etika, karena rekomendasi
kebijakan mengharuskan kita menentukan alternatif-alternatif mana yang paling bernilai dan
mengapa demikian. Rekomendasi berkenaan pemilihan secara bernalar dua atau lebih alternatif.
Model pilihan yang sederhana meliputi definisi masalah yang memerlukan dilakukannya suatu
tindakan; perbandingan konsekuensi dua atau lebih alternatif untuk memcahkan masalah; dan
rekomendasi alternatif yang paling dapat memenuhi kebutuhan, nilai atau kesempatan.

C. Sistem Kebijakan
Sistem kebijakan (policy system) atau seluruh pola institusional dimana di dalamnya kebijakan
dibuat, mencakup hubungan timbale balik diantara tiga unsure, yaitu kebijakan public, pelaku
kebijakan, dan lingkungan kebijakan. Hal tersebut digambarkan seperti bagan di bawah ini.
D. Bentuk Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan publik berdasarkan kajian kebijakannya dapat dibedakan antara analisis
kebijakan sebelum adanya kebijakan publik tertentu dan sesudah adanya kebijakan publik
tertentu. Analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik berpijak pada permasalahan publik
semata sehingga hasilnya benar-benar sebuah rekomendasi kebijakan publik yang baru.
Keduanya baik analisis kebijakan sebelum maupun sesudah adanya kebijakan mempunyai tujuan
yang sama yakni memberikan rekomendasi kebijakan.
Dunn membedakan tiga bentuk utama analisis kebijakan publik, yaitu:
1. Analisis kebijakan prospektif
Analisis Kebijakan Prospektif yang berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi
kebijakan dimulai dan diimplementasikan. Analisis kebijakan disini merupakan suatu alat untuk
mensintesakan informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan
yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai
landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan.

2. Analisis kebijakan retrospektif


Analisis Kebijakan Retrospektif adalah sebagai penciptaan dan transformasi informasi sesudah
aksi kebijakan dilakukan. Terdapat 3 tipe analis berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh
kelompok analis ini yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis yang berorientasi pada
masalah dan analis yang berorientasi pada aplikasi. Tentu saja ketiga tipe analisis retrospektif ini
terdapat kelebihan dan kelemahan.

3. Analisis kebijakan yang terintegrasi


Analisis Kebijakan yang terintegrasi merupakan bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya
operasi para praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi
sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak
hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif dan
perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus menghasilkan dan
mentransformasikan informasi setiap saat.

FUNGSI-FUNGSI ARGUMEN KEBIJAKAN

Argumen yang substantive berperan untuk membangun atau mengkritik validitas pernyataan,
baik pernyataan tentang kebenaran yang implicit di dalam pernyataan itu sendiri atau pernyataan
yang terkait dengan norma (dari tindakan ataupun evaluasi) atau pernyataan yang tersirat di
dalam rekomendasi dan peringatan. Pernyataan-pernyataan tersebut mempunyai kekuatan untuk
meyakinkan para partisipan wacana untuk menyediakan pijakan rasional terhadap adanya
pernyataan tentang validitas.
-JURGEN HABERMAS, Legitimation Crisis (1975)

Maksud dari argument kebijakan dalam hal ini adalah mengkaji struktur argument kebijakan dan
perannya dalam mengubah informasi kebijakan menjadi pengetahuan yang siap pakai. Tujuan
utamanya adalah menjelaskan bagaimana informasi yang sama dapat menuntun ke pernyataan
pengetahuan yang berbeda, tergantung pada asumsi yang dipakai untuk melakukan argument dan
debat kebijakan. Prinsip-prinsip dan generalisasi yang harus diketahui adalah sebagai berikut:
Ada dua pendekatan yang berlawanan untuk mendefinisikan pengetahuan: “esensialis” dan
‘plausibilis”. Untuk dapat dipandang sebagai pengetahuan, keyakinan tidak harus pasti;
keyakinan dapat bersifat plausible secara optimal dalam konteks tertentu dan masih berkualitas
sebagai pengetahuan.
 Ketika dipertentangkan dengan analisis kebijakan yang standar, kelebihan utama dari cara
argument structural adalah bahwa cara ini bersifat interpretative, multirasional, kritis, transaktif,
etis, dan multi cara.
 Criteria untuk mengkaji plausibilitas argument kebijakan meliputi kelengkapan, konsonansi,
kohesivitas, regularitas fungsional, dan kesederhanaan, kehematan dan ketepatan fungsional.
Sistem criteria ini dapat diterapkan pada banyak cara argument kebijakan dan relevan terhadap
standar, aturan dan prosedur yang dipakai para pakar maupun orang awam.

DAFTAR PUSTAKA

Edi Suharto. Analisis Kebijakan Sosial. http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_17.htm.


Tatang Taufiq. Argumen Isu Kebijakan Inovasi [1] . http://tatang-
taufik.blogspot.com/2008/12/argumen-isu-kebijakan-inovasi-1.html

Tatang Taufiq. Analisis kebijakan Publik.


http://izzahluvgreen.wordpress.com/2008/05/24/analisis-kebijakan-publik/
-----.Merumuskan Masalah Kebijakan.
http://blog.unila.ac.id/artefaksi/2008/05/05/merumuskan-masalah-kebijakan/
-----. Pengertian Dan Bentuk Analisis Kebijakan Publik
http://massofa.wordpress.com/2008/10/15/pengertian-dan-bentuk-analisis-kebijakan-publik/
-----. Analisis Kebijakan Pendidikan dalam Jabatan (Inservice Training) untuk Pengemban.
http://pustekkom.depdiknas.go.id/index.php?pilih=hal&id=54
Diposkan oleh WuLaN_6hisya di 21:37

S-ar putea să vă placă și