Sunteți pe pagina 1din 5

Amar ma'ruf nahi munkar, (al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-mun'kar) adalah

sebuah frase dalam bahasa Arab yang maksudnya sebuah perintah untuk mengajak atau

menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat.

Dalil Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah:

Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah

mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa

kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh

Allah).” [Luqman 17]

Jika kita tidak mau melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah akan menyiksa

kita dengan pemimpin yang zhalim dan menindas kita dan tidak mengabulkan segala

doa kita:

Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar

(melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-

orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara

kamu berdo’a dan tidak dikabulkan (do’a mereka). (HR. Abu Zar) [1]

Amar Ma'ruf Nahi Munkar dilakukan sesuai kemampuan. Yaitu dengan

tangan/kekuasaan jika dia adalah penguasa/punya jabatan. Dengan lisan/tulisan jika dia

adalah jurnalis atau intelektual. Atau minimal membencinya dalam hati atas

kemungkaran yang ada. Ini adalah selemah-lemah iman (Hadits).


Telah bersabda nabi SAW: “Demi DZAT yang jiwaku berada ditangan-Nya,
perintahkanlah yang ma’ruf dan cegahlah yang munkar, atau akan ALLAH turunkan
azab dari sisi-NYA, lalu kalian berdoa pada-NYA tapi tidak dikabulkan.”

Takhrij Hadits
1. HR Tirmidzi dalam sunan-nya, kitab al-Fitan, bab Ma ja’a fil Amr bil Ma’ruf wan
Nahyi ‘anil Munkar 4/468 nomor 2169 dari hadits Hudzaifah bin Yaman secara
marfu’ dan Tirmidzi berkata tentang hadits ini adalah hadits-hasan;
2. HR Ahmad dalam musnad-nya, 5/288-289, 391 dari hadits Hudzaifah bin Yaman
ra secara marfu’.

Tafsit Hadits Secara Ijmali (Umum)


Bagi seorang mu’min yang memahami kaidah bahasa Arab, maka ia akan menyadari
betapa kerasnya ancaman dalam hadits ini bagi orang-orang yang meninggalkannya.
Hal tersebut pertama ditunjukkan dengan qasam (sumpah) nabi SAW sebagai tawkid
(penguat), kemudian tidak cukup dengan hal-hal tersebut ditambah lagi dengan huruf
lam dan nun juga sebagai penguat dan diakhiri oleh tahdzir (ancaman) bagi yang tidak
mau melakukannya.
Bentuk fi’il (kata kerja) mudhari’ (continous tense) menunjukkan bahwa perbuatan
amar ma’ruf nahi munkar tersebut harus dilakukan madal hayah (sepanjang
waktu/seumur hidup) dan tidak akan pernah berakhir sampai hari Kiamat.

Arti Amar Ma’aruf dan Nahi Munkar


1. Al-Ma’ruf merupakan ismun jami’ (kata benda yang mencakup) tentang segala
sesuatu yang dicintai ALLAH SWT baik perkataan, perbuatan yang lahir maupun
batin yang mencakup niat, ibadah, struktur, hukum dan akhlaq. Dan disebut
ma’ruf karena fitrah yang masih lurus dan akal yang sehat mengenalnya dan
menjadi saksi kebaikannya. Dan makna amar ma’ruf adalah berdakwah untuk
melaksanakannya dan mendatanginya dengan disemangati.
2. Al-Munkar adalah ismun jami’ yang mencakup segala sesuatu yang dibenci
ALLAH dan tidak diridhai-NYA, baik berupa perkataan, perbuatan yang lahir
maupun yang batin, termasuk di dalamnya syirik, penyakit-penyakit hati, menyia-
nyiakan ibadah, perbuatan yang keji, dll. Dan disebut munkar karena fitrah yang
lurus dan akal sehat mengingkarinya, bersaksi atas keburukannya, bahayanya dan
kerusakannya. Dan makna nahi munkar adalah mencegah manusia dari
mendatangi dan melakukannya dengan menjauhkan darinya menghal-halangi
darinya dan memotong sebab ke arahnya.

Hukum Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Hukumnya adalah wajib, berdasarkan dalil-dalil berikut :
1. Ada Perintah yang Tegas baik Secara Tersurat maupun Tersirat.
Adapun perintah yang tegas dan tersurat adalah firman ALLAH SWT: “Maka
hendaklah ada diantara kalian satu kelompok yang mengajak pada kebaikan dan
memerintahkan yang ma’ruf serta mencegah dari kemungkaran, maka mereka
itulah orang-orang yang berbahagia [1].” Para mufassir menyatakan bahwa kata
min dalam ayat itu bukan bermakna li tab’id (menunjukkan sebagian) melainkan
bermakna lit tabyin/lil bayan (memperkuat/menjelaskan), hal-hal ini diperkuat
dengan akhir ayat yang menegaskan bahwa yang berbahagia adalah yang
melakukannya. Juga hadits nabi SAW: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran
di antara kalian maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, dan apabila
tidak mampu maka hendaklah diubahnya dengan lisannya dan jika ia tidak mampu
maka hendaklah diubahnya dengan hatinya, tetapi itu adalah selemah-lemah iman
[2].” Komentar nabi SAW pada orang yang hanya mampu melakukannya dengan
hati sebagai itu adalah selemah-lemah iman merupakan penguat kedua akan
wajibnya amar ma’ruf nahi munkar [3].
Adapun perintah yang jelas namun tersirat ada pada firman ALLAH SWT:
“Kalian adalah ummat terbaik yang dilahirkan manusia karena memerintahkan
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada ALLAH [4].”
Penyebutan amar ma’ruf nahi munkar sebelum beriman pada ALLAH
menunjukkan urgensinya. Dalam hadits nabi SAW disebutkan: “Sesungguhnya
manusia jika mereka melihat kemungkaran lalu ia tidak mengubahnya maka
hampir-hampir saja ALLAH mengazab mereka semua [5].”

2. Karena Risalah Nabi SAW Merupakan Nabi dan Rasul Terakhir


Artinya bahwa risalah nabi SAW merupakan risalah yang terakhir dan mencakup
seluruh alam ini sampai hari Kiamat, sehingga semua manusia terkena hukum
tersebut dan wajib mengamalkannya. Oleh karenanya diperlukan penjelasan
tentang apa-apa yang telah ditunjukkan oleh risalah tersebut tentang hal-hal-hal-
hal yang baik dan ancaman dari hal-hal yang buruk sampai hari Kiamat kelak.

3. Secara Umum Berdasarkan Kaidah Saling Tolong-menolong


Secara umum berdasarkan kaidah saling mendukung, saling membantu di antara
anggota masyarakat, maka wajib bagi setiap anggotanya berusaha untuk
kemaslahatan dirinya dan kemaslahatan orang-orang lainnya, serta berusaha
sungguh-sungguh untuk mencegah keburukan baik yang akan menimpa dirinya
ataupun orang lain. Maka amar ma’ruf nahi munkar merupakan 2 cara untuk
menjaga kewajiban tersebut, oleh karenanya maka keduanya menjadi wajib juga
berdasarkan kaidah ushul fiqh apa-apa yang tidak akan sempurna suatu kewajiban
kecuali dengannya maka ia menjadi wajib pula.

Hukuman Bagi Yang Meninggalkannya


Akan berhadapan dengan murka dan azb ALLAH di dunia dalam berbagai bentuk
diantaranya:

1. Mendapat La’nat dan Dijauhkan dari Rahmat ALLAH dan Ditimpakan Kebencian
dan Perpecahan.
Dari abu Musa al-Asy’ari ra, dari Rasul SAW: “Sesungguhnya di antara ummat
sebelum kalian dari Bani Israil ketika ada seorang yang berbuat buruk maka ada
yang mencegahnya dengan keras. Tapi setelah keesokan harinya orang tersebut
masih bermaksiat maka orang yang melarang tersebut sudah duduk-duduk dan
makan dan minum bersamanya seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa kemarin.
Maka ketika ALLAH SWT melihat perilakunya yang demikian itu, maka ALLAH
SWT membenturkan hati mereka dengan yang lainnya (terjadi perpecahan dan
permusuhan) dan melaknat mereka semua, maka kata nabi SAW selanjutnya:
Bacalah oleh kalian kalau mau: TELAH DILAKNAT ORANG-ORANG KAFIR
DARI BANI ISRAIL MELALUI LISAN DAUD DAN ISA BIN MARYAM,
KARENA MEREKA TIDAK MELARANG KEMUNKARAN YANG MEREKA
LAKUKAN…. [6] Selanjutnya kata nabi SAW: Demi DZAT yang jiwaku berada
ditangan-NYA, perintahkanlah yang ma’ruf dan cegahlah kemunkaran,
bimbinglah tangan orang yang berbuat dosa dan kembalikanlah ke jalan haq
dengan sebenar-benarnya, atau jika tidak kalian lakukan maka ALLAH SWT akan
membenturkan hati-hati kalian dan melaknat kalian sebagaimana ALLAH SWT
melaknat mereka [7].”

2. Merajalelanya Kejahatan dan Meratanya Azab dan Tidak Dikabulnya doa Shal-
halihin
Dari Abu Riqad ia berkata: “Aku keluar bersama majikanku, ketika itu aku masih
kecil dan bertemu dengan Hudzaifah bin Yaman, kemudian Hudzaifah berkata:
Ada seorang yang mengucapkan 1 kata saja pada masa nabi SAW yang
menjadikannya munafik. Sementara aku mendengarnya di masa kalian ini di satu
majlis 4 kali diucapkan, perintahkanlah yang ma’ruf dan cegahlah dari yang
munkar dan doronglah kepada kebaikan – maksudnya hendaklah kalian saling
mendorong untuk melakukan kebaikan – atau akan ALLAH ratakan azabnya atas
kalian semua, sehingga kalian akan diperintah oleh orang-orang yang paling jahat
di antara kalian lalu berdoalah orang-orang terbaik kalian tapi tidak dikabulkan
doa mereka [8].”

3. Kehinaan, Kenistaan dan Dikuasai oleh Musuh


Dari AbduLLAH bin Amru bin ‘Ash ra, bahwa nabi SAW bersabda: “Jika
ummatku sudah tidak lagi mampu berkata kepada seorang zhal-halim diantara
mereka: Kamu zhal-halim! Maka sungguh mereka sudah dibiarkan (oleh ALLAH
SWT) [9].”

4. Memberikan Alasan bagi para Pemalas


Maksudnya memberikan helah bagi orang yang malas dan lalai untuk diam dan
membiarkan / bersikap apatis terhadap kondisi yang ada dengan alasan bahwa
tidak ada yang menunjukkan mereka ke jalan yang lurus, serta tidak ada yang
memerintahkan mereka kepada yang baik dan mencegah mereka dari
kemunkaran, lalu mereka membuat alasan terhadap ALLAH SWT.

Buah Dari Amar Ma’ruf Nahi Munkar


1. Keselamatan dari siksa Ilahi serta mendapatkan ridha serta jannah-NYA.
2. Terpeliharanya dunia ini dari menjadi sarang keburukan dan kejahatan yang
menyulitkan untuk terlaksananya penghambaan kepada ALLAH SWT.
3. Ditegakkannya argumentasi bagi para pelaku kejahatan dan keburukan.
4. Mengingatkan yang lalai dan mengangkat yang tenggelam dalam noda apalagi
bagi kaum muslimin.
5. Membentuk opini umum bahwa muslim yang merdeka adalah sangat menjaga
etika ummat, keutamaan, akhlaq serta hak-haknya dan menjadikan mereka pribadi
dan penguasa yang paling kuat fisiknya serta paling patuh pada hukum.
6. Memunculkan sensitifitas tentang makna ukhuwwah dan saling tolong-menolong
dalam dalam kebaikan dan taqwa dan saling memperhatikan antara kaum
muslimin dengan yang lainnya.
7. Penjagaan seluruh lapisan masyarakat secara umum maupun khusus.
Apa Manfaat dari Hadits Secara Da’awi dan Tarbawi
1. Agungnya kedudukan amar ma’ruf nahi munkar disisi ALLAH SWT dan rasul-
NYA, sehingga ALLAH SWT murka pada mereka yang meremehkannya dengan
kemurkaan yang sampai menurunkan azab pada mereka dan sehingga tidak mau
memperhatikan doa mereka saat berdoa.
2. Urgensi yang sangat mendesak untuk menghidupkan amar ma’ruf nahi munkar di
setiap stelsel baik perorangan maupun berkelompok, dalam forum resmi maupun
tidak resmi, karena hanya dengannya jiwa menjadi hidup dan terjaga rambu-
rambu kebenaran sehingga nampak oleh mata yang sehat, bebas dari gangguan
serta pelecehan.
3. Urgensi kepuasan dalam tarbiyyah jika dengan amar ma’ruf dan nahi munkar ini
dapat dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan sedikitpun, yang nampak
dalam hadits di atas dengan adanya sumpah yang diikuti huruf lam dan nun.
4. Menggunakan cara-cara ancaman akan akibatnya dalam tarbiyyah, ini jelas dalam
al-Qur’an ketika diulang-ulang ancaman tersebut lebih dari 120 kali.

]
Catatan Kaki:
[1] QS Ali Imraan, 3/104
[2] HR Muslim no. 49, Abu Daud no. 1140, Tirmidzi no.2173, An-Nasai VIII/111,
Ibnu Majah no. 4013
[3] Walaupun demikian, urutan ini dapat dibalik, tergantung pd kondisi kekuatan
kaum muslimin dan maslahat bagi dakwah-Islamiyyah itu sendiri (pelajari urutan
bgm nabi SAW menghancurkan 360 patung di Makkah).
[4] QS Ali Imraan, 3/110
[5] HR Abu Daud 4/122 no.4338, Tirmidzi 5/256-257, dan Ahmad no.71
[6] QS Al-Maidah, 5/78
[7] HR Baihaqi dlm Majma’ Zawaid : Kitabul Fitan bab Wujub Inkarul Munkar,
7/269, dari abu Musa al-Asy’ari secara marfu’ dg lafzh seperti ini
[8] HR Ahmad dlm Al-Musnad, 19/173
[9] HR Ahmad dlm Al-Musnad, 19/175-176

S-ar putea să vă placă și